Ini Nih, Pentingnya Wudhu dan Do'a Sebelum Masuk Rumah

Sunday, January 31, 2016

Beberapa waktu lalu, kami kedatangan tamu. Tamu itu menginap di rumah. Entah mengapa saat malam tiba, Aga - bungsu kami yang baru 14 bulan - rewel terus-terusan. Saya sampai capek dan mengantuk karena kurang tidur.

Rewelnya Aga ini terus berlangsung bahkan hingga tamu tersebut pulang. Parahnya lagi, Aga jadi malas merangkak, malas berdiri, malas merambat, dan hanya mau digendong saja. Dia pun menjadi sangat manja, sedikit-sedikit menangis. Makan pun jadi susah.

Awalnya kami berpikir, apa Aga sakit? Tapi suhu badannya normal. Hingga suatu malam, saat suami baru pulang dari luar kota, Aga menjadi makin rewel.

"Apa Aga begini terus dari kemarin (saat suami pergi, pen)?" tanya suami saya.

"Iya," jawab saya. "Makanya Arin capeeeek banget." tambah saya lagi,

"Kenapa ya?" suami pun bertanya-tanya. Beliau juga capek dan bingung, karena tidak biasanya Aga seperti ini. Aga sulit sekali dihibur.

Hingga akhirnya suami tersadar, "Aga itu nangisnya nggak keluar air mata lho. Tapi teriak-teriak gitu, kayak diapain aja." Saya pun setuju dengan pendapatnya. Kami lalu paham, ini bukan masalah biasa.

Suami mengingat-ingat lagi, "Oh iya... Aga begini setelah dia nginap ya? Iya bener, dia itu habis dari tempat yang agak gawat memang. Dari sungai juga kayaknya." terangnya.

Setelah menemukan penyebabnya, kami pun sepakat untuk berdo'a. Hehe...bukannya kami tidak pernah berdo'a ya. Tapi berdo'a kali ini dengan meniupkannya di segelas air. Saya membaca surat al-fatihah tujuh kali, kemudian saya meminumkan air itu pada Aga.

Beres?

Belum.

Aga masih rewel.

Akhirnya, kami menyerah. Kami mencari pertolongan dengan menghubungi sepupu di Jogja. Dan benar, katanya memang benar ini ada pengaruh dari tamu kemarin. Tamu kemarin melewati tempat yang "gawat" dan energi negatifnya terbawa. "Itulah kenapa kalau habis dari pergi-pergi kita dianjurkan untuk berwudhu dan berdo'a sebelum masuk ke rumah, seperti yang diajarkan agama kita." tulisnya melalui BBM.

"Terus sekarang cara menghilangkan energi negatifnya gimana?" tanya suami.

"Ambil segelas air, beri segenggam garam. Bacakan surat Yaa Sin, surat An-Nass, Al-Falaq, dan Al-Ikhlas, Kemarin memang sudah dido'akan, tapi belum diberi garam kan? Graam itu fungsinya untuk mengikat energi negatif itu." sepupu saya menjelaskan. "Setelah itu, tambahkan air garam itu ke air mandinya Aga." jelasnya lagi.

Kami mengikuti saran sepupu saya itu. Percaya atau tidak, setelah mandi, Aga mau turun dari gendongan. Ia mulai merangkak, mulai berdiri, mulai merambat lagi, meskipun untuk makan nafsunya belum pulih benar.

Ini yang biasa disebut "sawan" oleh orang Jawa. Energi negatif itu yang membuat Aga lelah, sehingga kondisi fisiknya lemah, dan membuatnya rewel.

Jadi, jangan lupa ya, sebelum masuk rumah berdo'a dulu. Dan jangan lupa juga, berwudhu, atau minimal cuci tangan dan kaki. :)

Sudah tau belum do'anya? Ini dia do'a masuk rumah... :)



Read More

Empal Gentong Enak di Cirebon

Thursday, January 14, 2016

Yang hobi jalan-jalan dan wisata kuliner di Cirebon, pasti udah pada tahu 'kan, Empal Gentong? 

