Ngelahirin Secara Caesar Karena Nggak Mau Sakit?

Tuesday, February 25, 2014

"Ibu-ibu jaman skg nggak mau sakit, kalo ngelahirin pake operasi cesar, padahal Tuhan memberikan rasa sakit pada saat melahirkan untuk mengingatkan bahwa anak didapat tidak dgn cara yg mudah. Kesakitan melahirkan anak sesungguhnya doa seorang perempuan pada Tuhan u/ menjadi seorang Ibu." Kalimat tersebut dituliskan oleh Anton Dwisunu pada tanggal 22 Februari lalu.

Rasanya pediiih banget baca tulisan itu. Pingin nangis, tapi karena waktu itu saya sedang di masjid menunggu suami yang sedang shalat, saya tahan air mata yang sudah mau keluar. 

Koq bisa beliau men-judge seperti itu. Seandainya dia tahu apa yang saya rasakan ketika menjelang kelahiran Amay kurang lebih tiga tahun silam.

Saya masuk Rumah Bersalin hari Minggu malam, 13 Maret 2011. Saat itu, rencana awal hanya ingin kontrol dua mingguan, mengingat usia kandungan yang sudah semakin tua. Maksudnya, ingin tahu bagaimana kondisi saya dan janin, karena suami akan mempersiapkan pekerjaan-pekerjaannya untuk dibawa ke rumah. Suami memang ingin mendampingi saya saat melahirkan. Saya menunggu diperiksa sejak jam 16:30, dan baru ditangani jam 21:00. Saya sih maklum, karena pada saat menunggu antrian, ada dua orang pasien rujukan dari bidan desa yang siap melahirkan, sehingga dokter memprioritaskan pasien yang akan melahirkan terlebih dulu.

Pada saat diperiksa, jam sembilan malam waktu itu, dokter mengatakan bahwa plasenta saya sudah mulai mengapur. Iseng saya tanya, tanda-tanda mau melahirkan itu seperti apa? Saya sudah merasa pegal di bagian panggul. Mendengar pertanyaan saya, dokter pun berinisiatif melakukan pemeriksaan dalam. Kata beliau, air ketuban sudah mulai merembes. Oh, jadi yang saya anggap keputihan itu adalah ketuban to? Dokter pun menyarankan agar saya menginap malam itu. Mengingat waktu juga sudah malam (di Purworejo, jam segitu sudah sepi), akhirnya kami mengiyakan. Dokter kemudian memberi saya kapsul untuk memacu kontraksi yang diberikan tiap 6 jam sekali, sebanyak 4 kali. Jadi dalam 24 jam ke depan, saya akan diobservasi.

Esoknya, kakak saya menemani. Ternyata banyak yang sudah tahu bahwa saya akan melahirkan. Bulik saya pun wanti-wanti lewat telepon, kalau perut terasa mulas, banyak-banyak istighfar saja. Menurut pengalaman Bulik, kontraksi semakin cepat setelah dipacu dengan obat. 

Kakak saya bertanya, "Jane kowe ki mules ora to, nduk? (Kamu itu sebenarnya merasa mulas nggak si?)" dan saya jawab dengan gelengan sambil cengengesan. Saya juga masih bisa jalan-jalan (katanya jalan-jalan bisa mempercepat kontraksi, kan?). Sampai ketika ada ibu bidan yang menjenguk, beliau berkata, "Orang kalau mau melahirkan harusnya nangis, bukan ketawa-ketiwi." Mendengar itu, kami semua yang ada di kamar pun tertawa. Lha, kenapa saya harus menangis? Semua "masih" terasa baik-baik saja.

Hingga keesokan harinya, empat buah kapsul yang saya minum sehari semalam kemarin ternyata tidak menimbulkan efek apapun pada rahim saya. Akhirnya, saya diinfus sejak senin malam hingga hari rabu. Saya masih bisa tertawa, saya tidak merasakan sakit karena kontraksi, dan saya masih selalu berpikir positif sambil berdo'a bahwa saya bisa melahirkan secara normal. Tidak terlintas sedikitpun bahwa kenyataan akan berkata lain. Saya membayangkan melahirkan secara normal, kemudian bayi saya melakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini). 

Namun hal yang sangat berat kemudian harus saya alami. Rabu sore, saya kembali di USG untuk ke sekian kali. Dokter mengatakan bahwa air ketuban sudah hampir habis dan harus segera diambil tindakan. Tindakan itu tidak lain operasi caesar, mengingat bahwa tidak ada kontraksi dan tidak ada bukaan sama sekali. Dengan berat hati, saya mengiyakan anjuran dokter. Saya tidak mau terjadi apa-apa dengan bayi saya nanti. Tangis saya pun pecah, apa yang saya bayangkan musnah. Suami mencoba menenangkan saya meskipun saya lihat gurat kecemasan juga ada di wajahnya. 

Persiapan menjelang operasi, saya sudah bisa mengikhlaskan apa yang terjadi. Saya berpegangan erat pada tangan suami yang setia menemani. Malam itu, Amay terlahir. Suara tanagisnya memecah sunyi. Dan memang terbukti, meskipun gerakan janin tetap aktif, tapi berat badan saat lahir tidak sesuai dengan perkiraan dokter ketika di USG. Selisihnya mencapai 500 gram. Amay terlahir dengan berat hanya 2600 gram saja. Kata doker, karena plasentanya mengapur, jadi asupan makanannya tidak sampai ke janin.

Pasca operasi, malam tanggal 16 Maret 2011, saya ditemani suami dan kakak. Mereka tertidur pulas malam itu, kelelahan menemani saya sepanjang hari. Giliran saya yang mulai merintih menahan perih setelah efek bius perlahan menghilang. Huhuhuhu, begini ternyata rasanya, tawa saya hilang seketika.

