Ketika Saya Menjadi Seorang Ibu; Antara Ekspektasi dengan Realita

Saturday, October 21, 2017

Dulu, waktu Amay masih dalam penantian, saya pernah bikin status seperti ini di Facebook.


Idealis banget ngga sih? Hihihi...

Idealis banget sepertinya, jika melihat kenyataan yang ada sekarang. Dulu, waktu  belum ada anak-anak, bayangan saya, saya akan menjadi seperti ini:

1. Bangun paling pagi, lalu beres-beres, dan ketika anak-anak bangun, saya tinggal menyediakan energi full buat mereka

Itu ekspektasi, realitinya?

Bangun kadang-kadang kalah pagi sama Amay. Wahaha, emak macam apaaa saya ini? Jadi, waktu yang "dalam bayangan saya" seharusnya bisa buat main, nemenin mereka belajar atau apalah, malah jadi buat ngelarin pekerjaan rumah tangga yang seolah tidak ada hentinya.

Hari Rabu yang lalu, saya bahkan sampai buat status di facebook.  *wakaka, status lagi. *biarin, kerjaan emak kan emang curhat di status. Statusnya panjaaaang lho, menandakan bahwa saya sedang pengen curhat banget, hahaha...
Pagi ini. Aga teriak-teriak minta makan. Padahal bangun tidur tadi udah disuapin sama tantenya, makan sepiring berdua sama Mas Amay yang sudah 3 hari ngga sekolah karena terkena cacar air.
Mama yang lagi cuci piring dan berbagai perkakas bekas memasak, terpaksa mendiamkan, karena kalimat, "Sabar, nasinya belum matang.." udah ngga mempan. Karena merasa dicuekin, Aga sakit hati, lalu masuk ke kamar. Nangis dia.
Mama minta Mas Amay temani adeknya, ajak main kek, ajak nggambar kek, tapi Mas Amay sibuk sendiri membuat gambar Pancasila di laptop. Dia memang lagi suka nggambar di sana.
Selesai cuci piring, Mama ke kamar. Peluk si baby yg nangis, gendong. Setelah Aga agak tenang, Mama mulai ngomong. Amay, entah dapat wangsit darimana, dia ke kamar, nyusul Mamanya.
"Mas Amay, adek Aga, lapar ya?" Keduanya kompak mengangguk. "Tapi tadi kan sudah makan, sekarang sabar dulu sebentar tunggu nasinya matang."
"Tangan Mama kan cuma dua, Mama masih harus nyapu, ngepel, beresin tudung saji yang dikasih bantal terus tadi kalian jadiin mobil-mobilan, benerin kasur papa yg tadi kalian jadiin perosotan, nyetrika, ambil cucian di jemuran, belum nyuci baju juga.. Kira-kira Mama harus mulai dari mana nih? Ada ide ngga?" Dua-duanya diam.
"Tolong ya, bantu Mama. Jangan pada rewel dulu. Mainnya bareng-bareng." Tambah saya, sambil bergegas menuju tumpukan buku yang udah jadi entah apa.
Tiba-tiba Amay nongol. "Mama sapu tebah dimana?"
"Mau buat apa?" Mama udah positive thinking dong, wah kayaknya dia mau rapiin kasur deh.
"Mau buat pukulin lalat." Jawabnya dengan muka lempeng. Yaaah, kirain mau bantuin. Mama kuciwa.
*Karena nasehat ngga selalu didengar saat itu juga.
*Akhirnya Mama putuskan untuk nulis status dulu aja. 😝😝😝😝
Tuh, dibaca lagi yaa, xixixi... Ini biasanya saya teriak-teriak lho, tapi karena kebetulan hari itu saya warasbanget, jadi cuma didiemin. *astaghfirullah

2. Nggak Mau Marah-Marah, Harus Penuh dengan Kelembutan, Biar Dikenang Tutur Katanya

Itu ekspektasi. Realitinya? 

Seperti yang saya tulis di poin pertama, kalau lagi warasbanget, saya bisa becandain mereka yang sedang in bad mood. Tapi seringnya Mama kelepasan, dan teriakannya ngalahin Nicky Astria. Hahaha...

Maafkan Mama ya Mas Amay dan Dek Aga, Mama bukan ibu peri yang senyumnya selalu berseri-seri, juga bukan malaikat yang bisa bertahan dengan tumpukan penat. *meweklagiiii

when mommy is screaming. picture taken from chilldad.com


3. Ingin Dikenang Masakannya

Ekspektasinya begitu, realitinya, saya ngga pinter masak. Saya memang jarang beli, tapi masakan saya buat keluarga, terus terang selalu amat sangat sederhana. Entahlah apakah masakan saya bisa dikenang sebagai masakan terlezat di dunia oleh anak-anak saya, seperti ketika saya mengenang masakan almarhumah ibu saya.

4. Ingin Dikenang Belaiannya

Saya sering sih membelai-belai mereka. Menciumi mereka pun bisa puluhan, bahkan ratusan kali sehari. Meski untuk Amay, karena dia sudah agak besar, laki-laki pula kan, jadi intensitasnya sudah agak berkurang. 

