Partner Cari Cuan

Saturday, May 21, 2022

 

Saya mulai senang berjualan sejak kuliah. Waktu itu, karena uang jajan sangat mepet, mau ngga mau saya harus cari cara agar bisa survive. Apa aja deh saya jual, mulai dari kertas folio bergaris sampai buku pelajaran bekas. Kertas folio bergaris biasanya dibutuhkan saat ujian. Saya memanfaatkan momentum itu untuk berjualan. Nah, mengapa bisa berjualan buku bekas juga, sebenarnya ini tidak disengaja. 

Ceritanya, saat kuliah dulu, saya merupakan pengguna KRL Jakarta - Bogor. Saat itu, di beberapa stasiun terdapat kios-kios buku bekas (sebelum ditertibkan seperti sekarang). Nah, saya yang saat itu suka berburu buku pelajaran bekas di stasiun (karena ngga mampu beli buku baru), akhirnya jadi sasaran teman-teman untuk titip buku serupa. 

Saya kenal beberapa penjual buku bekas di stasiun Bogor dan Pondok Cina. Mereka ini adalah partner-partner saya dalam berjualan buku. Saat menginjak semester baru, biasanya saya akan menghubungi partner-partner saya itu untuk mencarikan buku pelajaran, sejumlah teman-teman yang memesan. Jadi, saat istilah PO alias Pre Order belum sepopuler sekarang, saya sudah mempraktikkan sistem itu. 

Wuah, saya jadi merasa keren. 😂

Omong-omong, apa kabar bapak-bapak itu ya? Masihkah mereka berjualan buku bekas? Kalau masih, di mana mereka berjualan kini? Hmm, mulai overthinking...

Partner Cari Cuan Berikutnya...

Setelah menikah di tahun 2009, saya tidak lagi jadi penghuni Jakarta - Bogor. Saya ikut suami dan tinggal di Kota Bengawan, alias Kota Solo. Di sini, saya ngga punya siapa-siapa selain suami. Saya juga tidak punya kesibukan lain selain jadi istri.

Perubahan kebiasaan ini sempat membuat saya bingung. Mau ngapain ya? 

Baru setelah adik saya kuliah di Solo dan tinggal bersama kami, saya punya gairah untuk jualan lagi. Kenapa? Karena kepepet cari uang untuk biaya kuliah adik saya itu.

Ide jualan

Dulu saya sempat jadi reseller dua produk ini; Cilok Ping Pong dan Silky Dessert. Adik saya jadi kurirnya. Jadi, sambil berangkat kuliah, dia sekalian COD cilok atau siomay atau silky dessert. So, bisa dibilang, adik saya adalah partner cari cuan yang pertama.

Beberapa kali saya mendapat pesanan dari luar kota juga, karena penggemar cilok ini memang luar biasa banyaknya. Padahal, cilok dan siomay frozen ini hanya bisa bertahan maksimal 3 hari di suhu ruang. Supaya produk bisa diterima dengan baik, saya harus memperhitungkan waktu pengiriman. 

Pilihan ekspedisi sangat menentukan dalam hal ini. Jadi, saya harus mencari ekspedisi yang sudah besar, punya cabang sampai ke pelosok negeri, dan menyediakan layanan express, karena saya ngga mau dagangan saya basi di jalan. 

Adik saya sih udah paham mau saya. Maka, ketika ada pesanan yang harus dikirim ke luar kota, sambil berangkat kuliah dia akan mampir ke JNE untuk mengirimkan dagangan. Kenapa JNE? Karena JNE-lah yang memenuhi syarat ekspedisi yang saya butuhkan. Jadi, JNE juga termasuk partner cari cuan berikutnya

Sayangnya, kini saya tak lagi bisa berjualan cilok karena produsennya sudah berhenti berproduksi. Sedih banget sih... Padahal penggemarnya sudah banyak sekali.

Baca: Lika-liku Bisnisku

Karena sudah biasa jualan apa saja, saya jadi merasa aneh ketika cuma diam saja. Saya pun mencari barang dagangan lainnya untuk dijual, dengan bergabung ke beberapa grup reseller buku dan baju.

