Makan Lalapan Terancam Toksoplasma? Duh, Gimana Ya?

Tuesday, August 14, 2018


picture taken from Pixabay, edited by Kayusirih

Beberapa hari lalu, seseorang mengirimi saya pesan via instagram. Konon, si Mbak sengaja mencari nama saya setelah membaca tulisan saya tentang toksoplasma. Ya, bisa ditebak, si Mbak terkena toksoplasma, karena sering kontak dengan kucing. Jujur, saya sedih banget waktu baca curhatannya.



Chat beliau melalui Instagram saya


Oya, tulisan yang dibacanya adalah; Belajar Tentang Toxoplasma Gara-Gara Rahayu Pawitri 

Percakapan saya dengan si Mbak, saya tunjukkan kepada Mbak Rahayu Pawitri (Mbak Wiwit) juga. Dan kata Mbak Wiwit, saat ini Mbak Wiwit sedang berusaha untuk melakukan penyembuhan dengan caranya sendiri. Kita doakan sama-sama yuk, semoga Mbak Wiwit berhasil, dan nanti bisa cerita ke kita lewat blognya. ☺

Nggak berhenti di situ, pas screenshot percakapan saya dengan si Mbak yang terkena infeksi toksoplasma itu saya buat status di WA, seorang tante cantik nan sholihah pun mengaku terkena toksoplasmosis okular, yaitu toksoplasma yang mengenai mata. Penyakit ini menyebabkan gangguan penglihatan, muncul floater (nik-nik, seperti ada benda kecil yang melayang-layang menghalangi pandangan) pada mata. Kemungkinan terburuk jika terinfeksi parasit Toxoplasma gondii di area mata adalah kebutaan. :( 

Alhamdulillah, saat ini tante cantik nan sholihah itu sudah sembuh, dan sudah memiliki putri kecil yang imut dan lucu. Apakah si tante ini memelihara kucing? Tidak. Lalu tertular toxoplasma dari mana? Dari LALAPAN.

Sedih ya? Niat mengonsumsi sayuran segar gitu kan biar badan sehat. Ini malah kena penyakit. 

Secara kebetulan, kemarin #BloggerKAH juga ingin berkolaborasi membahas lalapan ini. Nanti dibaca ya tulisan Mbak Ran di sini dan Mbak Widut di sini. Saya, Mbak Rani dan Mbak Widut, memang suka sekali makan sayur. Saya bahagiaaaa banget kalau pas ke Rumah Makan Khas Sunda, karena Masakan Sunda itu surganya lalapan.

masakan sunda, siapa tak tergoda?

Timun, kemangi, kubis / kol, daun selada, kenikir (atau orang Purworejo menyebutnya suring), kacang panjang, adalah beberapa contoh lalapan kesukaan saya. Tapi, saya menemukan daun lalapan enak, waktu saya melewati Sumedang akhir tahun lalu. Namanya adalah Daun Tespong. 

Daun Tespong ini bentuknya hampir mirip dengan daun seledri. Rasanya semriwing. Dan ternyata, khasiat dari daun tespong ini banyak sekali. Mengutip satuharapan.com, selain banyak dikonsumsi sebagai lalapan, daun tespong juga dipercaya sebagai obat anti nyeri pinggang, demam, flu, memar, juga obat digigit ular dan kalajengking. Itulah sebabnya, banyak kalangan akademisi yang tertarik untuk meneliti khasiat tanaman ini. Seperti Tina Rostinawati, MSi, Apt dari Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, yang menemukan bahwa daun tespong berpotensi sebagai anti mikroba.

Lebih hebatnya lagi, transferfactorformula.com juga menuliskan khasiat daun tespong sebagai anti kanker. Kandungan antioksidannya yang tinggi, mampu menghambat aktivasi karsinogen yang memicu sel kanker. Daun tespong juga mengandung unsur-unsur seperti flavonoid, fenilpropanoid, dan asam fenolik, yang kesemuanya itu mampu mencegah timbulnya sel kanker dalam organ tubuh.

Ini penampakan lebih dekat daun tespong yang kayak manfaat itu yaa.. Tapi plis, jangan salahkan saya kalau pada ngiler dengan makanannya.. Saya pun kangen dengan semua makanan itu, hiks.. 

daun tespong, lalapan di masakan sunda. duh lezatnya..

Jadi kangeeen sama Masakan Sunda. Kangeeen sama daun tespong juga. Tapi, duh, takut sama toksoplasma juga. Gimana ya, biar bisa tetap nyantai makan sayuran segar tanpa khawatir terkena protozoa parasit mengerikan itu?

Nah, pas ingat sayuran mentah, saya langsung auto connect pada diet sehat ala food combining (FC). Kebetulan saya kenal salah satu pelaku FC, yaitu Mbak Widyanti Yuliandari. Beliau juga merupakan penulis buku berjudul "Food Combining Pola Makan Sehat, Enak dan Mudah".

Ini dialog saya dengan beliau, setelah saya ceritakan tentang teman-teman yang terkena toksoplasma karena mengonsumsi lalapan atau sayuran mentah.