Tapi kalau kelelahan, Amay biasanya cari saya, koq. Dia akan minta dipijit kakinya. Yah, semoga yang begini begini dikenangnya juga yaa.. Semoga yang diingatnya dari saya bukan hanya marah-marahnya saja. Karena sedih ih, Amay pernah bilang gini, "Kalau Mas Amay kan hobinya 2,  membaca sama menggambar, kalau Mama hobinya ada 3; nyanyi, nulis, sama marah-marah."

Kejujuran terkadang memang menyakitkan, ya kan?


Kayaknya ekspektasi Vs realiti versi saya  itu dulu deh ya, sama kayak Mbak Rani R Tyas, ntar kalau ingat tak tambahin lagi. Hahaha... Kalo soal ingin melahirkan secara normal tapi malah harus Caesar, saya anggap itu bagian dari takdir. Hehe..

Baca Ekspektasi Vs Realiti punya Mbak Ran di sini dan punya Mbak Widut di sini yaa..

Read More

Libur Akhir Tahun Ke Mana? Waterbom Jakarta Saja! Nih, Ada Voucher Promonya.

Thursday, October 19, 2017

Sulung saya, Amay, tahun ini sudah resmi menjadi anak SD. Waktu kenaikan kelas kemarin, yang kebetulan bertepatan dengan momen lebaran, mama mertua saya berkata, “Sekarang kalau Nin pengen ngajak jalan-jalan, berarti harus nunggu liburan dulu ya?” begitu menyadari bahwa setelah menjadi anak SD, tentu tak bisa seenaknya sendiri bolos sekolah seperti waktu TK dulu.
Ya, dulu waktu Amay masih TK, kami sempat mengunjungi Aki dan Nin di Makassar. Saat itu Amay bolos sekolah selama hampir seminggu, karena kami pergi di bulan Maret, dimana saat itu belum saatnya libur sekolah. Sekarang, tak bisa begitu lagi. Jika tidak terlalu urgent, Amay harus tetap sekolah. Jika ingin berlibur, ya benar-benar harus cari waktu libur panjang, yaitu di liburan semester dan di liburan kenaikan kelas.


Memasuki bulan Oktober, Aki dan Nin-nya anak-anak sudah merencanakan untuk kumpul keluarga akhir tahun nanti. Selain untuk menyegarkan otak setelah kurang lebih enam bulan dipaksa belajar dan bekerja keras, momen berkumpul dengan keluarga juga bertujuan agar hubungan dengan keluarga besar semakin erat. Yaa, Amay dan Aga kan hanya punya waktu sedikitnya dua kali saja dalam setahun untuk bertemu dengan sepupu-sepupunya, juga Aki-Nin dan Om-Tantenya. Jadi, waktu liburan jadi waktu yang tepat untuk mempererat silaturrahmi antar keluarga.
Di libur akhir semester nanti, rencananya kami akan berkumpul di Jakarta, di rumah De Ine, adik suami. Jakarta dipilih karena akhir tahun lalu kami sudah menghabiskan liburan bersama di Solo, tempat tinggal saya. Gantian ceritanya.


Udah tau belum, akhir tahun lalu kami liburan kemana saja? Pertama kami ke Keraton Mangkunegaran. Dari situ saya baru tau kalau Paundra artis itu ternyata keturunan Raja Solo, hihi... Kudet banget ya saya? Lama tinggal di Solo ternyata tak berbanding lurus dengan bertambahnya wawasan saya tentang kota ini, hiks hiks...



Setelah seharian belajar sejarah di Keraton dan pulangnya mencicip kuliner Solo di Cafe Tiga Tjeret, hari berikutnya kami ke Candi Ratu Boko, tempat syutingnya Ada Apa Dengan Cinta 2 itu.
Lhooo, koq ke Jogja? Iya, karena kami juga ingin berlibur ke pantai di Gunung Kidul. Kenapa pantai menjadi tujuan akhir? Ibarat sebuah pertunjukan, penutupnya haruslah mengagumkan, hehe... Maka sesuatu yang berbau air, haruslah ditaruh belakangan. Tentu tujuan lainnya adalah supaya main pasir dan main airnya puas. Kebetulan kami semua suka sekali dengan pemandangan pantai.


Nah, liburan akhir tahun besok, sejujurnya kami belum ada ide mau ke mana. Mama mertua sih pernah berujar bahwa beliau ingin menjelajahi Kepulauan Seribu. Saya sih ngikut aja lah. Apalagi kalau melihat foto-foto di google yang menggambarkan wujud Kepulauan Seribu yang belum pernah saya kunjungi itu. Duh, rasanya ngga sabar ingin buru-buru Desember.
Semoga ngga ada halangan deh yaa... Aamiin...
Beberapa waktu lalu saya juga dapat informasi tentang Waterbom Jakarta yang berlokasi di Pantai Indah Kapuk. Konon katanya, di sana wahana airnya super lengkap, dan konsep tempatnya alami gitu, karena dilengkapi dengan pohon-pohon tropis yang hijau dan rimbun.

Waterbom PIK Jakarta

Ayo mulai nabung, dan jangan lupa juga untuk selalu jaga kesehatan ya teman-teman. Semoga liburannya nanti menyenangkan.

Read More