Saya menjadi reseller baju anak, juga baju dewasa. Nah, kali ini berbalik. Kini, adik sayalah yang jadi "bos". Ceritanya, ia dan temannya punya kenalan beberapa supplier pakaian. Mereka pun mengambil barang dari supplier-supplier itu, dan saya pun menjadi salah satu dari puluhan resellernya.

Baca: Tips Sukses Menjadi Reseller Pemula

Sibling
Ini dia, adik saya yang jadi partner saya dalam mencari cuan

Rasanya seneng sih bisa cari duit bareng-bareng. Saya sama sekali ngga ada masalah meski posisi saya mungkin hanya sebagai reseller-nya. Yang penting buat saya mah, cuan. Wkwkwk...

Saya mengamini pesan Mbak Linda Yuli Yani, owner ELYECRAFT, dalam JNE Goll...Aborasi Bisnis Online bersama UMKM Cilegon beberapa waktu lalu. Dalam kesempatan itu beliau berkata, "Jangan anggap kompetitor sebagai lawan, tetapi jadikan motivasi, bahkan teman untuk berkolaborasi."

Nah, di sini saya menganggap adik saya tidak hanya sebagai adik, tapi juga sebagai partner cari duit. Ngga ada persaingan di sini, yang ada adalah saling mendukung satu sama lain. 😁

Omong-omong, ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari JNE Goll...Aborasi Bisnis Online bersama UMKM Cilegon beberapa waktu lalu. Selain Mbak Linda, acara tersebut juga menghadirkan Farah Kartika Sari, owner IKM Permata (sandal hotel Cilegon). Dari beliau, saya belajar untuk pantang menyerah menghadapi rintangan di depan mata.

Kita tahu, masa pandemi, banyak usaha terpuruk. Termasuk dunia pariwisata, perhotelan, dan hal-hal yang berkaitan dengan bisnis tersebut pun terkena dampaknya. Nah, dalam hal ini, bisnis yang Mbak Farah jalankan selama ini tak luput dari kesulitan itu. Tapi, seperti kata pepatah, nahkoda yang tangguh tidak terlahir dari laut yang tenang, pelaku bisnis yang tangguh lahir dari berbagai tantangan dan kesulitan. Pandemi tak membuatnya patah semangat, tetapi justru memacu untuk memikirkan berbagai strategi.

"Adanya pandemi ini menghambat produksi kita, sehingga adanya covid-19 membuat kita menjadi lebih putar otak bagaimana supaya UMKM kita tetap berjalan. Melalui sosial media, e-commerce, lalu ekspedisi seperti JNE, kami sebagai UMKM manfaatkan sebagai sarana untuk mengembangkan bisnis. Selain itu, kita juga berkolaborasi di sana. Usaha kita yang di masa pandemi (mengalami) krisis, (kini) menjadi stabil lagi." Ujar Mbak Farah Kartika Sari.

Anyway, dalam kesuksesan yang diraih para pelaku bisnis online, sedikit banyak memang ada peran JNE juga lho, teman-teman. Seperti yang kita tahu, JNE adalah perusahaan yang didirikan oleh anak bangsa, dan mengusung tagline connecting happiness. Namun, tidak hanya mengantar paket-paket saja, JNE juga mengantarkan kebahagiaan lain, salah satunya dengan memberikan kesempatan kolaborasi bagi UMKM setempat.

Tak berhenti di situ, kebaikan JNE Cilegon juga diantarkan melalui program-program CSR seperti pembangunan rumah wakaf Alquran, bantuan bagi korban bencana, juga yayasan asrama. Selain itu, JNE Cilegon juga terus berupaya untuk membantu meningkatkan penjualan para pelaku UMKM.

Pak Herry Herbowo selaku Branch Manager JNE Cilegon mengatakan, akan ada kegiatan yang dilakukan setelah Goll...Aborasi ini, di antaranya yaitu trading house, digital marketing, serta kegiatan lainnya yang akan berkolaborasi dengan para seller

Sebagai informasi, JNE Goll...Aborasi Bisnis Online Kota Cilegon merupakan kota ke-9 dari gelaran webinar JNE Ngajak Online 2002. Goll...Aborasi Bisnis Online tahun 2022 ini akan dilakukan di 60 kota di seluruh Indonesia. Setelah kota Cilegon, gelaran roadshow ini akan hadir di kota Pasuruan pada tanggal 19 Mei 2022. Temen-temen yang punya usaha online, jangan lewatkan kesempatan ini, yaa... It's all free!!! Ilmunya dapat, cuannya insya Allah juga dapet. 😊