Arin: "Mbak Wid kan pelaku food combining yaa, yang sering mengonsumsi raw food. Ada cara tidak, supaya buah dan sayur yang kita konsumsi terhindar dari virus (saya salah, Toxoplasma gondii ini bukan virus, tapi protozoa parasit) ini? Kan serem ya, niat mengonsumsi sayuran segar supaya sehat, malah kena penyakit yang sulit disembuhkan.."

Mbak Widyanti
"Pertama perlakuan buah dan sayurnya ya. Karena keduanya dikonsumsi terutama mentah. Sayur dan buah harus dicuci bersih di air mengalir. Ambil air sebaskom, beri cuka apel 3 sendok lalu rendam sayurannya (3-5 menit). Setelah itu bilas kembali di air mengalir.

Kedua cara makan. Buah atau sayur yg berkulit sebaiknya dikupas terutama jika tidak organik.

Yang tak kalah penting yaitu Kunyahan. Mengunyah harus saksama dan sampai sangat halus. Tujuannya supaya air liur melaksanakan tugasnya membunuh kuman. Walau dalam bentuk jus, tetap harus dikulum2 supaya nyampur dg liur.

Dan kalau pola makannya sudah benar, sebetulnya kuman bakal susah kok hidup di tubuh. Karena sifat tubuh jadi agak basa sedangkan kuman suka PH asam."

Alhamdulillah, ngobrol dengan Mbak Wid, saya jadi tercerahkan. Nah, setelah membaca penjelasan Mbak Widyanti tadi, jangan takut lagi ya untuk mengonsumsi lalapan. Kalau mau makin sehat lagi, teman-teman bisa coba diet ala Food Combining. Biar lebih jelas lagi, teman-teman bisa beli buku Food Combining karya Mbak Widyanti Yuliandari ya.. Semangat sehat semuaaa... ☺

buku Food Combining karya Widyanti Yuliandari, S.T. 

Read More

Berjalanlah di Atas Kekuranganmu Maka Kamu Akan Unggul di Situ (2)

Saturday, August 11, 2018

Kemarin saya tampil di MTA TV, lalu banyak yang memuji. Saya dibilang hebat lah, keren lah, padahal ... Saya masih jauh dari predikat itu.

Bincang Ilmu dan Manfaat, MTA TV

Tahu nggak sih? Saya sebenarnya banyak kurangnya. Hanya, tidak saya tunjukkan saja.

Jauh sebelum hari ini, saya pernah berada dalam kondisi yang menyedihkan. Rendah diri, minder, pesimistis, dan kurang percaya diri. Alhamdulillah nggak sampai kepada Inferiority Complex.

Sebelum terlanjur jauh, mengutip medium.com,  Inferiority Complex adalah sebuah kondisi psikologis (tingkat alam bawah sadar), ketika suatu pihak merasa inferior/lemah/lebih rendah dibanding pihak lain, atau ketika ia merasa tidak mencukupi suatu standar dalam sebuah sistem.

Nah, katanya, harus dibedakan antara minder dengan Inferiority Complex itu. Lebih jelasnya, baca tautan ini saja: Bedakan Minder dengan Inferiority Complex

Dulu, saya merasa saya ini seperti nggak ada gunanya. Saya nggak sempat menyelesaikan kuliah, karena suami meminta saya fokus mengurus anak-anak. Saya juga nggak diijinkan berkarir kembali. 

Oya, biar nggak roaming, saya ceritakan mengapa saya berhenti kuliah yaa..

Jadi, saya ketemu lagi sama suami (mantan pacar) saat ibu saya meninggal. Saat itu saya baru semester 3. Semester depannya, saya dilamar. Semester depannya lagi (semester 5), saya menikah. Bukan karena married by accident lho yaa, karena saya hamil anak pertama pun baru 7 bulan setelah menikah. Saya menikah karena memang saya nggak ingin pacaran. 
Tadinya, setelah pindah ke Solo untuk ikut suami (7 bulan saya menjalani long distance marriage antara Bogor dan Jogja-Solo), saya mau melanjutkan kuliah lagi. Eh, malah hamil, dan kondisi saya kurang baik, karena saat hamil Amay, saya mual muntah sampai usia kandungan 7 bulan. Yowis, terpaksa diundur dulu rencana kuliahnya. Trus kebablasan deh, karena suami bilang, mending jagain Amay aja dulu. Mau kerja pun dilarang, lagi-lagi karena Amay.

Alasannya memang sangat masuk akal sih. Kebetulan saya adalah mantan guru TK. Pertama, menurut suami saya, saya lebih dibutuhkan oleh anak saya dibandingkan oleh anak-anak orang lain. Kedua, gaji guru TK nggak sebanding dengan gaji tenaga untuk menjaga anak saya.

Oke, akhirnya saya terima alasan suami, meski tetap ada ganjalan di hati.

Saya sering didera perasaan sedih dan menyesal. Dan rasa itu bertambah-tambah, saat membuka timeline Facebook, saya melihat teman-teman kuliah berbahagia memakai toga. Saya mulai berandai-andai, betapa bahagianya jika saya ada di sana juga.

Saya mulai minder ketika teman-teman SMA semakin terlihat menawan karena karirnya yang mapan. Sementara saya? Bau ompol dan bau bawang. Kadang bahkan sampai lupa sisiran. Jangankan wajah, pakaian saja hampir tak terperhatikan.

