Merangkai Mahkota Untuk Bunda

Sunday, September 15, 2013

Salah satu cobaan terberat yang pernah saya alami adalah ketika ibu saya dipanggil menghadap Yang Kuasa. Sering saya menangis ketika merindukan almarhumah ibu, dimana pun saya berada saat itu. Saya menangis bukan karena tak ikhlas. Saya sangat ikhlas, apalagi mengingat beliau sudah lama menderita sakit. Saya pun menyadari, kepergian ibu adalah hal yang terbaik, supaya beliau terbebas dari sakit yang selama ini dideritanya. Saya menangis karena saya belum menunjukkan bakti pada beliau. Rasa sesal itu masih ada hingga kini, lima tahun semenjak peristiwa itu.

Suatu ketika sambil menahan tangis saya memohon pada Allah. Ya Allah, apakah yang bisa saya lakukan untuk beliau? Saya takut saya belum tergolong sebagai putri yang sholihah, yang di setiap do’anya mengalir pahala jariyah. Saya takut, sedekah yang pernah saya keluarkan untuk ibu tanpa saya sadari terkandung riya, sehingga pahalanya tak sampai untuk ibu.

Sempat tercetus keinginan menghadiahi sesuatu untuk almarhumah ibu, namun saya tak punya apa-apa untuk dihadiahkan. Pada saat itu, muncul keinginan untuk menghafal salah satu surat di dalam Al-Qur’an. Saya sempat ragu, apakah menghafal Al-Qur’an dengan motivasi seperti itu dibolehkan? Kemudian saya bertanya pada seorang teman. “Kalau saya niat menghafal satu surat dalam Al-Qur’an kemudian diniatkan sebagai hadiah untuk ibu, apa boleh ya?” Begitu pertanyaan saya. Sahabat saya pun menjawab, “Insya Allah tidak apa-apa.” Lalu mulailah saya menjalankan “proyek” itu. Saya ingin menghadiahi beliau Surat Ar-Rahman, salah satu surat yang paling saya sukai.

Sebagai seorang Muslim, saya percaya dengan sebuah hadist dari Buraidah, Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang membaca Al-Qur’an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, ‘Mengapa kami dipakaikan jubah ini?’ Dijawab, ‘Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al-Qur’an.” (HR Abu Daud)

Saya ingin menghadiahi beliau jubah istimewa itu. Juga untuk simbah putri dan bapak yang tak lelah mengajarkan saya bagaimana membaca Qur’an dengan benar. Semoga niat saya dipermudah oleh-Nya. Saya pun berharap, keturunan saya kelak dapat menjadi seorang Ahli Qur’an. Saya yakin, walaupun memang tak mudah, namun sesungguhnya menghafal Al-Qur’an adalah mudah. Semua tergantung niat kita. Bukankah Allah juga sudah berjanji dalam firman-Nya? “Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran (adz-Dzikr), maka adakah orang yang mengambil pelajaran?(Al Qamar:17)

Maka ni’mat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?


Read More

Tips Menghilangkan Jerawat dengan Mudah

Sunday, September 8, 2013

Jerawatan? Bagi sebagian orang mungkin tak terlalu mengganggu. Namun bila Anda adalah termasuk ke dalam golongan orang-orang yang sangat tidak menyukai benda kecil nan menyebalkan ini, jangan panik dulu yaa..
Tengok ke dapur yuk, siapa tahu ada yang bisa kita gunakan untuk mengobati jerawat di wajah.


  1. Madu. Cukup Oleskan madu pada jerawat, diamkan selama 10-15 menit, lalu bilas. Cara ini dapat dilakukan setiap hari hingga jerawat menjadi kering dan akhirnya hilang.
  2. Kuning telur. Kocok kuning telur, oleskan pada wajah dan biarkan selama 15 menit hingga mengering. Hilangkan kuning telur dengan kain. Bilas wajah dengan air hangat.
  3. Mentimun. Parut mentimun lalu oleskan pada bagian kulit yang berjerawat dan berkomedo. Tunggu hingga 20 menit dan bilas dengan air hangat.
Mudah ya? Selamat mencoba...