Read More

Jelajahi Pesona Alam Temanggung dan Dieng Saat Lebaran Bersama Keluarga

Saturday, May 14, 2022

 

Halo semuaaa... Tulisan ini adalah lanjutan dari cerita yang lalu, Kembalinya Ramadhan dan Lebaran yang Penuh Kehangatan. Seperti yang saya ceritakan di tulisan kemarin, di hari kedua, mertua datang dari Majalengka. Beliau memang ingin bersilaturahmi ke para besan, yaitu bapak saya, juga besan di Wonosobo (mertua adik ipar).

Jarang-jarang kami bisa berkumpul di Purworejo dan Wonosobo. Maka dari itu, kami berpikir kenapa ngga sekalian jalan-jalan, ya kan? Akhirnya diputuskan, kami akan berjalan-jalan ke Embung Kledung di Temanggung, juga ke Dataran Tinggi Dieng, sebelum pulang ke Majalengka lewat Batang.

Baiklah, let's go to these beautiful places...

Embung Kledung, Temanggung

Embung adalah cekungan atau waduk mikro di lahan pertanian yang digunakan untuk mengatur dan menampung suplai aliran air hujan serta untuk meningkatkan kualitas air di badan air yang terkait (sungai, danau). 

Yang menarik dari Embung Kledung adalah letaknya yang berada di antara Gunung Sindoro dan Sumbing. Jika beruntung, kita bisa menikmati indahnya kedua gunung itu dengan jelas. Sayangnya, saat kami ke sana kemarin, kedua gunung tersebut masih tertutup kabut. Tapi kami sangat bersyukur, selepas istirahat, gerimis mulai mereda, kabut bergeser, dan kami bisa melihat Gunung Sindoro yang gagah menjulang.

Embung Kledung, Temanggung


Coba lihat tenda-tenda kuning di balik Embung ini. Deretan tenda itu bisa disewa untuk camping, lho... Tiket masuknya pun cukup terjangkau. Kami hanya membayar Rp 50.000,- untuk 6 orang dewasa + 3 anak-anak, dan ini sudah termasuk biaya parkir. 

Jangan kuatir kehabisan tempat parkir, karena area parkir di Embung Kledung ini tersedia cukup luas.

Nah, karena setelah berfoto-foto hujan kembali mengguyur bumi, kami memutuskan untuk berteduh sembari ngeteh dan ngopi, nyemil gorengan, juga menikmati mie rebus di warung. Jangan takut "digetok" di sini, karena harga yang ditawarkan di warung-warung ini ngga bikin deg-degan, gaes... Ngga ada harga tak wajar deh, semua warung mematok harga standar.

Oya, sebenarnya ini adalah kali kedua kami ke sini. Sebelumnya pada Desember 2020, kami sempat mengunjunginya untuk pertama kali.

Wisata Temanggung


Rekomendasi wisata alam di Temanggung


Wisata alam murah di Temanggung

Di Embung Kledung, Temanggung, kita juga bisa menemukan spot-spot berfoto yang instagramable. :)

Nah, setelah puas berfoto, kami pun menyudahi perjalanan kami di Embung Kledung ini. Kami keluar dari area Embung Kledung sekitar jam 4 sore. Selanjutnya, kami langsung menuju Dieng.

Pesona Dieng

Entahlah, mungkin karena sudah lelah dikurung selama dua tahun, para wisatawan (termasuk kami tentu saja) seolah "balas dendam". Pengunjung Dieng membludak, sampai-sampai kami terjebak macet hingga berjam-jam. Beruntung suami sudah memesan homestay sehari sebelumnya, karena jika tidak, entah kami bisa beristirahat di sana atau tidak.

Homestay Oemah Ntuy

Kami tiba di homestay setelah 4 jam menembus kemacetan. Karena pesan homestay-nya terlalu mepet, jadi kami cuma dapat "sisa-sisa". Namun, rencana Allah itu memang sangat indah. Pemilik homestay sederhana itu ternyata adalah saudara dari temannya suami di Jogja. Masya Allah.