Ngenes ya?

Saya pun berandai-andai lagi, jika bisa menarik waktu kembali, saya mending nggak usah masuk SMA 1 Purworejo saja. Mendingan saya ke SMA lainnya, yang jika nggak kuliah pun akan terasa baik-baik saja. Dan malah jadi luar biasa jika ada alumni yang bisa melanjutkan studinya.

Rupanya Allah menjadikan saya sebagai alumni SMA 1 yang "luar biasa", karena mungkin cuma saya yang nggak jadi sarjana. Hahaha... *ketawa ngenes

Tapi, suami saya rupanya tak sekedar melarang tanpa memberikan solusi. Suami saya membuatkan blog ini, meski gratisan, lalu menyuruh saya mencari komunitas untuk berlatih menulis dan mencari teman. Maklum, di Solo, saya nggak kenal siapa-siapa.

Sampai akhirnya, saya bertemu dengan IIDN, lalu KEB. Dari dua komunitas itu saya belajar menulis dan memperkaya diri.

persiapan sebelum live di MTA TV

pasca tampil di MTA TV kemarin

Memang tidak ada yang instan. Saya mulai belajar menulis sejak 2013, dan baru mulai merasakan hasilnya belakangan ini.

Mengutip pesan Pak Supeno, dosen saya, "Berjalanlah di atas kekuranganmu, maka kamu akan unggul di situ," saya yang tadinya sangat buruk dalam hal mengarang dan berimajinasi, akhirnya malah mencari rezeki dari sini.

Jadi teman-teman, kelemahan bukan untuk diratapi, tapi untuk dijadikan motivasi. Lagipula, kata Cak Nun di bukunya yang berjudul "Secangkir Kopi Jon Pakir", campus is not the only way to be someone. Jadi, teman-teman yang senasib dengan saya, harus tetap semangat yaa... 😊😊
Read More

Mengenang Kebaikan Orang Lain, Agar Aku Selalu Ingat, Aku Sangat Beruntung

Thursday, July 19, 2018


take and give. berbuat baiklah, dan jangan mengharap balasan.

Beberapa waktu lalu, saya sempat membuat IG story tentang ibu kost. Saya cerita bagaimana baiknya beliau pada saya saat menjadi anak kost-nya. Ada yang baca ngga? Engga? Duh.. makanya follow instagram @arinta.adiningtyas dong..xixixixi..

Intinya, saya "beberkan perbuatan" beliau yang bikin saya ngga enak cuma bayar 300 ribu sebulan (tahun 2009-2010). Saya pernah tulis juga di blog ini sih, judulnya: Ibu Kost Terbaik Sedunia

Nah, sempat tuh ada yang membalas story saya dengan begini:



Iya memang, banyak "ketidakberuntungan" yang terkadang membuat saya berandai-andai menjadi orang lain. Tetapi, alhamdulillah saya sering dibuat "sadar", saya masih sering diingatkan untuk bersyukur bahwa meski dikelilingi keterbatasan, kemahabaikan Allah masih sangat amat sering saya rasakan. Salah satunya lewat ibu kost tadi.

Nah, kali ini, berkolaborasi dengan #bloggerKAH, saya ingin menuliskan kebaikan-kebaikan yang dulu pernah saya terima dari orang lain. Kenapa sih kok harus ditulis? Supaya saya tidak lupa, dan supaya saya selalu ingat untuk senantiasa bersyukur. Kalau sudah dimudahkan untuk bersyukur, insya Allah tidak mudah mengeluh. Ini ada kaitannya dengan “Heart Field” yang pernah saya tulis yaa...


Yang tidak saya tulis di sini, bukan berarti saya lupa yaa.. Tetapi, biar nggak bosan bacanya, saya pilih beberapa contoh saja. Insya Allah, semua orang yang pernah berbuat baik pada saya, saya ingat selalu, karena saya pernah membaca tulisan seperti ini: Yen awakmu gawe becik marang liyan, tulisen ing pasir. Yen wong liya gawe becik marang awakmu, tulisen ing watu.

Intinya, jika berbuat baik pada orang lain, segeralah hapus dari ingatan. Tapi jika kita mendapat kebaikan dari orang lain, pahatlah kebaikan itu dalam kenangan. Sepakat ya?

Nah, ini beberapa kebaikan yang pernah saya alami;

1. Anggi (Elvira Ardiputri Anggraeni), membantu saya memasang rantai sepeda saat SMP dulu.

Dulu saat masih SMP, tiap berangkat sekolah, saya selalu lewat depan rumah Anggi. Anggi adalah seorang anak tentara, teman sekolah saya. Meski satu angkatan, tapi saat itu saya belum kenal dia. Saya baru mengenalnya setelah kami satu kelas saat SMA.

Suatu hari saat akan berangkat Pramuka, tiba-tiba rantai sepeda saya lepas, persis di depan rumah Anggi. Kebetulan, saat itu Anggi ada di depan rumah, bersiap untuk berangkat juga.