Kata siapa melahirkan secara caesar tidak sakit? Saya masih harus kontrol jahitan hingga 3x setelah melahirkan untuk memastikan bahwa kulit telah tertutup sempurna. Yaa, nggak sempurna juga si...seperti ban motor yang bocor lalu ditambal. Tapi saya bersyukur, saya tidak seperti ibu-ibu di kamar sebelah yang mesti diulang jahitannya karena setelah seminggu ternyata kulitnya belum mengatup dan jahitannya kembali menganga. Masih mau bilang bahwa caesar itu enak? Saya hingga saat ini masih sering merasa cenat-cenut di bekas jahitan. Itu yang membuat suami saya merasa kasihan tiap kali saya merintih. Itu juga yang menjadi alasannya untuk menunda kehamilan anak ke dua, meskipun akhirnya kebobolan juga, hahaha...

Bagaimanapun cerita kehamilan atau kelahiranmu, rasanya tidak adil jika dikatakan bahwa ibu yang sempurna adalah ibu yang merasakan melahirkan secara normal. Saya yakin, jarang sekali ada yang sedari awal ingin melahirkan secara caesar. Terlebih saya, melihat angka yang harus dibayar saja sudah ogah sebenarnya. Tapi karena keadaan yang memaksa, apa boleh buat? Manusia hanya bisa berencana, selebihnya Allah lah yang menentukan. 
Read More

Nyemplung Ke Dunia Tulis-Menulis Itu, Asyik!!

Friday, February 14, 2014

Tahun 2010 lalu, saya memutuskan berhenti mengajar untuk membersamai suami di Solo. Sebelumnya kami terpisah selama tujuh bulan sejak menikah karena saya menjadi guru di sebuah preschool di Bogor. Kala itu saya sering bolak-balik Bogor-Jogja (karena waktu itu belum pindah ke Solo) 2 minggu sekali. 

Alhamdulillah, setelah serumah dengan suami, saya hamil. Sehari-harinya saya hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga sambil menunggu suami pulang. Karena tidak ada kegiatan lain, dan saya bukan termasuk ibu-ibu yang doyan main ke rumah tetangga untuk ngerumpi, suami membuatkan saya blog untuk menyalurkan hobi menulis. Jadilah blog ini. Namun, saya tahu diri. Tulisan saya masih sangat hancur dan kurang enak dibaca. Blog ini pun kosong.

Baru kemudian tahun lalu, seorang teman bernama Astuti Mae memotivasi saya untuk menulis. Blog ini pun mulai terisi. Saya ingat betul kata-katanya untuk tidak terlalu memikirkan bagus atau tidaknya tulisan saya, yang penting menulis saja, karena dengan terus menulis lama-lama kemampuan akan terasah dengan sendirinya. 

Saya mencari komunitas untuk mendukung hobi baru saya ini, dan pada akhirnya saya bergabung dengan Komunitas Penulis Bacaan Anak karena saya memang sedang senang menulis cernak untuk putra saya yang saat itu berumur 2 tahun. Beberapa hari setelah bergabung dengan komunitas Pabers, saya menemukan sebuah grup lain, Ibu-ibu Doyan Nulis (IIDN) namanya. 

Dari kedua komunitas itu, saya mencoba berkenalan dengan beberapa penulis. Saya senang karena mereka semua baik, ramah, dan tidak pelit ilmu. Dari Mbak Dian Kristiani Sang Peri Gokil, saya belajar bagaimana menjadi penulis yang mapan. Eh, belakangan bertemu dengan Mbak Siti Nurhasanah waktu kopdar IIDN Solo 25 Desember 2013 lalu, dan ketularan virus matrenya. Alhamdulillah...hehe...

Penulis-penulis lain yang sering berinteraksi dengan saya seperti Mbak Candra Nila yang ahli membuat status. Status-statusnya kadang membuat perut kaku karena tertawa geli, tapi sering juga penuh dengan untaian hikmah. Ada juga Mbak Rebellina Passy yang sering jadi tempat curhat, hehe.. Dengannya saya berdiskusi tentang kepenulisan, juga tentang kehidupan. Belum pernah berjumpa, tapi saya sih merasa sudah jadi teman dekat. (semoga tidak SKSD yaa..:))

Penulis lain ada Mbak Laila Masruro, Mbak Moocen Susan (sang pakar blog), Mbak Hana Aina, Mbak Noer Ima, dan masih banyak lagi. Ohya, yang tidak boleh terlewat, Mbak Indari Mastuti founder IIDN yang saya jumpai tanggal 5 Februari 2014 lalu. Darinya saya belajar narsis, belajar untuk menumbuhkan rasa percaya diri bahwa menulis itu tak sesulit yang saya bayangkan. Saya senang mengenal mereka. Mereka semua baik hati dan tidak sombong, hehehe...

Ternyata dunia tulis-menulis membuat saya punya banyak teman. Teman bagi saya adalah rezeki. Seperti kata pepatah, kamu adalah sebagaimana temanmu, maka saya mencari penulis supaya saya tertular energi menulisnya.

Bismillah.. :)
Read More

Bagaimana Cara Mengirim Gagasan di Jawa Pos?

Tuesday, February 11, 2014

     Hari ini adalah hari istimewa untuk saya? Mengapakah? Karena pada hari ini, akhirnya tulisan saya untuk pertama kali dimuat di media. Rasanya, seperti orang yang kehausan di tengah padang pasir yang tandus, lalu tiba-tiba melihat genangan air, dan itu BUKAN fatamorgana. Hehe, lebay dikit. Tapi bener lho, rasanya campur aduk. Deg-degan, senang luar biasa, juga puas. Saking senangnya, saya sampai senyam-senyum sendirian, hehe.. 

     Tulisan saya berawal dari ide yang sangat sederhana, yaitu kelangkaan bumbu dapur beberapa waktu lalu. Ibu-ibu banget kan ya?

         Yang penasaran, ini naskah aslinya yaa...

