Menyiapkan Bekal Masa Depan Bersama Morinaga

Wednesday, August 31, 2016


Baru tadi siang saya berdiskusi dengan suami, kira-kira kemana Amay akan melanjutkan sekolahnya nanti. Amay kini sudah duduk di bangku TK B, sehingga tahun depan dia akan masuk SD, dan enam tahun berikutnya akan masuk SMP, insya Allah. Saya sih inginnya, Amay melanjutkan pendidikannya di sekolah yang berbasis agama. Alasannya agar Amay memiliki pemahaman agama yang baik, karena bagi saya, anak yang sholih adalah investasi untuk orang tuanya.

Nah, biasanya nih, berdasar pengalaman tahun lalu, pendaftaran online sudah dimulai sejak bulan Oktober. It means, kurang dari dua bulan lagi dong ya? Makanya, saya pun harus mulai rajin cari informasi mengenai SDIT [Sekolah Dasar Islam Terpadu] di Solo Raya.

Hasil ngobrol-ngobrol tadi, kami belum bisa menyimpulkan SD mana yang akan kami pilih. Ada beberapa hal yang kami pertimbangkan, yakni:
1.       Lokasi, apakah mudah dijangkau, mengingat bahwa urusan antar-jemput nanti akan melibatkan saya sebagai “Macan Ternak” alias Mama Cantik tukang anTer aNak.Tsaahh.. :v
Masalahnya, saya kurang cakap membawa sepeda motor sambil menggendong atau memboncengkan Aga. Aga yang usianya baru 21 bulan itu, belum mau duduk sendiri di kursi boncengan motor.
2.       Jam belajar. Saya sih inginnya Amay sekolah di sekolah yang hari Sabtunya libur. Jadi kalau kami ingin ke luar kota, nggak harus menunggunya pulang sekolah di hari Sabtu. Hehe, emak banyak maunya yaa.. :D
3.       Biaya. Nah, ini yang paling penting. Mengingat bahwa tabungan kami belum banyak. Hiks, jadi sedih deh kalau mengingat betapa selama ini kami lalai menyisihkan rezeki untuk biaya pendidikan anak-anak. Jadinya, kalau sudah mepet waktunya begini, kami kelimpungan.

Tahun ajaran yang lalu, seorang tetangga dekat, mendaftarkan putranya ke sebuah SMPIT di Solo, dengan uang masuk Rp 16 juta dan SPP Rp 65O ribu per bulan, BELUM katering. Yak, memang sekolah ini bukan incaran kami sih, hehe.. Kenapa coba? Ya karena biayanya yang mahal teuing itu lah.. Tapi setidaknya kami jadi punya gambaran bahwa biaya sekolah di SMPIT di Solo memang kurang lebih segitu. Untuk SDIT pun, biayanya tidak terlalu berbeda jauh dengan tingkat SMP-nya.



Mahal atau murahnya biaya pendidikan memang tidak menjamin kesuksesan anak kelak. Tapi tak ada yang salah dengan “mengupayakan yang terbaik untuk anak-anak”, kan?

Nah, biaya sekolah sekarang saja sudah ada di kisaran belasan juta. Bagaimana dengan biaya sekolah Amay kelak? SD? SMP? SMA? Lalu kuliah? *pucingpalamama. Apalagi, menurut survei yang dilakukan terhadap sejumlah sekolah swasta di kota Jakarta, rata-rata biaya pendidikan di Indonesia naik sebesar 7% -15% per tahun. Jika kita misalkan, uang pangkal masuk SMPIT adalah 15 juta rupiah di tahun ini, maka 7 tahun lagi saat Amay masuk SMP, uang pangkalnya berada di kisaran 24-4O juta rupiah. Wow banget ya?

Oya, ternyata kita bisa loh menghitung perkiraan biaya pendidikan dengan kalkulator financial. Morinaga Chil-Go! yang menyiapkannya. Keren kan? Kita tinggal masuk-masukkan angkanya saja. Begini contohnya, nanti di bagian bawah akan muncul total biaya yang diperlukan. Untuk Amay ini, totalnya adalah Rp 56 juta.



Maka sebagai orang tua yang baik, yang mengusahakan yang terbaik untuk putra-putrinya, saya bertekad untuk mulai menyiapkan dana pendidikan untuk Amay dan Aga. Karena, menurut Prita Hapsari Ghozie, SE, MCom, GcertFinPlanning, CFP, QWP, seorang Perencana keuangan independen dari ZAP Finance yang juga penulis buku “Menjadi Cantik, Gaya, & Tetap Kaya”, inflasi pendidikan adalah sesuatu yang nyata. Maka dari itu, penting bagi para orang tua untuk menyiasati dengan cerdas dan bijak dana pendidikan yang angkanya sangat fantastis itu agar di kemudian hari, ongkos tersebut tidak menjadi beban.

Untuk mempersiapkan dana pendidikan anak, apa saja langkah-langkahnya?

Pertama, orang tua sebaiknya sudah harus mulai mendiskusikan pendidikan anak sejak sang anak masih dalam kandungan. Lakukan survei dengan mendatangi sekolah-sekolah yang ada atau datang ke pameran pendidikan yang mulai banyak diselenggarakan. *dan yak, poin 1 ini kami terlambat*

Kedua, berdasarkan pilihan favorit orang tua dan anak, lakukan riset kebutuhan biaya pendidikan untuk tahun ini. Pahami bahwa biaya pendidikan tahun ini kemungkinan besar akan meningkat setiap tahunnya, sehingga saat anak masuk sekolah nilainya akan bertambah besar.

Ketiga, sesuai kebutuhan dana yang sudah dihitung, silakan periksa tabungan atau investasi yang sudah disiapkan. Apakah sudah cukup? Jika angkanya masih lebih kecil dari yang seharusnya, jujurlah pada diri sendiri bahwa sekaranglah saatnya merevisi rencana dana pendidikan.

Keempat, periksa apakah keuangan keluarga sudah terlindungi. Menabung dan berinvestasi akan terasa mudah dijalankan oleh keluarga yang masih produktif dan mendapatkan penghasilan. Risiko kematian di usia produktif atas pencari nafkah atau orang tua dapat terjadi kapan saja. Oleh sebab itu, perlindungan asuransi jiwa sangat penting dalam perencanaan dana pendidikan.

Supaya tidak salah dalam perencanaan dana pendidikan, kita sebaiknya memahami bahwa fungsi investasi adalah membantu untuk mencicil dalam jumlah kecil dan mengharapkan hasil keuntungan yang tinggi. Sehingga, dalam 10 hingga 15 tahun kedepan, saldonya terkumpul sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan, asuransi jiwa, berfungsi untuk melindungi keluarga, jika dalam perjalanan melakukan cicilan investasi, tiba-tiba terjadi kematian atas pencari nafkah utama maka penghasilan yang biasa diberikan kedalam rumah tangga dapat digantikan oleh dana tunai dari uang pertanggungan polis asuransi jiwa.

Idealnya, Ayah dan Bunda memang bisa melakukan perencanaan sendiri dengan berinvestasi dan membeli asuransi jiwa secara terpisah. Namun, berbeda dengan investasi, terkadang premi atas pembelian asuransi jiwa harus dibayarkan sekaligus. Akibatnya membuat kacau arus kas keluarga di bulan tertentu. Kendala premi minimum yang tinggi pun menghambat sebagian masyarakat untuk membeli asuransi jiwa jenis tertentu.