Alhamdulillah, Anggi membantu saya memasang rantai sepeda yang lepas itu. Tapi hebatnya, ketika saya ingatkan lagi peristiwa itu beberapa waktu yang lalu, dia tidak ingat sama sekali. Woow..orang baik memang kayak gitu. Semoga Allah membalas semua kebaikanmu. ☺❤❤❤☺

---

Oya, omong-omong soal rantai, beberapa waktu lalu, Opik (adik saya) juga mengalami kejadian serupa. Bedanya, yang Opik alami adalah putusnya rantai sepeda motor. Saat itu dia baru pulang kuliah selepas maghrib.

Sore itu sekitar bulan Februari, hujan turun cukup deras hingga membuat listrik padam. Karena listrik padam, sementara baterai handphone saya hampir habis, saya pun mematikan handphone saya. Kebetulan lagi, Mas Yopie baru pulang dari Magelang dan Jogja, jadi saya fokus menyambut beliau, dan sedikitpun tidak terpikirkan Opik yang belum pulang.

Tak dinyana, Opik ternyata menghubungi saya berkali-kali. Ya Allah, jika mengingat kejadian sore itu, saya langsung terbayang bagaimana gundahnya Opik, malam-malam, gelap, hujan, motor rusak, dan dia masih cukup jauh dari rumah.

Alhamdulillah, datang seorang bapak berhati baik yang dikirimkan Allah SWT untuk membantu Opik. Bapak-bapak itu membantu Opik sampai rumah dengan menarik motornya memakai tali. Dan karena talinya sempat putus, Alhamdulillah, ada satpam di sebuah perumahan yang mereka lewati, berbaik hati memberi mereka tambang.

Tau tidak, bapak itu berasal dari Sragen, masih cukup jauh dari rumah, tetapi beliau berkenan membantu Opik, dan menolak ketika kami ingin memberi selembar uang sebagai tanda terima kasih.

“Jangan nilai apa yang sudah saya lakukan tadi dengan uang, Mas (Mas Yopie). Saya ikhlas, lillahi ta’ala, ingin menolong mbaknya. Saya ini seorang bapak, anak saya juga hidup di jalanan (putranya baru lulus SMK dan sudah bekerja di Jakarta). Saya berharap, dengan saya membantu mbaknya, Allah juga membantu anak saya kalau ada kesulitan di sana.” Begitu kira-kira alasan si bapak.

Sayangnya, beliau lupa berapa nomor teleponnya. Kami juga tidak tau bagaimana wajah beliau, karena kondisi malam itu gelap, hanya diterangi cahaya lilin. Mas Yopie sih sempat memberi kartu nama, tapi hingga saat ini beliau belum menghubungi kami. Semoga Allah pertemukan kami kembali. Dan semoga beliau juga selalu diberi perlindungan illahi. Aamiin.

tolong-menolong

2. Seorang bapak melindungi saya dari pengganggu di KRL.

Hidup di ibu kota itu berat, untuk saya yang sejak kecil tumbuh dalam lingkungan yang penuh kedamaian dan ketentraman. Saya terbiasa berbaik sangka pada setiap orang, karena orang-orang di sekeliling saya memang baik-baik.

Tapi suatu hari, keramahan saya disalahgunakan.

Sore itu, seperti biasa saya menunggu KRL yang akan membawa saya dari Cilebut menuju Pasar Minggu, sambil membaca al-ma’tsurat. Daripada bengong, lebih baik berdzikir kan ya...

Tiba-tiba seseorang menyapa. Dia kemudian bertanya, kereta menuju Jakarta ada di jalur mana? Saya jawab, “yang utara, Pak.” Beliau kemudian bercerita ngalor gidul, saya mendengarkan.

Tak berapa lama, kereta yang saya tunggu pun tiba. Saya segera masuk, diikuti orang itu. Karena tidak mendapat tempat duduk, saya pun berdiri. Orang itu berdiri di samping saya. Begitu kereta melaju, dia menawarkan charger yang ia punya untuk saya beli. Karena saya tidak membutuhkan charger seperti yang ia miliki (semacam kabel yang bentuknya entah, saya juga ragu apakah itu charger betulan), ditambah harga yang ia tawarkan teramat mahal untuk kantong mahasiswa macam saya yang harus bekerja di pagi harinya, saya pun menolaknya dengan halus. Namun, orang ini terus memaksa saya untuk membelinya. Saya sampai risih.

Alhamdulillah, seorang bapak-bapak baik membantu saya. Beliau menyuruh saya pindah ke gerbong lain (kebetulan saya berdiri di dekat rangkaian gerbong itu lho, yang menghubungkan satu gerbong dengan gerbong lainnya), kemudian beliau menghalangi si bapak yang tadi memaksa saya membeli charger itu, karena si bapak mau mengikuti saya lagi.

“Lu di sini aja, jangan ganggu orang. Beraninya sama perempuan!” kata bapak-bapak yang baik itu. Alhamdulillah, Allah masih menolong saya dengan mengirimkan orang lain yang tidak saya kenal sama sekali. Sampai saat ini, jika mengingat beliau, saya selalu berdo’a semoga Allah senantiasa memberikan perlindungan untuknya, juga untuk keturunan-keturunannya. Aamiin...

---

Ih, baru juga tiga cerita, tapi tulisannya sudah sepanjang ini. Ini belum cerita tentang kebaikan Mbak Ran yang suka membantu saya mengisi google form kalau lagi ada job, juga Mbak Widut dan suaminya yang membantu saya ngutak-atik blog ini lho. Belum lagi kebaikan-kebaikan Om, Bulik, saudara, juga para sahabat lainnya. 