Read More

Belajar Tentang Anger Management dari Film Taare Zameen Par

Sunday, September 1, 2013


Beberapa waktu lalu saya menyaksikan film India berjudul "Taare Zameen Par". Sebenarnya, film itu sudah cukup lama dirilis, yaitu tepatnya pada tanggal 21 Desember 2007. Namun saya baru mengetahui ada film sebagus itu setelah diskusi dengan beberapa teman tentang film-film yang menarik dan bermanfaat untuk ditonton.



Taare Zameen Par

Diperankan oleh Aamir Khan sebagai Ram Shankar Nikumbh dan Darsheel Safary sebagai Ishaan Awasthi, film ini bercerita tentang seorang anak (Ishaan) yang dianggap bodoh oleh orang tua, bahkan oleh guru-gurunya juga. Anak itu hampir kehilangan semangat dan rasa percaya diri karena setiap hari yang ia dengar hanyalah umpatan dan kutukan "tak becus" dari orang-orang di sekelilingnya. Suara bentakan, teriakan keras dari ayah dan guru-gurunya, menjadi makanan tiap hari. Pandangan matanya seolah berteriak minta tolong, seolah dengan kata-kata saja tak cukup untuk mengeluarkan isi hatinya. Tak ada yang mau mendengar jeritan hatinya.

Ishaan adalah seorang anak yang menderita dyslexia. Di usianya yang ke-9 ia belum bisa membedakan huruf-huruf yang hampir sama, seperti b dan d, p dengan q, dan yang sejenisnya. Ia juga sering terbalik dalam menuliskan beberapa huruf dan angka. Memang, penderita dyslexia kebanyakan memiliki ketidakmampuan dalam belajar yang disebabkan oleh kesulitan dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis. Namun begitu, Ishaan memiliki kemampuan yang luar biasa dalam hal melukis. Sebuah bakat yang dianggap tak bermanfaat oleh kebanyakan orang.

Inspiratif sekali. Film ini mengajarkan kita bagaimana menghadapi anak yang tak biasa, juga mengingatkan kita bahwa tak ada anak yang bodoh. Yang ada hanyalah anak dengan kemampuan yang berbeda, karena cepat atau lambat mereka pasti bisa menguasai apa yang telah dan sedang mereka pelajari. Dan yang harus digarisbawahi, kecerdasan itu tak melulu bicara soal matematika, fisika, atau kimia.

Pesan moral yang saya tangkap adalah, memaksa anak untuk menjadi seperti ambisi kita, lebih buruk daripada menyuruh mereka menjadi seorang kuli. Memaksa anak untuk bisa menguasai segalanya, menuntut untuk bisa selalu menjadi juara, justru akan membuatnya benci pada ilmu yang seharusnya ia pelajari dengan senang hati.

Setiap anak dilahirkan unik. Mereka punya impian dan kemampuannya sendiri, dan kewajiban kita adalah menghormati pilihan mereka supaya jiwa mereka berkembang dengan baik.






Dari film itu juga saya dapatkan pelajaran baru, kisah tentang penduduk Pulau Solomon (yang baru saya tahu), apabila mereka ingin membuka lahan baru untuk bercocok tanam, mereka tak perlu repot-repot menebangi pohon. Yang mereka lakukan adalah mengelilingi lahan itu sambil mengumpat dan mengutukinya, dan ajaibnya beberapa hari kemudian pohon-pohon disana akan berubah layu, siap untuk dijadikan lahan bercocok tanam yang baru. Mahmud Mahdi Al-Istanbuli menuliskan dalam buku Parenting Guide, "Jagalah anak, jangan sampai anak tersugesti__baik sengaja maupun tidak__dengan pikiran dan perbuatan yang dapat melemahkan kepribadian anak." 

