Rumah Impian

Friday, January 19, 2018

Tulisan ini adalah postingan kolaborasi dengan #BloggerKAH, setelah beberapa bulan kami absen karena adaaaaa aja kesibukan di antara kami bertiga. Mbak Ran yang baru punya baby Alisha, saya yang masih saja disibukkan oleh cucian dan setrikaan, dan Mbak Widut yang tiap pengen nulis ngga ada temennya. Xixixixi, iyaaa, diantara kami bertiga, Mbak Widut memang yang paling rajin nulis dan paling sering menang lomba. Huhuhu jadi envy sama semangatnya.

Nah, berawal dari curhatan Mbak Widut yang pengen punya dapur outdoor, saya akhirnya mengusulkan bagaimana jika tema bulan ini adalah tentang Rumah Impian?


Meskipun saya pernah menulis seperti apa rumah impian saya, tapi makin kesini, rumah impian saya jadi agak berubah.

Baca: Jatuh Cinta pada Rumah dengan Gaya '8Oan

Ya, dulu saya memang jatuh cinta pada rumah dengan gaya tahun 198Oan. Kenapa? Sudah saya jelaskan di tulisan itu. Tapi karena menyadari bahwa rumah 8Oan itu muahaalll, jadi saya anggap impian ini cuma benar-benar mimpi, yang Alhamdulillah jika menjadi kenyataan, tapi ngga masalah juga kalau ngga kesampaian.

Saya memilih untuk mensyukuri apa yang saya punya. Saya tentu ngga ingin jadi orang yang kufur nikmat. Udah dikasih tempat buat neduh mosok masih kurang bersyukur, ya kan?

Sekarang, fokus saya adalah pada semua yang sudah saya miliki. Saya akan merawatnya, dan mengusahakannya untuk terlihat lebih baik lagi. Nah, kalau ada rezeki lebih, saya pengen bikin rumah saya kayak gini nantinya.

foto dari IG @rumahcantikidaman

Fasade-nya dibikin begini, lalu rumahnya dibikin 2 lantai, dan di atas ada space buat naruh tabulampot, hehe... Iya, karena luas tanah rumah saya hanya 8O meter, tentu impian untuk menanam banyak pohon harus saya urungkan. Meski begitu, saya tetap menanam pohon koq. Ada pohon jeruk dan jambu jamaika. Saya menanamnya dalam pot. Istilahnya, tabulampot, tanam buah dalam pot.

Nah, untuk saat ini, saya lagi pengen pasang kanopi di belakang rumah, untuk ruang cuci jemur, biar njemurnya nggak di depan rumah. Sekarang sebenarnya bisa sih njemur di belakang, cuma lantainya belum rata.

Do'akan yaa biar segera terkumpul dananya.

Terima kasiiiih.. ☺❤

By the way, pernah ada yang bilang gini, "Arin mah enak, suaminya arsitek, pasti gampang lah mewujudkan rumah impian." 

Mmm, iya sih, suami saya arsitek. (Kalau mau tahu kiprah beliau di dunia arsitektur, saya pernah menulis prestasinya bersama teman-temannya di sini. Kalau mau rumahnya didesainkan suami saya, bisa juga hubungi via email atau komen di bawah tulisan ini. Ups, promosi) Tapiiii, justru karena suami saya adalah arsitek, jadi malah nggak bisa didebat. Suami selalu punya alibi untuk menjadikan rumahnya begini dan begitu, baiknya begini dan begitu biar sehat, biar rapi, biar ini, biar itu dan kalau ada rezeki lagi mau bikin rumah di sini dan yang begini. Gitu gitu deh.

Untuk itulah, kadang untuk membela diri, saya bilang, "Ya udah, anggap aja ini rumah pertama, bikin yang sesuai keinginan Arin yaa... Ntar rumah berikutnya -aamiin- terserah dirimu lah mau dibikin kayak gimana. Toh, yang paling banyak diem di rumah kan Arin. Ya ya ya?" Gitu. Dan itu berhasil membuatnya diam, meski perdebatan yang sama selalu terjadi saat kami ingin menambah atau mengubah sesuatu dari rumah ini.

Yang saat ini masih jadi perdebatan adalah partisi untuk dapur. Kebetulan, dapur saya memang terlihat dari ruang tamu. Saya pengennya partisinya sekaligus meja makan, seperti ini, tapi peletakannya bukan nempel di dinding seperti ini yaa..

ambil foto dari IG @ariana_arriana

Suami setuju kalau partisinya meja plus lemari makan, tapi ngga mau ala-ala shabby gitu, dan maunya tengahnya bolong. Yaaaa, percuma dong yaa, dapurnya tetep kelihatan. Alasannya sih, karena rumah kami kecil, jadi kalau tengahnya tertutup begitu, malah bikin rumahnya jadi kelihatan sempit. 

Dan ini adalah problem yang belum terpecahkan, wkwkwk...

Ah sudahlah..lihat aja nanti siapa yang menang. Hahaha.. Baiklah, sekarang baca rumah impiannya Mbak Rani dan Mbak Widut yaa.. Penasaran, kayak gimana rumah impian mereka. ☺

8 comments

  1. Hahaha.. kasihan sekali ya Mbak Widut yang selalu bersemangat di antara kita bertiga tapi cuma dia sendiri yang sempet nulis, sementara kita? Eh kita bentar lagi juga nyusul sih ya? Aamiinkah aja deh.

    Btw partisi kalo lemari+meja makan kalau dilihat dari depan, semisal lemarinya bagian belakang nggak rata jadi kayak kurang rapi Mbak Rin.. Mending bikin partisi yang dari kayu ditekuk-tekuk itu lho.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tapi partisi yang ditekuk-tekuk itu ngga fungsional Mbak..xixixi.. ya cuma sebatas pembatas aja..

      Delete
  2. Sayang banget rumah era 80 mahal ya? Saya juga kepengen punya rumah yang bagus, semoga tercapai ya Mbak keinginannya ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mba.. muahaaalll..hehehe.. aamiin Mba, saling mendoakan ya..

      Delete
  3. Enak ya suaminya arsitek, bisa desain sendiri dong :D

    ReplyDelete
  4. Aku pengin rumah yg nggak terlalu besar, tapi halamannya yang luaaasss

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, dulu idealisme nya juga begitu. Tapi tanah di Solo kan mahal..hihi.. kecuali kalau nanti pulang ke Purworejo..di sana masih relatif murah.

      Delete

Terima kasih sudah berkunjung. Silakan tinggalkan komentar yang baik dan sopan. Komentar yang menyertakan link hidup, mohon maaf harus saya hapus. Semoga silaturrahminya membawa manfaat ya...