Salah satu produk yang dapat membantu orang tua dalam mempersiapkan dana pendidikan adalah asuransi pendidikan. Asuransi pendidikan akan memberikan manfaat proteksi, yaitu perlindungan kepada pemegang polis hingga berusia 99 tahun (tergantung jenis produk asuransi jiwa). Sehingga, jika anak belum selesai bersekolah hingga sarjana dan terjadi risiko kematian pada orang tua, maka anak akan tetap memiliki dana untuk meneruskan pendidikannya. Sedangkan bonus manfaat investasi dari sebuah asuransi pendidikan akan diperoleh jika porsi tabungan atau dana investasi yang dikumpulkan terus berkembang dan memberikan hasil yang positif. Pahamilah bahwa investasi pasti mengandung risiko, jadi tidak seperti produk tabungan, nilai investasi tidak dijamin oleh perusahaan asuransi jiwa. Hasil keuntungan bisa jadi sesuai harapan, atau diatas harapan, atau dibawah harapan.

Salah satu teman keluarga yang memahami kebutuhan orang tua dalam mempersiapkan dana pendidikan adalah Morinaga. Oleh sebab itu, Morinaga Chil-Go! memfasilitasi Ayah dan Bunda dalam mempersiapkan hal tersebut dengan program Bekal Masa Depan Chil-Go!

Bekal Masa Depan Chil-Go! merupakan salah satu langkah Morinaga dalam mendukung gerakan #SiapCerdaskanBangsa yang ditujukan kepada para orang tua untuk dapat berbagi stimulasi dan ide kreatif dalam mengembangkan Kecerdasan Majemuk Si Kecil sehingga menjadi Generasi Platinum yang multitalenta. Morinaga Chil-Go! akan memilih 9 orang pemenang hadiah utama dan 3.035 orang pemenang hadiah hiburan selama periode program berlangsung.

Hadiah utama dari Bekal Masa Depan Chil-Go! ini adalah Dana Asuransi untuk Pendidikan dengan total senilai 3 Milyar Rupiah dibagi menjadi 3 (tiga) kategori di masing-masing periode, yaitu :
a.            Platinum: Asuransi Pendidikan senilai Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)*
b.            Gold: Asuransi Pendidikan senilai Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah)*
c.             Silver: Asuransi Pendidikan senilai Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah)*
* berdasarkan perhitungan investasi hingga anak berusia 18 tahun

Saya sudah ikut programnya lho.. 



Bekal masa depan yang terbaik merupakan hak anak. Mari para orang tua persiapkan dana pendidikan anak sedini mungkin, agar hak anak yang menjadi tanggung jawab orang tua dapat terpenuhi. 

Yuk Ayah dan Bunda, ikuti program Bekal Masa Depan Morinaga Chil-Go! Simak caranya disini yaa... Siapa tau, kita menjadi salah satu yang beruntung mendapatkan kemudahan dalam mempersiapkan dana pendidikan anak-anak kita. :D


Read More

Menguak Isi kisekii.com

Tuesday, August 30, 2016

Dwi Sari, pemilik kisekii.com

Dwi Sariambarningsih, itulah nama panjangnya. Dwi atau Nining, adalah nama panggilannya. Surabaya asalnya, dan Malang, adalah kota tempat tinggalnya. www.kisekii.com adalah blognya. Mengenai blognya, mengapa bernama kisekii? Karena kisekii dalam bahasa Jepang berarti “keajaiban”, katanya.

Sudah cukup ya pakai “nya-nya” nya... Ga ada ide lagi soalnya :p :D

Bicara tentang blognya Mbak Nining, maka saya harus bilang We O We. ~~Jadi inget Mba Vanti.. Mba Vantiiii, apa kabar?~~ Kenapa We O We? Karena doi rajin banget nulisnya boook.. Lihat aja nih, setahun bisa kurang lebih seratusan judul. Cuma memang tahun 2O12 dan 2O13 kayaknya lagi rada males yaaa.. Kenapa Mbaaa? Hihihi.. Dan kalau dilihat dari postingan terdahulunya, Mba Nining ini sudah cukup cakap menulis. Jadi udah langsung hebat aja gitu, tulisannya enak dibaca, dan bermutu. Beda banget sama tulisan saya di awal kayusirih ada. Hehe... *emang tulisanmu sekarang udah bermutu, Rin? :p

arsip kisekii.com

Laluuu, prestasinyaaa.. Temen-temen lihat aja portofolionya.
1. Mba Nining pernah dapat juara 1 "food blogger competition", yang diadakan Stilroad Cafe Surabaya. Woooww..
2. Juara 3 "food blog competition" yang diadakan oleh Pancious Surabaya.
3. Masuk dalam 1O peserta yang mendapatkan tiket citilink gratis ke semua rute di kompetisi blog yang diadakan oleh traveloka. eleuh eleuh..
4. Termasuk dalam 1O Pemenang Hiburan 1, blog contest yang diadakan oleh OPPO Indonesia.
5. Dan masih banyak lagi.

Ssstttt, Mba Nining kayaknya suka kupu-kupu ya? Di bagian headernya ada gambar kupu-kupunya, cantiiiik.. *kayak aku* *lalusemuamuntah* Penjelasannya juga ada di bagian “about” sih. Katanya, “Even she lived in the world just for a while, but she spreads the kindness through her beauty”. Di salah satu tulisannya di tahun 2O12 pun, “Butterfly is Flutterby”, Mbak Nining mengungkapkan kesukaannya pada serangga ini. 


header cantiknya si kisekii.com

Oya, Mbak Nining ini membagi blognya dalam beberapa kategori, yaitu; foodie, travelling, moviegeek, lifestyle, dan lovembre.com. Pembagian ini menjadikan blognya tampak rapi, meski isinya gado-gado. Nah, bisa disimpulkan ya, selain suka banget nonton film, doi juga doyan makan. Ini kelihatan sih dari beberapa reportasenya kalo habis makan di luar. Meski begitu, kayaknya Mba Nining mah langsiiing yaa.. Bersyukurlah Mba.. Hihihi.. Dan dari blognya ini juga, saya akhirnya nemu resep pasta. Spaghetti Bolognese dan Fettucine alla Carbonara.

Mau masak, Rin?

Emm, enggak sih.. Soalnya lidah saya udah terlanjur disetting buat suka mie ayam daripada spaghetti.  >_<  Tapi nge-save resepnya ngga apa-apa kan? Siapa tau ntar bisa ke Eropa [aamiin aamiin aamiin], jadi lidahnya dilatih dulu biar bisa suka makanan beginian. :D

Teman-teman ngga akan nyesel deh jalan-jalan ke blognya Mba Nining, karena disana ada banyak informasi yang mungkin teman-teman butuhkan, terutama buat yang bermukim di sekitaran Surabaya dan Malang. Oya, kalau ingin mengenal Mba Nining lebih dalam lagi, sila ke akun social medianya yaa... :D

blog: www.kisekii.com
IG: @ki_seki
Twitter: @ki_seki
Fb: Dwi Sari






Read More

Saat "Dia" Tertawa di Sampingku

Friday, August 19, 2016

Yeaayyy sudah tanggal 19, itu artinya Blogger KAH kembali datang. Kali ini kami menulis sebuah tema yang terinspirasi dari curhatan-curhatan kecil sehari-hari. Hehe, saya, Mbak Rani, dan Mbak Widut memang suka ngobrol dan curcol. Hingga kemudian lahirlah ide untuk membahasnya di sebuah postingan blog.

Tema kali ini adalah pengalaman horor. Oya, bulan ini kami kedatangan tamu yaa, Mami Susi, yang tampaknya suka banget dengan hal-hal mistis, kami undang untuk bercerita juga.

