Tahun Ajaran Baru Paling Mengena di Hatiku

Monday, June 29, 2015

Bulan Juni-Juli, setelah libur kenaikan kelas, maka kita akan memasuki tahun ajaran baru.
"Kita? Anak-anak sekolah aja keleeuuus.." nyengir kuda.
"Ya ngga usah sombong gitu deh, mentang-mentang udah tua.." *ups, udah lulus maksudnya.

Hehe, memang sih, tahun ini saya baru sadar sudah menjadi orang tua. "Whaattt?" *lalu ditimpuk pake THR.
"Lah, selama ini statusnya tentang Amay melulu, apa ngga inget kalo udah tuwir, woy?"
Eiittt, sabar duluu.. Maksudnya baru sadar sudah menjadi orang tua itu karena tahun ini Amay sudah akan masuk sekolah. Hiks.. Dan ini benar-benar tahun ajaran yang paling syahdu.

Time flies yaaa.. Kayaknya baru kemarin anak ini dikeluarkan paksa lewat perut, eh tahu-tahu udah empat tahun. Tahu-tahu sudah ada Aga juga.

Dan iya, tanggal 6 Juli nanti insya Allah Amay akan masuk sekolah. Beberapa waktu lalu saya diundang oleh sekolahnya untuk sosialisasi program-program di sekolah selama setahun. Di hari itu, ustadzah (panggilan untuk ibu guru di sekolah Amay) juga menjelaskan bahwa tanggal 6-10 Juli nanti akan ada Masa Orientasi Santri. Dalam 3 hari pertama, orang tua boleh mendampingi anak-anak hingga KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) selesai. Hanya 3 hari, iya 3 hari. Dan di hari ke empat dan lima, orang tua dipersilakan pulang setelah mengantar, tidak peduli si anak akan menangis meronta-ronta, muntah-muntah, atau apalah apalah...

Sejak jauh-jauh hari saya selalu membisikkan pada Amay bahwa ketika sekolah nanti saya akan mengantar, kemudian saya pulang, dan jika waktu pulang tiba saya akan menjemputnya. Dia mengangguk setuju. *Hah, nyicil lega. Semoga semua berjalan dengan semestinya ketika waktunya tiba nanti. Aamiin...

Nah, masalah yang muncul saat ini justru bukan dari Amay, akan tetapi dari Pak Yopie, Papa Amay. Huh, gimana siih, ini koq malah suami saya yang bingung? Iya, beliau khawatir dan sering ragu, apa Amay bisa? Apakah Amay kuat menghadapi ujian ini (halah lebay)? Takutnya nanti Amay menangis.

Tapi karena saya adalah mantan guru TK, saya meyakinkan suami bahwa sounding yang kita lakukan setiap hari insya Allah ada hasilnya. Dan yang paling penting, dukungan dari orang tua harus penuh. Artinya, orang tua pun harus ikhlas meninggalkan anaknya untuk diasuh orang tua barunya di sekolah. Kalau orang tua resah, anak juga akan merasakan hal yang sama. 

*Mohon do'anya ya semua, semoga Amay menjadi anak yang sholih, mandiri, kuat dan tangguh. :)

Dan selain tahun ajaran baru 2015/2016, tahun ajaran baru yang juga mengena di hati saya adalah tahun ajaran 1993/1994. Yap, 22 tahun yang lalu. *Lebih berasa lagi tuanya ketika menulis inih. :P

Tahun itu, saya mulai mengenakan seragam putih merah. *Yeaayy, masuk SD. Akan tetapi ibu saya sudah mewanti-wanti bahwa saya hanyalah anak bawang karena baru berusia 5 tahun. Ya, meskipun faktanya saya bisa naik ke kelas 2 di tahun berikutnya.

Nah, yang paling mengena adalah di hari pertama itu, saya bak ratu. Ibu saya menyiapkan sarapan sambil menyuapi saya. Bapak menyetrika seragam saya, dan setelah saya pakai, beliau yang merapikan juga. Dan tidak mau kalah, Uti saya, nenek dari ibu yang tinggal persis di sebelah rumah orang tua saya. Beliau khusus datang pagi-pagi untuk melihat saya berbalut seragam baru. Tak cuma itu, Uti pun membantu saya dengan memakaikan kaos kaki. 