"Tadi tuh saya sempat mikir, kayaknya saya pernah lihat 'Pawon' ini di instagram. Ternyata bener, pernah diposting sama @dieng.travel," kata suami kepada pemilik homestay yang menyambut kami di Pawon.

Pawon dalam Bahasa Jawa berarti dapur, yang maknanya adalah "papan kanggo awu (tempat untuk abu)". Karena Dieng merupakan dataran tinggi yang dingin, masyarakatnya memiliki kebiasaan menerima para tamu di dapur / pawon, tepatnya di depan tungku. Bukannya tidak sopan, tapi menurut kebiasaan setempat, jika menerima tamu di ruang tamu, pastinya para tamu akan merasa kedinginan.

Kini, seiring dengan berkembangnya zaman, sudah banyak masyarakat yang menggunakan penghangat ruangan, sehingga para tamu dapat dijamu di ruang tamu. Termasuk di homestay-homestay. Akan tetapi, homestay yang kami tempati yaitu Oemah Ntuy, masih menjaga kearifan lokal ini.

Homestay di Dieng

 

Pawon, Papan Kanggo Awu


Di Pawon inilah kehangatan tercipta. Bukan hanya karena api tungkunya, tetapi juga karena keramahan owner-nya. Saking ramahnya sang pemilik, saya dan suami bahkan berjanji untuk kembali ke sini lagi suatu hari nanti. Bismillah, semoga ada rezeki. Rezeki waktu, rezeki kesempatan, rezeki kesehatan, juga rezeki uang tentunya, hihi... 😊

Jika tak ingat bahwa malam telah larut, mungkin obrolan kami masih akan terus berlanjut. Tentang passion, tentang kentang, macam-macam. Akhirnya, kami pun undur diri setelah menghabiskan hampir dua piring kentang goreng. Oya, kita boleh pesan makanan dari Pawon ini, yaa, baik itu untuk makan berat atau sekadar kentang goreng untuk camilan.

Nah, setelah beristirahat semalaman, paginya kami segera bersiap untuk check out. Kami memang memutuskan untuk langsung check out, karena setelah mengunjungi Kawah Sikidang dan Candi Arjuna, kami akan langsung pulang ke rumah mertua di Majalengka.

Sejak sebelum shubuh, saya sudah mendengar deru-deru mobil bergerak ke atas. Mungkin itu adalah suara mobil para wisatawan yang ingin menikmati sunrise di Puncak Sikunir. Saya punya keinginan untuk ke sana juga sih, tapi bukan sekarang. Mungkin suatu hari nanti, di saat yang lebih tenang dan sepi.

Kami tidak dikejar target harus berangkat di jam berapa. Pokoknya, kami akan berangkat setelah semua selesai mandi dan sarapan. Untuk sarapannya, kami memesan nasi goreng dari Pawon.

Selesai sarapan, kami pun berpamitan pada ibu pemilik homestay, lalu segera bergerak menuju ke Kawah Sikidang.

Kawah Sikidang

Jarak dari homestay menuju Kawah Sikidang sebenarnya tidak terlalu jauh, tetapi karena macet, waktu tempuhnya jadi lama...

Kawah Sikidang, Dieng

Kawah Sikidang

Kawah Sikidang, Dieng
foto ini saya ambil dengan mode panorama

Rekomendasi Wisata Dieng

Sebenarnya pengunjung Kawah Sikidang di musim lebaran ini membludak. Saya sendiri agak kesulitan untuk mengambil foto. Jadi, ketika saya melihat ada spot kosong, saya langsung berlari untuk memotret. Selesai memotret, di belakang saya sudah ada banyak orang, haha...

Seperti inilah seninya berwisata di musim libur lebaran, yaa...

Nah, saat menyusuri Jembatan Kahyangan, seseorang dari bagian informasi memberitahukan bahwa tiket yang kami beli di Kawah Sikidang ini bisa digunakan untuk masuk ke Candi Arjuna, dan sebaliknya. Itulah mengapa, selepas mengunjungi Kawah Sikidang, kami langsung menuju Candi Arjuna. 