Silakan baca tulisan Mami Susi Susindra dengan "Wanita Berwajah Rata"nya disini, dan Mbak Rani dengan Hantu Genit-nya disini

~~~

Sebelumnya saya pernah menulis sebuah kejadian yang menegangkan di rumah bude di Jogja, berjudul "Jangan Baca Ayat Kursi". Waktu itu saya memang tidak merasa apa-apa, karena memang pada dasarnya saya kurang peka dengan keberadaan makhluq astral. Akan tetapi, Amay, yang kala itu belum genap dua tahun, terlihat agak sensitif.

Saat Amay kecil, beberapa kali saya mengalami hal yang kurang menyenangkan terkait hubungannya dengan makhluq dari dunia lain. Pernah, Mamah mertua saya memarahi "dia yang tak kasat mata". Ceritanya, Amay minta disuapi di dalam mobil. Memang biasanya dia makan sambil memainkan setir mobil. Tapi saat itu, baru saja saya membuka pintu mobil, Amay tiba-tiba berteriak dan langsung memeluk saya erat. Eraaattt sekali. Dia juga selalu menghadap ke belakang seolah tak ingin memandang ke arah mobil. Mamah paham ada yang salah. Beliau kemudian memukul kap mobil, sambil berteriak, "Tong ngagangguan cucuku!" Mamah lalu menyuruh saya keluar dari garasi, dan Amay pun berangsur tenang.

Masih di rumah Majalengka, alias di rumah mertua saya. Suatu hari saat bulan Ramadhan, saya bersiap untuk berbuka puasa. Iya, saya tetap berpuasa meski saat itu sedang menyusui Amay yang usianya sekitar 3-4 bulan. Jelang maghrib, Amay tidur, nyenyak sekali. Kata orang-orang memang sebaiknya bayi kita dibangunkan, karena tidur saat adzan maghrib memang kurang baik kan ya? Tapi karena Amay masih saja pulas, saya memutuskan untuk menggendongnya saja. Tiba-tiba, saat adzan dan saya sedang membatalkan puasa, Amay berteriak kencang, menangis seperti ada yang menjahilinya. Dan benar, kata Omah (neneknya suami), ada yang nggak suka lihat Amay tidur maghrib-maghrib begini, jadi Amay "dicubit".

Dari tadi cerita tentang Amay terus, tentang Arin kapan? Hehe..seperti yang saya katakan di awal, alhamdulillah saya tidak diberi "kepekaan" untuk melihat atau merasakan keberadaam makhluq ghaib. Allah Maha Tahu kalau hamba-Nya yang satu ini memang penakut, hehehe.. Tapi, pernah ada kejadian yang bikin saya jadi percaya kalau suara ketawa mbak kunti memang "hihihihi" seperti yang biasa terdengar di tivi.

Ceritanya, suatu hari pas jaman SMA, saya ke Jogja untuk mengantar sebuah barang ke kost Mas Pepi (kakak laki-laki saya satu-satunya). Sebelumnya saya sudah sering dengar cerita aneh-aneh di kost tusuk sate itu. Kadang ada yang tiba-tiba berubah mirip Mas Yopie (iya, Mas Pepi dan Mas Yopie memang teman SMA dan mereka kost bareng-bareng saat kuliah di Jogja) tapi saat disapa Mas Yopie diam saja, lalu tak berapa lama orang yang sama muncul dengan baju yang sama, mengaku bahwa dia baru datang. Nah, yang terakhir datang ini beneran Mas Yopie, kalau yang sebelumnya, nggak tau deh. :D

Singkat cerita, saya minta diantar ke belakang oleh Mas Pepi untuk ambil wudhu dan shalat ashar. Kost sudah sepi, karena beberapa anak pulang kampung di hari minggu itu. Jadi, di kost itu hanya ada 3 orang (Mas Pepi nggak bilang 3 orang itu siapa aja). Nah, tepat saat melewati sebuah kamar (yang sengaja dikosongkan), Mas Pepi menutup pintu kamar yang sebelumnya terbuka itu. Sambil ketawa bercanda dia bilang, "Nha iki lho, Rin!" dan disaat yang bersamaan ada yang tertawa keras di telinga saya "hihihihihi", gitu. Tapi anehnya saya ngga merinding. Jadi saya pikir ada yang bercanda, karena teman-teman Mas Pepi memang suka iseng, termasuk Mas Yopie. Tapi dulu sih Mas Yopie masih jaim banget sama saya, hahaha..


Setelah wudhu dan shalat di kamar, saya tanya Mas Pepi, "Mau sapa sing ngguyu? Mas Ari yo?" Saya langsung menuduh Mas Ari, karena dia memang terkenal jahil, menurut cerita-cerita Mas Pepi.

Mas Pepi jawab, "Ari kan mulih. Sing ning kene kan mung wong 3; aku, Yopie, Mas Anton. Mas Anton isih metu."

"Lha mau sing ngguyu hihihihi gitu sapa?" tanya saya. Saya beneran kaget. Tapi Mas Pepi mengira saya bercanda.

"Ngguyu apa? Kapan?" tanya Mas Pepi lagi.

"Mau kae lhoo pas kowe nutup pintu kamar, pas aku arep wudhu kae lho. Lha tak pikir Mas Ari sing meden-medeni." jawab saya gamblang. Mas Pepi dan Mas Yopie saling pandang. Awalnya saya pikir ada yang meng-iseng-i saya, tapi mereka berdua malah mengira bahwa saya mengada-ada.

Dan kisah sore itu ditutup dengan, akhirnya saya dengar suara asli mbak kunti. Dan saya nggak mau lagi ke kamar mandi kostnya Mas Pepi. :p

Cuma itu? Ada lagi...

Kejadiannya di rumah ini. Suatu malam, Mas Yopie lembur, tapi saya memutuskan untuk tidur. Beberapa waktu kemudian, saya belum sepenuhnya lelap, saya lihat Mas Yopie ke kamar. Dia cium Aga, lalu rebahan di samping saya. Biasanya dia bawa HP untuk sekedar balas WA, tapi kali itu tidak. Menyadari yang di samping saya itu Mas Yopie, saya peluk dong... Ihiiiirrr.. Tapi lalu saya berbalik untuk melanjutkan tidur.

Beberapa waktu kemudian, Mas Yopie masuk lagi, kali ini sambil gelar kasur. Iya, setelah beranak dua, Mas Yopie harus mengalah untuk tidur di bawah. Saya pun bertanya, "Lha Papa balik ke depannya lagi kapan? Koq Arin ngga terasa?"

"Maksudnya? Lha Papa aja baru masuk koq." kata Mas Yopie.

"Enggak lho, maksud Arin tadi kan Papa masuk kamar to.. Cium Aga trus tidur disini (saya menunjuk kasur). Nah, habis itu Papa ke depan laginya kapan? Koq Arin ngga terasa?"

"Lha Papa aja baru masuk ini lho... Dari tadi Papa di depan komputer."

"Terus yang tak peluk tadi siapa? Lha wong Papa masuk kesini, trus nyium Aga, trus tidur di samping Arin, trus tak peluk. Papa jangan becanda gitu ah!"

"Siapa yang becanda? Papa ini beneran baru masuk!"

Tapi ekspresi Mas Yopie memang kayak serius gitu deh. Besok-besoknya juga dia nggak bahas hal ini tuh, maksudnya nggak bahas ini dalam becandaan. Berarti beneran bukan dia yang tak peluk. Lalu siapa dong yang tak peluk itu? :o





Read More

ASI atau Tidak ASI, Masihkah Perlu Diperdebatkan?

Wednesday, August 17, 2016



breastfeeding Mom from pixabay

Alhamdulillah, saya bersyukur diberi kemudahan oleh Allah SWT sehingga bisa menyusui anak-anak saya dengan lancar. Amay menyusu sejak usia 4 hari (karena saya melahirkan Amay secara caesar, dan mengingat kondisi saya yang kurang memungkinkan untuk menyusui, maka untuk Amay kami memberikan susu formula di hari-hari pertama kelahirannya) hingga 2 tahun. Aga, merasakan nikmatnya ASI sejak usianya baru beberapa menit. Syukur Alhamdulillah, saya diberi kekuatan untuk melahirkan Aga pervaginam. Menyusui Aga tak menemukan banyak kendala, alhamdulillah.

