Sudah setahun ini saya
menggunakan listrik prabayar. Sempat kesal waktu tahu bahwa rumah yang kami beli ini menggunakan listrik prabayar, karena terbayang bagaimana rumitnya
nanti. Ada kekhawatiran, kalau-kalau listrik habis di tengah malam buta, lalu
saya harus bagaimana. Ditambah testimoni beberapa orang, yang mengatakan bahwa
listrik prabayar itu ribet dan boros.
Ternyata, dugaan saya salah.
Memang, jika penggunaan listrik pascabayar dibayarkan sebulan sekali, untuk
listrik prabayar tidak bisa kita tentukan. Seperti ketika membeli pulsa
handphone saja, ketika pulsa habis, kita isi ulang. Jika tidak diisi, ya kita
tidak bisa menikmati.
Nah, seperti pulsa handphone
juga, kita bisa tahu sisa pulsa listrik kita ada berapa. Jadi, sebelum bunyi
tat-tit-tat-tit-nya mengganggu telinga kita dan telinga para tetangga, kita
bisa segera mengisi ulang kembali. Kalau pulsa handphone atau pulsa listrik kita
habis, kita bisa membeli Pulsa Murah Online atau Token PLN online di Tokopedia.
Tentang boros atau tidaknya,
tentu tergantung pemakaiannya. Pengguna listrik pascabayar, bisa terkaget-kaget
dengan tagihan listrik bulanan, karena tidak tahu persis berapa banyak listrik
yang sudah dia gunakan. Ya, hanya bisa mengira-ngira saja. Tapi untuk pengguna
listrik prabayar, kita bisa mengontrolnya.
Setelah menggunakan listrik
prabayar, entah mengapa, saya merasa lebih bijak dalam menggunakan listrik
dibanding saat saya menggunakan listrik pascabayar. Mungkin karena saya takut
pulsa listriknya cepat habis, karena akan sangat gawat jika pulsa menipis di
tanggal tua, ya kan?
Makanya, saya pun menerapkan
tips-tips yang teman-teman saya bagikan untuk menghemat listrik. Diantaranya
adalah:
1. Menggunakan air panas untuk
memasak nasi
Ini efektif lho, karena magic com
termasuk alat listrik yang menghabiskan banyak energi. Apalagi saat memasak
nasi.
Selain menghemat listrik,
menggunakan air panas untuk memasak nasi juga bisa menghemat waktu. Nasi jadi
lebih cepat matang. Nah kan, dapat 2 keuntungan sekaligus.
2. Mencabut kabel magic com setelah
makan
Setelah makan –terutama setelah
makan malam-, biasanya saya mencabut kabel magic com, dan saya pasang lagi beberapa menit menjelang waktu makan berikutnya.
Selain menghemat listrik,
mencabut kabel magic com juga bisa mencegah nasi cepat kering. Ini bisa sekaligus
menghemat nasi, karena nasi kering kan nggak bisa dimakan dan biasanya akan
terbuang sia-sia. Oya, nasi kering juga bisa ikut mengelupaskan lapisan teflon
lho. Kan bahaya...
magic com
3. Mencabut kabel pompa air setelah
torn penuh
Jujur, hal ini belum saya lakukan secara rutin karena sering terlupa. Tapi tips dari teman saya ini perlu dicoba lho.. Sepertinya
akan banyak menghemat energi, apalagi jika bak penampung air kita memiliki
tombol otomatis yang akan menyala setiap kali berkurang isinya.
Coba, hitung saja per hari pompa
air kita menyala berapa kali. Lakukan tips ini, nyalakan pompa air sehari tiga kali saja, yaitu saat pagi, siang
dan sore, lalu kita lihat perbedaannya.
4. Tidak menyalakan dispenser
Selama ini saya menggunakan
dispenser untuk membantu menuang air minum saja. Saya hanya menyalakannya jika saya
kehabisan gas, sementara saya ingin minum minuman hangat. Untuk air dingin, kan
ada kulkas. :D
5. Matikan alat elektronik saat
tidak diperlukan
Memiliki rumah di perumahan, yang
dindingnya berbagi dengan dinding tetangga, biasanya memiliki permasalahan
utama pada pencahayaan. Alhamdulillah, rumah saya termasuk cukup cahaya, karena
masih ada sisa lahan di belakang rumah, sehingga cahayanya bisa dimanfaatkan.
Di perumahan-perumahan yang
sering saya temui, posisi yang paling sering disepelekan adalah posisi kamar
mandi, yang biasanya terletak di antara kamar tidur satu dan kamar tidur yang
lain. Posisi ini menyebabkan pencahayaan ke dalam kamar mandi sangat kurang,
sehingga di siang hari pun memerlukan cahaya lampu. Nah, kita bisa menghemat
energi listrik dengan cara mematikan lampu saat keluar dari kamar mandi. Dan
jangan lupa, gunakan lampu LED, supaya lebih hemat lagi.
Lampu LED from tokopedia.com
Selain mematikan lampu saat tidak
digunakan, mungkin kita bisa mulai membiasakan diri untuk mematikan handphone
saat tidur malam. Bila perlu, cabut pula kabel televisi sebelum kita tidur di
malam hari.
Sepertinya hanya itu tips dari
saya, barangkali diantara teman-teman ada yang mau menambahkan di kolom
komentar?
Tulisan ini bisa menyebabkan darah tinggi dan emosi yang tak terkendali. Ini murni pendapat saya pribadi. Silakan pergi sebelum kalian sakit hati. :D
Sengaja saya nulis tentang Rina Nose setelah berita tentangnya agak mereda. Karena kalau pas lagi panas-panasnya, takutnya dikira saya mendompleng ketenaran, atau sengaja nyari pageview aja. Haha.. Padahal alasan sebenarnya adalah karena saya baru sempat nulis aja. Harapan saya sih, kalau situasinya sudah agak kondusif, tulisan saya ini bisa diterima dan ditelaah dengan kepala dingin. Nggak pakai emosi lagi.
Emang mau nulis apa sih? Kayak penting aja..haha..
Bukannya mau ngaku-ngaku atau apa, tapi saya dan Rina Nose memiliki beberapa persamaan. Apa sajakah itu?
1. Hidung Pesek
Kata ibu, waktu kecil hidung saya pesek parah. Tapi terus tiap hari ditarik-tarik biar mancung, dan katanya sekarang agak mendingan. Padahal semendingan-mendingannya saya sekarang, ya tetep hidungnya tak bertulang. Dan itu nurun ke Amay.