Bersahabat dengan Bumbu Dapur

Sebagai seorang ibu rumah tangga, terkadang saya dibuat pusing dengan harga beberapa komoditas yang tiba-tiba melambung tinggi. Otak pun terus berputar bagaimana agar uang belanja cukup untuk membeli semua kebutuhan, karena untuk beberapa barang memang tidak bisa untuk tidak dibeli, misalnya cabe, tomat, dan bumbu dapur lainnya.
Bagi anda yang sering terjun ke dapur tentu masih ingat ketika beberapa waktu lalu harga cabe meroket. Harga tomat pun hingga hari ini masih tinggi di pasaran. Bahkan yang pernah membuat geger adalah harga jahe yang kenaikannya luar biasa. Mengapa ini bisa terjadi? Padahal biasanya jahe menjadi bumbu yang diremehkan karena hampir semua ibu-ibu menanamnya di kebun mereka. Iya, kita kebingungan karena kebiasaan menanam empon-empon mulai ditinggalkan.
Untuk itulah saya memulai berhemat dan bersahabat dengan tanaman, dari dapur saya sendiri. Cabe dan tomat yang membusuk biasanya saya keringkan bijinya, lalu saya sebar di halaman. Jahe, kunyit, atau kencur yang mulai tumbuh tunasnya juga saya pindahkan ke tanah. Tidak susah merawat tanaman-tanaman itu, tahu-tahu sudah tumbuh besar dan bisa kita petik hasilnya. Tidak perlu lahan yang luas juga untuk menanamnya.
Oiya, saya juga melakukannya pada daun bawang. Daun bawang hanya saya pakai daunnya saja, sementara akar dan batangnya yang berwarna putih saya tanam kembali. Lumayan lho, bisa kita manfaatkan hingga tiga kali tumbuh karena badan tanaman tersebut makin lama akan mengecil.
Sekarang, saya bisa menekan pengeluaran bila harga bumbu dapur mengalami kenaikan.

Sayangnya, saya tidak sempat membeli koran Jawa Pos dan melihat langsung karya saya nangkring disana. Saya pun tidak tahu, apakah naskah saya banyak mendapatkan editan atau tidak.

Nah, bagi teman-teman yang ingin mencoba juga, berikut caranya:
1. Tuliskan ide Anda maksimal 250 kata.
2. Kirimkan tulisan melalui email ke opini@jawapos.co.id, dengan subyek Gagasan.
3. Bila lebih dari 5 hari tidak ada tanggapan, berarti tulisan Anda belum layak dimuat.

Saya sendiri hanya menunggu 1 hari. Saya mengirimkan tulisan itu pada tanggal 10 Februari pukul 14:37, dan di hari berikutnya pukul 12:01 (hari ini) saya mendapatkan email bahwa tulisan saya telah dimuat. 

Alhamdulillah, rezeki dari Allah.. :)

Oh ya, saya juga ingin berterima kasih kepada Mbak Laila Masruro, karena beliaulah yang memberikan informasi dan motivasi kepada saya untuk mengirimkan tulisan kesana. *Peluk Mbak Laila... :)

Semoga tulisan ini bermanfaat untuk semua. Aamiin. 
Read More

Jawa Timur Park 2 (Batu Secret Zoo)

Monday, January 20, 2014


Beberapa waktu lalu, alhamdulillah keluarga kecil kami berkesempatan melakukan perjalanan ke Malang. Awalnya saya dan Amay hanya ingin menemani suami bertemu dengan kliennya, namun kemudian terpikir untuk sekaligus berwisata ke Batu. Mumpung ada waktu :)


Karena budget kami terbatas, kami memilih hotel yang ramah di kantong. Hanya dengan 200 ribu rupiah per malam, kami sudah bisa menikmati kamar yang nyaman, fan, televisi, juga air hangat untuk mandi. Tak perlu kamar ber-AC lah, karena Malang sudah cukup sejuk :). Kami juga memilih hotel yang tak terlalu jauh dengan stasiun, tentunya agar menghemat ongkos transportasi. 

Keesokan harinya, kami mengunjungi Jawa Timur Park. Lagi-lagi, untuk menghemat pengeluaran kami menyewa sepeda motor untuk pergi kesana. Biaya sewa motor rata-rata 50 ribu - 60 ribu, atau 75 ribu untuk layanan antar jemput. Jadi kita tak perlu mengambil dan mengembalikan sendiri sepeda motor sewaan kita. (Sudah bisa disebut backpacker belum? :p) 

Oya, tentang Jatim Park, tentunya sudah banyak yang pernah mendengar bukan? Jawa Timur Park atau biasa disingkat Jatim Park ternyata ada dua, Jatim Park 1 dan Jatim Park 2. Menurut penjelasan suami, Jatim Park 1 tidak cocok untuk Amay yang baru berusia 2 tahun 10 bulan, karena wahananya lebih cocok untuk anak-anak usia sekolah. Karena itu, kami hanya mengunjungi Jatim Park 2 saja.

Ada apa saja di Jatim Park 2?


Begitu memasuki area Jatim Park 2, kami langsung menuju entrance untuk membeli tiket. Harga tiket termasuk murah jika diukur dari wahana-wahana yang bisa kita nikmati.

 
Harga Tiket Jatim Park 2
Harga Tiket Jatim Park 2
 
Ini adalah daftar harga di tahun 2014 yang kebetulan saya abadikan dengan tergesa, hehe, sambil terus dipanggil suami dan Amay yang tak sabar ingin segera melihat ke dalam. Dengan harga ini, kita bisa menikmati seluruh wahana yang disuguhkan dengan bebas. 

1. Museum Satwa


Disini kita bisa mengajak anak-anak untuk belajar tentang keanekaragaman hewani. Desain museumnya unik, menarik, kita pun bisa mempelajari setiap hewan sesuai dengan klasifikasinya. Saya sendiri tidak merasa bosan karena setiap bagiannya penting untuk dipelajari. Bahkan, Amay yang biasanya minta digendong, memilih untuk berjalan sambil mengamati dan menyebut binatang-binatang yang ia ketahui. Tak perlu khawatir akan merasa lelah, karena di dalam museum disediakan tempat duduk untuk beristirahat. Yang lebih asyik lagi, kita diijinkan membawa makanan dan minuman sendiri. 