Tapi, disini saya tidak hendak membandingkan, mana ibu yang paling baik; yang mampu memberi ASI atau yang memberi anaknya dengan susu formula. Iya, dulu saya memang pernah "sesempit" itu. Saya pasti akan bertanya-tanya dengan (maaf), agak memandang rendah, "Mosok menyusui aja nggak bisa? Aku lhooo, meski penuh pengorbanan, tapi aku mau berusaha." Tapi itu dulu, hingga suatu hari saya diingatkan, bahwa iya, ibu saya pun dulu hanya bisa memberi adik saya (Opik) ASI, hingga usia Opik 7 bulan. Selanjutnya, nanti akan saya ceritakan.

Jadi, saya sependapat dengan tulisan Mak Istiana Sutanti, pemilik blog http://istiana.sutanti.com/. Who am i to judge? Saya dan Mak Istiana Sutanti pun ternyata sama-sama sebagai ibu yang "bertaubat" karena pernah melakukan hal ini.

Bahkan disini, beliau menulis begini:
Awalnya sih, saya termasuk di pihak yang ngejudge. Di pihak yang berpikir semua ibu bisa koq ngasih ASI asal dianya punya keinginan keras dan emang berusaha banget untuk itu. Malah ngejudge juga yang akhirnya nyerah itu ya ibu-ibu yang emang gak mau cari tau lagi, gak mau dapet ilmu lagi gimana biar bisa tetap ngasih ASI gimanapun kondisinya.
Persis banget sama saya. Dan saya, pasti akan menambahi; "Dulu puting saya kecil, mendlep, tapi setiap hari saya susukan ke Amay. Pokoknya saya berusaha biar Amay bisa menghisap susu dari puting saya yang kondisinya begini, dan lama-lama payudara saya keluar sendiri tuh putingnya," pada ibu-ibu yang mengeluh bahwa puting mereka kecil.

Pada ibu-ibu yang mengeluh bahwa ASInya tidak keluar pun, saya masih akan meng"agung"kan kehebatan saya yang tak pernah menyerah, meski di hari ke empat pasca melahirkan Amay, ASI saya hanya keluar setetes. Intinya adalah, saya mengatakan pada mereka bahwa semakin diisap, ASI akan semakin banyak keluar. Seperti kampanye ASI gitu deh...

Iya, bisa menyusui memang dipandang sebagai sebuah prestasi. Tapi "merasa" berprestasi, tak menjadikan kita layak untuk menghakimi, bukan? Ada kondisi dimana seorang ibu memang tidak bisa menyusui. Ini yang mesti kita pahami. Bahwa setiap orang ditakdirkan memiliki keadaan yang berbeda satu dengan lainnya. Bukankah ukuran sepatu kita pun berbeda? Tak perlu lah kita memaksakan hal-hal yang bukan ranah kita sebenarnya.

Sesuai janji saya di atas, saya akan ceritakan mengapa ibu saya hanya bisa menyusui Opik hingga kurang lebih tujuh bulan saja.

Saat hamil Opik, usia ibu saya 38 tahun. 11 bulan mengandung, Opik pun lahir. 11 bulan? Iya, 11 bulan. Mungkin kalau jaman sekarang, ibu udah dikejar-kejar dokter untuk dilakukan operasi. Kenapa bisa sampai 11 bulan? Entahlah... Yang saya ingat, saat itu saya sering bertanya, kenapa sudah sembilan bulan, adik nggak lahir-lahir? Dan ibu menjawab kurang lebih begini, "Sama kayak orang pengen pup, kalau belum kerasa mules ya nggak akan keluar."

Kondisi kesehatan ibu saya di tahun-tahun sebelumnya memang tidak terlalu baik. Ini pula yang mendorong ibu untuk melepas KB nya hingga kemudian muncullah Opik. Saya kurang bisa mengingat secara detail, apa hubungan KB dengan kesehatan ibu saat itu. Yang jelas, saat hamil itu ibu saya sering sakit-sakitan sehingga harus mengkonsumsi obat-obatan.

Alhamdulillah, Opik lahir dengan berat 2,8 kg dan sehat (meski saat itu kulitnya kuning). Dan hal yang dikhawatirkan ibu saya, bahwa obat-obat yang dikonsumsinya akan membuat Opik (maaf) cacat, alhamdulillah tidak terjadi. Opik sehat hingga sekarang usianya sudah 18 tahun.

Namun, pasca melahirkan, ada hal lain yang jadi perhatian ibu. Ibu mampu menyusui, Opik juga mau minum ASI, namun setelah 6 bulan, badan Opik semakin kecil. Apakah ini efek samping dari obat-obatan yang ibu konsumsi? Entahlah... Sampai pada akhirnya ibu memutuskan untuk berhenti memberi Opik ASI.

Mudahkah itu semua? Sama sekali tidak. Saat itu saya melihat perjuangan ibu mengompres payudaranya yang bengkak karena penuh dengan ASI, namun tidak bisa disusukan. Ibu harus membuangnya. Saya sempat bertanya, "Kenapa dibuang, Bu?" dan beliau menjawab, "Karena susu ibu ini nggak bagus." (Semoga Allah menghadiahi ibu surga yang indah untuk perjuangannya ini, karena saya masih ingat betul ekspresi wajahnya yang menahan sakit saat mengompres payudaranya yang bengkak, dan memerah isinya keluar).

Untunglah ibu tidak hidup di jaman sosial media, yang setiap perbedaan pendapat dijadikan alasan untuk berdebat. Kalau dulu sudah ada facebook, mungkin ibu sudah dibully berkali-kali. Dari "ketenangan" saat kehamilan mencapai usia 11 bulan, dari "kecerobohan" minum obat-obatan, juga dari keputusan untuk menghentikan ASI. Bahkan mungkin kalau netizen tau ibu saya memberi Opik madu saat usianya kurang dari 1 tahun, ibu akan kena bully juga. :D

Tapi untunglah yaa, di jaman itu orang-orang masih punya "pakewuh" alias "rasa nggak enak hati". Orang-orang juga masih pandai menahan diri, untuk tidak berkata-kata yang bisa melukai.

"Merasa" berprestasi tak lantas menjadikan kita layak untuk menghakimi. Seorang ibu tak bisa menyusui, pasti ada hal yang melatarbelakangi. Dan saat bersyukur, jangan sampai membuat orang lain merasa tersungkur. :)
                              
Read More

Berkenalan dengan Tia Marty Al-Zahira; Blogger Perempuan yang Multitalenta

Wednesday, August 10, 2016

Jujur, waktu nulis ini, saya baru berteman dengan Mbak Tia di facebook. Hadeeeh, padahal udah ngobrol ngalor ngidul di WhatsApp yak? Tapi, jangan salahkan saya. Salahkan Mbak Tia, wkwkwk.. Habisnya, friend request dari saya mosok baru di-confirm coba? :(

Mbak Tia sama Choky Sitohang
Saya sih maklum koq, karena memang sepertinya Mbak Tia jarang membuka facebook. Nggak seperti saya, yang seorang Jupe alias Jurig Pesbuk, haha... Tau kan maksudnya Jurig Pesbuk? lol. Mbak Tia ini perlu ditiru. Beliau memang kurang eksis di medsos, tapi karyanyaaa, beuh, eksis dimana-mana, bahkan hingga ke layar kaca. *Apa kabar kamu Arin? Karya baru selembar, eh udah koar-koar. :p 