Jadi, misalnya hidung saya atau Amay ditekan dengan tekanan tanpa energi berlebih pun, lubang hidung saya dan Amay bisa benar-benar ketutup. Luar biasa kan? :D
Tapi alhamdulillah, saya mah bersyukur aja dengan bentuk hidung ini. Alhamdulillah masih bisa bernafas to? Malahan suami saya yang hidungnya mancung, beberapa kali mengalami kesialan karena hidungnya nabrak tembok. Haha... *sorry, Pa..
Jadi kalau ada yang menganggap hidung pesek adalah sebuah kekurangan, ia benar, karena pesek itu artinya kurang mancung. ☺☺
Kalau menganggap hidung ini buruk? Ya nggak apa-apa juga, orang perfect mah bebas. ✌✌
Udah ah.. lanjut ke persamaan nomer 2 yaa...
2. Punya Gingsul
Saya tau Rina Nose sejak dia berduet dengan Ki Daus di suatu acara. Dulu, giginya masih berantakan, seperti punya saya. Nggak tau deh, diantara empat bersaudara, cuma saya yang giginya gingsul ngga teratur. Mbak Ita, Mas Pepi, Opik, giginya rapi-rapi semua.
Tapi sekarang, Rina Nose udah merapikan giginya. Saya juga pengen sih sebenarnya, tapi belum tau kapan.
Rina Nose
3. Suka Menyanyi
Rina Nose sering banget nyanyi di smule. Suaranya baguuuus.. Dia juga sering tuh, niruin suaranya Nike Ardilla sampai Siti Nurhaliza. Lihat video-videonya, kadang bikin ketawa. Lucu soalnya.
Kalau saya, jangan ditanya, wkwkwk.. Saya suka nyanyi juga, sama. Cumaaaa, Mas Yopi lebih sering nyuruh diem. Berisik katanya, noisy.
:: Naaah, ini yang terakhir. Pelan-pelan aja ya bacanya, karena ada hubungannya dengan hijab ::
4. Pernah Gamang dalam Berhijab
Saya bisa berjilbab seperti ini, memerlukan proses yang tak sebentar. Dulu pernah ingin sekali pakai jilbab saat Sulis dan Haddad Alwi sedang booming lewat sholawat "Yaa Thoyybah". Kenapa? Karena saya pengen seperti Sulis, nyanyi dan punya album, hahaha... Sempat pakai jilbab kalau di rumah, tapi ke sekolah engga. Itu jaman SMP, tahun 2000.
Kelas 2 SMP, saya sekelas dengan Siti Badriyah. Dia teman dekat saya saat itu. Orangnya cantik, santun, lembut sekali, dan dia pakai jilbab. Di kelas juga ada Nadia Nurani Isfarin yang tak kalah cantiknya. Berjilbab juga. Nah, saya pengen kayak mereka. Pengen pakai jilbab, tapi karena pengen ketularan cantik dan anggunnya. Haha..
Saat masuk SMA, sempat kaget karena dua sahabat saya yang lain tiba-tiba pakai jilbab juga. Azizah dan Isnaeni Rokhimah. Sempat kesel, "iiiih, koq nggak bilang-bilang sih? Aku kan pengen pakai jilbab juga." Tapi ya cuma sebatas itu saja, nggak benar-benar merealisasikan keinginan, karena kelas 1, seragam masih baru, dan udah terlanjur dijahit pendek kan...
Hari demi hari berlalu, saya nggak ingat lagi dengan keinginan untuk menutup aurat itu. Apalagi waktu itu saya pacaran, makin jauh deh pokoknya.
Dan saat itu ada teman laki-laki yang memang "lurus", tiba-tiba nanya, "Jarene arep nganggo jilbab, Rin? (katanya mau pakai jilbab, Rin?) Kapan? Bohong!" Saya tersinggung, dan langsung menjawab, "Ngatur amat sih!" (Semoga dia nggak baca yaa.. Orangnya sih udah nggak ada di friendlist saya. Nggak tau juga kenapa dia unfriend, mungkin dia males punya teman macam saya. 😅😅)
Nah, baru di tahun berikutnya, ketika saya kelas 3 SMA (Agustus 2004 tepatnya), hidayah itu kembali datang. Memang, ketika Allah sudah berkehendak, maka semuanya menjadi mudah. Padahal, waktu itu ibu saya bilang, "Tanggung, Nduk, wis arep lulus." Iya sih, sekolah tinggal setahun, masa mau ganti seragam? Apalagi keluarga saya memang bukan dari kalangan "the have" yang bisa ganti seragam tiap tahunnya yaa...
Tapi karena saya memang sudah mantap, akhirnya tercetuslah ide untuk menjual cincin dan anting. Ibu menyanggupi, dan esoknya langsung ke pasar untuk membeli bahan. Seragam OSIS beli jadi, sementara seragam identitas sekolah, mesti beli bahan dan menjahit di penjahit langganan. Untuk seragam Pramuka, atasannya beli, dan roknya pakai kain yang rencananya akan dipakai untuk membuat celananya bapak. Seragam olahraga, kebetulan saya dapat hibah celana training dari Bulik Ning. Dan untuk kaosnya, seorang teman memberi ide untuk diganti lengan ke penjahit. Jadi lengan pendeknya dipotong, diganti lengan panjang dengan bahan dan warna yang sama. Murah, cuma habis 15 ribu rupiah.
Ya, dan semua berjalan begitu saja dengan mudahnya. Padahal saat itu keadaan ekonomi kami sedang parah-parahnya.
Oya, saya harus ceritakan ini juga.
Karena mungkin melihat jilbab saya kurang layak (pendek dan agak tipis), seorang teman, Irvani Nuruziah namanya, menawarkan diri untuk mengambilkan jilbab dari Rohis Putri. Jadi, anak-anak Rohis yang sudah berjilbab lebar, biasanya menyumbangkan jilbab ukuran standar dari sekolah, karena sudah tidak dipakai lagi. Nah, saya dapat jilbab biru untuk dipasangkan dengan seragam identitas, dari Rohis itu. Alhamdulillah, untuk jilbab putih dan jilbab cokelat sudah ada. Karena saya memang butuh, tentu saya menerima dengan senang hati dan penuh kegembiraan. Alhamdulillah, Alhamdulillah, ada yang membantu saya berjilbab dengan lebih baik lagi.
