4 Tempat Wisata Keluarga di Malang

Thursday, January 25, 2018


Malang adalah destinasi wisata yang cukup populer di kalangan para pelancong. Kota yang identik dengan udara yang sejuk ini memang sangat tepat dijadikan sebagai tujuan berlibur. Ada banyak lokasi wisata yang bisa kita kunjungi di Malang, yaitu tempat-tempat yang menawarkan pengalaman luar biasa bagi para pengunjungnya.
Nah, jika kamu berencana mengajak keluarga untuk berlibur ke Malang, ada beberapa objek wisata menarik yang layak untuk dipilih. Berikut di antaranya.

1. Plaza Garden Rabbit Fields

Plaza Garden Rabbit Fields
Plaza Garden Rabbit Fields, sumber: Kompasiana

Salah satu objek wisata yang cocok bagi liburan keluarga adalah Plaza Garden Rabbit Fields. Ini adalah sebuah area yang berbentuk taman dan ditumbuhi oleh rerumputan hijau.  Menariknya, selain dapat menikmati suasana yang asri dan menyegarkan pandangan, kita juga bisa berinteraksi langsung dengan kelinci-kelinci yang dibiarkan hidup bebas di taman ini.

Objek wisata yang berlokasi di Jl. Paralayang, Desa Pandesari, Pujon, ini juga dilengkapi dengan beberapa spot foto menarik dan unik. Bagi kalian yang ingin mengajak anak dan keluarga untuk bersantai sejenak dari hiruk-pikuk kesibukan sehari-hari, tempat ini sangat cocok. Anak pun akan senang karena dapat mengenal secara dekat hewan lucu dan menggemaskan itu.

2. Museum Satwa

Museum Satwa, Jatim Park 2
Museum Satwa, Jatim Park 2, Malang. Source: www.kayusirih.com


Objek wisata lain di Malang yang ramah anak adalah Museum Satwa. Meskipun disebut museum, tempat ini tidak membosankan, kok. Di Museum Satwa, Anda akan menemukan koleksi binatang yang telah diawetkan, mulai dari binatang reptil, mamalia, serangga, bahkan binatang laut dari seluruh dunia.

Bentuk koleksi binatang yang ada di museum ini sangat persis dengan aslinya karena proses pengawetan yang dilakukan begitu sempurna. Namun, jangan khawatir, binatang-binatang ini diawetkan setelah ditemukan dalam keadaan mati, bukan karena sengaja dibunuh.

Kami pernah mengunjunginya dan Amay senang sekali berada di sana. Saat itu, suami ada kunjungan kerja ke Malang dan kami diajak, tetapi pakai budget dari kantong sendiri kok. Tenaaang, hehehe... Dan karena dadakan, isi kantong juga ngga seberapa, kami jadi turis backpacker di sana. Ya, kami pakai ransel, naik kereta, tidur di hotel biasa, dan sewa motor untuk bisa sampai ke tempat wisata. 
 

Berkunjung ke museum ini akan membuat si kecil lebih mengenal satwa yang ada di bumi, termasuk binatang yang sudah punah. Selain memperoleh pengetahuan dengan cara yang tidak membosankan, acara liburan keluarga ini pun pasti akan membuat hubungan anggota keluarga menjadi lebih erat.
 

3. Museum Angkut

Museum Angkut, Malang, Jawa Timur
Museum Angkut, Malang, Jawa Timur, via www.kayusirih.com

 
Selain Museum Satwa, museum lainnya yang juga bisa menjadi pilihan destinasi liburan bersama keluarga adalah Museum Angkut. Apa saja yang dapat dilihat di museum ini? seperti namanya, Museum Angkut memiliki koleksi alat-alat transportasi yang pernah ada di dunia.

Di sini, kita dapat melihat becak, alat transportasi tradisional yang semakin hari semakin tergeser oleh banyaknya pilihan transportasi modern yang lebih cepat dan praktis. Nah, si kecil pasti akan sangat antusias melihat berbagai koleksi tersebut. 
 

4. Hawai Waterpark, Malang

 
Tempat Wisata di Jawa Timur
Hawai Waterpark, Malang, Sumber foto: travelspromo.com

Saatnya mengajak anggota keluarga untuk menyegarkan diri dengan bermain air di Hawai Waterpark Malang. Ini merupakan wisata air yang menawarkan beragam wahana menarik, seperti perosotan, kolam air, dan sebagainya.

Waterpark yang berlokasi di Jl. Graha Kencana Raya, Banjararum, Singosari ini juga menawarkan banyak spot yang cocok dijadikan sebagai background foto alias instagramable banget. Kalau kalian tidak terlalu senang bermain air, cobalah berkeliling saja sambil menikmati suasana sejuknya.

Untuk menyenangkan keluarga, berkunjung ke Malang bisa menjadi salah satu pilihan menarik. Jangan lupa, jika ingin mencari tempat menginap, buka saja website Airy Rooms atau aplikasinya di Android atau iOS. Melalui aplikasi ini, kita dapat menemukan banyak pilihan hotel murah di Malang yang tak kalah menarik.

Selain murah, kita pun akan diuntungkan dengan kehadiran 7 jaminan fasilitasnya. Beberapa di antaranya adalah tempat tidur bersih, shower air hangat, penyejuk ruangan dan sebagainya.

Nah, tertarik untuk mengunjungi Malang di liburan yang akan datang?☺




Read More

Pro Kontra Reward and Punishment dalam Mendidik Anak, Mama Pilih Mana?

Monday, January 22, 2018

Waktu mengajar dulu, sekolah tempat saya mengajar menerapkan prinsip "konsekuensi" pada anak didik. Sekolah kami tidak memberikan reward atau hadiah untuk anak yang berprestasi, juga tidak menggunakan punishment atau hukuman untuk anak yang melakukan pelanggaran. Sekolah kami menerapkan prinsip "konsekuensi" untuk mengganti dua kata itu. 

Jadi, misalnya pada saat snack time siswa A tidak mau menghabiskan makanannya, maka kami -guru, pen- akan berkata, "Sebelum makananmu habis, kamu belum boleh pergi ke working area atau area bermain. Kalau kamu mau bermain dengan teman-teman, habiskan dulu makananmu. Semakin lama waktu yang kamu perlukan untuk menghabiskan makanan, maka konsekuensinya waktu bermainmu akan semakin berkurang." Sebaliknya, jika anak bisa melakukan segala kewajibannya tepat waktu, maka haknya pun akan segera ia dapatkan.

Kedengarannya lebih adil dan lebih ramah anak ya? Iya. Meskipun sebenarnya, konsekuensi ini mirip juga dengan ganjaran, baik itu hadiah maupun hukuman, hanya lebih netral saja istilahnya. 