Dan kalau ditarik benang merah, sebenarnya kebaikan-kebaikan itu ada karena apa sih? Ya, karena hati-hati kita masih dipenuhi rasa cinta. ❤❤❤

love. coffee. from kayusirih.com

Tapi meski saya tak menuliskan semuanya, insya Allah saya ingat selalu kebaikan kalian. Dan insya Allah tiap saya mengingatnya, saya berdoa semoga Allah membalas kebaikan kalian dengan kebaikan yang berlimpah pula. Aamiin YRA. J

Baca cerita kebaikan Mbak Widut di Pensiun yang Tertunda dan Murid Berkebutuhan Khusus juga cerita kebaikan Mbak Ran di Kejutan di Balik Kebaikan Kecil. ❤❤❤

Read More

9 Destinasi Wisata Air di Sumatera Utara Selain Danau Toba

Monday, July 16, 2018


Awal tahun 2015, suami saya mendapat tugas ke sebuah wilayah di Sumatera Utara. Dalam tugasnya itu, beliau sempat mengunjungi Danau Toba, bahkan sempat menyeberanginya juga. Saya, karena iri dengan pengalaman yang telah suami saya rasakan, ingin juga pergi ke sana. Bagaimanapun, kaki ini harus bisa menginjakkan kaki mengelilingi seluruh negeri. Aminkan dong teman-teman.

Ternyata eh ternyata, di sana tak hanya ada Danau Toba yang menawan, tapi wisata air yang lainnya pun tak kalah mempesona. Ini contohnya:

1. Danau Linting

Kata anakkompleks*, danau ini dinamakan Danau Linting karena tempatnya yang sunyi, sehingga sering digunakan untuk melinting ganja. Tapi kalau teman-teman kayusirih mengunjungi danau yang terletak di Desa Sibunga-Bunga Hilir, Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang ini, sebaiknya jangan melakukan hal tersebut yaa..


Danau Linting

2. Danau Taman Cadika Pramuka

Danau ini memang tidak seluas Danau Toba, bahkan mungkin lebih kecil dari Waduk Darma di Kuningan, Jawa Barat yang saya kunjungi beberapa waktu lalu.


Tetapi, boleh lah ajak anak-anak ke sini, karena di danau ini, terdapat taman bermain yang pasti akan membuat anak-anak betah. Ada musholla juga, sehingga tidak repot jika ingin menunaikan ibadah sholat lima waktu.

Sssttt, yang juga membuat penasaran adalah cerita mistis dari tempat ini. Hmmm...benarkah kalau kita memancing, lalu mendapat ikan yang berukuran besar, kita harus mengembalikannya?


Danau Taman Cadika Pramuka

3. Danau Siombak

Konon katanya, danau yang terletak di Kelurahan Paya Pasir, Medan Marelan, Medan, Sumatera Utara ini, merupakan bekas galian tanah untuk pengerjaan proyek pembangunan jalan tol Belawan – Medan – Tanjung Morawa (Belmera).  Danau ini memiliki luas sekitar 40 ha, dengan diameter sekitar 1000 meter.

Meski namanya mengandung kata “ombak”, tapi danau ini sangat tenang, lho...


Danau Siombak


4. Pantai Cermin

Pantai ini terkenal sekali lho, di Medan Pariaman. Ketika mencari tahu tentang pantai ini, duh, rasanya pantai ini harus ada di agenda wajib ketika ke Medan.



Tak hanya keindahan pantainya yang bikin pingin ke sana, tapi kelengkapan area bermainnya juga. Namanya juga emak-emak, pasti mikirin anak-anak juga kan... Dan di sini komplit banget deh, ada waterboom atau waterpark bernama Pantai Cermin Theme Park & Resort Hotel, ada Kebun Binatang Mini juga. Komplit ya? Jadi tempat ini merupakan perpaduan antara rekreasi buatan dan rekreasi alam. 

Pantai Cermin

5. Air Terjun Aek Sijorni

Air Terjun Aek Sijorni terletak di desa Aek Libung, Kecamatan Sayurmatingi, Kabupaten Tapanuli Selatan. Nama Aek Sijorni diambil dari Bahasa suku Batak. Aek berarti Air dan Sijorni yang berarti bersih/jernih. Jadi, Aek Sijorni dapat diartikan menjadi air yang jernih.

Sesuai dengan namanya, Air Terjun Aek Sijorni memang memiliki aliran air yang jernih, dan diperindah dengan pasir yang berwarna putih. Konon katanya, mandi di sini bisa bikin awet muda. Percaya?

Air Terjun Aek Sijorni

6. Air Terjun Sipiso-piso

Dinamakan Sipiso-Piso, karena air ini jatuh dari puncak yang tinggi, sehingga jatuhnya menyerupai bilah pisau yang tajam. Jika mengenai tubuh, akan terasa sakit. Bagaimana tidak, tingginya saja sekitar 120 meter.

Jika ingin ke sini, jangan pas musim hujan ya teman-teman, karena medannya akan menjadi sangat licin. Terus terang, melihat air terjun ini, saya jadi teringat Curug Muncar di Bruno, Purworejo, Jawa Tengah.