Tempat Wisata Malang
 
Ini tampak depan Museum Satwa. Besar ya? Iya, karena di dalamnya ada "tulang dinosaurus", meminjam istilahnya Amay. Binatang yang dimuseumkan buanyaaakkk, kompliiit...jadi tempatnya juga harus luas.

Baca Juga: 4 Tempat Wisata Keluarga di Malang

2. Batu Secret Zoo


Nah, ini yang terkenal. Batu Secret Zoo (BSZ) ini adalah kebun binatang modern bertaraf internasional. Tempatnya nyaman, cukup terawat dan bersih. Binatang-binatangnya pun dipelihara dengan baik, terlindungi dari polusi kendaraan bermotor. Meskipun begitu, ada satu hal yang menerbitkan rasa kasihan, yaitu pengamanan untuk para pengunjung yang seolah mengorbankan keselamatan para binatang karena kandang mereka dikelilingi kawat yang dialiri listrik. Hmm...semoga ke depannya ada solusi untuk ini.


BSZ ini memiliki luas sekitar 15 hektare, karenanya butuh waktu yang lama untuk menjelajahi seluruh kawasannya. Namun bila kita lelah, ada e-bike yang bisa disewa dengan harga 100 ribu rupiah untuk 3 jam. Kita tak perlu khawatir pula bila perut mulai keroncongan, karena di beberapa titik ada food court untuk memadamkan kelaparan. :)


Rekomendasi Wisata Malang, Jawa Timur

Ini adalah zona favorit saya. Zona Savana di kawasan Afrika. Disini, kita berjalan di lorong yang di kanan-kirinya terdapat aneka "Savannah Animal". Dengan ruang terbuka yang hanya dibatasi kaca, pengunjung seakan merasa sedang berada di kawasan "liar" Afrika.


Rekomendasi Wisata Malang, Jawa Timur
 
Untuk kawasan bermain, BSZ menyediakan zona Happy Land, fantasy land, dan river adventure. Semuanya free. Gratis. 
 
Ayo dihitung-hitung lagi, tadi tiket masuknya berapa dan permainan-permainan di dalam ada berapa? Ada Octopus, flying dumbo, tsunami, kidzone, boat, horor house, dan masih banyak lagi. Kalau dibandingkan dengan Taman Bermain, tentu harga tiket masuk kesini muraaahhhh banget kan? 
 
Oya, karena untuk menjelajah semua tempat butuh waktu lama, sayangnya kami tidak sempat mencoba wahana river adventure. Padahal disitu kita bisa menaiki perahu dan melihat dengan dekat "Kapal Nabi Nuh" yang berisi binatang-binatang.

Yak, dan waktu 6 jam untuk menjelajah semua isi Jatim Park 2 rasanya tak cukup. Start dari jam 9 (niat banget, baru dibuka boookk!!) sampai jam 3, itu pun karena kami terpaksa menyegerakan langkah kaki untuk menghindari hujan yang mulai turun rintik-rintik. Puas rasanya, karena tempat ini sangat menyenangkan, recommended banget deh. Amay pun tak sekalipun minta digendong, padahal jauh dan panjang sekali perjalanan ini. 

Well, satu yang terlewatkan dan saya sesali, zona river adventure yang dengan terpaksa kami tinggalkan, hiks hiks.... Semoga lain waktu bisa kembali lagi kesini. Aamiin..:)

Dan inilah beberapa foto koleksi kami

Jatim Park 2, Malang


Jatim Park 2
 
 
Ada Apa di Jatim Park 2?


Read More

Merangkai Mahkota Untuk Bunda

Sunday, September 15, 2013

Salah satu cobaan terberat yang pernah saya alami adalah ketika ibu saya dipanggil menghadap Yang Kuasa. Sering saya menangis ketika merindukan almarhumah ibu, dimana pun saya berada saat itu. Saya menangis bukan karena tak ikhlas. Saya sangat ikhlas, apalagi mengingat beliau sudah lama menderita sakit. Saya pun menyadari, kepergian ibu adalah hal yang terbaik, supaya beliau terbebas dari sakit yang selama ini dideritanya. Saya menangis karena saya belum menunjukkan bakti pada beliau. Rasa sesal itu masih ada hingga kini, lima tahun semenjak peristiwa itu.

Suatu ketika sambil menahan tangis saya memohon pada Allah. Ya Allah, apakah yang bisa saya lakukan untuk beliau? Saya takut saya belum tergolong sebagai putri yang sholihah, yang di setiap do’anya mengalir pahala jariyah. Saya takut, sedekah yang pernah saya keluarkan untuk ibu tanpa saya sadari terkandung riya, sehingga pahalanya tak sampai untuk ibu.

Sempat tercetus keinginan menghadiahi sesuatu untuk almarhumah ibu, namun saya tak punya apa-apa untuk dihadiahkan. Pada saat itu, muncul keinginan untuk menghafal salah satu surat di dalam Al-Qur’an. Saya sempat ragu, apakah menghafal Al-Qur’an dengan motivasi seperti itu dibolehkan? Kemudian saya bertanya pada seorang teman. “Kalau saya niat menghafal satu surat dalam Al-Qur’an kemudian diniatkan sebagai hadiah untuk ibu, apa boleh ya?” Begitu pertanyaan saya. Sahabat saya pun menjawab, “Insya Allah tidak apa-apa.” Lalu mulailah saya menjalankan “proyek” itu. Saya ingin menghadiahi beliau Surat Ar-Rahman, salah satu surat yang paling saya sukai.