Tapi, apakah prinsip "konsekuensi" ini paling sempurna? Kadang iya, namun kadang juga tidak. Sebagai manusia, ada kalanya kita butuh pujian atau hadiah, agar kita semakin bersemangat untuk melakukan sesuatu. Terkadang, diperlukan juga hukuman, agar seseorang sadar bahwa ia telah melakukan suatu kesalahan. Hukuman juga diperlukan, agar kesalahan yang sama tidak kembali terulang.

reward and punishment

Setelah saya punya anak sendiri, saya mencampur berbagai metode pengasuhan. Saya mencari metode yang pas dengan karakter anak-anak saya. Ya, apa yang saya dapat saat mengajar dulu, tidak sepenuhnya saya pakai.

Contohnya pada Amay, terkadang saya mengiming-imingi hadiah, agar ia mau melakukan sesuatu. Pada saat puasa di bulan Ramadhan lalu misalnya, saya berjanji untuk memenuhi makanan apapun yang ia mau untuk berbuka. Saya juga berkata akan membelikan mainan yang ia minta, jika ia bisa berpuasa lebih dari 25 hari. Kenyataannya? Alhamdulillah ia termotivasi, dan bisa mendapatkan sebuah spinner saat lebaran. 


Nah, dari apa yang saya amati dan saya jalani, pemberian reward dan punishment tak bisa sepenuhnya dianggap paling baik, tak bisa juga dianggap buruk. Pemberian reward dan punishment memiliki sisi positif dan negatif. Positifnya, seseorang jadi bersemangat untuk melakukan sesuatu, dan negatifnya, seseorang akan terbentuk menjadi pribadi yang pamrih. Jika tidak ada imbalan, maka ia tak akan berbuat kebaikan.

Untuk itu, saya memilih berada di tengah-tengah.

Saya tidak kontra pada pemberian reward and punishment, karena Allah pun menyiapkan reward berupa surga dengan berbagai macam tingkatannya untuk hamba-Nya yang beriman dan sering melakukan kebaikan. Allah juga sudah menyiapkan punishment di neraka, untuk mereka yang tak beriman dan sering melakukan kemungkaran.

Saya juga tidak menganut prinsip ini secara mutlak, karena saya juga paham, bahwa reward yang berlebihan pun bisa melenakan. Apalagi punishment, bisa membuat seseorang menjadi trauma berkepanjangan.

Kalau teman-teman, bagaimana?
Read More

Rumah Impian

Friday, January 19, 2018

Tulisan ini adalah postingan kolaborasi dengan #BloggerKAH, setelah beberapa bulan kami absen karena adaaaaa aja kesibukan di antara kami bertiga. Mbak Ran yang baru punya baby Alisha, saya yang masih saja disibukkan oleh cucian dan setrikaan, dan Mbak Widut yang tiap pengen nulis ngga ada temennya. Xixixixi, iyaaa, diantara kami bertiga, Mbak Widut memang yang paling rajin nulis dan paling sering menang lomba. Huhuhu jadi envy sama semangatnya.

Nah, berawal dari curhatan Mbak Widut yang pengen punya dapur outdoor, saya akhirnya mengusulkan bagaimana jika tema bulan ini adalah tentang Rumah Impian?


Meskipun saya pernah menulis seperti apa rumah impian saya, tapi makin kesini, rumah impian saya jadi agak berubah.

Baca: Jatuh Cinta pada Rumah dengan Gaya '8Oan

Ya, dulu saya memang jatuh cinta pada rumah dengan gaya tahun 198Oan. Kenapa? Sudah saya jelaskan di tulisan itu. Tapi karena menyadari bahwa rumah 8Oan itu muahaalll, jadi saya anggap impian ini cuma benar-benar mimpi, yang Alhamdulillah jika menjadi kenyataan, tapi ngga masalah juga kalau ngga kesampaian.

Saya memilih untuk mensyukuri apa yang saya punya. Saya tentu ngga ingin jadi orang yang kufur nikmat. Udah dikasih tempat buat neduh mosok masih kurang bersyukur, ya kan?

Sekarang, fokus saya adalah pada semua yang sudah saya miliki. Saya akan merawatnya, dan mengusahakannya untuk terlihat lebih baik lagi. Nah, kalau ada rezeki lebih, saya pengen bikin rumah saya kayak gini nantinya.

foto dari IG @rumahcantikidaman

Fasade-nya dibikin begini, lalu rumahnya dibikin 2 lantai, dan di atas ada space buat naruh tabulampot, hehe... Iya, karena luas tanah rumah saya hanya 8O meter, tentu impian untuk menanam banyak pohon harus saya urungkan. Meski begitu, saya tetap menanam pohon koq. Ada pohon jeruk dan jambu jamaika. Saya menanamnya dalam pot. Istilahnya, tabulampot, tanam buah dalam pot.

Nah, untuk saat ini, saya lagi pengen pasang kanopi di belakang rumah, untuk ruang cuci jemur, biar njemurnya nggak di depan rumah. Sekarang sebenarnya bisa sih njemur di belakang, cuma lantainya belum rata.

Do'akan yaa biar segera terkumpul dananya.

Terima kasiiiih.. ☺❤

By the way, pernah ada yang bilang gini, "Arin mah enak, suaminya arsitek, pasti gampang lah mewujudkan rumah impian." 

Mmm, iya sih, suami saya arsitek. (Kalau mau tahu kiprah beliau di dunia arsitektur, saya pernah menulis prestasinya bersama teman-temannya di sini. Kalau mau rumahnya didesainkan suami saya, bisa juga hubungi via email atau komen di bawah tulisan ini. Ups, promosi) Tapiiii, justru karena suami saya adalah arsitek, jadi malah nggak bisa didebat. Suami selalu punya alibi untuk menjadikan rumahnya begini dan begitu, baiknya begini dan begitu biar sehat, biar rapi, biar ini, biar itu dan kalau ada rezeki lagi mau bikin rumah di sini dan yang begini. Gitu gitu deh.

Untuk itulah, kadang untuk membela diri, saya bilang, "Ya udah, anggap aja ini rumah pertama, bikin yang sesuai keinginan Arin yaa... Ntar rumah berikutnya -aamiin- terserah dirimu lah mau dibikin kayak gimana. Toh, yang paling banyak diem di rumah kan Arin. Ya ya ya?" Gitu. Dan itu berhasil membuatnya diam, meski perdebatan yang sama selalu terjadi saat kami ingin menambah atau mengubah sesuatu dari rumah ini.

Yang saat ini masih jadi perdebatan adalah partisi untuk dapur. Kebetulan, dapur saya memang terlihat dari ruang tamu. Saya pengennya partisinya sekaligus meja makan, seperti ini, tapi peletakannya bukan nempel di dinding seperti ini yaa..

ambil foto dari IG @ariana_arriana

Suami setuju kalau partisinya meja plus lemari makan, tapi ngga mau ala-ala shabby gitu, dan maunya tengahnya bolong. Yaaaa, percuma dong yaa, dapurnya tetep kelihatan. Alasannya sih, karena rumah kami kecil, jadi kalau tengahnya tertutup begitu, malah bikin rumahnya jadi kelihatan sempit. 