Lalu hubungannya apa dengan Rina Nose?
Intinya, saya mau bilang bahwa butuh ketetapan hati dan niat yang tulus dari dalam diri, untuk menjalankan perintah Illahi. Kalau sesuatu dilakukan karena tekanan atau karena ingin terlihat baik di mata orang, yakin deh, nggak akan bisa bertahan lama. Contohnya ya saya sendiri. Pengen pakai jilbab cuma karena ingin terlihat cantik dan anggun, ya nggak jadi-jadi. Tapi pada akhirnya, ketika hati sudah mantap, Allah memberi jalan.
Akan halnya dengan Rina Nose memutuskan untuk menanggalkan jilbabnya, mari kita doakan agar Allah merangkulnya kembali. Menghujatnya, apalagi menghina fisiknya, sungguh tak akan mengubah apapun darinya. Jika ada yang berubah pun, mungkin itu ada pada hatinya yang makin terluka oleh kata-kata kita. Malah jadi nambah dosa kan?
Saya jadi ingat teman saya yang laki-laki itu. Ia mengingatkan saya untuk menutup aurat. Itu baik, tapi caranya ngeselin. Kita memang diperintahkan untuk saling nasehat-menasehati dalam kebenaran, tapiiii, pilihlah cara yang paling bisa diterima. Yang santun, yang tidak menghakimi.
Sahabat-sahabat sholihah saya, mereka nggak pernah nyinggung soal penampilan saya yang saat itu belum berjilbab. Tapi kemudian ketika saya berjilbab, Isnaeni ngajak ngaji tiap hari Jumat sepulang sekolah. Irvani, bantu saya dapat jilbab yang lebih layak. Begitu!
Jadiii, kalau mau ngasih jilbab ya kasih aja. Bila perlu kasihnya diam-diam, nggak usah pakai pengumuman. Irvani ngasih saya jilbab tanpa diketahui siapa-siapa. Itu pun dia menawarinya pelan-pelan banget, seolah takut menyinggung perasaan saya. Itu yang namanya akhlak!
Oya, saya juga pernah membaca di majalah Hidayatullah, sekitar tahun 2OO4 atau 2OO5, saya lupa persisnya.
Disitu diceritakan, Ustadz Arifin Ilham berhasil menyadarkan seorang preman. Dengan apa? Dengan beberapa bungkus makanan untuk sarapan. Saya lupa persisnya, soto ayam sepertinya. Preman itu tertegun, ternyata masih ada orang yang mau berbaik hati padanya, padahal tubuhnya penuh dengan gambar tato. Ia juga sangat jauh dengan agama, saat itu.
Dan bisa ditebak, preman itu akhirnya bertaubat dan menjadi salah satu jamaah majelis dzikir milik Ustadz Arifin Ilham. Ini kisah nyata. Dan ini bisa jadi bukti bahwa kerendahan hati, dan tingginya akhlak, bisa menjadi sarana dakwah yang sangat manjur. Karena kemuliaan akhlak yang dimiliki ustadz Arifin Ilham, saya sih nggak heran ketika ketiga istri beliau bisa bersanding dengan damai dan saling mendukung satu sama lain.
Ustadz Arifin Ilham tidak menghujani preman itu dengan dalil-dalil, bahwa sebagai umat Islam harus sholat, nggak boleh bertato, dll. Macam anak kecil yang beum tau apa-apa, pikat dulu hatinya, baru masuki dengan ajaran-ajaran Islam, step by step.
Begitu pula dengan Rina Nose. Padanya, ayo kita tunjukkan dulu bagaimana seorang muslimah seharusnya mendukung saudaranya. Bukan mendukung dia untuk membuka jilbab tentu saja, tapi menghargai keputusannya saat ini, untuk kemudian merangkulnya, mendoakannya agar mau kembali ke jalan Illahi.
Maaafff, jadi sok bijak begini.
Kadang kita sudah merasa lebih baik daripada orang lain, dari segi agama, dari ibadah, penampilan. Lalu karena itu kita jadi lebih mudah men-cap, melabeli, menghakimi, orang-orang yang tak sepaham dan menurut kita "tersesat". Padahal, sifat seperti itu termasuk sombong, dan kesombongan merupakan pintu masuknya setan.
Saya jadi ingat pesan Bapak suatu hari, "Iblis dikeluarkan dari surga karena apa? karena dia sombong, merasa lebih mulia dari manusia."
So, stop membicarakan dan mencari kejelekan orang lain yaa... Urusi dosa kita masing-masing saja. Karena Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, "Setiap maksiat yang dijelek-jelekkan pada saudaramu, maka itu akan kembali padamu. Maksudnya, engkau bisa dipastikan melakukan dosa tersebut." Na'udzubillah tsumma na'udzubillah.
Hampir semua orang menyukai
musik. Musik seolah menjadi bagian dari hidup, tak hanya sebagai hiburan, tapi
bisa juga jadi ajang untuk mewakilkan perasaan.
Ada beragam genre musik, meski
mungkin di telinga kita tak semuanya terdengar asik. Tapi, nggak harus suka
dulu untuk kemudian hafal seluruh isi lagu. Biasanya, kita bisa tahu isi lagu
karena sekeliling kita memutarnya setiap waktu. Jadi mau nggak mau jadi tahu.
Omong-omong, waktu kecil dulu saya
sering mendengar lagu-lagu almarhumah Nike Ardilla, karena Mbak Ita is a big fan of her. Witing tresno
jalaran saka kulino, dan dari seringnya mendengar lagu-lagunya Nike Ardilla
itulah, saya jadi suka hampir semua lagunya.
Tapi kali ini, saya tak hendak
membahas tentang lagu-lagu lady rocker kesayangan itu. Saya mau mendata *duuh,
mendata, macam sensus aja* lagu-lagu yang dibawakan secara duet, yang telah
menemani masa tumbuh saya dari kecil hingga remaja. Sampai remaja saja yaa,
karena pasca SMA, saya jarang mendengarkan musik lewat radio. Menonton acara
musik di televisi pun jarang. Jadi lagu-lagu setelah masa SMA, nggak
benar-benar merasuk hingga ke jiwa.
Okey, langsung saja ya... Ini dia
duet fenomenal yang menemani masa tumbuh saya dari kecil hingga remaja;
1. Inka Christie – Amy Search
"Bulan madu di awan biru Tiada yang mengganggu Bulan madu di atas pelangi Hanya kita berdua Nyanyikan lagu cinta Walau seribu duka Kita tak kan terpisah..."