Sebagai seorang Muslim, saya percaya dengan sebuah hadist dari Buraidah, Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang membaca Al-Qur’an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, ‘Mengapa kami dipakaikan jubah ini?’ Dijawab, ‘Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al-Qur’an.” (HR Abu Daud)

Saya ingin menghadiahi beliau jubah istimewa itu. Juga untuk simbah putri dan bapak yang tak lelah mengajarkan saya bagaimana membaca Qur’an dengan benar. Semoga niat saya dipermudah oleh-Nya. Saya pun berharap, keturunan saya kelak dapat menjadi seorang Ahli Qur’an. Saya yakin, walaupun memang tak mudah, namun sesungguhnya menghafal Al-Qur’an adalah mudah. Semua tergantung niat kita. Bukankah Allah juga sudah berjanji dalam firman-Nya? “Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran (adz-Dzikr), maka adakah orang yang mengambil pelajaran?(Al Qamar:17)

Maka ni’mat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?


Read More

Tips Menghilangkan Jerawat dengan Mudah

Sunday, September 8, 2013

Jerawatan? Bagi sebagian orang mungkin tak terlalu mengganggu. Namun bila Anda adalah termasuk ke dalam golongan orang-orang yang sangat tidak menyukai benda kecil nan menyebalkan ini, jangan panik dulu yaa..
Tengok ke dapur yuk, siapa tahu ada yang bisa kita gunakan untuk mengobati jerawat di wajah.


  1. Madu. Cukup Oleskan madu pada jerawat, diamkan selama 10-15 menit, lalu bilas. Cara ini dapat dilakukan setiap hari hingga jerawat menjadi kering dan akhirnya hilang.
  2. Kuning telur. Kocok kuning telur, oleskan pada wajah dan biarkan selama 15 menit hingga mengering. Hilangkan kuning telur dengan kain. Bilas wajah dengan air hangat.
  3. Mentimun. Parut mentimun lalu oleskan pada bagian kulit yang berjerawat dan berkomedo. Tunggu hingga 20 menit dan bilas dengan air hangat.
Mudah ya? Selamat mencoba...



Read More

Belajar Tentang Anger Management dari Film Taare Zameen Par

Sunday, September 1, 2013


Beberapa waktu lalu saya menyaksikan film India berjudul "Taare Zameen Par". Sebenarnya, film itu sudah cukup lama dirilis, yaitu tepatnya pada tanggal 21 Desember 2007. Namun saya baru mengetahui ada film sebagus itu setelah diskusi dengan beberapa teman tentang film-film yang menarik dan bermanfaat untuk ditonton.



Taare Zameen Par

Diperankan oleh Aamir Khan sebagai Ram Shankar Nikumbh dan Darsheel Safary sebagai Ishaan Awasthi, film ini bercerita tentang seorang anak (Ishaan) yang dianggap bodoh oleh orang tua, bahkan oleh guru-gurunya juga. Anak itu hampir kehilangan semangat dan rasa percaya diri karena setiap hari yang ia dengar hanyalah umpatan dan kutukan "tak becus" dari orang-orang di sekelilingnya. Suara bentakan, teriakan keras dari ayah dan guru-gurunya, menjadi makanan tiap hari. Pandangan matanya seolah berteriak minta tolong, seolah dengan kata-kata saja tak cukup untuk mengeluarkan isi hatinya. Tak ada yang mau mendengar jeritan hatinya.

Ishaan adalah seorang anak yang menderita dyslexia. Di usianya yang ke-9 ia belum bisa membedakan huruf-huruf yang hampir sama, seperti b dan d, p dengan q, dan yang sejenisnya. Ia juga sering terbalik dalam menuliskan beberapa huruf dan angka. Memang, penderita dyslexia kebanyakan memiliki ketidakmampuan dalam belajar yang disebabkan oleh kesulitan dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis. Namun begitu, Ishaan memiliki kemampuan yang luar biasa dalam hal melukis. Sebuah bakat yang dianggap tak bermanfaat oleh kebanyakan orang.

Inspiratif sekali. Film ini mengajarkan kita bagaimana menghadapi anak yang tak biasa, juga mengingatkan kita bahwa tak ada anak yang bodoh. Yang ada hanyalah anak dengan kemampuan yang berbeda, karena cepat atau lambat mereka pasti bisa menguasai apa yang telah dan sedang mereka pelajari. Dan yang harus digarisbawahi, kecerdasan itu tak melulu bicara soal matematika, fisika, atau kimia.

Pesan moral yang saya tangkap adalah, memaksa anak untuk menjadi seperti ambisi kita, lebih buruk daripada menyuruh mereka menjadi seorang kuli. Memaksa anak untuk bisa menguasai segalanya, menuntut untuk bisa selalu menjadi juara, justru akan membuatnya benci pada ilmu yang seharusnya ia pelajari dengan senang hati.

Setiap anak dilahirkan unik. Mereka punya impian dan kemampuannya sendiri, dan kewajiban kita adalah menghormati pilihan mereka supaya jiwa mereka berkembang dengan baik.






Dari film itu juga saya dapatkan pelajaran baru, kisah tentang penduduk Pulau Solomon (yang baru saya tahu), apabila mereka ingin membuka lahan baru untuk bercocok tanam, mereka tak perlu repot-repot menebangi pohon. Yang mereka lakukan adalah mengelilingi lahan itu sambil mengumpat dan mengutukinya, dan ajaibnya beberapa hari kemudian pohon-pohon disana akan berubah layu, siap untuk dijadikan lahan bercocok tanam yang baru. Mahmud Mahdi Al-Istanbuli menuliskan dalam buku Parenting Guide, "Jagalah anak, jangan sampai anak tersugesti__baik sengaja maupun tidak__dengan pikiran dan perbuatan yang dapat melemahkan kepribadian anak." 

Poin terpenting yang harus kita ingat sebagai orang tua adalah, bahwa setiap perkataan adalah do'a. Pernah mendengar kisah Syeikh Abdurrahman as-Sudais bukan? Beliau ketika kecil, pernah membuat marah ibunya karena dengan tangan mungilnya, beliau menyebarkan debu ke atas jamuan makan yang disediakan sang ibu untuk para tamu. Namun, dalam marahnya sang ibu berkata, "Jadilah kamu Imam di Masjidil Haram!!", dan itu benar-benar terjadi hingga sekarang suara beliau sering kita dengar dalam Murotal. 