Poin terpenting yang harus kita ingat sebagai orang tua adalah, bahwa setiap perkataan adalah do'a. Pernah mendengar kisah Syeikh Abdurrahman as-Sudais bukan? Beliau ketika kecil, pernah membuat marah ibunya karena dengan tangan mungilnya, beliau menyebarkan debu ke atas jamuan makan yang disediakan sang ibu untuk para tamu. Namun, dalam marahnya sang ibu berkata, "Jadilah kamu Imam di Masjidil Haram!!", dan itu benar-benar terjadi hingga sekarang suara beliau sering kita dengar dalam Murotal. 

Marah itu wajar. Namun, mampukah kita tetap berucap sesuatu yang baik dalam kondisi semarah apapun? :)




Read More

Setup Pisang Kepok

Tuesday, August 27, 2013


Hari ini tiba-tiba saya ingin membuat kudapan. Setelah melihat isi kulkas, hanya ada sesisir pisang kepok yang memungkinkan untuk dijadikan makanan, hehehe... Lantas saya bertanya pada diri sendiri, enaknya, pisang kepok ini dimasak dengan cara apa ya?

Kolak? Yah, masa santan lagi?
Pisang goreng? Bosan ah...
Pisang rebus? Tadi pagi sudah merebus ubi untuk sarapan.

Aha!! Ting! Mendadak muncul ide untuk membuat setup pisang kepok. Saya pun langsung bertanya pada kakak saya, bagaimana cara membuat setup pisang kepok favorit saya ini. Ternyata cukup mudah kok. Jadi, meski baru pertama kali membuatnya, saya langsung berhasil membuat setup pisang kepok yang saya inginkan.

Yang saya perlukan hanya air, gula pasir, sedikit garam, dan kayu manis. Sebenarnya, bila ditambah dengan beberapa butir cengkih, rasanya akan lebih nikmat. Tapi, kebetulan di dapur saya tidak ditemukan sebutir cengkih pun. 

Caranya pun gampang. Pertama, rebus kurang lebih 2 liter air dengan gula pasir sesuai selera. Tambahkan 1 sdt garam. Masukkan 2 batang kayu manis, tunggu sampai mendidih. Sembari menunggu air mendidih, potong serong pisang kepok. Setelah air rebusan kayu manis dan gula pasir tadi mendidih, masukkan potongan pisang, masak hingga matang. Selesai.

Setup pisang bisa dinikmati kapan saja, baik hangat maupun dingin.


Resep Setup Pisang Kepok
setup pisang kepok

Oya, selain lezat, setup pisang ini juga bermanfaat untuk kesehatan loh. Kita tentu tahu bahwa pisang mengandung gizi yang komplit. Ada Karbohidrat, Vitamin A, Vitamin C, Kalium, Magnesium, Fosfor, Besi, Kalsium, Protein, dll. Nah, kayu manis pun mempunyai manfaat dalam menjaga kesehatan tubuh.

Mengonsumsi kayu manis secara rutin, dipercaya dapat menurunkan kadar gula dalam darah dan kolesterol. Jadi, kayu manis ini bermanfaat untuk mencegah diabetes dan menjaga kesehatan jantung. Dan ternyata, untuk kaum wanita yang sering mengalami dismenorea atau sakit perut saat haid, mengonsumsi kayu manis secara rutin bisa mengurangi rasa sakit karena datang bulan.

Waa, banyak sekali manfaatnya, yaa... 

Hmmm....setelah menikmati setup pisang ini, saya jadi merasa sehat dan segar nih, hehe... Sluurrrppp... Yuk, kita bikin setup pisang kepok juga. Setup pisang kepok hangat, cocok banget dinikmati di musim hujan seperti sekarang. :)



Read More

Kelapa Untuk Kesehatan, Kecantikan, dan Kesejahteraan

Wednesday, August 21, 2013

Siapa yang tak kenal dengan pohon ini?