Zaman dulu antara musisi
Indonesia dan Malaysia memang akur ya. Lagu-lagu Indonesia pun punya warna yang
senada dengan lagu-lagu Malaysia. Slow rock, dengan range nada yang panjang.
Nah, duet Inka Christie dan Amy
Search di lagu yang berjudul “Cinta Kita”, terdengar di telinga saya entah di
umur saya yang ke berapa. Pokoknya saya masih piyik deh, dan waktu itu TV rumah hanya bisa menangkap dua stasiun
TV, apa lagi kalau bukan TPI dan TVRI? Dan lagu ini kayaknya sering banget
diputar di acara “Album Minggu Kita”.
Sebenarnya mereka berdua berduet
tak hanya di lagu ini saja, tapi yang paling fenomenal ya lagu “Cinta Kita”
ini. Sampai sekarang saya masih sering mendengarnya, terutama kalau sedang di
Majalengka, haha.. Soalnya Ayah dan Mamah mertua sukanya mutar lagu ini di
mobil. Asik sih, meski suami saya suka pusing dengarnya. Yah, seleranya emang
beda.
Mereka berdua membawakan lagu
berjudul “Usah Kau Lara Sendiri”. Waktu pertama kali melihat video klipnya,
saya takut. Asli. Saya ngeri melihat wajah si model video klip yang kurus
kering dan di tangannya terpasang selang infus. Lagu itu memang berisi dukungan
pada sahabat yang terkena AIDS.
Saya dulu sempat bertanya pada
ibu, AIDS itu apa? Tapi apa tepatnya jawaban ibu saat itu, saya tak mampu
mengingatnya. Pokoknya intinya, kalau sudah terkena AIDS, maka sakitnya ngga
akan bisa disembuhkan. Kan, makin seram.
Tapi setelah besar, lagu itu saya
dengarkan kembali, dan saya jadi menyukainya. Musikalitas Ruth Sahanaya dan
Katon Bagaskara, siapa sih yang akan meragukannya? Suara keduanya berpadu
sempurna, meski berbeda warna.
Dan lagu cinta, tak harus melulu
berkisah tentang sepasang kekasih yang sedang kasmaran, kan? Pada sahabat pun,
cinta bisa dengan apik dilagukan.
Pasangan Duet Fenomenal, Broery Marantika - Dewi Yull. Source: YouTube
Diantara dua duet sebelumnya,
mungkin pasangan ini yang paling awet jadi teman duet. Ada beberapa lagu yang
mereka bawakan bersama-sama, diantaranya: Jangan Ada Dusta Diantara Kita, Rindu
Yang Terlarang, dan Kharisma Cinta.
Kalau lagu “Jangan Ada Dusta
Diantara Kita” di-recycle oleh Rossa dengan tetap berduet bersama Almarhum
Broery Marantika, lagu “Kharisma Cinta” dinyanyikan ulang oleh Rio Febrian dan
Margareth.
4. Ari Lasso – Melly Goeslaw
Siapa yang nggak suka lagu
berjudul “Jika”? Itu lagu easy listening banget. Rugi kalau nggak suka, hihi.. Lagu ini jadi lagu pertama yang
dibawakan Ari Lasso pasca keluar dari grup band Dewa 19. Di lagu itu, Melly Goeslaw belum "sebesar" sekarang, hihi... Besar dalam artian sebenarnya lho yaa, haha...
5. Reza Artamevia - Masaki Ueda
Lagu "Biar Menjadi Kenangan" yang dibawakan Reza Artamevia dan Masaki Ueda ini ada saat saya masih SMP. Reza yang terkenal lewat lagu "Pertama" yang juga lekat dengan tarian seksi di dinding ini, menorehkan sejarah karena berduet dengan penyanyi senior kerkebangsaan Jepang.
Lagu ini juga dibuat dalam versi Jepang dengan judul "Forever Peace" dan versi Inggris dengan judul "The Last Kiss". Keren ya?
Ada yang ingat lagu berjudul "Hanya Memuji"? Lagu ini juga menemani masa-masa galau SMP saya dan sering banget diputar di radio.
7. Melly Goeslaw - Eric
Duet Melly Goeslaw feat Eric - Ada Apa dengan Cinta. Source: YouTube.
Melly Goeslaw saat itu memang lagi hobi duet dengan penyanyi cowok. Setelah berduet dengan Ari Lasso, ia pun menggandeng penyanyi baru bernama Eric untuk membawakan lagu "Ada Apa Dengan Cinta" sebagai OST film AADC.
Setelah itu, ia kembali berduet dengan penyanyi cowok bernama Jimmo, untuk soundtrack film "Eiffel I'm in Love" dengan judul "Pujaanku". Tak berhenti disitu, Melly Goeslaw kembali membuat soundtrack film dan berduet dengan Andhika Pratama dengan lagunya "Butterfly".
Melly Goeslaw juga sempat berduet dengan Opick untuk menyanyikan lagu religi berjudul "Takdir". Duh, lagu-lagunya Melly emang bagus-bagus deh. Setidaknya, untuk telinga saya.
Agnes Monica dan Ahmad Dhani berkolaborasi dalam lagu berjudul "Cinta Mati". Karena lagu ini, mereka pernah digosipkan menjalin sebuah hubungan. Lagu ini menemani saya saat SMA.
Selain lagu duet dengan Ahmad Dhani, lagu duet Agnes Mo yang juga menemani masa remaja saya adalah lagu duetnya dengan Yana Julio dalam lagu "Awan dan Ombak" dan Titi DJ dalam lagu "Hanya Cinta yang Bisa".
Dan yang paling nggak bisa dilupakan adalah duetnya bareng Eza Yayang. Inget banget sama video klipnya, mereka terbang pakai baju putih gitu. Sayangnya, saya cari videonya nggak ketemu, cuma lagu aja. Tapi kalau teman-teman kangen, bisa dengerin di sini nih.
9. Anang - Krisdayanti
Duet Anang - Krisdayanti, Makin Aku Cinta. Source: YouTube
Terus terang saya sendiri bingung kenapa sampai lupa dengan mereka. Padahal "Makin Aku Cinta" dan "Jangan Tak Setia" tuh masuk dalam playlist saya di JOOX. Kalau bukan Mak Carolina Ratri yang mengingatkan, mungkin hanya ada 8 list duet di artikel ini. Makasiiiih Mak Carra, makasih juga karena udah jadi komentator pertama, padahal belum juga saya share kemana-mana. Duh, jadi terharu. :* :*
Lanjuut..