Dan ini adalah problem yang belum terpecahkan, wkwkwk...

Ah sudahlah..lihat aja nanti siapa yang menang. Hahaha.. Baiklah, sekarang baca rumah impiannya Mbak Rani dan Mbak Widut yaa.. Penasaran, kayak gimana rumah impian mereka. ☺

Read More

Mencicipi Makanan Kang Mo Yeon di Kimchi Resto, Solo

Tuesday, January 16, 2018

Saya termasuk fans yang terlambat menyukai serial Descendants of The Sun. Di saat fans drakor lainnya sudah mulai move on dan merambah ke drakor yang lain, saya baru saja menonton serial ini. Pesona Captain Yoo Si Jin, Big Boss yang ganteng, cerdas, sangat cepat dalam berpikir dan mengambil keputusan, setia pada negara dan Dokter Kang yang dicintainya, membuat saya jadi tergila-gila pada drama korea ini.

Kenapa malah jadi ngomongin drakor ya? Hihihi... Soalnya, karena serial inilah, saya akhirnya penasaran bagaimana rasanya makanan Korea itu.

Eh, tapi jauh sebelum ada Descendants of The Sun ini, saya juga pernah ingin sekali makan makanan korea, yaitu saat hamil Amay, dan saya sedang menonton ulang tayangan Jewel in The Palace. Jang Geum terlihat piawai dalam memasak, dan itu bikin bayi di perut saya ini jadi ngiler, hihi... Dan karena saat itu belum tau tempat makan makanan Korea di Solo, akhirnya saya menyerah. “Ya udah, pokoknya pengen makan makanan yang dimakan pakai sumpit,” kata saya pada suami. Akhirnya, selain menuju warung mie ayam, suami juga mengajak makan di hokben, hahaha...

Ini cerita ngidam yang kedua, karena ngidam yang pertama saya pengen cilok. Baca Cilok Setengah Juta ya, yang pernah dimuat di Gado-Gado Femina. Cilok ini bukti kasih sayang mertua ke menantu dan calon cucunya, lho, hihi...

Kembali ke Descendants of The Sun, eh, ke Makanan Korea maksud saya. Di episode 2, saat Dr. Kang dijemput Kapten Yoo untuk kencan, tapi Sang Kapten datang terlalu awal dan mereka akhirnya ke rumah Dr. Kang, Dr. Kang meminta Yoo Si Jin untuk memesan makanan. Tau apa yang dipesannya? Dr. Kang memesan Dolsot Bibimbap. Nah, makanya di Kimchi Resto kemarin saya pesan makanan ini.

-Dolsot Bibimbap-

Mengutip Wikipedia, Bibimbap adalah masakan Korea berupa semangkuk nasi putih dengan lauk di atasnya berupa sayur-sayuran, daging sapi, telur, dan saus pedas gochujang. Dolsot, berarti mangkuk batu. Jadi Dolsot Bibimbap adalah Bibimbap yang disajikan di dalam mangkuk batu.

Tapi sepertinya makanan saya kemarin adalah Bibimbap saja tanpa Dolsot, karena mangkuknya adalah mangkuk melamin biasa.

Well, rasa penasaran saya sudah tuntas. Akhirnya saya tau makanannya Kang Mo Yeon. Sungguh, kebahagiaan yang amat sederhana. Hahaha... :D

Untuk informasi, Dolsot Bibimbap di Kimchi Resto bisa kita nikmati dengan hanya 30K saja.

Dolsot Bibimbap, Kimchi Resto, Solo

Oya, tak hanya mencicipi Bibimbap, di Kimchi Resto saya juga berkesempatan mencicipi Budae Jeongol  dan Dak Galbi.

-Budae Jeongol-

Dari Wikipedia lagi, Jeongol adalah makanan Korea berupa sup yang direbus di dalam panci besar, dan dihidangkan di tengah-tengah meja untuk dimakan. Di dalam sup itu, ada sayuran, ada mie, ada sosis, tteokbokki, daging sapi, dll. Rasanya pedas, karena memakai bumbu gochujang.

Harga Budae Jeongol di Kimchi Resto adalah 105K, dan bisa buat berempat. Hhmm, lumayan hemat.

Budae Jeongol, Kimchi Resto, Solo

Sejujurnya, saya jadi penasaran dengan bumbu gochujang ini. Kayaknya hampir semua masakan korea pakai ini yaa..

Ayo deh kita cek di makanan berikutnya!

-Dak Galbi-

Dak Galbi ini merupakan fillet ayam yang dimasak dengan berbagai macam sayuran, dan masih memakai saus gochujang. Biasanya, setiap restoran menyediakan pemanggangnya juga, karena ternyata kita perlu memanggangnya dulu sebelum memakannya. Oya, biasanya orang Korea menikmatinya dengan membungkus fillet ayam panggang ini dengan daun selada.

Dak Galbi

Kalau teman-teman pernah menonton Behind The Scene-nya Descendants of The Sun, ada tuh video ketika para pemain dan kru sedang menyantap makanan bersama-sama. Ada daging yang dipanggang, lalu dibungkus pakai daun selada, dan hap, dimakan. Nah, kira-kira seperti itulah ya cara menyantap Dak Galbi.

Dak Galbi, Kimchi Resto, Solo

Oya, dari ketiga menu di atas, semua memakai bumbu saus gochujang ya? Ternyata, di Korea, gochujang adalah bumbu yang sangat penting. Asal usul katanya adalah gochu yang berarti cabai, dan jang yang berarti bumbu. Dan memang, saus gochujang adalah pasta cabai untuk masakan Korea yang bahan utamanya adalah beras ketan dan bubuk cabai yang difermentasi. 

Pantas, rasanya memang pedas, hehe.. Dan dari ketiga menu di atas, yang paling bisa diterima lidah saya adalah Dak Galbi. Di Kimchi Resto, kita bisa menikmati Dak Galbi hanya dengan 80K. Eitttss, jangan bilang mahal, karena porsinya bisa untuk bertiga.

Sudah selesai makan, mari kita icipi minumannya.

Ice Gwangju
Ice Gwangju. Kalau melihat namanya, mungkin Es ini berasal dari kota Gwangju. Ya, Gwangju adalah salah satu kota terbesar di Korea Selatan. 
Ice Gwangju ini adalah es cokelat, dengan potongan buah di dalamnya dan buah ceri di atasnya. Enak.

Ice Myeong-Dong
Ice Myeong-Dong ini segar, enak banget. Kedua es ini dihargai 2OK. 