Kebayang kan, bahagianya saya di hari itu? Wajar saja kalau saya masih mengingatnya hingga detik ini, hihi...

Read More

Mau Kredit Motor atau Kredit Tanpa Agunan? Cermati Dulu di Cermati.Com

Sunday, June 14, 2015

Saya mungkin termasuk orang yang beruntung karena memiliki banyak teman baru yang baik. Beberapa teman tersebut saya temukan dalam sebuah komunitas ibu-ibu yang produktif menulis. Kami terhubung di sebuah grup di media sosial. Setiap hari kami bertukar kabar, bertukar ide, cerita, bahkan saling curhat dan menyemangati satu dengan yang lainnya.

Kemarin, mengawali pagi, saya mencurahkan perasaan saya pada teman-teman. Berawal dari rasa syukur yang teramat dalam karena putra sulung saya yang berusia 4 tahun, Amay, telah diterima di sebuah sekolah yang insya Allah baik, dan berbiaya terjangkau. Sebut saja sekolah itu dengan Sekolah A. Sekolah A sebelumnya pernah saya datangi, namun sayangnya, pendaftaran disana telah ditutup karena quota telah terpenuhi. Dan kemarin, saya kembali dihubungi oleh salah seorang guru yang mengabarkan bahwa ada seorang calon anak didik yang mengundurkan diri dan jika saya dan suami berkenan, Amay bisa didaftarkan untuk menggantikan posisi tersebut. Hmmm...inikah yang namanya "jodoh pasti bertemu"?

"Rezeki untuk Amay," kata salah seorang sahabat. Bagaimana tidak? Sebelumnya, kami telah berputar-putar di sekitaran tempat tinggal kami untuk mencari TKIT yang berkualitas. Dari beberapa sekolah yang kami datangi, kami tertarik untuk memasukkan Amay di sebuah sekolah yang biaya masuknya saja hampir menyamai biaya masuk kuliah. Sebut saja sekolah itu dengan Sekolah B. Dan rezeki memang tidak lari kemana. Kemarin akhirnya kami memutuskan untuk mendaftarkan Amay ke sekolah pilihan pertama. Dengan kualitas yang insya Allah sama, kami cukup membayar sepertiga dari sekolah B. Untung saja, kami belum membayar biaya apapun selain uang pendaftaran sebesar Rp 200.000,-

Bagi saya, selisih biaya tersebut adalah nilai yang cukup besar. Bayangkan saja, biaya sekolah di Sekolah B sama dengan biaya sekolah tiga orang anak di Sekolah A. Alhamdulillah, dengan memilih Sekolah A, saya dan suami bisa mengalokasikan dana tersebut untuk keperluan lain. Nah, rencananya, sisa dana sekolah tadi akan saya wujudkan dalam bentuk kendaraan, supaya saya tidak repot lagi untuk mengantar dan menjemput Amay saat sekolah nanti.

Untuk itu, sesuai dengan saran teman-teman, saya membuka cermati.com sebagai wawasan sebelum membeli kendaraan yang baru.


Saya kemudian mengarahkan kursor pada pilihan PINJAMAN, kemudian saya klik Kredit Motor, lalu muncullah halaman berikut ini;



Lalu setelah memilah dan memilih, saya menjatuhkan pilihan pada motor matic. Alasannya hanya satu, ada ruang di depan untuk Amay berdiri, hehe... Apalagi saya adalah seorang ibu berjilbab yang lebih sering mengenakan rok. Mengendarai motor dengan model seperti ini, saya tidak perlu khawatir rok yang saya kenakan akan tersingkap.