Oh ya, sebelum dua lagu yang saya sebut di atas, mereka telah dengan mesranya membawakan lagu "Berartinya Dirimu". Itu lho, yang liriknya begini;
Cintailah diriku untuk selamanya Milikilah diriku untuk selamanya
Gituuu.. Tapi tetep buat saya pribadi, yang benar-benar menemani masa tumbuh saya ya "Makin Aku Cinta" dan "Jangan Tak Setia". Lagu-lagu ciptaan Anang jaman dulu memang asik-asik. Kalau lagu-lagunya yang sekarang, menurut saya agak menurun kualitasnya, hehe... Menurut saya loh ya, nggak tau kalau menurut Mas Anang. LOL
Saya merasa perlu mengenalkan JavaID pada teman-teman pembaca setia blog ini. Karenanya, baca hingga tulisan ini berakhir yaa..
JavaID adalah produk bikinan Afif Taftayani, atau yang akrab dipanggil dengan nama Apip. Dia adalah salah satu karyawan di Akanoma, rekan kerja suami saya di Solo. Orangnya biasa aja (lalu ditoyor sama Apip), tapi idenya boleh juga (kayak nggak ikhlas sebenarnya nulis ini, :p).
Berawal dari iseng karena melihat banyak sekali residu kayu di desa tempatnya tinggal, ia kemudian mempunyai ide untuk mengubah sisa-sisa kayu itu menjadi barang yang bernilai ekonomi. Ia kemudian membuat sebuah merek dagang bernama JavaID. Bisa dibilang, JavaID adalah produk eco-preneurship yaitu usaha "hijau" yang berbasis kepedulian terhadap lingkungan.
wooden clock, salah satu contoh produk javaid
Kenapa Apip memberi nama JavaID? Simply karena dia adalah orang jawa, dan ia berharap JavaID kelak bisa menjadi salah satu oleh-oleh Solo.
Produk JavaID yang saat ini tersedia memang baru berupa wooden clock, tapi jika teman-teman membutuhkan produk furniture, JavaID siap memproduksinya. Doakan semoga sukses yaa...
Oya, mungkin teman-teman sudah pernah melihat produk yang sama seperti ini, tapi, JavaID memiliki beberapa kelebihan.
1. Handmade
JavaID bukan produk pabrikan, karena ia dikerjakan oleh tangan-tangan pengrajin mebel dan furniture dari Boyolali, Jawa Tengah.
2. Menggunakan kayu asli
Seperti yang saya tulis di awal, Apip mendirikan JavaID dengan maksud agar kayu-kayu sisa produksi mebel bisa dipakai kembali. Ia ingin meminimalisir kata "mubadzir". Jadi sudah pasti produk JavaID ini menggunakan kayu asli untuk produknya bukan MDF atau Medium Density Fibreboard. Kayu yang digunakan sementara ini adalah kayu Jati dan Jati Belanda dari keluarga pine.
wooden clock, salah satu produk javaid
3. Bisa Custom Design
Kalau misalnya teman-teman punya bayangan ingin memiliki jam kayu dengan bentuk seperti apa, atau ingin ditempeli foto siluet misalnya, hubungi saja JavaID. Insya Allah Apip dan bapak tukang akan mengusahakannya.
wooden clock produksi javaid, bisa custom design
4. Hand Painting
Ini tak kalah istimewa. Karena produk JavaID bukan produk pabrikan, semua dikerjakan secara manual, bahkan hingga menulis angka jam-nya. Oya, teman-teman juga bisa request JavaID untuk menuliskan quote yang diinginkan. Asik kan?
Kalau teman-teman penasaran dengan produknya, silakan kepoin account instagram JavaID di @javaid.indonesia ya...
Kalau kamu diberi keleluasaan untuk menciptakan sebuah aplikasi, aplikasi seperti apa sih yang mau kamu buat?
- Aplikasi untuk tahu masa depan hubunganmu dengan kekasih?
- Aplikasi untuk merencanakan menu masakan harian yang simpel buat emak-emak macam saya yang suka kebingungan mau masak apa hari ini tapi kalau tanya suami dan anak-anak jawabnya cuma "terserah Mama aja"?
- Aplikasi untuk merencanakan pengeluaran bulanan supaya keuangan kita tetap sehat dan nggak sakit karena utang?
- Aplikasi penghitung kalori buat mereka yang diet?
- Aplikasi yang memudahkan usahawan untuk mencatat modal, omset, laba/rugi?
- Aplikasi wedding organizer, supaya memudahkan calon pengantin untuk mengurus pernikahannya, tanpa harus khawatir dengan pembengkakan budget?
Apapun ide kreatifmu, ayo deh wujudkan di IWIC11. Apa itu IWIC11? IWIC11 adalahIndosat Wireless Innovation Contest ke 11. Iya, ini adalah tahun ke-11 diselenggarakannya kompetisi ini. Diresmikan tanggal 25 September 2017 lalu, tujuan kompetisi ini adalah untuk mendorong daya saing bagi para talenta muda Tanah Air, agar tidak hanya puas sebagai pengguna atau konsumen saja, tetapi juga bisa ikut andil sebagai pencipta produk digital & startup.
Peserta IWIC tidak terbatas hanya di Indonesia saja, tapi juga datang dari berbagai negara, antara lain Jepang, Filipina, Myanmar dan beberapa negara lainnya.
Indosat IWIC11
Kalau ada kata "Kompetisi", pasti yang jadi daya tariknya adalah hadiah. Tentu, IWIC11 juga menyediakan hadiah. Pokoknya, ini kesempatan mewujudkan IDE menjadi DUIT.
Mau tahu hadiahnya apa? Ada total hadiah ratusan juta rupiah untuk 24 pemenang kompetisi IWIC 11 ini. Wow yaaah!!!
Nah, tertarik untuk ikutan? Semua boleh ikutan kok. Tua-muda, besar-kecil, profesional maupun pemula, karena memang ada beberapa kategori, seperti:
1. Kids & Teens --> untuk anak-anak setingkat SD, dan remaja setingkat SMP dan SMA
2. Beginner
3. Professional
4. Women & Girls
Kategori-kategori ini akan berkompetisi untuk sub kategori berupa ide dan aplikasi di bidang Entertainment, Utility, Media (social media, chatting, e-book) dan juga Special Needs. Para peserta pun dapat membuat ide aplikasi untuk sistem operasi Android, iOS, dan Windows Mobile.