Ya, ini adalah pohon kelapa.
Kita pasti tahu bahwa pohon kelapa adalah pohon yang semua bagiannya bermanfaat.
Batang daunnya, bisa dijadikan sapu lidi.
Daun-daunnya yang telah mengering bisa dipakai sebagai pengganti kayu bakar untuk memasak. Bahkan dahulu, bagian ini juga digunakan sebagai obor sebelum listrik datang sebagai penerang.
Batangnya, disebut glugu, digunakan untuk membangun rumah.
Akarnya, bisa dijadikan keset.
Bunganya, yang sering disebut manggar, bisa dibuat sayur. Pernah dengar Gudeg Manggar, bukan?
Buahnya, yang sudah tua digunakan sebagai bahan pembuat santan untuk memasak. Yang masih muda bisa dimakan langsung dengan air kelapanya. Nikmaaattt...sluurrpp :) Bahkan, yang setengah tua pun bisa dipakai untuk membuat urap.

Saya termasuk penggemar berat air kelapa, yang mungkin dihindari oleh sebagian orang. Atlet voli atau basket misalnya. Karena yang pernah saya dengar dari mereka, minum air kelapa membuat mereka agak "berat" ketika melompat. Wallahu a'lam, saya bukan atlet jadi tak bisa membenarkan atau menyalahkan. Tapi tak perlu khawatir, ada segudang manfaat dari air kelapa yang perlu kita tahu, selain ia bisa menghilangkan dahaga karena mengandung isotonik yang sesuai dengan cairan tubuh, sehingga bisa mengganti mineral tubuh yang hilang melalui keringat.

Saya ingin menuliskan manfaat yang benar-benar saya ketahui saja. Saat bulan Ramadhan lalu keponakan saya tercinta (Rara, 1 tahun) sedang rewel, kami serumah ikut panik. Suhu tubuhnya agak tinggi. Minum ASI ibunya tak mau, makan apalagi. Badannya sudah kami balur dengan bawang merah yang diberi minyak kayu putih ditambah dengan minyak telon dan minyak sayur (karena kami tak punya minyak klentik), namun panas badannya tak juga turun. Saat panik itulah, tiba-tiba suami saya teringat sebuah ramuan (hehe, lebay..). Yak, air kelapa hijau.

Alhamdulillah, kebetulan kami punya beberapa pohon kelapa di kebun belakang rumah. Tinggal panjat dan petik saja. (Bukan saya loh yaaa yang manjat, tapi bapak saya.. :p)

Setelah meminum hampir setengah gelas (kebetulan keponakan saya itu suka dengan rasa air kelapa yang sejuk menyegarkan), beberapa jam kemudian ia kembali ceria. Panasnya mulai turun. Pantas saja ya bila air kelapa hijau digunakan sebagai penawar untuk orang-orang yang mengalami keracunan.

Oya, denger-denger, air kelapa ini bisa juga digunakan untuk merawat kecantikan loh. Membasuh wajah dengan air kelapa sesering mungkin, bisa menyamarkan flek atau noda hitam di wajah. Insya Allah ga ada efek sampingnya, karena ini alami. Ada juga yang mengatakan bahwa minyak yang dihasilkan dari rebusan santan kelapa juga bisa mengurangi kerutan di wajah.

Nah, ini dia caranya supaya kita bisa tetap awet muda.
- Buat santan dari sebutir kelapa
- Panaskan santan secara terus-menerus sambil diaduk
- Selanjutnya, air dan minyak akan terpisah, hingga akhirnya air akan menguap sampai habis.
- Simpan minyak yang tersisa ke dalam wadah yang bersih dan steril. Gunakan sebagai lotion.

Kalau nggak mau ribet, di pasaran sudah banyak dijual VCO, Virgin Coconut Oil.