Nih ya, Mbak Tia itu ternyata penulis skenario loh... Hah? Apah? Iya, kamu ngga salah baca. Jadi jangan main-main, jangan asal nulis status, lebih-lebih lagi bikin masalah sama Mbak Tia ini. Karena bisa-bisa, statusmu, atau kelakuanmu itu jadi ide cerita yang akan ditulisnya, lalu disinetronkan. Hahaha... Mending kalo kamu yang main sinetronnya, ya kan? Kalau cuma dapat sindiran doang? Mbak Tia mah aman, karena biasanya di end of the story suka ada kalimat "cerita ini hanya fiktif belaka. bila ada kesamaan nama, tempat dan sifat (eh ini mah aku karang yaa), maka jangan salahkan si pembuat cerita". :v

Lalu, apa saja karyanya di layar kaca? Nih, disimak...

1. Bro and Bray yang saat ini tayang setiap hari Sabtu dan Minggu jam 14:30 wib di Trans TV.
2. Sitkom Kos-Kosan Jogja. Lagi-lagi di Trans TV. Tapi yang ini sudah tayang Desember 2015 lalu.
3. Lovepedia. Tayang di Trans TV juga setiap Minggu jam 17:30 wib.

Dan yaaa, saya suka setiap kutipan-kutipan kalimat indahnya. Misalnya:

"Tak perlu banyak kata-kata romantis, tapi satu kata yang membuat tersenyum, itu sudah cukup sederhana, bukan?"
atau
"Dicuekin sama kamu rasanya lebih sakit dari hukuman apapun."

Selain itu, apalagi?

Buku.

Yap, Mbak Tia punya banyak buku yang sudah diterbitkan. Itu sebabnya, profile picture di facebooknya kebanyakan adalah cover buku-bukunya, hihi... 

Kreasi Buket Bunga, salah satu buku Mbak Tia Marty

Cireng Forever, salah satu antologi Mbak Tia Marty

Melihat karya-karyanya yang bertebaran, baik di media elektronik maupun media cetak, saya sih nggak heran. Karena apa? Karena Mbak Tia Marty ini adalah anggota FLP. As we know lah ya, jebolan FLP mah oke semua. :)

tuh kan, bener.. Mbak Tia Marty ini anak FLP. :)

Nah, buat yang mau belajar nulis sama Mbak Tia, ini akun sosmednya yaa, kepoin aja semua, biar ketularan bakatnya. *eh, emang bisa? :D
IG: @tiamartyalzahira
Twitter: @tia_alzahira
Facebook: Tia Marty Al-Zahira

Read More

Amay, Cita-Cita dan Morinaga Chil-Go!

Sunday, July 31, 2016

Bicara tentang Amay, berarti bicara tentang anak berumur 5 tahun. Tentang kegiatannya, tentang sekolahnya, juga tentang cita-citanya.

Kegiatan rutin Amay setiap Senin hingga Jum'at, adalah pergi ke sekolah. Hari Senin sampai Kamis, ia akan pulang pukul 12:30, sementara di hari Jum'at, sekolah berakhir pukul 11:00 siang. Sekolahnya tidak terlalu jauh dari rumah. Saya sengaja memilih yang dekat dengan rumah, agar tak terlalu repot saat mengantar dan menjemputnya, mengingat saya masih punya bayi yang beranjak gede, yaitu Aga yang berumur 20 bulan. Beruntungnya, di dekat tempat tinggal saya ada TK Islam Terpadu yang insya Allah bagus dan sesuai dengan keinginan saya.

Amay sekolah

Pulang sekolah, biasanya Amay akan bermain di rumah dengan saya dan adiknya. Ia hampir tak pernah tidur siang. Entahlah, susah sekali diajak tidur siang. Jam 4 sore, adalah saatnya bermain dengan teman-teman kecil di sekitar rumah.

Tentang cita-cita, beberapa kali Amay berganti keinginan. Pernah dia berkata, "Mas Amay mau kerja kayak Papa aja, bikin rumah," sewaktu melihat papanya yang berprofesi sebagai seorang Arsitek, menggambar desain rumah kliennya. Namun di lain waktu, saat kami terbang dari Jogja menuju Makassar, ia juga mengatakan ingin menjadi seorang Pilot. "Terbang 'kan enak, Ma..." katanya beralasan. Akan tetapi, keinginan itu masih berubah-ubah, bahkan saat di sekolahnya diadakan "costume party", dimana anak-anak diminta berpakaian sesuai cita-cita, Amay justru memilih menjadi pemain sepak bola.


Amay dan cita-cita
Sebagai orang tua, saya berusaha mendukung setiap pilihannya, asal itu baik baginya. Dukungan ini tentu saja bukan hanya berbentuk kata-kata semangat, namun juga niat untuk memberikan pendidikan terbaik untuknya.

Ada beberapa cara yang saya lakukan untuk mempersiapkan tabungan pendidikan bagi Amay dan Aga. Salah satunya dengan menyisihkan sebagian uang belanja harian untuk mereka. Selain itu, saat ini saya sedang mengikuti Program Bekal Masa Depan yang diselenggarakan oleh Morinaga Chil-Go! Hadiahnya besar lho. Ada Dana Asuransi untuk Pendidikan senilai total 3 Milyar Rupiah, juga ribuan voucher yang akan dibagikan sebagai hadiah hiburan.

Barangkali teman-teman mau ikutan juga? Caranya mudah koq, ada yang secara online, ada pula yang offline. Ini ya langkah-langkahnya:

Mekanisme Pendaftaran Online
1. Ayah atau Bunda perlu membeli Morinaga Chil-Go! minimal 6 botol di www.orami.com atau www.kalbestore.com dalam satu kali transaksi pembelian untuk mendapatkan kode unik. Kode unik akan dikirimkan melalui email selambat-lambatnya 2x24 jam setelah pembayaran diterima. Kode unik ini akan berlaku selama 30 hari hitungan kalender setelah dikirimkan. Artinya, pengiriman ide hanya akan diterima pada periode yang sama.

2. Setelah mendapatkan kode unik tersebut, Ayah atau Bunda dapat melakukan registrasi melalui www.BekalMasaDepan.com. Ayah atau Bunda bisa memilih kecerdasan mana yang sesuai dengan kecerdasan majemuk pilihan Ayah atau Bunda tentang bagaimana cara Ayah atau Bunda mencerdaskan Si Kecil agar menjadi Generasi Platinum yang multitalenta.

3. Ayah atau Bunda dapat menambahkan foto atau video untuk mendukung ide yang dituliskan.


Mekanisme Pendaftaran Offline
1. Ayah atau Bunda perlu membeli Morinaga Chil-Go! minimal 6 botol dalam 1 struk transaksi pembelian di toko-toko retail yang bekerjasama yang tercantum dalam website www.BekalMasaDepan.com termasuk Hypermart, Supermarket, dan minimarket (saya membeli di Alfamidi) berlaku kelipatan dimana pembelian dilakukan selama periode program.

struk pembelian Morinaga Chil-Go!
2. Ayah atau Bunda harus mengirimkan struk pembelian dan formulir pendaftaran ke PT. Bounche Indonesia dengan alamat Thamrin City Office Park AA03-AA05, Jl. Boulevard Teluk Betung - Jakarta 10240. Formulir dapat diunduh di www.BekalMasaDepan.com.

formulir yang telah saya unduh dari www.BekalMasaDepan.com

3. Ayah atau Bunda wajib menyimpan bukti pengiriman. Bukti struk pembelian yang dianggap sah adalah struk pembelian yang diterbitkan oleh toko-toko retail yang tercantum di www.BekalMasaDepan.Com. Struk yang berlaku adalah struk asli pembelian produk Morinaga Chil-Go! yang diterima oleh PT Bounche Indonesia selambat-lambatnya 30 hari kalender dari tanggal yang tercantum dalam struk. Pihak penyelenggara akan memberikan kode unik terhadap berkas yang diterima setelah melakukan verifikasi 5x24 jam.