Nah, kalau teman-teman di Solo penasaran dan pengen banget mencicipi Makanan Korea, datang deh ke sini. Kimchi Resto, Jln. Veteran 190, Tipes, Solo. Pom bensin Tipes ke timur 200 meter. Kimchi Resto buka dari jam 11 siang - 11 malam.

Tenaaaang, bagi yang muslim ngga usah khawatir dengan keHALALannya, karena di Kimchi Resto, No Beer, No Sake, No Pork! Ada Musholla juga di lantai 2, dan ruangannya adem karena ber-AC. Yang ngga kalah penting, FREE WIFI. Hehehe... Sini, cobain!

Read More

#KarenaIbu Seperti Kepiting; Keras di Luar, Gurih dan Lembut di Dalam

Thursday, January 4, 2018


Beberapa malam yang lalu aku memimpikan ibu. Aku bangun dengan mata yang basah. Kuambil ponsel, kulihat jam, masih jam setengah 3 pagi. Sayangnya aku sedang berhalangan, sehingga urung mengerjakan shalat malam. 

Kenangan saat masih kanak-kanak kemudian membayang. Aku bersyukur, aku memiliki ibu seperti ibu. Seperti manusia lainnya, beliau memang banyak kurangnya. Namun, di mataku beliau adalah orang yang sempurna. 

ibu. semoga surga menjadi tempatmu

Karakterku setelah menjadi seorang ibu, kurasa sedikit ada kemiripan dengan beliau. Aku sering mengibaratkan diri sendiri bahwa aku ini seperti kepiting; keras di luar, namun gurih dan lembut di dalam. Ibu pun begitu.

Bukti lembutnya ibu pernah kutuliskan di sini.

Ya, meski aku dan ibu terkenal galak, tapi sesungguhnya kami punya banyak cinta. Galaknya ibu selalu ada tujuannya.

Jika ibu tak galak, mungkin aku tak akan pernah bisa membaca Al-Qur'an dengan baik. 

Sedikit cerita tentang masa kecilku dulu. Mbah -ibunya bapak- memang punya rutinitas mengajar anak-anak kecil mengaji di Pondok. Biasanya aku pun mengaji di sana setiap maghrib. Tapi entah kapan bermula, Mbah mengajariku dan Mas Pepi mengaji di rumah. Kegiatan itu rutin dilakukan setiap dzuhur tiba. 

Kalau Mbah sudah datang, aku dan Mas Pepi harus segera sholat, kemudian menyusul beliau yang sudah duduk manis di kursi tamu. Biasanya Mbah sudah berteman dengan segelas kopi, buatan Mbak Ita. Nah, seringnya, Aku dan Mas Pepi akan membaca Al-Qur'an sebanyak 1 'ain. 

Oya, tentang Mbah, aku pernah menuliskan kegigihan beliau saat menyeberangi sungai yang banjir demi bisa mengaji di desa seberang di kisah di balik mukena putih.

Lalu, apakah kegiatan mengajiku lancar jaya dan mulus-mulus saja?

Seperti seseorang yang jemu dengan rutinitasnya, aku pun pernah mengalami titik jenuh itu. Aku pernah sangat malas mengaji, karena tergoda untuk menonton TV di rumah tetangga yang sudah punya saluran lain selain TVRI dan TPI. Mas Pepi juga sama. Em, kayaknya ini ide Mas Pepi deh awalnya.

Nah, demi keinginan untuk bisa menonton TV di rumah tetangga itu, aku dan Mas Pepi pun sepakat untuk kabur selepas Dzuhur. Sesuai rencana, aku menyusun bantal dan guling lalu menyelimutinya hingga menyerupai tubuhku yang sedang tidur. Setelah itu, aku bersembunyi di WC yang terletak di luar rumah.

Bisa ditebak, ibu mencari-cari aku dan Mas Pepi sambil memanggil, "Arin! Pepi!". Aku dengar, beliau juga bertanya pada tetangga di depan rumah, ke mana gerangan kami berdua.

Beberapa saat kemudian, terdengar  suara Mas Pepi muncul dari tempat persembunyian. "Yah, dia menyerah..." batinku. Sampai kemudian aku kelelahan berdiri di WC, aku lalu menampakkan diri di hadapan ibu dan Mbah. Aku berterus terang, "Aku moh ngaji, bosan!" 

Tahu reaksi ibu seperti apa? Awalnya beliau lembut membujukku untuk mau mengaji lagi. Tapi karena aku tetap keras kepala, beliau pun naik darah. "Nek ora ngaji ki njuk arep dadi apa?" Ya, kalau nggak ngaji aku mau jadi apa nantinya? Jadi anak yang nggak taat sama Tuhannya? Apa gimana? Dan karena takut dengan teriakan beliau, aku akhirnya mengaji juga, meski dengan berderai air mata.


aku di gendongan ibu, tahun 1989

Sekarang, pada Amay pun aku melakukan hal yang sama. Bedanya, aku sendiri yang mengajari Amay mengaji. Aku selalu berdo'a, semoga kelak Amay mengamalkannya setiap hari, membaca Al-Qur'an dengan ringan hati. 

Aku pun sering berdo'a, semoga pahala jariyah mengalir kepada Mbah dan Ibu, orang yang mengajari dan memaksaku belajar membaca ayat-ayat cinta dari-Nya. Aamiin Yaa Robbal 'Aalamiin...



Read More

Family Trip II; Floating Market, Lembang

Perjalanan ke Purworejo

Alhamdulillah, akhir tahun 2017 kemarin, saya dan keluarga bisa piknik bersama seperti tahun lalu. Kalau tahun lalu, seluruh keluarga ke Solo dan Jogja, tahun ini kami ke Bandung dan Jakarta.

Baca: Family Trip I, Keraton Mangkunegaran, Surakarta

Sedikit ada drama saat mengawali liburan ini sebenarnya. Pada tanggal 23 Desember, kami masih kebingungan bagaimana kami bisa pulang ke Purworejo. Tiket Joglokerto sudah habis. Seharusnya sih pesan tiketnya jauh-jauh hari yaa.. Tapi saat itu kami bingung, mau ke Semarang dulu atau langsung Purworejo.

Akhirnya Opik pergi pagi-pagi untuk mengantri tiket prameks dengan keberangkatan pukul 12:15. Dapat, alhamdulillah. Kami pun segera bersiap. 

Persiapan beres, kami segera menelepon taxi. Tapi, lama ditunggu, taxi baru datang setengah jam kemudian, dengan kabar bahwa: SOLO MACET.

Okay tak apa, masih ada waktu 45 menit. Kami melewati jalan tikus, dan alhamdulillah, lancar, sampai di timur terminal tirtonadi. Daaan, kami berhenti di situ selama lebih dari setengah jam, dan bisa ditebak, KAMI TERTINGGAL KERETA.