Baca: Curug-Curug yang ada di Purworejo, Jawa Tengah


Air Terjun Sipiso-Piso


7. Arung Jeram Sungai Bingei

Untuk yang menyukai tantangan, sepertinya tempat ini sangat cocok untuk ditaklukkan. Terdapat kurang lebih 8 jeram yang bisa membuat teman-teman menjerit, hingga lepas semua beban. Rafting Sungai Bingei, di Camp Site Bingei Rafting Alam Jaya Baru kawasan Namusira-sira, Kabupaten Langkat ini, merupakan salah satu icon wisata di Sumatera Utara, lho.

Tenang, meski ada 8 jeram yang menantang, tapi tempat ini insya Allah aman untuk pemula. Duh, jadi ingin mencoba juga.


Arung Jeram Sungai Bingei

8. Air Terjun Dwi Warna

Terletak di dalam hutan Sibolangit, air terjun ini berjarak kurang lebih 2 jam perjalanan dari kota Medan dengan menaiki bus. Akan tetapi, jika teman-teman berangkat dari taman wisata Sibolangit, teman-teman membutuhkan waktu sekitar 3 jam berjalan kaki.

Mengapa dinamakan Air Terjun Dwi Warna? Karena air terjun ini memiliki dua gradasi warna yang berbeda. Indah ya? Dan lagi, air terjun yang airnya berasal dari Gunung Sibayak ini, mempunyai dua perbedaan suhu air.  Di telaga berwarna biru, airnya terasa dingin, dan tidak jauh dari situ, ada air terjun yang hangat dan berwarna putih.

Huwaaaa, pengen ke sana jugaaaa...

Air Terjun Dwi Warna

9. Danau Lau Kawar

Membaca cerita tentang Danau Lau Kawar dari berbagai sumber, saya jadi ngeri sendiri, karena hampir semuanya bercerita tentang hal-hal yang berbau mistis dari tempat ini. Memang, ada banyak versi tentang bagaimana danau yang berada di kaki Gunung Sinabung ini terbentuk. Tetapi, jika diambil kesimpulan dari cerita-cerita misteri tersebut, danau ini tercipta dari kesedihan dan kemarahan. Entahlah...

Dan karena melihat medannya yang sulit, juga fasilitas yang masih sangat minim, saya jadi belum ingin ke sini. Tapi jika teman-teman penasaran, silakan datang ke tempat ini. Datanglah beramai-ramai, hormati adat istiadat setempat, dan rasakan kemewahan dari keindahan alam yang Danau Lau Kawar tawarkan. Kenapa saya bilang “kemewahan”? Karena tak semua orang bisa merasakannya juga. Contohnya saya, yang tak mampu menaklukkan rasa takut ini.

Danau Lau Kawar, foto dari Fina Ginting
Danau Lau Kawar. Indah banget sih yaaa.. Mungkin cerita mistisnya itu benar, untuk menjaga alam ini. 

Oke, kalau tempat wisata sudah dikantongi, mari kita menghitung biaya yang harus dipersiapkan untuk menuju ke sana. Jangan sampai ketika di sana kehabisan bekal uang, ya kan? Hihi...

Saya, kemana-mana pasti minimal berempat, dengan suami dan anak-anak. Makanya, pesan tiket juga untuk empat orang. Saya coba menghitung-hitung pengeluaran jika memesan tiket via traveloka.




Untuk tiket berempat, yang kami perlukan adalah sekitar Rp 3,6 juta. Selanjutnya, mari kita cari hotel untuk menginap yaa... Kami pilih Grand Mercure Maha Cipta.



Sebenarnya bisa saja kami berempat tidur sekamar seperti biasanya. Tapi tak apa lah ya jika pura-puranya pesan 2 kamar. Dan untuk 2 kamar hotel, kira-kira kami membutuhkan Rp 1,4 juta semalam.
Jadi jika ditotal, tiket pesawat 3,6 juta + tiket hotel 1,4 juta (2 kamar, 1 malam), kami harus menyiapkan sekitar Rp 5 juta.

Iya, tadinya saya mencoba memesan tiket pesawat dan tiket hotel secara terpisah, sampai saya diberi tau bahwa jika memesan paket pesawat hotel Traveloka, yang berarti memesan tiket pesawat dan hotel sekaligus, kita bisa mendapatkan harga yang lebih murah.

Dengar kata “lebih murah”, insting emak-emak langsung jalan dong yaa, hihi... Sekarang, mari kita cek kebenarannya.






Weeiiissss.. Jadi, kalau pesan tiket pesawat dan hotelnya terpisah, saya membutuhkan Rp 5 juta, dengan memesan paket wisata bisa hemat sampai 20% yaa.. Hampir Rp 1.000.000,- lho, kan lumayan... Ngga pakai kode promo apapun lagi. Uang sejuta bisa buat makan beberapa hari kan yaa... Hehehe...

Beneran ternyata, selain lebih mudah dan saving time, pesan produk paket tiket + hotel Traveloka ini jauh lebih murah daripada pesan secara terpisah. So, bagi teman-teman kayusirih yang punya rencana jalan-jalan dalam waktu dekat, pesan paket wisata traveloka saja. Lumayan kan, lebihan uangnya bisa buat makan, ditabung, atau beli oleh-oleh untuk handai taulan.