Yap, kuliner khas Cirebon ini memang lezat. Rasanya hampir seperti gulai. Dinamakan "Empal Gentong" karena dimasaknya di sebuah tempat yang terbuat dari tanah liat, semacam gentong. Ini nih yang bikin rasanya jadi makin nikmat.

Ngomong-ngomong soal tempat makan yang menjual Empal Gentong di Cirebon, Empal Gentong Amarta sedang nge-hits, teman-teman. Mertua saya pasti pilih tempat ini untuk makan, meskipun di sepanjang jalan itu tersedia banyak sekali pilihan warung makan yang menawarkan Empal Gentong.

Empal Gentong Amarta: Pelopor Empal Asem di Cirebon

Oiya, lupa bilang, kini ada inovasi baru selain Empal Gentong, yaitu Empal Asem. Bedanya, Empal Asem tidak bersantan, dan sesuai namanya, rasanya memang agak asam.

Empal Gentong Amarta sendiri meng-klaim bahwa dialah pelopor empal asem di Cirebon. Tuh, fotonya di atas. :D

Empal Asem yang kuahnya agak bening, dengan irisan tomat. Empal gentong, kuahnya kuning bersantan.


Dan memang, menurut lidah kami (saya dan mama mertua), Empal Asem Amarta paling pas di lidah.

Empal Gentong, Empal Asem, dan Sate Kambing Amarta

Hampir di semua tempat makan yang menjual Empal Gentong, disediakan pula sate kambing. Di depan Empal Gentong Amarta ini malah ada yang menjual es durian. Ya ampun, nggak bersahabat banget deh sama teman-teman yang punya hipertensi. 


So, wajib hati-hati yaa... Ingat kesehatan. :)

tangga menuju lantai 2, Empal Gentong Amarta

Satu kekurangan Empal Gentong Amarta menurut saya, tempatnya sempit. Tempat parkirnya juga, karena memang ngga disediakan lahan parkir khusus disana. :(


Iya sih, untuk makan ada lantai duanya juga. Tapi karena ruangannya yang sempit ini, kesannya jadi sumpek. Ngga enak juga sama pelanggan yang nungguin kita selesai makan, hehe... Iya, Empal Gentong Amarta ini memang sering terlihat penuh, apalagi di jam makan siang. Hmmm...


lantai bawah Empal Gentong Amarta

Tapi salut, pelayannya sigap-sigap. Jadi, kita ngga kelamaan nungguin makanan. :)

Oiya, kalau makan di lantai bawah, siap-siap sama asap bakaran sate yaa.. :)

tampak depan Empal Gentong Amarta

Kalau teman-teman kebetulan sedang berada di Cirebon dan mencari Empal Gentong Amarta, ini dia alamatnya: Jln. Ir. H. Juanda No. 37, Plered. 


Nah, pas mudik akhir tahun kemarin, rencananya kami mau ke Empal Gentong Amarta juga. Tapiii..dari jauh sudah kelihatan penuh tempat parkirnya. Sudah bisa dipastikan kursinya juga sudah penuh. Karena perut sudah krucuk-krucuk, kami urungkan rencana awal. 

Akhirnya, kami menuju warung Empal Gentong lainnya, yang lebih longgar. Masih di deretan Empal Gentong Amarta juga, namanya Rumah Makan Bu Ulfah. Alamatnya di Jln. Ir. H. Juanda No. 104, Plered.


RM. Bu Ulfah, Cirebon
Kami pilih disini karena rumah makan ini yang paling longgar. Lahan parkirnya tersedia, dan cukup luas dibandingkan dengan warung Empal Gentong yang lain. 



meja kursi tertata rapi
Ruang makannya juga luas dan terlihat bersih.