Sedikit tips untuk teman-teman yang akan berkunjung ke Kawah Sikidang, persiapkan fisik kalian, yaa... Pastikan kondisi kalian benar-benar fit karena jalan yang harus ditempuh di Kawah Sikidang ini cukup panjang. Belum lagi saat keluar nanti, kita akan diarahkan untuk melewati kios demi kios yang serupa labirin. So, jangan kaget, yaa...

Oiya, di Kawah Sikidang ini, kalian akan menemukan bunga cantik bernama Hortensia (alias bunga bokor, alias bunga panca warna), yang bernama latin Hydrangea macrophylla.

Bunga cantik di Kawah Sikidang

Bunga Hortensia atau bunga bokor

Puas mengarungi Jembatan Kahyangan di Kawah Sikidang, kini tujuan kami selanjutnya adalah Candi Arjuna. Kami tak perlu lagi membeli tiket, karena seperti yang saya tulis sebelumnya, tiket di Kawah Sikidang dapat digunakan di sini, dan begitu juga sebaliknya.

Candi Arjuna

Tak banyak foto yang berhasil kami abadikan di sini, karena jujur, sulit sekali menghasilkan foto yang estetik di tengah kerumunan orang yang ingin berwisata. Saya dan suami justru bermain bubbles dengan anak-anak. Mereka senang sekali berlarian di padang rumput yang hijau, tak terganggu oleh ratusan bahkan ribuan pengunjung lainnya.

Candi Arjuna, Dieng


Bermain Bubbles


Bahagia banget lihat ekspresi Aga, Masya Allah... 💖

Nah, setelah puas bermain gelembung, dan tentu saja setelah Ayah, Mamah, dan adik ipar puas berfoto di sini, kami memutuskan untuk pulang. Sebelumnya, kami menjamak shalat dzuhur dan ashar di sini, juga makan siang. Kami sempat berhenti untuk sholat maghrib dan isya, juga untuk makan malam di alun-alun Batang.

Alhamdulillah, suasana lebaran sudah berangsur normal seperti sebelum pandemi covid melanda. Di tengah rasa lelah karena kondisi jalan yang unpredictable, tersisa rasa bahagia yang memenuhi dada. Semoga kebahagiaan ini tak berakhir. Semoga kami semua, Bapak, Ayah, Mamah, dan seluruh anggota keluarga senantiasa diberikan kesehatan dan umur yang panjang, agar dapat berkumpul lagi di waktu yang akan datang. Aamiin aamiin Yaa Rabbal 'Aalamiin...

Mumpung masih di bulan Syawal, saya Arinta Adiningtyas dari www.kayusirih.com mengucapkan minal aidin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin. Salam sehat selalu. 😊



Read More

Kembalinya Ramadhan dan Lebaran yang Penuh Kehangatan

Friday, May 6, 2022


"Having somewhere to go is home. Having someone to love is family. And having both is a blessing."

Keluarga penuh cinta


6 Mei 2022

Hari ini 2 tahun lalu, sepertinya saya masih bergelut dengan isak tangis. Saya masih belum bisa menerima datangnya pandemi corona, yang membuat saya tidak bisa mudik di hari raya. Mungkin bagi sebagian orang, mudik bukanlah hal penting. Namun, bagi saya, mudik adalah momen yang ditunggu-tunggu setiap tahunnya, karena ini adalah kesempatan untuk berkumpul dengan seluruh keluarga. Kebetulan, suami saya juga seorang "family oriented", sehingga kami klop, menganggap bahwa keluarga adalah segala-galanya.

Saat mengetahui adanya larangan mudik dua tahun lalu, saya sempat denial dengan berkata bahwa ngga mudik juga ngga apa-apa. Insya Allah semua akan baik-baik saja. 

Namun, benarkah itu yang saya rasakan? Nyatanya, sisi lain diri saya menunjukkan hal sebaliknya.

Saya stres. Metabolisme tubuh saya terganggu, ditandai dengan haid yang tak kunjung datang hingga dua bulan. Saya sempat mengira bahwa saya hamil anak ketiga, akan tetapi dari tes kehamilan yang beberapa kali dilakukan, hasilnya selalu negatif. Saya bahkan sempat berniat untuk melakukan USG karena hal ini.

