Berjilbab Kok Gitu?

Friday, February 27, 2015

Orang yang berilmu, biasanya memang tak butuh pengakuan akan keilmuannya. Mereka seolah berjalan tanpa kata. Mereka menebarkan apa yang diketahui, tanpa terlihat menggurui. Orang-orang yang menjadikannya sebagai guru, secara sukarela meneladaninya tanpa merasa dipaksa.


Seperti Bulik Ning, yang berhasil membuat saya berkeinginan menutup aurat, tanpa perlu terlebih dulu berkhutbah. Beliau memberi saya teladan, dengan perilakunya yang mungkin hanya bisa saya lihat saat bertemu di hari lebaran.

Pun setelah saya mulai berjilbab dan masih dalam tahap jilbab gaul, Bulik tidak menegur saya dengan dalil ini itu. Saya membetulkan sendiri gaya berjilbab saya, setelah beliau menghadiahi saya baju muslim. :)

Terkadang, apa yang tampak dalam pandangan mata kita, tak sesuai dengan situasi yang orang lain hadapi. Maka dari itu, jangan terlalu buru-buru memberikan judgement. Berjilbab rapi itu tidak mudah lho, bagi saya. Teringat jelas saat pertama kali memutuskannya, banyak sekali kendalanya. Makanya, belajar dari itu, saya berusaha tidak menghakimi seseorang seenaknya.

Pemahaman itu baru saya renungi akhir-akhir ini. Kalau saya kembalikan pada diri sendiri, seandainya ketika itu Bulik Ning "mencacat" gaya berbusana saya, mungkin saja saya akan antipati pada beliau, bahkan yang terekstrim mungkin saya akan melepas jilbab. Untuk itu, saat ini ketika saya sudah belajar bagaimana memahami orang lain, jika saya bertemu dengan orang yang "minus" dalam berperilaku, saya berusaha menahan diri untuk tak berprasangka terlalu jauh. Mungkin, mereka-mereka itu belum menemukan teladan yang baik (role model) di lingkungan terdekatnya.

Tugas kita hanyalah berusaha berperilaku sebaik-baiknya, mulai detik ini. Selanjutnya terserah penilaian orang terhadap kita. Seandainya ada yang terinspirasi karena kita, itu adalah bonus saja, dan seharusnya hal itu tak lantas membuat kita jumawa. Saya teringat sebuah pesan klise, "ketika kamu merasa dirimu paling benar, maka pada saat yang sama sebenarnya kamu telah menjadi orang yang paling buruk".

Mengutip tulisan ust. Salim A. Fillah:

"Jika kau merasa besar, periksa hatimu
Mungkin ia sedang bengkak
Jika kau merasa suci, periksa jiwamu
Mungkin itu putihnya nanah dari luka nurani
Jika kau merasa tinggi, periksa batinmu
Mungkin ia sedang melayang kehilangan pijakan
Jika kau merasa wangi, periksa ikhlasmu
Mungkin itu asap dari amal shalihmu yang hangus dibakar riya'


Dan ingatlah bahwa pengajaran yang terbaik adalah melalui sebuah keteladanan.

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Silakan tinggalkan komentar yang baik dan sopan. Komentar yang menyertakan link hidup, mohon maaf harus saya hapus. Semoga silaturrahminya membawa manfaat ya...