Nggak mau nyerah, Opik antri tiket prameks berikutnya, tapi baru berapa orang yang dilayani, tiket pun habis. Akhirnya, kami memutuskan untuk ke Semarang saja. Sebetulnya kami sudah berencana ke rumah Mbak Ita, tapi jelang hari H, galau melanda. Akhirnya, ya tetap ke sana, mungkin memang sudah takdirnya. LOL.

Kami melewati skybridge, jembatan penghubung antara Stasiun Balapan dan Terminal Tirtonadi. Yaah, kalau kami nggak ketinggalan kereta, mungkin sampai sekarang kami belum pernah melintasi skybridge ini. Ambil saja hikmahnya, ya kan? Kami naik bis ke Semarang dari Terminal Tirtonadi ini, setelah sebelumnya sholat dan makan di sana.

Sampai akhirnya, keesokan harinya kami berangkat ke Purworejo bersama-sama. Alhamdulillah..

Skybridge Tirtonadi Balapan
skybridge, jembatan penghubung Tirtonadi-Balapan

Perjalanan ke Majalengka dan Bandung

Tanggal 27 Desember, saya, suami, Amay dan Aga, berangkat ke Majalengka dengan menumpang kereta dari Kutoarjo sampai Cirebon. Kami dijemput Aki, Nin, Tanton dan Radit di stasiun.

Esok paginya, tanggal 28, kami berangkat ke Bandung, dan malamnya kami menginap di Sapadia Guesthouse, di Dago. Lumayan terjangkau, hanya sekitar 300 ribu rupiah per kamar, kita sudah bisa menikmati kamar dengan fasilitas AC, TV, kamar mandi dengan air hangat, dan breakfast. Kamar mandinya memang standar seperti kamar mandi rumah sih, hanya berbeda di air hangatnya saja.

Alhamdulillah, cukup untuk melepas penat, setelah perjalanan dari Majalengka - Bandung. Oya, alhamdulillah lagi, sebelumnya kami sempat silaturrahmi ke rumah Ua. Bahagia bisa berjumpa dengan Ua, Teh Gita dan Teh Dini.

Sapadia Guest House, Bandung
Sapadia Guesthouse, Dago, Bandung

FLOATING MARKET

Esoknya, setelah sarapan, kami berangkat menuju Lembang. Sengaja berangkat pagi-pagi, supaya nggak terlalu macet, dan supaya jalan-jalannya nanti bisa agak lama dan puas. Tujuan kami adalah Floating Market. Sebenarnya ingin mampir ke Bosscha juga, karena Amay sudah memimpikannya. Tapi kami harus segera ke Jakarta karena besoknya tanggal 30, kami akan berkunjung ke Sea World dan Ancol.

Padat ya? Iya memang, ini karena liburan Amay yang pendek. Tapi alhamdulillah, bahagia meski kaki lelah dan hampir bengkak.

Apalagi di Floating Market, senang sekali deh rasanya. Dengan tiket 20 ribu rupiah per orang, kita sudah bisa masuk ke sana. Tiketnya pun bisa ditukar dengan minuman, ada kopi, cokelat, jeruk, atau lemon tea.

Floating Market, Lembang, Bandung
tiket masuk floating market bisa ditukar minuman ini

Setelah menghabiskan minuman sambil berfoto di sana-sini, kami berjalan mengelilingi Floating Market yang luas, tapi bersih dan indah. Ada Kyotoku, tempat untuk menikmati kebudayaan Jepang. Kita bisa menyewa baju kimono juga, dan berfoto ria. Tapi saya nggak menyewanya, karena saya berpikir, saya akan repot saat berjalan dan menggendong Aga nantinya.

Iya, kita boleh mengenakan kimono ini sambil berkeliling koq. Bahkan saya lihat banyak orang masih tetap berkimono sambil jalan-jalan kesana kemari. Next time ya kita coba kalau ke sini lagi. :D

Floating Market, Lembang, Bandung
Kyotoku, Floating Market, Lembang

Floating Market, Lembang, Bandung
kita bisa menyewa baju kimono di sini

Puas di situ, kami berjalan ke tempat lain. Di setiap titik selalu saja ada hal yang menarik. Jadi, walaupun jalannya jauh dan muter-muter, tapi nggak ada bosannya, karena semua istimewa.

Lihat ini, ada berbagai macam tanaman. Ada kecipir, yang sesungguhnya enak banget dibuat pecel, buah bligo, tanaman padi, dan ada juga labu siam yang nggak sempat kefoto karena Aga nggak mau turun dari gendongan, sementara suami sedang gantian menggendong si kecil Radit yang tertidur pulas di pelukan.

menggapai buah Bligo

buah Bligo, floating market, Lembang

tanaman padi di floating market, Lembang

sayur kecipir, floating market, Lembang

tanaman kacang tanah, floating market, Lembang

Selain itu, ada Taman Fauna juga. Ada kuda poni, taman kelinci, dan lain sebagainya. Amay pun berkesempatan bermain Flying Fox, permainan yang membuatnya ketagihan pasca outbond bersama teman-teman sekolahnya. 



Rainbow Garden

Kami terus berjalan naik, sampai kami tiba di Rainbow Garden. Masya Allah, bunganya banyak dan berwarna-warni. Suami saya sampai terkagum-kagum lho, jarang beliau seperti ini. Katanya, "Pengembangnya hebat banget. Landscape-nya keren." Dan suami pun memfoto bunga-bunga di sana, sampai bunga di sampingnya dibiarkan saja, hiks...

Tapi nggak apa-apa, saya mah nggak cemburu sama bunga-bunga itu, hihihi... Semoga meski suka dengan bunga, suami nggak minat cari madunya, yaa... #eeaaa

Kami berfoto di sana dan di sini, sampai memori handphone hampir penuh, hihi... Oya, saat masuk ke Rainbow Garden, kita bisa berpartisipasi dengan membayar 1O ribu rupiah saja, untuk perawatan tanaman dan bunga-bungaan. Murah kan yaaa...

