Saat Mas Amay Mengeluarkan Alibi

Tuesday, March 31, 2015

Hari ini, Alhamdulillah dapat rezeki diskonan sebesar 500 rupiah di warung. :)

Ceritanya, selepas ashar saya hendak pergi ke warung untuk membeli diapers, mumpung Aga masih tidur. Saya ambil selembar seratus ribuan dari dalam dompet. Ketika melihat uang sepuluh ribuan, lima ribuan, dan seribuan di meja, saya pun menyambarnya. Lumayan, buat pegangan.

Nah, ikutlah Amay bersama saya. Anak itu nggak bisa nggak lihat ibunya walau sebentar. Mau ke warung aja diikutin. Lalu, meluncurlah kami berdua dengan sepeda motor.

Begitu turun dari motor, langsung deh anak sholih itu mengambil es krim. Hhmmm... Kepada pemilik warung saya minta diapers. Kemudian ketika melihat beras, teringat beras di rumah yang tinggal beberapa butir. :D

Belum selesai, ingat lagi minyak goreng yang tinggal beberapa tetes, minyak telonnya duo krucils, dan shampoo. Eeeaaa, ini tanggal tua sih yaa.. Dan tepat sekali, semua sudah pada habis. :p

Saya masih pede, insya Allah uangnya cukup deh. Eee, tiba-tiba Mas Amay nyeletuk. "Mas Amay mau nyariin makanan buat Mama, ah.." kemudian saya tanggapi, "Tapi Mama ngga pengen makanan tuh, Mas."

Anak itu menjawab lagi, "Haai (pakai nadanya upin ipin dan boboiboy), Mas Amay cuma mau ngambilin makanan buat Mama koq. Kasihan Mama... (Maksudnya kasihan kenapa nih, Mas? Kasihan Mamanya ngga pernah makan? Haha...)"

Setelah bolak-balik-bolak, dia ternyata tidak menemukan makanan yang dia maksud. "Tapi ngga ada Ma, makanannya." Wooo, langsung dong saya komentari, "Lha itu apa? Ini makanan, itu makanan."

"Ngga ada koq, Ma..." katanya keukeuh. "Oh, ya udah, Mama juga lagi ngga pengen beli makanan koq." lanjut saya.

Tapi itu tidak berlangsung lama. Ketika Mas Amay mendongak ke atas lalu melihat sesuatu yang pating nggrandul, matanya langsung berbinar. "Nah, itu ada Ma. Mama suka itu kan?" katanya sambil menunjuk makanan tertentu.

"Hmm, bilang aja kalau Mas Amay yang pengen. Kamu mah pakai atas nama Mama segala." kata saya.

"Tapi Mama suka 'kan?" ledeknya. "Iya sih," kata saya dalam hati.

Mendengar obrolan saya dengan Mas Amay, si bapak pemilik warung senyam-senyum. "Kamu lucu ya..." katanya sambil melihat pada si ganteng.

Lalu tibalah saat berhitung. Diapers, minyak telon, minyak goreng, shampoo, es krim, makanan ringan, dan beras. Tetooot, seratus tujuh belas lima ratus.

Mendadak saya teringat uang di kantong. "Waduh, cukup nggak ya uangnya?" Huuu, kepedean sih, apa-apa diambil.

Dan ternyata uang saya cuma seratus tujuh belas ribu. "Yaah, kurang lima ratus pak. Apa ini aja ngga usah deh."

Si bapak dan istrinya senyum-senyum, "Sudah mbak, wong belanjanya banyak. Biar aja." Aduh, jadi ngga enak hati sebenarnya. Tapi Alhamdulillah ya, dapet rezeki. Untung cuma kurang lima ratus yaa..hihi..
Read More

Sego Wiwit

Sunday, March 22, 2015

Jika Anda berasal dari desa yang punya banyak sawah, khususnya di sekitaran Jawa Tengah, kemungkinan besar Anda tahu apa itu Sego Wiwit. Kenapa mesti desa yang punya sawah? Karena Sego Wiwit ada hubungannya dengan kegiatan bertani.

Sego Wiwit biasanya dibuat untuk mengawali panen. Ada juga yang membuat Sego Wiwit untuk mengawali musim tandur atau tanam padi. Di daerah saya, sebuah desa kecil di Purworejo, Jawa Tengah, Sego Wiwit lebih dikenal dengan nama Wiwitan.

Wiwit sendiri mempunyai arti “memulai” atau “mengawali”. Sedangkan Sego berarti “nasi”. Makna yang lebih luas dari dibuatnya Sego Wiwit ini sebenarnya adalah pengungkapan rasa syukur bahwa panen telah tiba, atau sebagai pengharapan akan hasil panen yang lebih baik di musim tanam kali ini (jika Sego Wiwit dibuat di awal musim tandur).

Sego Wiwit biasanya memiliki beberapa menu sebagai pelengkap, yaitu; urap atau klubanan (orang Solo menyebutnya gudangan), gereh (ikan teri, bisa juga diganti peyek teri), irisan telur rebus, dan tempe goreng.

sego wiwit

Sayangnya, sudah banyak petani yang meninggalkan tradisi ini. Di tanah kelahiran saya kini, hanya beberapa orang saja yang masih membuat sego wiwit untuk dihantar ke tetangga sekeliling setiap panen atau tandur.