Nah, bayak sekali ya manfaat dari sebatang pohon kelapa? Yuk, tanam sebanyak-bayaknya untuk anak cucu kita...
Read More

Puasa Manusia dan Binatang

Thursday, July 18, 2013

Enam tahun lalu, tepatnya di bulan Sya'ban 2007, di acara Tarhib Ramadhan.
Demi mendengar kisah Pak Ustadz, saya merinding jadinya. Beliau menyampaikan bahwa Ramadhan memang identik dengan puasa. Namun puasa yang seperti apakah? Karena sesungguhnya, tak hanya manusia yang berpuasa. Binatang pun juga.

Bianatang apakah itu? Ada dua jenis binatang yang beliau contohkan.
1. Ulat
2. Ular
Keduanya sama-sama makhluk melata, sama-sama mengerikan, bahkan menjijikkan menurut sebagian orang. Keduanya juga sama-sama melakukan puasa. Puasa? Ya, puasa. Dan disinilah letak perbedaannya.

Ulat, ketika dia masih menjadi seekor ulat, yang dilakukannya hanyalah makan saja. Ia mengumpulkan "bekal" supaya di "kehidupan" selanjutnya ia selamat. "Kehidupan" selanjutnya yang dimaksud adalah ketika ia bermetamorfosa menjadi seekor kepompong. Dengan bekal yang telah ia kumpulkan sebelumnya, ia berpuasa, berusaha melawan goncangan dari luar, berusaha bertahan. Jika bekalnya cukup dan ia "kuat" menjalani masa tersulitnya, maka sempurnalah kelahirannya menjadi makhluk cantik bernama kupu-kupu, yang menyenangkan mata bila memandangnya. Subhanallah.

Akan halnya dengan ular, walaupun ia juga menjalani puasa, selepasnya ia tetap menjadi seekor ular. Ia hanya berganti "kulit" saja. Sama dengan manusia yang hanya berganti baju lebaran saja. Ular, tetap menyandang gelar sebagai jelmaan siluman.

Lalu, dari cerita di atas, relakah kita disamakan dengan seekor ular? Relakah kita menjadi manusia yang perangainya sama seperti sebelum Ramadhan, meski telah ditempa selama sebulan penuh untuk beribadah pada-Nya? Relakah Ramadhan kita hanya berakhir senilai baju lebaran semata? Relakah puasa kita, hanya menyisakan lapar dan haus yang sia-sia?
Na'udzubillah min dzalik, sesungguhnya aku berlindung dari semua itu.

Allah berfirman: "Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar." QS 33:35

Semoga puasa kita di bulan Ramadhan serupa dengan puasa seekor ulat, tak hanya mempercumakan lapar dan haus semata. Semoga selepas Ramadhan nanti, kita terlahir menjadi pribadi baru yang menyenangkan setiap mata yang memandang. Semoga Allah meridhoi kita, mengampuni dosa-dosa kita yang terdahulu, juga dosa-dosa yang akan datang. Semoga kita selalu istiqomah di jalan-Nya, sejak Ramadhan ini, hingga saat maut menjelang. Aamiin..

Wallahu a'lam bishshowab.

Read More

Jangan Baca Ayat Kursi!!

Thursday, June 27, 2013



Membaca judul ini mungkin akan ada pertanyaan, mengapakah? Saya bukan bermaksud memandang ayat ini sebagai “sesuatu” yang negative, namun ada sebuah kisah yang saya alami dan berhubungan dengan ayat ini.


Suatu hari, suami saya mendapat tugas ke Jogjakarta. Karena lokasinya jauh, hampir dua jam dari kota, akhirnya saya “mengungsi” di rumah Bude di Godean. Saya memilih ikut ke Jogja karena di Solo saya hanya sendirian dengan anak saya yang berusia kurang dari dua tahun kala itu. Selain itu, tujuan saya sekaligus bersilaturrahmi ke tempat Bude, yang sudah lama tidak saya kunjungi.


Kami berangkat Rabu sore karena Kamis paginya suami harus menjemput klien. Malam itu terlewati dengan tak ada suatu apa. Paginya suami berangkat dan beliau baru akan kembali keesokan harinya. 