Bunganya bermacam-macam, warnanya juga variatif. That's why tamannya dinamakan "Rainbow Garden". Tapi, meski bunga-bunganya indah memanjakan mata dan menarik hati untuk memilikinya, jangan dipetik yaaa, kasihan soalnya. Nanti jadi berkurang indahnya.


tiket masuk Rainbow Garden, Floating Market, Lembang

salah satu mawar, di rumah kaca

bunga-bunga di Floating Market, Bandung
rumpun bunga di Rainbow Garden, Floating Market, Lembang

Rainbow Garden, Floating Market, Lembang
ini namanya bunga apa ya? @ Rainbow Garden, Floating Market, Lembang

Rainbow Garden, Floating Market, Lembang
bunga-bunga di Rainbow Garden, Floating Market, Lembang


Kota Mini

Setelah puas menikmati Rainbow Garden, di atasnya lagi ada yang namanya "Kota Mini". Isinya seperti apa? Ya seperti kota pada umumnya. Ada wahana:
- Post Office
- Police Station
- Taylor
- Cooking Class
- Bear House
- Fire Dept
- Hospital
- Salon, dll

Kota Mini, Floating Market, Lembang


Kota Mini, Floating Market, Lembang

Kota Mini, Floating Market, Lembang

Kota Mini, Floating Market, Lembang
pura-puranya mau isi bensin @ Kota Mini, Floating Market, Lembang

Kota Mini, Floating Market, Lembang
Kota Mini, Floating Market, Lembang

Wahana profesi ini mirip dengan Kidzania lah, semacam itu.

Lalu berapa tiket masuk Kota Mini?

Untuk masuk ke "Kota Mini" kita harus merogoh kocek sebesar 25 ribu rupiah per orang. Untuk masuk ke tiap wahana, biayanya sebesar 35 ribu / wahana, atau 98 ribu / 5 wahana.

Seperti tiket Floating Market yang bisa ditukar dengan minuman, tiket masuk Kota Mini bisa ditukar dengan snack kesukaan anak-anak.

***
Sudah puas jalan-jalan dan main flying fox, kami menuju ke pasar apungnya. Lapar soalnya, dan hari juga sudah masuk waktu makan siang. Seperti di video di atas, banyak sekali jajanan dan makanan yang ditawarkan di pasar apung. Ada sate maranggi, kupat tahu, empal gentong, es dawet, pempek, ketan susu, dll. Saya sendiri nyobain pempeknya, dan cukonya mantap. Harganya 2O ribu.

Kuliner di Floating Market, Lembang
pempek 

Amay pilih pisang sangkuriang, pisang tanduk yang digoreng dengan tepung lalu ditaburi meses dan keju. Enak dan mengenyangkan. Harganya juga sama. Mas Yopie pilih ketan susu, enak katanya. Saya sih nggak nyicip, karena sudah kenyang ikut makan pisangnya Amay, hehe...

Kuliner di Floating Market, Lembang
pisang sangkuriang

Oya, untuk membeli makanan di Floating Market, kita harus menggunakan koin floating market. Nanti ada loket penukaran uangnya. Hanya saja memang jadi agak sedikit ribet, karena tiap mau beli sesuatu harus tukar koin dulu.

Anyway, itu saja yang bisa saya ceritakan kali ini. Nanti kalau ada yang saya ingat saya tambahkan lagi. Betewe, gimana akhir tahun teman-teman semua? Adakah teman-teman yang pernah ke Floating Market juga? Sharing yuk..



Read More

5 Hal yang Bisa Kita Lakukan untuk Menghemat Listrik

Sunday, December 10, 2017

Sudah setahun ini saya menggunakan listrik prabayar. Sempat kesal waktu tahu bahwa rumah yang kami beli ini menggunakan listrik prabayar, karena terbayang bagaimana rumitnya nanti. Ada kekhawatiran, kalau-kalau listrik habis di tengah malam buta, lalu saya harus bagaimana. Ditambah testimoni beberapa orang, yang mengatakan bahwa listrik prabayar itu ribet dan boros.

Ternyata, dugaan saya salah. Memang, jika penggunaan listrik pascabayar dibayarkan sebulan sekali, untuk listrik prabayar tidak bisa kita tentukan. Seperti ketika membeli pulsa handphone saja, ketika pulsa habis, kita isi ulang. Jika tidak diisi, ya kita tidak bisa menikmati.

Nah, seperti pulsa handphone juga, kita bisa tahu sisa pulsa listrik kita ada berapa. Jadi, sebelum bunyi tat-tit-tat-tit-nya mengganggu telinga kita dan telinga para tetangga, kita bisa segera mengisi ulang kembali. Kalau pulsa handphone atau pulsa listrik kita habis, kita bisa membeli Pulsa Murah Online atau Token PLN online di Tokopedia.

Tentang boros atau tidaknya, tentu tergantung pemakaiannya. Pengguna listrik pascabayar, bisa terkaget-kaget dengan tagihan listrik bulanan, karena tidak tahu persis berapa banyak listrik yang sudah dia gunakan. Ya, hanya bisa mengira-ngira saja. Tapi untuk pengguna listrik prabayar, kita bisa mengontrolnya.

Setelah menggunakan listrik prabayar, entah mengapa, saya merasa lebih bijak dalam menggunakan listrik dibanding saat saya menggunakan listrik pascabayar. Mungkin karena saya takut pulsa listriknya cepat habis, karena akan sangat gawat jika pulsa menipis di tanggal tua, ya kan?

Makanya, saya pun menerapkan tips-tips yang teman-teman saya bagikan untuk menghemat listrik. Diantaranya adalah:

1. Menggunakan air panas untuk memasak nasi

Ini efektif lho, karena magic com termasuk alat listrik yang menghabiskan banyak energi. Apalagi saat memasak nasi.
Selain menghemat listrik, menggunakan air panas untuk memasak nasi juga bisa menghemat waktu. Nasi jadi lebih cepat matang. Nah kan, dapat 2 keuntungan sekaligus.

2. Mencabut kabel magic com setelah makan

Setelah makan –terutama setelah makan malam-, biasanya saya mencabut kabel magic com, dan saya pasang lagi beberapa menit menjelang waktu makan berikutnya.

Selain menghemat listrik, mencabut kabel magic com juga bisa mencegah nasi cepat kering. Ini bisa sekaligus menghemat nasi, karena nasi kering kan nggak bisa dimakan dan biasanya akan terbuang sia-sia. Oya, nasi kering juga bisa ikut mengelupaskan lapisan teflon lho. Kan bahaya...

magic com

3. Mencabut kabel pompa air setelah torn penuh

Jujur, hal ini belum saya lakukan secara rutin karena sering terlupa. Tapi tips dari teman saya ini perlu dicoba lho.. Sepertinya akan banyak menghemat energi, apalagi jika bak penampung air kita memiliki tombol otomatis yang akan menyala setiap kali berkurang isinya.
Coba, hitung saja per hari pompa air kita menyala berapa kali. Lakukan tips ini, nyalakan pompa air sehari tiga kali saja, yaitu saat pagi, siang dan sore, lalu kita lihat perbedaannya.

4. Tidak menyalakan dispenser

Selama ini saya menggunakan dispenser untuk membantu menuang air minum saja. Saya hanya menyalakannya jika saya kehabisan gas, sementara saya ingin minum minuman hangat. Untuk air dingin, kan ada kulkas. :D

5. Matikan alat elektronik saat tidak diperlukan

Memiliki rumah di perumahan, yang dindingnya berbagi dengan dinding tetangga, biasanya memiliki permasalahan utama pada pencahayaan. Alhamdulillah, rumah saya termasuk cukup cahaya, karena masih ada sisa lahan di belakang rumah, sehingga cahayanya bisa dimanfaatkan.