Untuk mengobati kerinduan akan rasa sego wiwit, Alhamdulillah kini sudah ada tempat makan asik yang pas di lidah dan ramah di kantong.

alamat lesehan sego wiwit
Kebetulan, kemarin keluarga Akanoma berkunjung kesana sebagai ungkapan rasa syukur atas kemenangan Akanoma di National Holcim Award 2014.



Tempatnya yang asik, membuat pengunjung betah berlama-lama. Bahkan, bayi Aga pun sampai tidur nyenyak dibelai semilirnya angin yang bertiup sepoi-sepoi. :)






Read More

Saat Mas Amay Marah

Friday, March 20, 2015

Ada yang lucu kemarin pagi. Ketika tukang sayur langganan memanggil-manggil ibu-ibu sekomplek, Mas Amay dengan semangat menyuruh saya berbelanja. Dia ikut, pasti.

Sambil jongkok, dia melihat-lihat sayuran segar. Matanya tertuju pada sebungkus wortel yang berwarna oranye. Warnanya yang segar memang terlihat menggoda.
“Ma, beli wortel, Ma!” Pintanya.
“Oke,” jawab saya, “Memangnya Mas Amay pingin dimasakin apa sih?” tanya saya kemudian.
“Ya masak wortel aja. Mas Amay ‘kan bisa motongnya,” katanya. Kemudian saya terpikir untuk membuatkan sop ayam, wortel, buncis, dan makaroni untuknya.

Mas Amay memang terbiasa "membantu" saya memasak. Memotong-motong sayuran lebih tepatnya. Alhamdulillah, sejak kecil dia sudah terbiasa makan sayur. Cara saya ini (membiarkannya membantu saya memasak), ternyata bisa menambah kecintaannya pada sayur. Terbukti, Amay yang sebelumnya kurang menyukai brokoli, berubah menjadi sangat suka setelah saya mempercayakan "proses pemotongan" brokoli padanya.

Oke, dan saat memasak pun tiba. Saya mempersiapkan sayur-mayur. Sambil menemani Adik Aga dan Mas Amay yang sedang bermain lego, saya mulai meracik sayuran yang akan saya masak. Adik Aga saya dudukkan di "singgasana".

Beres, semua sayuran sudah siap dimasak. Saya memutuskan untuk memasak setelah Aga tidur nanti. Tiba-tiba Mas Amay memandang lama ke arah saya, juga sayur-sayuran itu. Lego dan mainan-mainannya ia taruh. “Mama, Mas Amay tuh pingin bantuin Mama, loh.” Dia mengatakannya sambil menangis. Oh, rupanya sedari tadi dia sudah menantikan saat memotong sayur, akan tetapi dia tidak menyadari bahwa saya sudah mulai meracik semuanya saat ia asyik bermain. Duh, saya bisa membayangkan betapa kecewanya dia.

Mas Amay, tanpa berkata apapun, langsung pergi. Ia masuk ke kamar. Hmm...saya ikut menyesal karena telah menghancurkan rencana yang sudah disusunnya sejak pagi. Saya pun membiarkannya sendiri.

Sambil menunggu amarahnya reda, saya membereskan mainannya. Biasanya saya menyuruhnya melakukan hal ini sendiri. Tapi kali ini, demi menebus rasa bersalah saya padanya, saya membantunya beberes mainan.

Tak lama kemudian, Adik Aga terlihat mengantuk. Saya bergegas meninabobokannya. Mungkin semua ibu tanpa asisten sama seperti saya. Sambil menggendong atau menyusui si kecil, pikiran terus mendata apa-apa yang akan kita lakukan selagi si kecil tidur, hehe..

Setelah menidurkan si kecil, saya menuju kamar dan bersiap untuk berbicara pada Mas Amay. Dan oouw, saya kecewa. Mas Amay ternyata sudah tidur. Duh kasihan sekali. Ia membawa rasa kecewanya hingga tertidur.

Memang ya, cara seseorang untuk mengungkapkan kemarahan berbeda-beda. Ada yang melakukannya sambil membanting segala benda di dekatnya, ada yang mengungkapkannya dengan kata-kata yang keras, ada juga yang seperti Mas Amay ini, mengutarakan kekecewaannya kemudian diam atau tidur.

Sebenarnya, ada beberapa macam gaya marah, antara lain;
1. Marah yang Diungkapkan.
Menurut pakar, cara paling sehat ketika marah adalah mengutarakan penyebab kemarahan secara tegas, tanpa ada kesan menyerang.

2. Marah yang Dipendam/Ditahan.
Orang yang marah berusaha untuk menahan amarahnya, namun tidak berusaha untuk mengungkapkan, sehingga tidak bisa dicarikan solusinya. Jika amarah sering dipendam tanpa dicarikan solusinya, lama kelamaan bisa menimbulkan depresi.

3. Marah yang Diredakan.
Cara yang ke tiga ini yaitu, marah dengan mengendalikan sikap, serta menenangkan hati dan perasaannya.

Mungkin gaya marah Mas Amay termasuk yang pertama dan ketiga. Mengungkapkan penyebab amarahnya, kemudian ia berusaha meredamnya dengan menyendiri untuk menenangkan hati dan perasaannya.

Jadi ingat sebuah hadits yang berbunyi; "Laa taghdhob walakal jannah" yang artinya, "Jangan marah, maka surga bagimu". Dan manusia yang paling kuat bukanlah ia yang selalu menang dalam perkelahian, namun yang paling kuat adalah ia yang bisa mengendalikan amarahnya.






Read More