Empal Gentong Bu Ulfah

Tapi, sama dengan Empal Gentong Amarta, mesti siap-siap dengan asap bakaran sate kambing, hehe... Ini memang sulit sekali dihindari. :)


Empal Gentong Bu Ulfah
Empal Gentong disini sama lezatnya dengan Empal Gentong Amarta. Harga per porsinya Rp 22.000,-
Untuk sate kambing, kebetulan kami belum mencicipinya. 
Tapi, Empal Asem disini terlalu asam menurut saya. Memang Amarta belum tertandingi untuk rasa Empal Asemnya. Pantaslah jika Amarta menyebut dirinya pelopor Empal Asem, hehe...

Empal Asem Bu Ulfah
Jadi, untuk Empal Gentong, RM Bu Ulfah juga recommended loh. Ruang makannya longgar dan bersih. Dan yang juga tak kalah pentingnya, disini disediakan lahan parkir yang cukup luas untuk pengunjungnya. 

Akhir kata, selamat berwisata kuliner yaa.. :)
Read More

Tiga Alasan Mengapa Saya Tidak Memajang Foto di Undangan Pernikahan

Saturday, January 9, 2016


Disclaimer: Postingan ini hanya berdasarkan pendapat pribadi saja, karena menyesuaikan dengan pengalaman, pengamatan dan "kantong" saya sendiri. Yang tidak setuju, pliisss, saya jangan dibully yaa.. :D


Momen pernikahan adalah momen sakral yang tidak akan dilupakan. Karenanya, banyak pasangan yang mempersiapkan peristiwa yang (insya Allah) sekali seumur hidup ini dengan sebaik-baiknya. Saya pun begitu, inginnya, hehehe... Tapi karena banyak sekali kendala, sehingga momen pernikahan saya terselenggara secara sangat sederhana.


~~

Cerita dulu...
Saya memang pernah menjalin hubungan dengan pak suami semasa remaja dulu, ehem... Namun hubungan itu hanya berlangsung selama tujuh bulan saja. Selanjutnya, karena beberapa alasan, kami berpisah. Huhuhu, jangan ditanya seberapa sedihnya, karena seddiiihhh banget. Tapi ya, itu sudah keputusan saya.

Pasca berpisah, sesuai dengan komitmen saya sendiri, saya tidak berpacaran dengan laki-laki manapun. Yang deketin sih, ada beberapa, hehe...tapi saya selalu menahan diri, menahan perasaan, dan berjanji akan berpacaran setelah menikah saja. Ups, sok suci! :D


*Saya sangat sadar, saya masih sangat jauh dari sempurna. Saya pun perempuan normal, yang kadang merasa senang jika ada yang perhatian. :p


Nah, sudah lah yaa, ngomongin tentang perasaan. Singkat cerita, tiga tahun kemudian, saya kembali bertemu dengan mantan pacar. Sayangnya, saya bertemu dengannya saat sedang berduka. Iya, dia datang waktu ibu saya meninggal. ;(


Kalau ingat itu, saya sering tergugu. Mantan pacar saya ini adalah satu-satunya laki-laki yang berhasil mencuri perhatian ibu saya. Saya ingat sekali waktu ibu saya bertanya, "Mas Yopie piye?", saat saya menyodorkan beberapa nama. Dalam hati saya, "Mas Yopie sekarang ada dimana aja aku nggak tau, gimana mau tau sekarang dia kepiye?" Tapi ya begitulah, kadang untuk bahagia, kita harus melewati beberapa cerita duka. Dan iya, pada akhirnya ibu saya juga yang mempertemukan kembali saya dengan si dia, meskipun pertemuan itu terjadi dalam suasana yang tidak saya inginkan.


Pasca pertemuan hari itu, kami tidak ada komunikasi, sampai suatu hari dia menemukan saya di friendster, kemudian facebook. Lalu saya pun mengirimkan SMS padanya, ke nomor handphone 11 digit yang saya hapal di luar kepala, meskipun saya berusaha melupakannya dengan menghapus nomor itu dari handphone saya.


Beberapa bulan kemudian, saya yang saat itu merantau ke Bogor, berniat pulang untuk menghadiri acara lamaran kakak kedua saya. Saat saya "pulang kampung" itulah, dia kembali berkunjung ke rumah, dan tanpa disangka, dengan sangat gentle, dia "meminta" saya pada bapak. Wow.