Iya, saya ingin sekali membeli motor Yamaha Mio J CW. Saya pernah mencoba mengendarai motor itu sebelumnya, pinjam tetangga. :D

Saya pun mencari tahu, berapa harga motor incaran saya itu. Lalu, dengan dana yang saya punya sebagai uang mukanya, berapakah yang mesti saya sisihkan tiap bulannya untuk membayar angsuran? Oh, beruntung sekali, cermati.com menyediakan kolom Simulasi Kredit, dan kita bisa memilih Multifinance dan mengisi kolom Uang Muka sesuai kemampuan kita, sehingga kita langsung bisa mengetahui besaran angsuran setiap bulannya. 


Tidak hanya memberikan informasi tentang kredit motor, cermati.com pun memberikan pengetahuan pada pembacanya melalui artikel-artikel yang sangat bermanfaat. Oya, ke depannya, jika saya ingin "ambil" rumah, cermati.com menjadi tujuan saya mencari tahu. Tidak perlu repot-repot ke bank untuk bertanya, tidak juga harus menahan malu tanya si anu atau si itu.

Kalau belum punya uang muka untuk kredit rumah? Eh, ternyata bisa lho.. Gak percaya? Klik ini saja. Kemarin sih beberapa teman memberi saran, kalau mau membeli rumah, pakai jurus dana talangan Bank saja. Nah, saya mulai "kepo" nih, Bank mana ya yang kira-kira bisa disasar untuk membantu mewujudkan mimpi kami memiliki rumah sendiri? Ada informasi tentang Kredit Tanpa Agunan dan Kredit Multi Guna. juga.

Wah, saya harus benar-benar cermat nih. Tapi saya sudah nggak bingung lagi, karena ada cermati.com, gudangnya informasi. Mau membandingkan suku bunga di tiap bank, biaya-biaya tambahan lainnya, persyaratan-persyaratannya, hingga besarnya plafon pinjaman, semua ada. Tenang saja!

Sekarang tinggal kencengin do'a saja, supaya kendaraan dan rumah impian saya bisa terbeli. Mohon do'anya yaa.. :)


Read More

Pengumuman Pemenang "Giveaway Menyambut Ramadhan"

Saturday, June 6, 2015

Assalamu'alaikum semuaaa...

Deg-degan ngga menanti pengumuman ini? Hihi...

Jujur, saya bingung sekali memlihnya saudara-saudara... Terus terang ada beberapa finalis yang tulisannya langsung saya bookmark begitu setor. Saya baca-baca lagi beberapa kali, karena semua bagus-bagus sekali. Namanya Ramadhan pasti kesannya mendalam, apalagi ketika kita masih kecil, ya kan? Tapiii, karena hadiahnya cuma 3, saya harus pilih 3 pemenang saja, huhu sedihnyaaa... Pengennya sih bisa memenangkan semua finalis-finalis itu tapi apa daya? Semoga kelak di giveaway berikutnya kita bisa kembali bersua yaa..aamiin..

Jadiii, dengan ini saya memutuskan, pemenang giveaway ini adalaaah:

1. Pakde Abdul Cholik
 http://abdulcholik.com/giveaway/nostalgia-ramadhanberpuasa-di-india

Alasannya: karena pakde sudah jujur pernah batal puasanya, hihi.. Nggak ding.. Alasannya karena pengalamannya unik (unik dalam arti anti mainstream ya kawan-kawan), komplit, lucuuu dan juga menarik. Saya sangat suka gaya berceritanya, berkali-kali baca tapi masih bisa ngakak. *hadeuh, udah kayak komentator saja.

"Saya sih, yes." *eh, lha koq niru gaya Anang?


2. Ika Hardiyan Aksari
http://ichaituika.blogspot.com/2015/04/ohmukena-parasit.html

Alasannya: karena saya tertohok dengan kalimat ini: "Untuk duniawi mau mengeluarkan uang segepok, kenapa untuk urusan dengan Allah jadi perhitungan?"
Meskipun kita bisa saja shalat tanpa mukena, asalkan menutup aurat dan pakaian yang kita kenakan tidak ketat, namun saya terkadang miris ketika seorang muslimah menyepelekan mukenanya. Kadang berminggu-minggu nggak dicuci, nggak ganti-ganti, padahal menemui Allah sehari minimal lima kali. Baju untuk pergi berlemari-lemari, tapi mukena cuma punya sebiji. :p :(