4. Kode unik akan dikirimkan melalui email dan SMS yang dapat berlaku selama 30 hari kalender setelah dikirimkan. Artinya, pengiriman ide hanya akan diterima pada periode yang sama.

saya dapat SMS tentang kode unik

5. Setelah mendapatkan kode unik tersebut, Ayah atau Bunda dapat melakukan registrasi melalui www.BekalMasaDepan.com. Ayah atau Bunda bisa memilih kecerdasan mana yang sesuai dengan kecerdasan majemuk pilihan Ayah atau Bunda tentang bagaimana cara Ayah atau Bunda mencerdaskan Si Kecil agar menjadi Generasi Platinum yang multitalenta.

jika belum daftar, klik "daftar". jika sudah pernah mendaftar, klik "masuk"

mendaftar Morinaga Chil-Go!

saya menuliskan stimulasi kecerdasan visual spatial dengan permainan yang saya buat

saya mengupload foto dan video

cerita saya menunggu diverifikasi


6. Ayah atau Bunda dapat menambahkan foto atau video untuk mendukung ide yang dituliskan.

Ini Video saya: 


 
Jadi tunggu apa lagi, yuk buruan ikutan mumpung masih banyak waktu. Siapa tahu kita jadi salah satu pemenangnya, ya 'kan? :)
Untuk info yang lebih lengkap, Ayah/Bunda bisa mengunjungi : 
Website: www.BekalMasaDepan.com
Facebook: Morinaga Platinum
Twitter: @Morinagaid
Instagram: @MorinagaPlatinum
 
 
 
 
Read More

Kasih Tak Sampai Antara Siti Nurbaya dan Samsul Bahri

Wednesday, July 20, 2016

Novel Sitti Nurbaya Kasih Tak Sampai, karya Marah Rusli

Pertama kali membaca novel ini adalah ketika saya duduk di bangku SMA. Karena apa lagi jika bukan oleh tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia? Sebelumnya, saya hanya mendengar kisah Sitti Nurbaya dan Samsulbahri yang harus menderita karena kisah cintanya terhalang oleh Datuk Meringgih yang tak punya hati. Dan dulunya, saya pikir, orang tua Sitti Nurbaya lah yang tega menukar kebahagiaan sang putri hanya demi pundi-pundi duniawi. Apalagi, ini didukung dengan syair lagu yang dibawakan suara melengking milik Ari Lasso, yang saat itu masih menjadi vocalis grup band Dewa 19, berjudul "Cukup Siti Nurbaya".
"Oh... Memang dunia, buramkan satu logika
Seolah-olah, hidup kita ini

Hanya ternilai s'batas rupiah 
Cukup Siti Nurbaya yang mengalami
Pahitnya dunia

Hidupku, kamu, dan mereka semua

Takkan ada yang bisa memaksakan jalan

Hidup yang 'kan tertempuh 
Dengarkan manusia yang terasah falsafah
Sesaat katanya

Itu bukan dogma"

Tapi ternyata, setelah membaca keseluruhan isi novelnya, ada banyak sekali buah pikiran yang perlu diluruskan. Bahwa ternyata, Sitti Nurbaya tak pernah dipaksa oleh sang ayah untuk menikah dengan Datuk Meringgih. 

Berikut ini ringkasan cerita Sitti Nurbaya, Kasih Tak Sampai:

Samsulbahri dan Sitti Nurbaya, dua sahabat - teman sekelas - tetangga yang saling jatuh cinta. Rumahnya bersebelahan. Tak hanya mereka berdua yang dekat, kedua orang tua mereka pun sama-sama berhubungan baik. Suatu hari, mereka harus berpisah karena Samsu (Samsulbahri), merantau ke Jakarta untuk menempuh pendidikan dokter. Meski berjauhan, mereka berdua sepakat untuk saling setia.

Namun sayang, takdir mengharuskan Sitti Nurbaya tunduk pada kekuasaan Datuk Meringgih. Kisah bermula ketika Datuk Meringgih merasa iri pada Baginda Sulaiman yang usaha dagangnya melejit. Lelaki tua itu tak ingin tersaingi, sehingga ia pun menyusun strategi untuk membuat bisnis Baginda Sulaiman bangkrut. Ia menyuruh orang untuk membakar toko yang dimiliki Baginda Sulaiman, meracun kebun kelapa yang dimilikinya sehingga pohon-pohon kelapa itu tidak berbuah dan membusuk, juga menghasut partner bisnis Baginda Sulaiman agar beralih padanya. Sesuai dengan keinginannya, Baginda Sulaiman pun mengalami kebangkrutan.

Datuk Meringgih menawarkan bantuan, namun dengan bunga yang tinggi itu, Baginda Sulaiman tak mampu membayar hutangnya, hingga pilihan sulit pun harus diambilnya. Menyerahkan dirinya menjadi tahanan atau menyerahkan putri kesayangannya pada Datuk Meringgih. Nurbaya, yang sangat mencintai ayahnya, memilih untuk mengorbankan dirinya sendiri. 

Karena tak tahan dengan Datuk Meringgih, Nurbaya memutuskan untuk melarikan diri, namun itu tak bertahan lama karena Datuk Meringgih dapat membawanya kembali dengan taktik liciknya. Tak berhenti sampai disitu, Datuk Meringgih menyuruh orang untuk membunuh Sitti Nurbaya dengan meracuninya.

Mengetahui kekasihnya telah tiada, Samsulbahri tak lagi memiliki keinginan untuk hidup. Ia kemudian bergabung menjadi prajurit kolonial, dengan tujuan agar lebih mudah menemui kematian. Setiap ditugaskan ke medan perang, ia berharap bisa mati. Namun sayang, usahanya untuk "bunuh diri" tak tersampaikan, bahkan ia justru berhasil mengalahkan musuh-musuhnya sehingga dianggap sebagai prajurit berprestasi dan mendapatkan pangkat letnan.

Sepuluh tahun berlalu. Samsu yang saat itu telah berganti nama menjadi Mas, ditugaskan ke Padang untuk melawan Datuk Meringgih yang saat itu memimpin suatu revolusi melawan pemerintah Hindia Belanda sebagai protes atas kenaikan pajak belasting. 
Dalam peperangan menghadapi Datuk Meringgih ini, Samsu berhasil membalaskan dendamnya, meski ia sendiri mengalami luka yang cukup berat. Setelah bertemu dengan ayahnya dan meminta maaf, ia pun meninggal dunia. 


Setelah mengetahui ringkasan ceritanya, ada baiknya kita melihat unsur intrinsik dalam novel karya Marah Rusli ini:



  • Tokoh Utama
1. Sitti Nurbaya
Nurbaya adalah anak tunggal dari Baginda Sulaiman. Sosoknya digambarkan sebagai seorang gadis yang tak hanya memiliki paras cantik, namun kelakuan dan adatnya, tertib dan sopan santunnya, serta kebaikan hatinya, tidak kalah cantik daripada parasnya. 

2. Samsulbahri
Sam, begitu ia dipanggil, adalah putra tunggal dari Sutan Mahmud Syah, seorang Penghulu di Padang. Selain pandai, ia juga baik, tertib, sopan santun, halus budi bahasanya, lurus hati dan bisa dipercaya. Meski ia halus, namun ia juga pemberani dan suka membela kebenaran. 

3. Datuk Meringgih
Datuk Meringgih adalah tokoh antagonis di novel ini. Meski sebenarnya ada beberapa tokoh antagonis lain, seperti: Rubiah dan Sutan Hamzah (saudara kandung Sutan Mahmud Syah), juga beberapa anak buah Datuk Meringgih, akan tetapi Datuk Meringgih adalah sumber dari segala derita yang dialami Baginda Sulaiman hingga berimbas pada keberlangsungan cinta antara Sitti Nurbaya dan Samsulbahri. Jika Datuk Meringgih tak ada, tentu cerita cinta Sitti Nurbaya dan Samsulbahri tak akan berakhir setragis itu.