Sumber bacaan: 
. https://anakkompleks.wordpress.com/2013/02/27/danau-linting-danau-hijau-berair-hangat/
. https://www.medanwisata.com/2015/11/senja-di-taman-cadika-pramuka-medan.html
. http://iradiofm.com/berwisata-di-danau-siombak/
. https://www.jejakpiknik.com/pantai-cermin/
. https://sportourism.id/explore/merasakan-segarnya-pemandian-air-terjun-berundak-di-tapanuli-selatan
. https://www.pardisinaga.com/2016/11/Air-Terjun-Sipisopiso-Sumatra-Utara.html?m=0
. http://medan.tribunnews.com/2015/06/26/rafting-di-sungai-bingei-dijamin-anda-menjerit
. https://www.nusapedia.com/2014/12/air-terjun-dwi-warna-menjelajahi.html







Read More

Si Penyendiri

Saturday, July 14, 2018

Ada  yang ngikutin channel YouTube-nya Anji (Dunia Manji)? Saya ngga ngikutin sih, cuma kemarin menyempatkan nonton, karena melihat potongan video di instagram, ketika Anji berkolaborasi dengan Deddy Corbuzier. Potongan videonya emang menarik, bikin langsung meluncur ke YouTube untuk lihat full version-nya, hahaha... Emang orang Indonesia tu suka kepo yaa, hihi... Saya, contohnya.

Ya gimana yaa, habisnya ada bocoran tentang penyebab sebenarnya DC berpisah sama Kalina sih.. Siapa coba yang bisa menahan diri untuk tidak kepo? Wkwkwk...

Banyak yang menduga, penyebab mereka bercerai itu karena perbedaan agama. Saya bukan termasuk di dalamnya, catat yaa.. Karena toh, mereka sudah menyadari perbedaan itu sebelum mereka memutuskan menikah, kan? Rasanya konyol aja, kalau sudah tau berbeda kemudian ngotot melakukannya, lalu bercerai karena alasan yang dulunya mereka kesampingkan. Dan saya yakin Deddy Corbuzier, juga Kalina, bukan orang sesembrono itu. Menikah untuk coba-coba.

Dugaan saya dulu (kayak ada yang nanya aja yaa, haha), Kalina menggugat cerai karena ngga sanggup menghadapi DC yang sombong, kaku, otoriter dan mungkin ngga romantis, hihi... Ternyata, agak-agak nyerempet memang. Sifat DC dan Kalina memang sangat bertolakbelakang. Hanya, jika pasangan lain bisa sedikit menurunkan ego demi bisa mempertahankan hubungan, mereka tidak.

Bukannya mereka egois ya, tapi karena mereka memang tidak bisa. Nah, ini ternyata ada hubungannya dengan dyslexia yang Deddy Corbuzier alami (dan kalau tidak salah, ini juga terjadi pada anaknya, Azka).

Oya, ingat Dyslexia, ingat film India yang judulnya Taare Zameen Par. Baca di sini kalau mau tau sedikit tentang film itu. 

 

Penyendiri, Nadya Fatira


Kemudian, karena dyslexia-nya ini, Deddy ngga bisa mengimbangi karakter Kalina yang supel, gaul, suka nongkrong. Deddy orangnya tidak terlalu suka ingar-bingar. Dia lebih menyendiri, menjauh dari keramaian. Agak monoton memang. Bahkan, untuk nonton bioskop saja, Deddy harus nonton di tempat yang sama, di nomor kursi yang sama. 
 
Ribet ya? Untuk sebagian orang mungkin iya. Tapi, di dunia ini, ngga harus mengalami dislexia koq untuk jadi “penyendiri” seperti ini.

Saya, kadang begitu juga. Daripada jalan-jalan, saya lebih suka tidur atau baca di rumah. Beneran deh. I definitely enjoy my whole life kalau lagi di rumah.
 
Apakah ini berhubungan dengan zodiakku yang cancer?

 
Apakah seorang berzodiak cancer senang menyendiri?

 

Dulu waktu masih di Bogor, Bulik sering tuh ngajak ke Depok pas weekend. Tapi saya memilih untuk di rumah, nyapu, ngepel, dll. Beneran. Kalau ada beberapa tulisan jalan-jalan di blog ini, ya itu cuma sesekali aja, untuk memenuhi keinginan orang tua yang ingin jalan-jalan bareng anak cucu. Tapi jika disuruh memilih, lebih senang jalan-jalan atau di rumah? Obviously, I choose the last one. Di rumah aja. Hehehe...

Makanya, lagunya Nadya Fatira yang judulnya Penyendiri, rasanya cocok banget dengan karakter saya dan Om Deddy (yaelaah, pake “Om” lagi *lol). Ada yang tau lagunya ngga? Dengerin deh, asik banget lho..