Tanda lainnya, saya seringkali menangis tanpa sebab. Ini membuat anak-anak saya bingung. Alhamdulillah, dalam kondisi seperti ini, saya sangat bersyukur karena Allah memberi saya suami dan anak-anak yang selalu setia menemani. Oiya, saya sempat membuat postingan seperti ini di Instagram. Mungkinkah apa yang saya rasakan ini semacam tanda-tanda depresi?

Ciri-ciri depresi yang tidak disadari

Kini...

Meski pandemi belum sepenuhnya hilang, akan tetapi dengan ikhtiar vaksinasi yang sudah dilakukan, mudik lebaran akhirnya sudah diperbolehkan. Alhamdulillah... Kami pun menyambutnya dengan penuh kegembiraan. 

"Ini anak-anak kan liburnya 10 hari. Jadi kita bagi, 5 hari di Purworejo, 5 hari di Majalengka." Kata suami. Saya setuju.

Ya, saya berasal dari Purworejo, sementara suami dari Majalengka. Cukup jauh jaraknya untuk pulang kampung dari Solo. Namun, dengan niat birrul walidain dan silaturahmi dengan saudara-saudara, kemacetan dan rasa lelah di perjalanan akan kami lawan. Cieeehh... 😁

Beberapa hari menjelang tanggal mudik, saya mulai beberes rumah, juga mencuci dan menyetrika, terutama baju-baju yang akan dibawa saat mudik nanti. Suami tak kalah sibuk. Menjelang libur kantor, deadline semakin banyak, karena klien-klien ingin gambar selesai sebelum lebaran. 🙈

Seru sih, karena memang ini yang kami inginkan, kan? Kalau ingat 2 tahun lalu, rasanya benar-benar ngga punya gairah menyambut lebaran. Bahkan saat itu saya ngga masak sama sekali. Saya hanya pesan lontong di tukang sayur, juga opor dan sambal goreng di katering milik seorang kenalan.

Nah, tapi, sebahagia apapun kita, kalau sudah kelelahan tetap saja badan akan lebih gampang nge-drop. Ya kan? Apalagi kami jadi kurang tidur juga selama ramadhan kemarin. Selain itu, kondisi cuaca yang panas terik di siang hari dan hujan deras di sore hari, juga membuat tubuh jadi rentan sakit.

Ikhtiar Kami...

Lalu bagaimana supaya semua kerjaan bisa beres tepat waktu? Di sini ngga hanya saya yang ngga boleh sakit, tapi suami juga. Untungnya, untuk urusan menjaga kesehatan, suami saya sudah punya formula sendiri. Ini sudah dilakukannya sejak masih single dulu, karena arsitek mah seneng banget lembur deh perasaan. Pokoknya ketika badan sudah mulai terasa greges-greges, suami akan menyeduh Antangin ke dalam 1/2 gelas air hangat.

Kenapa Antangin? Karena Antangin memiliki beberapa manfaat, antara lain:

  • Membantu memelihara daya tahan tubuh
  • Meredakan gejala masuk angin, seperti meriang, mual, kembung, sakit kepala
  • Membantu melegakan tenggorokan

Khasiat Antangin JRG dan Antangin Habbatussauda

Sebenarnya Antangin juga bisa dikonsumsi langsung dari kemasan sachetnya, tapi suami lebih suka menyeduhnya dengan air hangat. Mungkin dengan cara ini beliau lebih merasakan efek cenghar (Sunda - segar) alias kemepyar kalau orang Jawa bilang. 

Kami mengonsumsi Antangin setiap malam menjelang tidur. Habis tarawih, makan, lalu minum Antangin. Keesokan harinya, badan terasa lebih enteng.

Hari mudik pun tiba...

Sebelum mudik ke Purworejo, kami diundang oleh salah satu rekan suami (yang sudah seperti keluarga bagi kami), untuk menginap di rumahnya di Jogja utara. Di sini, daerahnya cukup dingin karena berada cukup dekat dengan gunung Merapi.

Kami berangkat Kamis siang ba'da dzuhur dari Solo, dan sampai Jogja selepas ashar. Kami memang agak santai di jalan, selain itu juga, jalanan sudah cukup ramai dipadati pemudik. Ini terlihat dari banyaknya kendaraan-kendaraan berplat nomor luar kota Solo dan Jogja yang melintas. 

Tiba di Jogja, kami langsung disambut dengan bala-bala dan es sirup untuk berbuka. Masya Allah...