Kamis malam, artinya malam Jumat. Dan Jumat itu adalah Jumat legi menurut pasaran Jawa. Selepas maghrib, Amay, anak saya mulai rewel. Kami membujuknya namun tak berhasil, hingga ia menangis sambil berteriak.


Saya pun panik. Sambil menggendongnya, saya komat-kamit membaca ayat kursi, dan tiga surat lainnya yaitu Al-Falaq, Al-Ikhlas, dan An-Nass. Namun tangisan Amay tak juga berhenti, bahkan ia makin susah dikendalikan. 


Kebetulan di rumah Bude saya, hadir juga calon menantunya. Dia bilang, “Coba telpon Mas Yopie (suami saya), Rin. Mungkin Amay kangen.” Lalu sepupu saya meneleponkan suami. Rupanya, di tempat suami tidak ada sinyal. Saya berusaha menelepon suami lagi, tapi susahnyaaaa… Ketika pada akhirnya tersambung, suaranya pun putus-putus dan kurang jelas. Dan memang, ketika mendengar suara suami yang terputus-putus itu Amay diam. Ketika telepon ditutup, Amay kembali menangis. 


Saya tetap membaca apapun yang saya bisa, ketika kemudian Bude saya berkata, “Jangan baca ayat kursi ya, Rin.”


“Lho Bude, dari tadi Arin baca ayat kursi.” Saya heran. 


“Pantesan!” mereka bertiga kompak. Bude, sepupu saya, dan kekasihnya itu.


“Lho, salah ya?” saya masih bingung.


“Disini lebih baik baca Al-Fatihah, Rin. Karena kalau baca Ayat Kursi, kesannya kamu tuh ngusir mereka.” Terang calon menantu Bude saya. 


“Oh…” Tanpa banyak bicara akhirnya saya membaca Surat Al-Fatihah. Amay sedikit lebih tenang, tapi masih menangis. 


Calon menantu Bude saya kemudian ke dapur untuk mengambil garam, lalu dia ambil juga sapu lidi (sapu tebah). Entah apa yang dia lakukan di kamar, namun kemudian dia menyuruh saya untuk menidurkan Amay di kamar itu. Tak berapa lama, Amay pun tertidur.


Saya kemudian keluar kamar untuk mencari tahu ada apa sebenarnya. Mereka sudah berkumpul.


“Ini Jumat Legi ya?” tanya sepupu saya kepada kekasihnya.


“Iya.” Jawabnya.


“Ada apa dengan Jumat legi?” tanya saya. Jujur, saya masih sangat bingung saat itu.


“Di lantai atas lagi ada pengajian.” Kata kekasih sepupu saya.


“Oh, makin ngga ngerti aku.”


“Gini, mereka itu kan baik, mereka sudah menghuni rumah ini ribuan tahun. Mereka pun mengaji, dan rumah ini ketempatan tiap malam Jumat legi. Mereka datang dari segala penjuru. Amay itu sebenarnya udah sering lihat makhluq-makhluq kayak gitu. Tapi kalau ada papanya, dia merasa aman. Ini kebetulan Mas Yopie nggak ada, jadi dia bingung mau berlindung ke siapa.”


“Oh..” 


“Kalau baca Al-Fatihah kan kita mendo’akan to, Rin? Kalau ayat kursi lebih ke mengusir, dan mereka nggak suka.” Tambah sepupu saya.


“Oh… Bude nggak takut?”


“Bude si udah biasa.”


“Mereka itu nggak ngganggu koq, Rin. Aku aja tidur di atas sendiri juga nggak apa-apa.” Kata sepupu saya. “Mungkin tadi Amay lihat banyak makhluq berterbangan kali…kan biasanya paling dia lihat cuma diem.”


Mereka terlihat tenang, bahkan bercerita sambil bercanda. Sementara saya, melongo dibuatnya.




Read More