Marah itu wajar. Namun, mampukah kita tetap berucap sesuatu yang baik dalam kondisi semarah apapun? :)




Read More

Setup Pisang Kepok

Tuesday, August 27, 2013


Hari ini tiba-tiba saya ingin membuat kudapan. Setelah melihat isi kulkas, hanya ada sesisir pisang kepok yang memungkinkan untuk dijadikan makanan, hehehe... Lantas saya bertanya pada diri sendiri, enaknya, pisang kepok ini dimasak dengan cara apa ya?

Kolak? Yah, masa santan lagi?
Pisang goreng? Bosan ah...
Pisang rebus? Tadi pagi sudah merebus ubi untuk sarapan.

Aha!! Ting! Mendadak muncul ide untuk membuat setup pisang kepok. Saya pun langsung bertanya pada kakak saya, bagaimana cara membuat setup pisang kepok favorit saya ini. Ternyata cukup mudah kok. Jadi, meski baru pertama kali membuatnya, saya langsung berhasil membuat setup pisang kepok yang saya inginkan.

Yang saya perlukan hanya air, gula pasir, sedikit garam, dan kayu manis. Sebenarnya, bila ditambah dengan beberapa butir cengkih, rasanya akan lebih nikmat. Tapi, kebetulan di dapur saya tidak ditemukan sebutir cengkih pun. 

Caranya pun gampang. Pertama, rebus kurang lebih 2 liter air dengan gula pasir sesuai selera. Tambahkan 1 sdt garam. Masukkan 2 batang kayu manis, tunggu sampai mendidih. Sembari menunggu air mendidih, potong serong pisang kepok. Setelah air rebusan kayu manis dan gula pasir tadi mendidih, masukkan potongan pisang, masak hingga matang. Selesai.

Setup pisang bisa dinikmati kapan saja, baik hangat maupun dingin.


Resep Setup Pisang Kepok
setup pisang kepok

Oya, selain lezat, setup pisang ini juga bermanfaat untuk kesehatan loh. Kita tentu tahu bahwa pisang mengandung gizi yang komplit. Ada Karbohidrat, Vitamin A, Vitamin C, Kalium, Magnesium, Fosfor, Besi, Kalsium, Protein, dll. Nah, kayu manis pun mempunyai manfaat dalam menjaga kesehatan tubuh.

Mengonsumsi kayu manis secara rutin, dipercaya dapat menurunkan kadar gula dalam darah dan kolesterol. Jadi, kayu manis ini bermanfaat untuk mencegah diabetes dan menjaga kesehatan jantung. Dan ternyata, untuk kaum wanita yang sering mengalami dismenorea atau sakit perut saat haid, mengonsumsi kayu manis secara rutin bisa mengurangi rasa sakit karena datang bulan.

Waa, banyak sekali manfaatnya, yaa... 

Hmmm....setelah menikmati setup pisang ini, saya jadi merasa sehat dan segar nih, hehe... Sluurrrppp... Yuk, kita bikin setup pisang kepok juga. Setup pisang kepok hangat, cocok banget dinikmati di musim hujan seperti sekarang. :)



Read More

Kelapa Untuk Kesehatan, Kecantikan, dan Kesejahteraan

Wednesday, August 21, 2013

Siapa yang tak kenal dengan pohon ini?

Ya, ini adalah pohon kelapa.
Kita pasti tahu bahwa pohon kelapa adalah pohon yang semua bagiannya bermanfaat.
Batang daunnya, bisa dijadikan sapu lidi.
Daun-daunnya yang telah mengering bisa dipakai sebagai pengganti kayu bakar untuk memasak. Bahkan dahulu, bagian ini juga digunakan sebagai obor sebelum listrik datang sebagai penerang.
Batangnya, disebut glugu, digunakan untuk membangun rumah.
Akarnya, bisa dijadikan keset.
Bunganya, yang sering disebut manggar, bisa dibuat sayur. Pernah dengar Gudeg Manggar, bukan?
Buahnya, yang sudah tua digunakan sebagai bahan pembuat santan untuk memasak. Yang masih muda bisa dimakan langsung dengan air kelapanya. Nikmaaattt...sluurrpp :) Bahkan, yang setengah tua pun bisa dipakai untuk membuat urap.

Saya termasuk penggemar berat air kelapa, yang mungkin dihindari oleh sebagian orang. Atlet voli atau basket misalnya. Karena yang pernah saya dengar dari mereka, minum air kelapa membuat mereka agak "berat" ketika melompat. Wallahu a'lam, saya bukan atlet jadi tak bisa membenarkan atau menyalahkan. Tapi tak perlu khawatir, ada segudang manfaat dari air kelapa yang perlu kita tahu, selain ia bisa menghilangkan dahaga karena mengandung isotonik yang sesuai dengan cairan tubuh, sehingga bisa mengganti mineral tubuh yang hilang melalui keringat.

Saya ingin menuliskan manfaat yang benar-benar saya ketahui saja. Saat bulan Ramadhan lalu keponakan saya tercinta (Rara, 1 tahun) sedang rewel, kami serumah ikut panik. Suhu tubuhnya agak tinggi. Minum ASI ibunya tak mau, makan apalagi. Badannya sudah kami balur dengan bawang merah yang diberi minyak kayu putih ditambah dengan minyak telon dan minyak sayur (karena kami tak punya minyak klentik), namun panas badannya tak juga turun. Saat panik itulah, tiba-tiba suami saya teringat sebuah ramuan (hehe, lebay..). Yak, air kelapa hijau.