Sssst, saya kasih bocoran tempatnya kayak apa, yaa..

Baiti Jannati, Jogja


Berlokasi di Jogja utara, dekat merapi, di tengah rimbunnya pepohonan, bisa terbayang kan bagaimana dinginnya? Saya bersyukur, saya punya kebiasaan membawa Antangin di dalam tas, meski hanya beberapa sachet. Dan malam itu, jelang tidur, kami meminum Antangin lagi untuk menghangatkan badan. Maklum, biasa tinggal di Solo yang panas, tentu kaget ketika berada di daerah yang dingin.

Kami di sini satu malam. Keesokan harinya, selepas dhuha, kami berangkat ke Purworejo, tanah kelahiran saya dan anak-anak.

Di Purworejo...

Hari pertama di Purworejo, kami langsung bersih-bersih rumah. Bapak sudah tidak berdaya mengurus rumah sendirian, karena beliau menderita saraf kejepit sejak 3 tahun silam. Keesokan harinya, kami mengecat rumah hingga H-2 lebaran. H-1 lebaran, kami mulai memasak beraneka masakan khas lebaran seperti opor, sambal goreng, dan lainnya. Sibuk banget pokoknya. 😁

Kegiatan jelang lebaran

Kebayang ngga gimana capeknya kami? Seneng sih, tapi pinggang kayak mau copot. Wkwkwk...

Kami sempat bingung tuh, lebarannya tanggal 2 atau 3 Mei ya? Alhamdulillah, di tanggal 1 Mei selepas Isya, dari masjid sudah terdengar suara takbiran. Ya Allah, rasanya... Terharu banget. Apalagi kami mendengar bahwa masjid-masjid dan mushola-mushola di desa kami sudah menyiapkan pawai takbir keliling.

Dan benar saja, sekitar jam 9 malam, pawai takbir keliling itu melintas di depan rumah. Masya Allah.

takbir keliling di desa

Lebaran hari pertama, setelah selesai sholat Ied, kami berkeliling ke rumah para tetangga. Di sini, kami tidak perlu bertanya apakah mereka siap dikunjungi, karena semua pintu memang terbuka dan tuan rumah selalu siap menyambut para tamunya. 

Sebelumnya, tentu saja kami berfoto dengan anggota keluarga. Masya Allah, perasaan bahagia memenuhi dada.

Kumpul Keluarga di Hari Lebaran

Hari kedua, mertua datang dari Majalengka. Beliau berdua memang sedang ingin bersilaturahmi ke para besan, yaitu bapak saya, juga besan di Wonosobo (mertua adik ipar). 

Nah, mumpung sudah di Purworejo dan Wonosobo, kenapa ngga sekalian jalan-jalan, ya kan? Akhirnya diputuskan, kami akan berjalan-jalan ke Embung Kledung di Temanggung, juga ke Dataran Tinggi Dieng. Nantinya, kami akan pulang ke Majalengka lewat Batang.

Supaya tulisan ini tidak terlalu panjang, maka perjalanan kami di Embung Kledung, Temanggung dan Dieng saya ceritakan di sini: Jelajahi Pesona Alam Temanggung dan Dieng Saat Lebaran Bersama Keluarga


Embung Kledung, Temanggung


Kawah Sikidang, Dieng

Jalan-jalan ke Temanggung dan Dieng...

Temanggung dan Dieng adalah tempat yang dinginnya melebihi Jogja utara, gaes... Kalau di Pakem, Jogja saja saya sudah kedinginan, apatah lagi ketika harus menginap di Dieng? Menggigil. Xixixi... Di foto di atas memang terlihat terik, yaa... Tapi seterik-teriknya di Dieng, tetap aja dingin, teman-teman...

Alhamdulillah, saya selalu membawa Antangin di dalam tas, sehingga perubahan suhu yang ekstrim itu tidak membuat saya meriang. Ternyata, kebiasaan membawa Antangin ini sangat bermanfaat, yaa... Bahkan, ketika Ayah mertua mulai mual-mual di dalam mobil (maklum, jalanan di gunung pasti berkelak-kelok, ditambah lagi kondisi macet saat lebaran bisa memicu sakit kepala juga), keberadaan Antangin itu juga sangat membantu beliau terhindar dari mabuk darat.