Di perumahan-perumahan yang sering saya temui, posisi yang paling sering disepelekan adalah posisi kamar mandi, yang biasanya terletak di antara kamar tidur satu dan kamar tidur yang lain. Posisi ini menyebabkan pencahayaan ke dalam kamar mandi sangat kurang, sehingga di siang hari pun memerlukan cahaya lampu. Nah, kita bisa menghemat energi listrik dengan cara mematikan lampu saat keluar dari kamar mandi. Dan jangan lupa, gunakan lampu LED, supaya lebih hemat lagi.

Lampu LED from tokopedia.com

Selain mematikan lampu saat tidak digunakan, mungkin kita bisa mulai membiasakan diri untuk mematikan handphone saat tidur malam. Bila perlu, cabut pula kabel televisi sebelum kita tidur di malam hari.


Sepertinya hanya itu tips dari saya, barangkali diantara teman-teman ada yang mau menambahkan di kolom komentar?


Read More

Antara Rina Nose dan Rinta Noisy

Friday, December 8, 2017

Tulisan ini bisa menyebabkan darah tinggi dan emosi yang tak terkendali. Ini murni pendapat saya pribadi. Silakan pergi sebelum kalian sakit hati. :D


Sengaja saya nulis tentang Rina Nose setelah berita tentangnya agak mereda. Karena kalau pas lagi panas-panasnya, takutnya dikira saya mendompleng ketenaran, atau sengaja nyari pageview aja. Haha.. Padahal alasan sebenarnya adalah karena saya baru sempat nulis aja. Harapan saya sih, kalau situasinya sudah agak kondusif, tulisan saya ini bisa diterima dan ditelaah dengan kepala dingin. Nggak pakai emosi lagi.

Emang mau nulis apa sih? Kayak penting aja..haha..

Bukannya mau ngaku-ngaku atau apa, tapi saya dan Rina Nose memiliki beberapa persamaan. Apa sajakah itu?

1. Hidung Pesek

Kata ibu, waktu kecil hidung saya pesek parah. Tapi terus tiap hari ditarik-tarik biar mancung, dan katanya sekarang agak mendingan. Padahal semendingan-mendingannya saya sekarang, ya tetep hidungnya tak bertulang. Dan itu nurun ke Amay.

Jadi, misalnya hidung saya atau Amay ditekan dengan tekanan tanpa energi berlebih pun, lubang hidung saya dan Amay bisa benar-benar ketutup. Luar biasa kan? :D

Tapi alhamdulillah, saya mah bersyukur aja dengan bentuk hidung ini. Alhamdulillah masih bisa bernafas to? Malahan suami saya yang hidungnya mancung, beberapa kali mengalami kesialan karena hidungnya nabrak tembok. Haha... *sorry, Pa..

Jadi kalau ada yang menganggap hidung pesek adalah sebuah kekurangan, ia benar, karena pesek itu artinya kurang mancung. ☺☺

Kalau menganggap hidung ini buruk? Ya nggak apa-apa juga, orang perfect mah bebas. ✌✌

Udah ah.. lanjut ke persamaan nomer 2 yaa...


2. Punya Gingsul

Saya tau Rina Nose sejak dia berduet dengan Ki Daus di suatu acara. Dulu, giginya masih berantakan, seperti punya saya. Nggak tau deh, diantara empat bersaudara, cuma saya yang giginya gingsul ngga teratur. Mbak Ita, Mas Pepi, Opik, giginya rapi-rapi semua.

Tapi sekarang, Rina Nose udah merapikan giginya. Saya juga pengen sih sebenarnya, tapi belum tau kapan.

Rina Nose


3. Suka Menyanyi

Rina Nose sering banget nyanyi di smule. Suaranya baguuuus.. Dia juga sering tuh, niruin suaranya Nike Ardilla sampai Siti Nurhaliza. Lihat video-videonya, kadang bikin ketawa. Lucu soalnya.

Kalau saya, jangan ditanya, wkwkwk.. Saya suka nyanyi juga, sama. Cumaaaa, Mas Yopi lebih sering nyuruh diem. Berisik katanya, noisy.




:: Naaah, ini yang terakhir. Pelan-pelan aja ya bacanya, karena ada hubungannya dengan hijab ::


4. Pernah Gamang dalam Berhijab

Saya bisa berjilbab seperti ini, memerlukan proses yang tak sebentar. Dulu pernah ingin sekali pakai jilbab saat Sulis dan Haddad Alwi sedang booming lewat sholawat "Yaa Thoyybah". Kenapa? Karena saya pengen seperti Sulis, nyanyi dan punya album, hahaha... Sempat pakai jilbab kalau di rumah, tapi ke sekolah engga. Itu jaman SMP, tahun 2000. 

Kelas 2 SMP, saya sekelas dengan Siti Badriyah. Dia teman dekat saya saat itu. Orangnya cantik, santun, lembut sekali, dan dia pakai jilbab. Di kelas juga ada Nadia Nurani Isfarin yang tak kalah cantiknya. Berjilbab juga. Nah, saya pengen kayak mereka. Pengen pakai jilbab, tapi karena pengen ketularan cantik dan anggunnya. Haha..

Saat masuk SMA, sempat kaget karena dua sahabat saya yang lain tiba-tiba pakai jilbab juga. Azizah dan Isnaeni Rokhimah. Sempat kesel, "iiiih, koq nggak bilang-bilang sih? Aku kan pengen pakai jilbab juga." Tapi ya cuma sebatas itu saja, nggak benar-benar merealisasikan keinginan, karena kelas 1, seragam masih baru, dan udah terlanjur dijahit pendek kan...

Hari demi hari berlalu, saya nggak ingat lagi dengan keinginan untuk menutup aurat itu. Apalagi waktu itu saya pacaran, makin jauh deh pokoknya. 

Dan saat itu ada teman laki-laki yang memang "lurus", tiba-tiba nanya, "Jarene arep nganggo jilbab, Rin? (katanya mau pakai jilbab, Rin?) Kapan? Bohong!" Saya tersinggung, dan langsung menjawab, "Ngatur amat sih!" (Semoga dia nggak baca yaa.. Orangnya sih udah nggak ada di friendlist saya. Nggak tau juga kenapa dia unfriend, mungkin dia males punya teman macam saya. 😅😅)

Nah, baru di tahun berikutnya, ketika saya kelas 3 SMA (Agustus 2004 tepatnya), hidayah itu kembali datang. Memang, ketika Allah sudah berkehendak, maka semuanya menjadi mudah. Padahal, waktu itu ibu saya bilang, "Tanggung, Nduk, wis arep lulus." Iya sih, sekolah tinggal setahun, masa mau ganti seragam? Apalagi keluarga saya memang bukan dari kalangan "the have" yang bisa ganti seragam tiap tahunnya yaa...