3. Noer Ima Kaltsum
http://kahfinoer.blogspot.com/2015/05/mukena-cantik-dari-anak-asuh.html

Alasannya: karena saya bisa menangis saat membaca tulisannya. Saya merasakan cinta dari mukena pemberian muridnya. Bahkan berkali-kali saya mengaminkan doa Bu Ima untuk anak asuhnya itu. :)


Jadii, untuk pemenang, saya tunggu alamatnya yaa.. :)
Terima kasih sudah berkenan meramaikan giveaway ini. Dan dari lubuk hati yang terdalam, saya memohon maaf apabila ada kesalahan.

Selamat mempersiapkan Ramadhan ya teman-teman... Semoga Ramadhan ini menjadi Ramadhan yang lebih baik dari Ramadhan sebelumnya. Aamiin.. :)




Read More

Tiada Alasan Tak Menanam

Tuesday, June 2, 2015

Suatu hari, saat keluarga besar berkumpul di rumah bapak, keponakan kecil kami kehilangan wajah cerianya. Batuk, pilek, demam, membuatnya rewel sepanjang hari. Semua makanan ia tolak. Tiba-tiba suami teringat khasiat air kelapa muda. Segera saya meminta tolong pada bapak untuk memetik kelapa muda yang ada di belakang rumah.

Beberapa saat setelah meminum air kelapa muda, panas badan keponakan kami berangsur normal. Senyum sudah kembali menghiasi wajahnya yang mungil. Ia pun mulai tertarik untuk makan.

"Alhamdulillah," seru semua yang ada di rumah. Saya kemudian berkata, "Nanti kalau sudah punya rumah, aku mau menanam pohon kelapa, ah!" Langsung ditimpali oleh bapak, "Ya, harus itu!" Dari nada suara yang terdengar serius, ucapan bapak seolah menyiratkan bahwa menanam pohon kelapa adalah sebuah kewajiban.

Untuk urusan tanam-menanam, saya memang terinspirasi dari bapak dan ibu. Mereka tidak hanya menanam buah-buahan seperti mangga, pisang, rambutan, jambu, atau belimbing, namun juga tanaman hias. Beberapa kali tanaman hias yang ibu tanam dibeli orang untuk dekorasi walimah. Kami juga bisa berhemat karena dapat menikmati buah-buahan saat musimnya tiba, sepuasnya, tanpa harus membeli.

Saya jadi teringat ketika beberapa tahun lalu harga kelapa di kota kami melambung tinggi. "Kok bisa, ya?" tanya saya yang kemudian dijawab ibu, "Karena kita mulai malas menanam." Serupa dengan kejadian hilangnya jahe di pasaran yang membuat harganya meroket, juga cabai dan tomat. Padahal, menanam cabai, tomat, jahe, bahkan kelapa sekalipun, tak membutuhkan perawatan yang rumit.

Jika ada yang enggan menanam karena alasan lahan yang sempit, hal ini bisa kita maklumi untuk pohon semacam kelapa dan buah-buahan. Namun hal itu tidak berlaku untuk tanaman semisal cabai, tomat, juga empon-empon seperti jahe. Saya sudah membuktikannya sendiri.

Saya menggunakan plastik kemasan gula pasir atau minyak goreng. Plastik itu saya isi dengan tanah, lalu saya tusuk-tusuk di beberapa bagian untuk sirkulasi udara dan air. Kemudian, saya sebar biji cabai atau tomat yang telah membusuk di tanah tersebut. Sesederhana itu.

Beberapa bulan kemudian, hasilnya akan kita tuai. Rasanya sangat nikmat ketika bisa menikmati makanan dari kebun sendiri. Kita juga bisa mengurangi sampah plastik dengan menggunakannya kembali sebagai media tanam.

Jadi, tidak ada alasan tak menanam, kan? Apalagi manfaatnya akan kembali pada kita.


*Tulisan ini dimuat di majalah Ummi edisi Desember 2014
Read More