Oya, di Kawah Sikidang, Dieng, saya pun sempat merasa pusing dan mual karena bau belerang yang menyengat. Dan saya merasa lebih baik setelah mengonsumsi Antangin.

Manfaat Antangin JRG untuk menghangatkan badan
Minum Antangin untuk melawan dinginnya Embung Kledung 



Kandungan Antangin JRG dan Antangin Habbatussauda
 

Kamis sore, tanggal 5 Mei, kami beranjak pulang ke Majalengka setelah puas mengelilingi Dieng. Namanya juga lebaran, kondisi jalanan pasti dipadati ribuan kendaraan. Lamanya perjalanan pun tidak bisa diprediksi. Kami memperkirakan akan sampai di Majalengka di jam 10 malam. Namun, apa yang terjadi? Kami baru sampai rumah di jam 2:30 pagi, keesokan harinya. Huhuhu, capeeeek banget, Ya Allah... 

Suami yang selalu stand by selama perjalanan, mengeluh kelelahan. Akhirnya, setelah sarapan pagi, saya memberikannya Antangin Habbatussauda.

Solusi masuk angin


Beberapa Varian Antangin...

Oya, mungkin teman-teman penasaran ya, memang Antangin itu ada berapa sih variannya? Kebanyakan taunya cuma Antangin JRG aja, ya kan?

Macam-macam Antangin

Kalau teman-teman buka website Deltomed, teman-teman akan menemukan bahwa Antangin ini banyak macamnya. Ada Antangin JRG, Antangin Mint, Antangin Tablet, Antangin Junior, Antangin Good Night, juga yang terbaru, Antangin Habbatussauda.

1. Antangin JRG

Antangin JRG, merupakan singkatan dari Jahe, Royal Jelly, dan Ginseng. Memang, kandungan utama produk ini adalah Jahe, Royal Jelly dan Ginseng, yang berkhasiat untuk membantu mengatasi masuk angin dengan sensasi hangat yang tahan lama ke seluruh tubuh.

2. Antangin Mint

Antangin Mint, sesuai namanya, kandungan utamanya adalah Daun Mint yang berhasiat untuk membantu mengatasi masuk angin dengan sensasi semriwing di tenggorokan dan hidung.

3. Antangin Tablet

Selain itu ada juga Antangin Tablet, yaitu tablet herbal masuk angin dengan formula baru Jahe Merah yang efektif mengobati masuk angin akut. So, mual, perut kembung, juga capek-capek dan pusing, bisa langsung bablas.

4. Antangin Junior

Untuk anak-anak, tersedia Antangin Junior yang mengandung Jahe, Meniran dan Madu yang mampu mencegah anak-anak dari masuk angin serta memelihara daya tahan tubuh. Oya, kemarin saat di perjalanan, Amay Aga juga mengeluh kedinginan, bahkan sempat mengalami kembung dan pusing juga. Tapi karena kami tidak punya Antangin Junior, akhirnya kami beri mereka Antangin JRG dan Antangin Habbatussauda dengan dosis 1/2 dosis orang dewasa. Jadi 1 sachet dibagi 2 deh, hehe...

5. Antangin Good Night

Untuk teman-teman yang sedang mengalami insomnia, atau mungkin sedang mengalami stress dan gangguan kecemasan hingga sulit tidur, sekarang ada Antangin Good Night, yang mengandung Passion Flower Extract dan Valerian Extract. Khasiatnya adalah untuk memperbaiki kualitas tidur dan meredakan masuk angin.

6. Antangin Habbatussauda

Yang terbaru, ada Antangin Habbatussauda yang mengandung Habbatussauda alias Jintan Hitam, yang sangat bermanfaat untuk menjaga daya tahan tubuh. Antangin Habbatussauda benar-benar sangat membantu kami untuk tetap fit, meski didera kelelahan dan harus menghadapi perubahan suhu yang cukup ekstrim dari panas ke dingin, dan dingin ke panas.

Dari pengalaman saya selama mudik kemarin, saya sarankan untuk teman-teman yang hendak bepergian, bawa Antangin selalu di dalam tas. Simpel, praktis, dan banyak manfaatnya. Insya Allah perjalanan kalian akan tetap terasa menyenangkan.



Read More