Nih liriknya, Penyendiri, Nadya Fatira:

Apa yg kau pikirkan
saat aku ucapkan kubutuh kesunyian
Mampukah kau akui
Dirimu yang sejati yang slalu mengerti
Bukan sebuah hiburan di tengah keramaian yang kubutuhkan
Mampukah kau tenangkan diriku yang dilanda kegelisahan

Ku ini penyendiri yang tak butuh keramaian
Yg ku butuh satu teman tempat berbagi cerita

Engkau slalu tanyakan
Apa yang bisa membuat aku tenang
Mungkin hanya senyuman
Mungkin hanya genggaman yg kubutuhkan

Ku ini penyendiri yang tak butuh keramaian
Yg ku butuh satu teman tempat berbagi cerita

Gimana, jadi paham kan, seorang penyendiri itu aslinya gimana?

By the way, kata Om Deddy, jadi penyendiri itu adalah salah satu yang membuatnya bisa kaya raya. Ngga percaya? Tonton aja videonya Anji dan Om Deddy, sambil dengerin lagunya Nadya Fatira, Penyendiri. Kelak kau akan tau jawabannya. *tsaah
 
 
 

Read More

Cozy Coffee Corner Depan Stasiun Purworejo, Tempat Ngopinya Anak Gaul Purworejo

Thursday, June 28, 2018

Stasiun Purworejo, taken by @yopiedompas



Purworejo selama ini dikenal sebagai Kota Pensiun, karena memang kebanyakan anak mudanya merantau, dan kota ini “hanya” dihuni anak-anak sekolahan dan para pensiunan. Alasan itulah yang seringnya dijadikan kambing hitam, kenapa Purworejo kelihatannya hanya begitu-begitu saja.

Tak bisa dimungkiri, Purworejo memang sepi. Sejak saya kecil hingga saat ini, tak banyak perubahan yang berarti. Bahkan suami saya sempat mengunggah sebuah foto di instagramnya, seperti ini:



Bagai dua sisi mata uang, di satu sisi ke-stagnan-an ini memang patut disyukuri. Seperti salah satu komentar di postingan suami saya tersebut,
@iniyusing: "sy sih cenderung lebih baik tdk byk pertumbuhan. Lbh damai dan kerusakan makin kecil. Begitu byk pertumbuhan fisik...dengan segera rusaknya banyak. Apalagi nggak ada rem yg cukup tahu byk soal2 ekologis sebagai hal penting di daerah2 spt itu."

Tapi di sisi lain, hal ini seringkali menjadi satu topik yang banyak dikeluhkan. “Purworejo itu seperti kota mati”, banyak yang mengatakan demikian.

Namun, mudik lebaran kali ini, saya melihat satu perubahan yang cukup menyenangkan, yaitu perkembangan di sektor kuliner. Jika selama ini kuliner Purworejo seolah hanya menyediakan makanan saja, kini sudah tersedia tempat makan sekaligus tempat nongkrong yang nyaman. Setidaknya ini yang saya rasakan saat mengunjungi Cozy Coffee Corner.

Cozy Coffee Corner, Depan Stasiun Purworejo

Saat pertama kali menginjakkan kaki di tempat ini, saya membatin, “Akhirnya, anak-anak Purworejo punya tempat ngopi yang asyik, kayak orang-orang kota.” Ternyata, Cozy Coffee sudah ada sejak 20 Mei 2016 (cafe pertama), sedangkan Cozy Coffee depan stasiun ini baru dibuka 10 Juni 2018. Wah, masih baru bangeeettt...:)

Di Cozy Coffee Corner, selain bisa ngopi, kita juga bisa nyemil. Soal harga, standar koq, masih jauh lebih murah dibandingkan kopi di you know where, hehe... Tempatnya juga asyique, mau di dalam atau di luar, oke-oke aja. Kebetulan saya ke sana malam hari, jadi di luar pun, ya adem-adem aja. Kurang tau kalau pas siang hari yaaa...

daftar menu dan daftar harga di Cozy Coffee Corner, Purworejo

Kemarin saya pesan ini. Semuanya ngga sampai 100 ribu. Dan Amay doyan banget sama burger ice cream-nya.

ngopi di Cozy Coffee Corner, Purworejo

cappuccino ice di Cozy Coffee Corner, Purworejo

Burger Ice Cream di Cozy Coffee Corner, Purworejo

Lokasi Cozy Coffee Corner juga strategis. Kalau saya tidak salah ingat, semua angkot jurusan Purworejo pasti melewati tempat ini. Ke Cozy Coffee Corner juga bisa jadi tujuan ke dua, saat teman-teman mengunjungi bangunan cagar budaya di kota ini, yaitu Stasiun Purworejo. Tinggal menyeberang saja. Jadi, sekali jalan, kita bisa mendapatkan dua hal sekaligus.

Memang, saat lebaran kemarin, saking ramainya pengunjung di sini, kami harus menunggu pesanan kami datang hingga lebih dari satu jam. Katanya sih, ini karena baristanya hanya satu orang. Yaa, semoga ke depannya bisa lebih baik lagi yaa... Semoga tahun depan, saat pengunjung membludak, pihak Cozy Coffee Corner sudah lebih siap.


Tapi overall, saya sih suka dengan tempatnya. Mungkin tempat ini bisa dijadikan pilihan untuk meet up dengan teman-teman seperjuangan di mudik yang akan datang. Selamat jalan-jalan dan makan-makan di Purworejo Berirama yaa..  J



Read More