Alhamdulillah, kebetulan kami punya beberapa pohon kelapa di kebun belakang rumah. Tinggal panjat dan petik saja. (Bukan saya loh yaaa yang manjat, tapi bapak saya.. :p)

Setelah meminum hampir setengah gelas (kebetulan keponakan saya itu suka dengan rasa air kelapa yang sejuk menyegarkan), beberapa jam kemudian ia kembali ceria. Panasnya mulai turun. Pantas saja ya bila air kelapa hijau digunakan sebagai penawar untuk orang-orang yang mengalami keracunan.

Oya, denger-denger, air kelapa ini bisa juga digunakan untuk merawat kecantikan loh. Membasuh wajah dengan air kelapa sesering mungkin, bisa menyamarkan flek atau noda hitam di wajah. Insya Allah ga ada efek sampingnya, karena ini alami. Ada juga yang mengatakan bahwa minyak yang dihasilkan dari rebusan santan kelapa juga bisa mengurangi kerutan di wajah.

Nah, ini dia caranya supaya kita bisa tetap awet muda.
- Buat santan dari sebutir kelapa
- Panaskan santan secara terus-menerus sambil diaduk
- Selanjutnya, air dan minyak akan terpisah, hingga akhirnya air akan menguap sampai habis.
- Simpan minyak yang tersisa ke dalam wadah yang bersih dan steril. Gunakan sebagai lotion.

Kalau nggak mau ribet, di pasaran sudah banyak dijual VCO, Virgin Coconut Oil.


Nah, bayak sekali ya manfaat dari sebatang pohon kelapa? Yuk, tanam sebanyak-bayaknya untuk anak cucu kita...
Read More

Puasa Manusia dan Binatang

Thursday, July 18, 2013

Enam tahun lalu, tepatnya di bulan Sya'ban 2007, di acara Tarhib Ramadhan.
Demi mendengar kisah Pak Ustadz, saya merinding jadinya. Beliau menyampaikan bahwa Ramadhan memang identik dengan puasa. Namun puasa yang seperti apakah? Karena sesungguhnya, tak hanya manusia yang berpuasa. Binatang pun juga.

Bianatang apakah itu? Ada dua jenis binatang yang beliau contohkan.
1. Ulat
2. Ular
Keduanya sama-sama makhluk melata, sama-sama mengerikan, bahkan menjijikkan menurut sebagian orang. Keduanya juga sama-sama melakukan puasa. Puasa? Ya, puasa. Dan disinilah letak perbedaannya.

Ulat, ketika dia masih menjadi seekor ulat, yang dilakukannya hanyalah makan saja. Ia mengumpulkan "bekal" supaya di "kehidupan" selanjutnya ia selamat. "Kehidupan" selanjutnya yang dimaksud adalah ketika ia bermetamorfosa menjadi seekor kepompong. Dengan bekal yang telah ia kumpulkan sebelumnya, ia berpuasa, berusaha melawan goncangan dari luar, berusaha bertahan. Jika bekalnya cukup dan ia "kuat" menjalani masa tersulitnya, maka sempurnalah kelahirannya menjadi makhluk cantik bernama kupu-kupu, yang menyenangkan mata bila memandangnya. Subhanallah.

Akan halnya dengan ular, walaupun ia juga menjalani puasa, selepasnya ia tetap menjadi seekor ular. Ia hanya berganti "kulit" saja. Sama dengan manusia yang hanya berganti baju lebaran saja. Ular, tetap menyandang gelar sebagai jelmaan siluman.

Lalu, dari cerita di atas, relakah kita disamakan dengan seekor ular? Relakah kita menjadi manusia yang perangainya sama seperti sebelum Ramadhan, meski telah ditempa selama sebulan penuh untuk beribadah pada-Nya? Relakah Ramadhan kita hanya berakhir senilai baju lebaran semata? Relakah puasa kita, hanya menyisakan lapar dan haus yang sia-sia?
Na'udzubillah min dzalik, sesungguhnya aku berlindung dari semua itu.

Allah berfirman: "Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar." QS 33:35

Semoga puasa kita di bulan Ramadhan serupa dengan puasa seekor ulat, tak hanya mempercumakan lapar dan haus semata. Semoga selepas Ramadhan nanti, kita terlahir menjadi pribadi baru yang menyenangkan setiap mata yang memandang. Semoga Allah meridhoi kita, mengampuni dosa-dosa kita yang terdahulu, juga dosa-dosa yang akan datang. Semoga kita selalu istiqomah di jalan-Nya, sejak Ramadhan ini, hingga saat maut menjelang. Aamiin..

Wallahu a'lam bishshowab.

Read More

Jangan Baca Ayat Kursi!!

Thursday, June 27, 2013



Membaca judul ini mungkin akan ada pertanyaan, mengapakah? Saya bukan bermaksud memandang ayat ini sebagai “sesuatu” yang negative, namun ada sebuah kisah yang saya alami dan berhubungan dengan ayat ini.


Suatu hari, suami saya mendapat tugas ke Jogjakarta. Karena lokasinya jauh, hampir dua jam dari kota, akhirnya saya “mengungsi” di rumah Bude di Godean. Saya memilih ikut ke Jogja karena di Solo saya hanya sendirian dengan anak saya yang berusia kurang dari dua tahun kala itu. Selain itu, tujuan saya sekaligus bersilaturrahmi ke tempat Bude, yang sudah lama tidak saya kunjungi.


Kami berangkat Rabu sore karena Kamis paginya suami harus menjemput klien. Malam itu terlewati dengan tak ada suatu apa. Paginya suami berangkat dan beliau baru akan kembali keesokan harinya. 


Kamis malam, artinya malam Jumat. Dan Jumat itu adalah Jumat legi menurut pasaran Jawa. Selepas maghrib, Amay, anak saya mulai rewel. Kami membujuknya namun tak berhasil, hingga ia menangis sambil berteriak.


Saya pun panik. Sambil menggendongnya, saya komat-kamit membaca ayat kursi, dan tiga surat lainnya yaitu Al-Falaq, Al-Ikhlas, dan An-Nass. Namun tangisan Amay tak juga berhenti, bahkan ia makin susah dikendalikan. 