Kenapa kamu harus mengikuti kompetisi ini? Karena:
1. Ada hadiah total ratusan juta rupiah untuk para pemenang.
2. Ide dan aplikasi yang kamu buat akan mudah dikenal masyarakat luas.
3. Ada bimbingan dari para ahli untuk mengembangkan idemu.
4. Kamu akan memiliki banyak pengalaman, karena ada berbagai kesempatan untuk mengunjungi berbagai perusahaan global.
5. Kesempatan bertemu dengan investor untuk pendanaan lanjutan.
Tuh, makanya buruan submit idemu di IWIC 11 yaa... Submission tinggal 2 hari lho. Untuk info lengkapnya kamu bisa kunjungi link ini http://iwic.indosatooredoo.com/
Sudah sejak tahun lalu, sepatu etnik The Warna menghiasi timeline Facebook saya. Sejak itu pula saya langsung membayangkan akan memilih motif apa saja yang ingin saya miliki. Apalagi, waktu cek harga, harganya insya Allah masih terjangkau di kantong saya. Kenapa saya langsung suka? Karena sepatu etnik The Warna sesuai dengan karakter saya. Kebetulan saya suka memakai flat shoes yang desainnya simpel tapi tetap elegan.
Kalau diingat-ingat, saya memang belum pernah memiliki sepatu berhak tinggi. Satu sandal saya berhak 3cm, itu pun pemberian dari suami saat seserahan dan saya pakai hanya ketika akad nikah. Makanya, dari dulu sampai sekarang, jenis sandal atau sepatu yang nangkring di rak sepatu saya ya gitu-gitu aja. Karena saya memang sukanya yang model begitu itu. *Duh, bahasanya ribet ya...
Bulan Juli lalu, saat menghadiri acara pernikahan sepupu di Bangkalan Madura, saya dipinjami wedges The Warna oleh kakak saya. Tahu kan kakak saya yang mana? Ika Puspitasari itu lho..
Jujur, ini kali pertama saya memakai alas kaki yang "cukup tinggi". Biasanya, meski acara resmi pun, sandal atau sepatu yang saya kenakan tetap yang berhak datar. Nah, pas wedges itu saya pakai, saya langsung merasa, iiih koq nyaman ya? Saya yang biasanya pilih flat shoes dengan alasan supaya bisa nyaman bergerak meski sedang menggendong Aga, langsung takjub dengan wedges The Warna ini.
Kurang jelas ya fotonya? Supaya lebih jelas, ini nih sepatu pinjaman yang saya pakai saat itu:
Cakep banget, asli! Dan nyaman dipakai. Sekedar info, wedges itu diberi nama Juvia Tosca oleh The Warna.
Sebenarnya kemarin saya menginginkan flat shoes dengan warna dan corak yang sama. Lihat, warna toscanya anggun banget kan yaa.. Tapi, menurut suami saya, ada satu motif yang lebih cocok dengan karakter saya. Dialah Dayak Denim.
Dayak Denim by The Warna
Kata suami, saya itu agak "berantakan", jadi kurang cocok kalau pakai flat shoes anggun berwarna tosca. Iiih, dia mah! Padahal kata temen-temen saya, saya ini lumayan kalem lho.. Hahaha, ya ampun pede banget nulis begini.
Pokoknya intinya, suami saya lebih suka saya pakai sepatu motif Dayak Denim, karena saya lebih sering pergi ke acara santai dibanding ke acara resmi. Motif ini memang cocok untuk penampilan kasual. Nah, kalau nanti ada acara resmi lagi, pinjem wedges Juvia Toscanya kakak lagi aja. Hahaha, ngga modal banget yaa.. Emang iya.. *lalu dikepruk Mba Ita.
Tapi nanti kalau ada rezeki lagi saya ingin mengisi rak sepatu saya dengan jajaran Maharani Grey, Lurik Pink, Kresna White dan, tetep, Juvia Tosca. Duh, banyak amat "cita-cita"nya. Ya gimana dong, habis bagus-bagus semua.
Tapi memang, pilihan suami saya bener juga sih. Karena bahannya denim inilah, makanya dia bisa dipadupadankan dengan pakaian apa saja. Meski saya sedang mengenakan gamis pun, tetap cocok koq. Dan rasanya, untuk acara sedikit resmi pun masih tetap bisa dipakai lah, karena tertolong dengan batik Dayak berwarna merah di punggung sepatunya. Menurut kalian gimana?
Oya, ada satu alasan lain mengapa kalian perlu memiliki sepatu etnik The Warna, yaitu untuk membantu mengenalkan kebudayaan Indonesia, sebagai wujud cinta pada tanah air kita. Jujur saja, kalau bukan karena The Warna, saya nggak tahu bagaimana corak batik Dayak. Selama ini saya baru lihat batik Jogja, batik Solo, batik Pekalongan, batik Cirebon dan batik Madura saja.
Saluuut deh dengan ide kreatif The Warna. Yuk, Tunjukkan Cintamu Pada Indonesia dengan The Warna!
Pada tanggal 12 Oktober lalu, saya mengikuti sebuah Webinar yang diadakan oleh PT. Tigaraksa Satria. For your information, PT. Tigaraksa Satria adalah sebuah perusahaan perdagangan yang memiliki divisi untuk mengembangkan cara menstimulasi otak balita agar tumbuh optimal.
Saya mengetahui adanya Webinar ini dari seorang teman semasa SMP, Endah Ediyati namanya. Kebetulan beliau bekerja di perusahaan ini. Hhmmm, pantas saja ya, Mbak Adhwa putrinya kelihatan cerdas. Pasti stimulasi yang diberikan oleh orang tuanya juga optimal.
Nah, mendukung pernyataan tadi, Dr. Thomas Armstrong mengatakan bahwa, "Every child is genius." Sayangnya, lingkungannya lah yang terkadang melumpuhkan kejeniusan ini. Banyak anak yang tumbuh di rumah yang meredam kualitas jenius. Faktor-faktor di rumah seperti kemiskinan, depresi dan kecemasan, tekanan pada anak-anak untuk tumbuh terlalu cepat, dan ideologi kaku berdasarkan kebencian dan ketakutan, secara aktif menundukkan kualitas kejeniusan di masa kecil seperti bermain, kreatif, dan rasa ingin tahu.