Bapak menyerahkan keputusan di tangan saya. Saya pun bingung, hiyahahaha...tapi langsung mengangguk. Jarang-jarang ada laki-laki yang berani meminta langsung pada orang tua, ya 'kan? Bagi saya, ini nilai plus. Setidaknya, saya tak perlu meragukan lagi sifat tanggung jawab yang ada pada dirinya.


Dua bulan kemudian, diputuskan acara lamaran keluarga, tepatnya di bulan Syawal. Dipilih waktu pas hari lebaran supaya keluarga besar bisa berkumpul. Dan di hari itu, pasukan dari Majalengka datang ke Purworejo. Rasanya, bahagiaaa...


Saat lamaran itu, kami (saya, tepatnya) memutuskan untuk menyegerakan pernikahan, supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Maklum, saya ini makhluq yang lemah iman. 


Dan persiapan pernikahan dilakukan hanya dalam waktu dua bulan.


Terus terang, dalam dua bulan itu saya nggak ngerti mesti ngapain. Saya manut. Apalagi saat itu saya ada di Bogor, pernikahan dilangsungkan di Purworejo, Si Dia ada di Jogja, mertua di Bumiayu tapi suami harus ngurus surat-surat di Majalengka (temnpat tinggal asal).


Urusan Dekorasi, bapak yang mencarikan. Tata rias, saya pasrahkan pada Mbak Ika (Ika Puspitasari si blogger kece itu loh), biar dia yang mencarikan. Saya cuma pesan, bajunya nanti jangan yang ketat, kalau bisa jilbabnya yang menutup dada. Tapi ya gitu sih, ngga ada yang punya baju kayak gitu waktu itu.


Yang lucu, baju untuk akad nikah, dibuat tanpa diukur. "Gini aja, ambil gamis ibu yang warna kuning, panjang lengan sama kaki ditambahi aja 5 senti - 5 senti," pesan saya pada Mbak Ika via telepon, dari Bogor. Duh, simbakku ini jadi seksi riweuh deh...


Nah, untuk undangan, kebetulan tetangga Bulik di Bogor ada yang punya usaha cetak undangan. Jadi Bulik memesan undangan pada beliau ini, dan alhamdulillah dapat diskonan hampir 50%.


Untuk undangan ini, saya nggak mau neko-neko. Sempat terbersit ide untuk menampilkan foto, tapi alhamdulillah urung dilakukan. Note; Kami tidak melakukan foto pre-wedding yaa... Jadi yang rencananya mau ditampilkan itu foto kami yang kami buat sendiri-sendiri. Si Dia sempat ke-ide-an untuk bikin sketsa sebagai ganti foto, sih..tapi nggak jadi. Alasannya:


1. Undangan yang ada fotonya tuh, Mahal.

Dengan waktu yang mepet tanpa ada persiapan dana, maka saya harus berhemat. :p Tapi walaupun hemat juga, insya Allah undangan pernikahan kami bagus koq, hehe... 'Kan dapet harga diskon, jadi dengan biaya yang saya keluarkan, saya dapet undangan sebagus undangan dengan harga dua kali lipatnya. :)

2. Undangan yang ada fotonya tuh, Sayang.

Iya lah, sayang. Secantik dan setampan apapun aku dan pasanganku, dijamin ga akan ada yang nyimpen undangan yang ada foto kami di dalamnya. Pasti undangan itu akan jatuh ke tempat sampah juga. Hiks hiks, gak ngebayangin deh, foto aku saingan sama kecoa.

3. Malu. Hehe...saya termasuk orang yang malu ketika difoto. Tapi itu dulu. Sekarang? Saya ingin dan sedang berusaha mengembalikan rasa malu itu. :(


Jadi, begitulah, pernikahan yang dipersiapkan serba cepat dan dari jarak yang tak bisa dibilang dekat itu pun akhirnya terlaksana dengan hidmat. Meskipun sederhana, yang penting 'kan, "sah"nya. :D


Read More