Kebetulan di rumah Bude saya, hadir juga calon menantunya. Dia bilang, “Coba telpon Mas Yopie (suami saya), Rin. Mungkin Amay kangen.” Lalu sepupu saya meneleponkan suami. Rupanya, di tempat suami tidak ada sinyal. Saya berusaha menelepon suami lagi, tapi susahnyaaaa… Ketika pada akhirnya tersambung, suaranya pun putus-putus dan kurang jelas. Dan memang, ketika mendengar suara suami yang terputus-putus itu Amay diam. Ketika telepon ditutup, Amay kembali menangis. 


Saya tetap membaca apapun yang saya bisa, ketika kemudian Bude saya berkata, “Jangan baca ayat kursi ya, Rin.”


“Lho Bude, dari tadi Arin baca ayat kursi.” Saya heran. 


“Pantesan!” mereka bertiga kompak. Bude, sepupu saya, dan kekasihnya itu.


“Lho, salah ya?” saya masih bingung.


“Disini lebih baik baca Al-Fatihah, Rin. Karena kalau baca Ayat Kursi, kesannya kamu tuh ngusir mereka.” Terang calon menantu Bude saya. 


“Oh…” Tanpa banyak bicara akhirnya saya membaca Surat Al-Fatihah. Amay sedikit lebih tenang, tapi masih menangis. 


Calon menantu Bude saya kemudian ke dapur untuk mengambil garam, lalu dia ambil juga sapu lidi (sapu tebah). Entah apa yang dia lakukan di kamar, namun kemudian dia menyuruh saya untuk menidurkan Amay di kamar itu. Tak berapa lama, Amay pun tertidur.


Saya kemudian keluar kamar untuk mencari tahu ada apa sebenarnya. Mereka sudah berkumpul.


“Ini Jumat Legi ya?” tanya sepupu saya kepada kekasihnya.


“Iya.” Jawabnya.


“Ada apa dengan Jumat legi?” tanya saya. Jujur, saya masih sangat bingung saat itu.


“Di lantai atas lagi ada pengajian.” Kata kekasih sepupu saya.


“Oh, makin ngga ngerti aku.”


“Gini, mereka itu kan baik, mereka sudah menghuni rumah ini ribuan tahun. Mereka pun mengaji, dan rumah ini ketempatan tiap malam Jumat legi. Mereka datang dari segala penjuru. Amay itu sebenarnya udah sering lihat makhluq-makhluq kayak gitu. Tapi kalau ada papanya, dia merasa aman. Ini kebetulan Mas Yopie nggak ada, jadi dia bingung mau berlindung ke siapa.”


“Oh..” 


“Kalau baca Al-Fatihah kan kita mendo’akan to, Rin? Kalau ayat kursi lebih ke mengusir, dan mereka nggak suka.” Tambah sepupu saya.


“Oh… Bude nggak takut?”


“Bude si udah biasa.”


“Mereka itu nggak ngganggu koq, Rin. Aku aja tidur di atas sendiri juga nggak apa-apa.” Kata sepupu saya. “Mungkin tadi Amay lihat banyak makhluq berterbangan kali…kan biasanya paling dia lihat cuma diem.”


Mereka terlihat tenang, bahkan bercerita sambil bercanda. Sementara saya, melongo dibuatnya.




Read More

Berjalanlah di Atas Kekuranganmu, Maka Kamu Akan Unggul Disitu

Monday, June 10, 2013


Belajar dari kakak Fina, ponakan tersayang...
Dulu ia begitu diragukan. Banyak yang khawatir padanya, akankah ia bisa melalui UN SD dengan baik?
Bagaimana tidak? Ia lemah dalam hitung-menghitung. Matematikanya pernah dalam kondisi sekarat. Merah pernah menghiasi raportnya karena pelajaran itu.

Bulan lalu, dalam perjalanan menuju rumah, aku bertanya pada Bapak di atas sepeda motor yang sedang melaju. "Fina gimana ya, Pak? Ujian kan bentar lagi..." (tapi dengan bahasa Jawa yaa...)
"Oh, Fina pinter koq sekarang. Prihatin dia. Tiap hari bangun jam setengah 4, belajar." kata Bapak.
Dalam hati aku bersyukur dan berdo'a, semoga Allah memudahkannya dalam menuntut ilmu.

Minggu lalu saat pulang lagi ke Purworejo, Fina dengan senyumnya yang terkembang berkata, "Ne (panggilannya padaku), prediksi nilai matematikaku, aku salah 3." Terlihat sekali ia sangat bahagia.
"Wah, yang bener, Kak?" tanyaku tak percaya. "Wah, siap-siap dana nih..ehehe" ujarku yang memang menjanjikan hadiah jika ia lulus dengan nilai di atas 25.
Bundanya, yang merupakan kakak perempuanku, lantas bicara. "Kemarin soal UN-nya dibahas sama Bu Gurunya. Anak-anak kan disuruh nyatet jawabannya. Katanya Fina salah 3."
"Tapi IPA aku salah 7..." kata Fina lagi.
"Bearti nilainya berapa?" tanyaku.
"Soalnya kan 40, berarti bener 33." Jawabnya
"Wah, 8,25 dong, Kak?"

Dan kemarin, hari yang ditunggu telah tiba. Nilai UN-nya sudah keluar.
Jumlahnya 26,90
Nilai Bahasa Indonesia, 9,40
Matematika 9,25
IPA 8,25
Mungkin bagi sebagian orang, nilai ini tergolong biasa saja. Tapi bagiku, bagi Fina, bagi keluarga, nilai ini sungguh luar biasa jika mengingat performanya di bulan-bulan, semester-semester dan tahun-tahun lalu.

Walaupun pengetahuan tak hanya dilihat dari nilai yang kamu dapat.
Tapi pelajaran, bahwa tak ada yang tak mungkin jika kamu mau, mengingatkan aku untuk tidak pernah menyerah.

Selamat ya, Kakak... Ane bangga sama Kakak... :)

Read More