Pak Jerry Darmawan Atega, praktisi dan pemerhati pendidikan anak yang menjadi pembicara di webinar ini, memberikan contoh beberapa stimulasi yang kurang tepat. Misalnya; meletakkan bayi di box, membatasi geraknya dengan bantal dan guling di segala sisi. Contoh lainnya adalah menaruh bayi di stroller. Menurut beliau, lebih baik menggendong, karena dengan menggendongnya, kita bisa melakukan kontak mata, kontak fisik, dan mengajak ngobrol.
Untuk lebih lengkapnya, saya lampirkan saja screenshot materi yang Pak Jerry sampaikan yaa... Sengaja saya screenshot supaya saya tidak ketinggalan materinya, hehe...
Nah, ini pentingnya stimulasi pada anak di usia emasnya. Semakin banyak stimulasi dan dukungan yang diberikan, semakin banyak pula sel-sel kecerdasan yang tersambung.
Dalam 1 hari, anak yang tidak mendapatkan stimulasi yang berarti dari lingkungannya, maka sel otaknya akan rontok sekitar 10.000 - 100.000 per hari. Membaca fakta di atas, saya jadi ngeri. Kasihan dong ya anak yang kebutuhan stimulasinya tidak terpenuhi.
Salah satu bentuk stimulasi adalah, mengembangkan apa yang dikenalkan. Misal nih, kita sedang berjalan-jalan dan menemukan kupu-kupu yang sedang terbang. Kita bisa sampaikan bahwa kupu-kupu terbang dengan sayap, mengenalkan warnanya, makanannya, juga dari mana dia berasal. Nah ini, kita mesti kreatif. Makanya, ada baiknya juga ya jadi ibu yang cerewet, hihihi... Cerewet dalam arti positif tapi yaaa...
Membaca dengan kata. Mungkin dari seluruh materi yang Pak Jerry sampaikan, hanya ini yang tidak saya sepakati.
Pak Jerry mengacu pada teory Glenn Doman, bahwa kita membaca kata, bukan huruf. That's why meskipun kata-katanya seperti di bawah ini, kita tetap bisa memahaminya. Ini contohnya.
Silut diprecyaa syaa bsia mhamemai tlisaun ini. Fenemona kekautan fkirian munaisa, mnuerut hisal peniletain di Cambride University, tdaik mapmarmelasahken bgaainama tilusan dlaam sbeuah ktaa disuusn. Kaerna ynag mnejdai knuci aladah penmetapan hruuf premata dan trehakir ynag baner dlaam ktaa terbesut. Mkipesun tlisaun itu dcaiak –aack sracea tak brutarean, ktia aakn tatep bsia mmebacayna tnapa maaslah. Ini dikabesban kreana firikan munaisa tadik hnyaa fukos memcaba saebuh ktaa, menailkan scarea kahuluresen. Manekbjukan bakun? Ya dan sanagt dinaketkan bwaha pangejaen itu pinteng.
Jujur, saya kurang setuju dengan beliau. Ya, ini cuma pendapat pribadi saja, yaa... Mengajarkan membaca dengan teknik Glenn Doman memang bisa membuat anak lebih cepat bisa membaca dibanding dengan cara mengeja. Namun, cara ini memiliki kelemahan. Anak yang belum mengenal huruf tetapi sudah diajarkan membaca kata, biasanya tidak akan mengenal huruf yang membentuk kata itu.
Ini terjadi pada anak saya. Amay belajar membaca dengan AISM di sekolah TK-nya dulu. Jadi, seperti iqro', anak langsung belajar membaca per suku kata, dan tidak lagi mengeja seperti zaman kita sekolah dulu. Tidak ada be a - ba, ce a - ca, dst. Hasilnya, di awal-awal belajar membaca dulu, Amay lupa dengan huruf /em/ karena yang dia ingat adalah /ma/. Dia tidak ingat huruf /zet/ karena dia taunya /za/.
Seperti iqro' juga begitu. Rata-rata, anak yang tidak diajari mengenal huruf hijaiyah terlebih dulu, namun langsung belajar membaca iqro', mereka tidak tau huruf alif, karena yang mereka tau hanya a, i, dan u. Mereka tidak tau huruf nun, karena yang mereka pelajari adalah na, ni, dan nu, dan seterusnya.
Tapi, AISM dan Iqro' menawarkan jalan tengah, tidak terlalu cepat, tapi juga tidak terlalu lama. Masih ingat tidak, bagaimana dulu kita belajar membaca al-qur'an dengan turutan?
Ro dhomah ru
Mim waw sin sukun dhomah mus
Ru Mus
Hihi, jadi ingat Pak Ismu, guru Fisika saya waktu SMP.
Ya, cara belajar Al-qur'an dengan membaca turutan memang lama, tapi kita jadi mengenal konsep. Seperti ketika belajar membaca dengan mengeja, kita jadi paham bagaimana sebuah huruf konsonan bisa berbunyi setelah bertemu huruf vocal. Begitu.
Oya, dulu waktu SMA, di berbagai bimbingan belajar pasti diajarkan rumus cepat dan praktis untuk mengerjakan soal ujian. Tapi, bagaimana jika soal yang diberikan adalah soal uraian? Pasti jadinya gelagepan. Makanya guru saya dulu bilang, boleh saja mengerjakan soal dengan rumus cepat dan pintar itu, tapi paling tidak kita harus tau dulu bagaimana rumus itu bisa ada.
Kesimpulannya, bagi saya sah-sah saja mengajarkan anak membaca dengan teknik Glenn Doman, tapi sebelumnya kenalkan dulu pada huruf. Meski begitu, step by step juga lebih baik, dari pengenalan huruf, membaca suku kata, meningkat ke membaca kata, frasa, kalimat, paragraf, cerita, dan buku pada akhirnya.
Yang paling penting dari semua itu kan BUKAN seberapa cepat anak membaca, AKAN TETAPI bagaimana anak bisa memahami apa yang ia baca.
Selama hampir satu setengah jam mengikuti Webinar ini, cukup banyak ilmu yang saya dapatkan. Sebenarnya acara belum selesai, tapi sayangnya baterai handphone saya sudah habis karena saya sudah "on" sejak setengah jam sebelum acara ini dimulai.