Datuk Meringgih adalah seorang saudagar Padang yang termahsyur. Sesungguhnya ia bukan berasal dari keturunan orang berada dan terhormat, tetapi hidupnya berubah. Kekayaannya dimana-mana. Orang-orang menaruh hormat padanya karena kekayaannya itu. Tiada seorang pun yang dapat melawan kekayaannya. Akan tetapi, sifatnya buruk, ia teramat kikir. Jika harus mengeluarkan uang, ia akan berpikir berkali-kali. Ia tidak bakhil untuk satu hal; perempuan.
Rupanya buruk, usianya lanjut, pakaian dan rumah tangganya kotor, adat dan kelakuannya kasar dan bengis, bangsanya rendah, pangkat dan kepandaian pun tak ada, selain daripada kepandaian berdagang. 

  • Alur
Marah Rusli menggunakan alur maju dalam menceritakan novel ini. Bermula dari masa Sitti Nurbaya dan Samsulbahri bersekolah bersama, hingga beberapa waktu kemudian Samsulbahri merantau ke ibukota. Lalu kisah-kisah memilukan yang menimpa keluarga Sitti Nurbaya hingga akhirnya gadis itu harus bersedia menyerahkan masa depannya pada Datuk Meringgih, dan berakhir pada kisah heroik yang dilakukan Samsulbahri terhadap musuh besarnya, Datuk Meringgih.

  • Tema
Meskipun tema ini termasuk mainstream, namun pada masa itu, Marah Rusli berhasil membuat kisah Sitti Nurbaya melegenda. Siapa sangka, dari tangannya, lahir Romeo-Juliet ala Indonesia? Iya, tema cinta memang tak ada habisnya, bukan?Apalagi disini, kisah cintanya dibuat sedemikian kompleks, mulai dari serba-serbi monogami dan poligami, hingga pemaksaan dalam pernikahan.

  • Latar atau Setting
Novel Sitti Nurbaya: Kasih Tak Sampai, mengambil tempat di Padang-Sumatera Barat, pada awal abad ke-20. Di dalamnya penulis banyak menceritakan tentang budaya Minangkabau.

Penulis menuliskan contoh adat budaya Minangkabau, bahwa apabila kita memiliki anak, maka yang bertanggung jawab terhadap anak kita adalah pamannya. Jadi, seorang laki-laki bertanggung jawab terhadap kemenakannya.

Selain itu, pada masa itu, adalah wajar jika seorang laki-laki memiliki banyak istri. Justru hal yang aneh jika seorang laki-laki, apalagi ia adalah seorang yang berbangsa tinggi, berpangkat dan terhormat, hanya memiliki satu istri saja. Kakak dari Sutan Mahmud Syah berkata, "Bukankah harus orang besar itu beristri banyak? Bukankah baik orang besar itu beristri berganti-ganti, supaya kembang keturunannya? Bukankah hina, jika ia beristri hanya seorang saja? Sedangkan orang kebanyakan, yang tiada berpangkat dan tiada berbangsa, terkadang-kadang sampai empat istrinya, mengapa pula engkau tiada?"

  • Gaya Bahasa
Novel ini kental dengan bahasa Melayu, sehingga ada beberapa kosakata yang sedikit berbeda dengan bahasa Indonesia yang kita kenal saat ini, seperti: masakan (masa?), sebagai (seperti, bagai), bila (kapan), boleh (bisa, dapat), dll. 
Selain itu, seperti budaya Melayu juga ketika seseorang ingin mengungkapkan perasaan atau pikirannya, Marah Rusli menyisipkan pantun berbalas pantun. Hal ini dapat kita temui di beberapa dialog antara Samsulbahri dan Sitti Nurbaya.

Di sawah jangan memukat ikan,
ikan bersarang dalam padi
Susah tak dapat dikatakan
ditanggung saja dalam hati

Gantungan dua tergantung
tergantung di atas peti
Ditanggung tidak tergantung
sakit memutus rangkai hati

Di dalam novel ini pun akan sering kita temukan pepatah atau perumpamaan, seperti misalnya; "Arang habis, besi binasa", yang kira-kira memiliki arti bahwa semua usaha telah sia-sia.



  • Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan adalah Sudut Pandang Orang Ketiga.

  • Amanat
Novel ini sarat akan amanat, tidak hanya dari kisah dan perjalanan Sitti Nurbaya dan Samsulbahri serta orang-orang di sekelilingnya saja, namun juga dalam "cerita dalam cerita" di dalamnya. Misalnya, ada sebuah hikayat pendek yang diceritakan oleh Sam pada Nurbaya. Dari hikayat itu, ada pesan moral yang disampaikan, bahwa; "Tiap-tiap suatu yang hendak dikerjakan atau dikatakan, haruslah dipikirkan lbih dahulu dengan sehabis-habis pikir dan ditimbang dengan semasak-masaknya; Berkata sepatah, dipikirkan, supaya jangan salah; sebab kesalahan itu boleh mendatangkan sesal yang tak habis. Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna." Dan masih banyak cerita-cerita lain yang mengandung pesan moral.


Lalu, seperti yang telah kita bahas di awal, apakah kisah Sitti Nurbaya dan Samsulbahri di novel ini seperti pemahaman orang-orang selama ini, bahwa mereka harus terpisah karena perjodohan? Ternyata tidak. Ayahanda Nurbaya tak pernah menjodohkan atau memaksa putrinya menikah dengan Datuk Meringgih itu. Apalagi sesungguhnya baik orang tua Sam maupun Baginda Sulaiman sendiri sebagai ayah Nurbaya, sesungguhnya telah merestui hubungan kedua anak ini. 

Beliau hanya berkata, "Jika sudi engkau menjadi istri Datuk Meringgih, selamatlah aku, tak masuk ke dalam penjara dan tentulah tiada akan terjual rumah dan tanah kita ini. Akan tetapi jika tak sudi engkau, niscaya aku dan sekalian kita yang masih ada ini, akan jatuh ke dalam tangannya." karena saat itu memang sudah tak ada pilihan lain. Hutang yang mesti dibayarkan pada Datuk Meringgih telah menumpuk, sedangkan harta bendanya telah habis. Dan demi mendengar perkataan putus asa ayahandanya itu, Nurbaya memilih mengorbankan dirinya demi ayah yang dicintainya.

Memang seperti memakan buah simalakama, tak ada pilihan yang baik untuknya.


Judul: Sitti Nurbaya: Kasih Tak Sampai
Pengarang: Marah Rusli
Genre: Novel
Penerbit: Balai Pustaka
Tahun Terbit: 1922



Read More

Cilok Setengah Juta, Dimuat di Gado-Gado Majalah Femina

Sunday, July 3, 2016


Sebut saya norak. Hehe... Tapi saya memang sedang norak-norak bergembira. Apa pasal? Setelah perjuangan yang paaannnjjaaannggg dan laaammmmaaaa, akhirnya saya bisa menakhlukkan satu media besar itu. Iyap, tulisan saya akhirnya bisa nangkring di rubrik Gado-Gado Majalah Femina.

Majalah Femina, foto oleh Mbak Rien DJ

Selama ini saya hanya bisa iri, melihat tulisan teman-teman muncul di rubrik itu. Ini bukan soal honor yang memang cukup besar dibanding media yang lainnya ya, tapi ini soal mengukur kemampuan diri. Bisakah saya seperti teman-teman lain?