Tapi karena saya memang sudah mantap, akhirnya tercetuslah ide untuk menjual cincin dan anting. Ibu menyanggupi, dan esoknya langsung ke pasar untuk membeli bahan. Seragam OSIS beli jadi, sementara seragam identitas sekolah, mesti beli bahan dan menjahit di penjahit langganan. Untuk seragam Pramuka, atasannya beli, dan roknya pakai kain yang rencananya akan dipakai untuk membuat celananya bapak. Seragam olahraga, kebetulan saya dapat hibah celana training dari Bulik Ning. Dan untuk kaosnya, seorang teman memberi ide untuk diganti lengan ke penjahit. Jadi lengan pendeknya dipotong, diganti lengan panjang dengan bahan dan warna yang sama. Murah, cuma habis 15 ribu rupiah.

Ya, dan semua berjalan begitu saja dengan mudahnya. Padahal saat itu keadaan ekonomi kami sedang parah-parahnya. 

Oya, saya harus ceritakan ini juga.

Karena mungkin melihat jilbab saya kurang layak (pendek dan agak tipis), seorang teman, Irvani Nuruziah namanya, menawarkan diri untuk mengambilkan jilbab dari Rohis Putri. Jadi, anak-anak Rohis yang sudah berjilbab lebar, biasanya menyumbangkan jilbab ukuran standar dari sekolah, karena sudah tidak dipakai lagi. Nah, saya dapat jilbab biru untuk dipasangkan dengan seragam identitas, dari Rohis itu. Alhamdulillah, untuk jilbab putih dan jilbab cokelat sudah ada. Karena saya memang butuh, tentu saya menerima dengan senang hati dan penuh kegembiraan. Alhamdulillah, Alhamdulillah, ada yang membantu saya berjilbab dengan lebih baik lagi.

Lalu hubungannya apa dengan Rina Nose?

Intinya, saya mau bilang bahwa butuh ketetapan hati dan niat yang tulus dari dalam diri, untuk menjalankan perintah Illahi. Kalau sesuatu dilakukan karena tekanan atau karena ingin terlihat baik di mata orang, yakin deh, nggak akan bisa bertahan lama. Contohnya ya saya sendiri. Pengen pakai jilbab cuma karena ingin terlihat cantik dan anggun, ya nggak jadi-jadi. Tapi pada akhirnya, ketika hati sudah mantap, Allah memberi jalan.

Akan halnya dengan Rina Nose memutuskan untuk menanggalkan jilbabnya, mari kita doakan agar Allah merangkulnya kembali. Menghujatnya, apalagi menghina fisiknya, sungguh tak akan mengubah apapun darinya. Jika ada yang berubah pun, mungkin itu ada pada hatinya yang makin terluka oleh kata-kata kita. Malah jadi nambah dosa kan?

Saya jadi ingat teman saya yang laki-laki itu. Ia mengingatkan saya untuk menutup aurat. Itu baik, tapi caranya ngeselin. Kita memang diperintahkan untuk saling nasehat-menasehati dalam kebenaran, tapiiii, pilihlah cara yang paling bisa diterima. Yang santun, yang tidak menghakimi. 

Sahabat-sahabat sholihah saya, mereka nggak pernah nyinggung soal penampilan saya yang saat itu belum berjilbab. Tapi kemudian ketika saya berjilbab, Isnaeni ngajak ngaji tiap hari Jumat sepulang sekolah. Irvani, bantu saya dapat jilbab yang lebih layak. Begitu!

Jadiii, kalau mau ngasih jilbab ya kasih aja. Bila perlu kasihnya diam-diam, nggak usah pakai pengumuman. Irvani ngasih saya jilbab tanpa diketahui siapa-siapa. Itu pun dia menawarinya pelan-pelan banget, seolah takut menyinggung perasaan saya. Itu yang namanya akhlak!

Oya, saya juga pernah membaca di majalah Hidayatullah, sekitar tahun 2OO4 atau 2OO5, saya lupa persisnya.

Disitu diceritakan, Ustadz Arifin Ilham berhasil menyadarkan seorang preman. Dengan apa? Dengan beberapa bungkus makanan untuk sarapan. Saya lupa persisnya, soto ayam sepertinya. Preman itu tertegun, ternyata masih ada orang yang mau berbaik hati padanya, padahal tubuhnya penuh dengan gambar tato. Ia juga sangat jauh dengan agama, saat itu.

Dan bisa ditebak, preman itu akhirnya bertaubat dan menjadi salah satu jamaah majelis dzikir milik Ustadz Arifin Ilham. Ini kisah nyata. Dan ini bisa jadi bukti bahwa kerendahan hati, dan tingginya akhlak, bisa menjadi sarana dakwah yang sangat manjur. Karena kemuliaan akhlak yang dimiliki ustadz Arifin Ilham, saya sih nggak heran ketika ketiga istri beliau bisa bersanding dengan damai dan saling mendukung satu sama lain.

Ustadz Arifin Ilham tidak menghujani preman itu dengan dalil-dalil, bahwa sebagai umat Islam harus sholat, nggak boleh bertato, dll. Macam anak kecil yang beum tau apa-apa, pikat dulu hatinya, baru masuki dengan ajaran-ajaran Islam, step by step.

Begitu pula dengan Rina Nose. Padanya, ayo kita tunjukkan dulu bagaimana seorang muslimah seharusnya mendukung saudaranya. Bukan mendukung dia untuk membuka jilbab tentu saja, tapi menghargai keputusannya saat ini, untuk kemudian merangkulnya, mendoakannya agar mau kembali ke jalan Illahi.

Maaafff, jadi sok bijak begini.

Kadang kita sudah merasa lebih baik daripada orang lain, dari segi agama, dari ibadah, penampilan. Lalu karena itu kita jadi lebih mudah men-cap, melabeli, menghakimi, orang-orang yang tak sepaham dan menurut kita "tersesat". Padahal, sifat seperti itu termasuk sombong, dan kesombongan merupakan pintu masuknya setan.

Saya jadi ingat pesan Bapak suatu hari, "Iblis dikeluarkan dari surga karena apa? karena dia sombong, merasa lebih mulia dari manusia." 

So, stop membicarakan dan mencari kejelekan orang lain yaa... Urusi dosa kita masing-masing saja. Karena Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, "Setiap maksiat yang dijelek-jelekkan pada saudaramu, maka itu akan kembali padamu. Maksudnya, engkau bisa dipastikan melakukan dosa tersebut." Na'udzubillah tsumma na'udzubillah.

#selfreminder


Read More