Memang, tulisan saya sebelumnya sudah pernah nangkring di beberapa media cetak seperti Jawa Pos dan Solo Pos. Ada yang mau baca? Ini tulisan saya di Jawa Pos untuk rubrik Gagasan: Bersahabat dengan Bumbu Dapur, dan ini salah satu cerita lucu saya yang dimuat di Rubrik Ah Tenane, Solo Pos, yang menggunakan tokoh utama bernama Jon Koplo.

Tak hanya itu, cerita lucu tentang Amay pun pernah saya kirimkan ke Majalah Reader's Digest Indonesia, yang masih satu grup dengan Majalah Femina. Sayangnya, sejak Oktober 2015 lalu, majalah ini hanya bisa kita baca dalam versi digital. :(

Haha Hihi di Reader's Digest Indonesia

Menulis untuk Majalah Femina ini cukup sulit bagi saya, karena hingga belasan kali mengirim tulisan, nyatanya saya kurang bisa menangkap selera Majalah ini. Belasan ide, belasan judul sudah saya kirimkan, namun tak satu pun berhasil memenuhi syarat. Padahal untuk media lain, terkadang 1-2 kali kirim saja, Alhamdulillah tulisan saya bisa sesuai dengan karakter mereka.

Baca Tiada Alasan Tak Menanam, tulisan saya yang dimuat di Majalah Ummi. Juga, Do'a yang Dinantikan, yang dimuat di Majalah Hadila.

Dan tibalah saat yang saya tunggu-tunggu. Saya dihubungi oleh Mbak Ratna dari Femina melalui SMS, yang menanyakan apakah tulisan saya berjudul "Cilok Setengah Juta" adalah karya asli saya dan belum pernah diterbitkan? Alhamdulillah, secercah harapan muncul. Saya tidak bisa berhenti tersenyum. Saya pun mengirimkan berkas-berkas yang diminta, via email dan via pos. 

Dan hari itu tiba. Hari dimana tulisan saya muncul di edisi 25 tahun 2016. Rasanya penasaran. Persis seperti seorang ibu yang hendak melahirkan, seperti apa rupa anakku?

Tapi rasa penasaran itu mesti ditahan, karena saya belum bisa menemukan majalah itu di tukang koran sekitaran Colomadu, Karanganyar. Hiks... Mau ke toko buku, tapi suami belum sempat mengantar. Iya, saya kemana-mana memang mesti sama beliau, hehe... Tapi Alhamdulillah, Allah menolong saya melalui tangan Mbak Saptorini alias Mbak Rien DJ yang bersedia mencarikan majalah itu di toko langganannya. Alhamdulillah Alhamdulillah.. :)

Hingga kini sebenarnya saya belum melihat secara langsung bagaimana penampakan tulisan saya, karena majalahnya masih di Mbak Rien. Tapi saya cukup puas, melihat judul besar yang terpampang disana, dan nama saya yang tertulis di ujung kanan bawah. :)

tulisan saya di Gado-Gado Femina


Buat yang penasaran, ini adalah tulisan saya, versi asli yang saya kirimkan tanggal 5 Januari 2016. 

Cilok Setengah Juta

“Mas, mau udang, boleh?” pinta saya.
“Tapi dirimu kan alergi udang. Jangan aneh-aneh, ah!” Jawab suami saya, tegas.
Tapi karena tak tahan melihat wajah saya yang begitu ingin menyantap makanan itu, suami saya akhirnya mengambilkan setusuk sate udang untuk saya yang sedang hamil muda, lengkap dengan segelas susu dan air kelapa muda. Dua minuman itu untuk penawar racun, katanya. 
Ajaib, kondisi hamil membuat saya tak pantang memakan makanan yang biasanya menimbulkan gatal di sekujur tubuh itu. Tanpa meminum susu dan air kelapa muda pun, tubuh saya tidak mengalami reaksi alergi. Anehnya, setelah bayi saya lahir, saya kembali alergi dengan udang, kepiting, dan makanan laut lainnya.

Kebanyakan ibu-ibu yang sedang hamil muda memang mengalami yang namanya ngidam. Bahkan pertanyaan “ngidam apa nih?”, termasuk yang paling sering dilontarkan.
Orang ngidam itu macam-macam. Ada yang ingin melakukan sesuatu yang biasanya terdengar aneh, ada juga yang ingin makan makanan yang tak biasa.
Tetangga saya, saat hamil hanya ingin makan sayur nangka muda (sayur gori) saja. Dan jika dia sudah memasaknya, orang lain tidak boleh ada yang ikut mencicipi. Haha, lucu sih kedengarannya, timbang sayur gori doang. Tapi itu nyata, dan dia selalu tertawa jika mengingatnya.
Salah satu orang tua murid di sekolah anak saya lain lagi, saat hamil dia tidak suka memakai alas kaki. Entah itu sandal atau sepatu. Dan kini anaknya berperilaku persis seperti sang ibu. Kalau kami sedang menjemput anak-anak saat pulang sekolah, biasanya anak ini langsung berlari ke arah ibunya sambil menjinjing sepatu dengan kedua tangannya. Malah pernah, disaat anak-anak lain sedang berdo'a di dalam kelas, dia berlari keluar sambil menjinjing sepatunya menuju sang ibu yang menunggunya, kemudian dia kembali lagi ke kelasnya dan melanjutkan berdo'a sebelum pulang.
“Yang paling awet dari anak ini tuh, sepatunya. Gimana enggak, dipakainya cuma pas berangkat aja.” Kata si ibu sembari tertawa. Terkadang memang kebiasaan kita saat hamil terbawa oleh anak kita.

Berbeda dengan tetangga dan ibu dari teman anak saya tadi, saya pun mengalami ngidam yang aneh saat hamil anak pertama. Selain jadi kebal terhadap udang, tiba-tiba saya merasa sangat ingin makan cilok. Ini gara-gara sebuah tayangan televisi yang sedang menayangkan makanan-makanan lezat berbahan aci. Hmmm, tampaknya ibu hamil mesti berhati-hati ketika menonton televisi, karena bisa-bisa perasaan ngidam muncul tiba-tiba setelah melihat sebuah tayangan. J
Maka ketika mama mertua telepon dan bertanya kondisi kehamilan saya, saya mengatakan bahwa saya ingin sekali makan cilok. Demi calon cucunya, beliau sampai menelepon kenalannya di Solo untuk menanyakan dimana kira-kira penjual cilok berada, karena saat itu saya dan suami memang baru dua bulan tinggal di kota Bengawan itu, sehingga belum paham tempat-tempat jajanan. Dan sialnya, saat itu bulan puasa sehingga pedagang cilok yang biasa mangkal di sekolah-sekolah libur berjualan.
Akhirnya, karena hasrat makan cilok tak kunjung terpenuhi, mama mertua datang mengunjungi kami. Beliau bersama dua adik ipar datang ke Solo dengan menumpang travel dari Purwokerto. Kebetulan saat itu ayah mertua sedang dinas di Bumiayu.
Ketika datang, beliau membawakan saya cilok, lengkap dengan bumbu kacang, saos dan kecap.
Sambil menyuruh saya menyantap oleh-oleh paling spesial itu, beliau berkata, "Ini cilok istimewa ya, Rin, soalnya harganya setengah juta." Haha..seketika itu kami semua tertawa. Iya, harganya setengah juta karena ongkos travel dari Purwokerto ke Solo untuk 3 orang hampir setengah juta. Ada-ada saja. J


*tulisan yang terdapat di Majalah Femina, telah mengalami sedikit pengeditan. :)


Read More