Sedih sebenarnya, karena kesempatan untuk mendapatkan hadiah terlewat sudah. Memang di acara ini banyak sekali doorprize yang dibagikan, seperti misalnya ada projector lamp yang diberikan pada peserta Webinar yang bisa menjawab pertanyaan. Di sini kekuatan sinyal dan kecepatan mengetik amat berpengaruh yaa, hihi... Beberapa kali saya menjawab pertanyaan dengan benar, tapi karena kalah cepat, jadi hadiahnya ngga dapat, hiks..
Oya, berdasarkan pengalaman saya, ada 3 hal yang harus kita persiapkan sebelum mengikuti Webinar ini.
1. Kuota internet. Jangan sampai di tengah jalan buffering melulu, eee pas dilihat kuotanya habis. Xixixixi... Pastikan juga sinyalnya kencang yaa... Memang kadang faktor cuaca juga berpengaruh terhadap kecepatan internet. Nah, mungkin bisa sedia pawang hujan juga, hihihi... Becandaaaaa...
2. Baterai handphone. Isi full yaa, jangan lupa sediakan power bank juga bila perlu. Jangan sampai kejadian seperti saya, ngga ada power bank dan baterai ngedrop, jadi harus berhenti di tengah jalan. Begitu mau masuk Webinar Room lagi, udah ngga bisa. Huhuhu...
3. Masuk Webinar Room sebelum acara dimulai. Karena waktu itu Webinar dimulai dari jam 9:30 wib, saya sudah stand by sejak pukul 9. Ini penting, karena pesertanya banyak sekali, dan terkadang suka ada trouble, entah itu di suara yang kurang jelas, entah itu karena kita ngga bisa masuk ke Webinar Room tadi... Nah, dengan masuk lebih awal, kita bisa mengantisipasi kendala-kendala teknis yang mungkin saja terjadi. Di webinar kemarin, jumlah pesertanya mendekati 150 orang lho. Wowww, banyak yaaa, jadi maklum saja kalau agak crowded yaa..
Oya, ini ada tips tambahan. Kondisikan anak-anak. Hihi, ini sih berlaku untuk saya karena saya ngga punya asisten rumah tangga. Kadang kita sedang semangaaat banget belajarnya, tapi anak-anak butuh perhatian. Ya begitulah.. Kalau bisa dititipkan ya dititipkan, kalau engga ya ngga apa-apa.. Insya Allah niat kita untuk mencari ilmu sudah dicatat oleh malaikat yaaa.. aamiin..
Saya sih penasaran dengan webinar berikutnya, kira-kira mau bahas apa lagi yaaa.. Saya juga pingin lah dapetin projector lamp-nya, hihi... Katanya projector lamp ini kalau dinyalakan, di dalam rumah bisa terlihat seperti ruang antariksa. Waaah, pasti Amay Aga suka ini.
Dan barusan dapat informasi kalau tanggal 7 November nanti akan ada Webinar dengan Pakar Matematika. Wow.. Simak ini yaa..
Nah, yang mau ikutan seminar parenting online juga, pantengin aja fanpage Tigaraksa Educational. Tanggal 16 November nanti ada Orientation Digital Training juga untuk Ayah-Bunda yang ingin bergabung menjadi konsultan Tigaraksa Educational. Cek infonya di bawah ini!
Orientation Digital Training - Tigaraksa Educational
Dulu, waktu Amay masih dalam penantian, saya pernah bikin status seperti ini di Facebook.
Idealis banget ngga sih? Hihihi...
Idealis banget sepertinya, jika melihat kenyataan yang ada sekarang. Dulu, waktu belum ada anak-anak, bayangan saya, saya akan menjadi seperti ini:
1. Bangun paling pagi, lalu beres-beres, dan ketika anak-anak bangun, saya tinggal menyediakan energi full buat mereka
Itu ekspektasi, realitinya?
Bangun kadang-kadang kalah pagi sama Amay. Wahaha, emak macam apaaa saya ini? Jadi, waktu yang "dalam bayangan saya" seharusnya bisa buat main, nemenin mereka belajar atau apalah, malah jadi buat ngelarin pekerjaan rumah tangga yang seolah tidak ada hentinya.
Hari Rabu yang lalu, saya bahkan sampai buat status di facebook. *wakaka, status lagi. *biarin, kerjaan emak kan emang curhat di status. Statusnya panjaaaang lho, menandakan bahwa saya sedang pengen curhat banget, hahaha...
Pagi ini. Aga teriak-teriak minta makan. Padahal bangun tidur tadi udah disuapin sama tantenya, makan sepiring berdua sama Mas Amay yang sudah 3 hari ngga sekolah karena terkena cacar air.
Mama yang lagi cuci piring dan berbagai perkakas bekas memasak, terpaksa mendiamkan, karena kalimat, "Sabar, nasinya belum matang.." udah ngga mempan. Karena merasa dicuekin, Aga sakit hati, lalu masuk ke kamar. Nangis dia.
Mama minta Mas Amay temani adeknya, ajak main kek, ajak nggambar kek, tapi Mas Amay sibuk sendiri membuat gambar Pancasila di laptop. Dia memang lagi suka nggambar di sana.
Selesai cuci piring, Mama ke kamar. Peluk si baby yg nangis, gendong. Setelah Aga agak tenang, Mama mulai ngomong. Amay, entah dapat wangsit darimana, dia ke kamar, nyusul Mamanya.
"Mas Amay, adek Aga, lapar ya?" Keduanya kompak mengangguk. "Tapi tadi kan sudah makan, sekarang sabar dulu sebentar tunggu nasinya matang."
"Tangan Mama kan cuma dua, Mama masih harus nyapu, ngepel, beresin tudung saji yang dikasih bantal terus tadi kalian jadiin mobil-mobilan, benerin kasur papa yg tadi kalian jadiin perosotan, nyetrika, ambil cucian di jemuran, belum nyuci baju juga.. Kira-kira Mama harus mulai dari mana nih? Ada ide ngga?" Dua-duanya diam.
"Tolong ya, bantu Mama. Jangan pada rewel dulu. Mainnya bareng-bareng." Tambah saya, sambil bergegas menuju tumpukan buku yang udah jadi entah apa.
Tiba-tiba Amay nongol. "Mama sapu tebah dimana?"
"Mau buat apa?" Mama udah positive thinking dong, wah kayaknya dia mau rapiin kasur deh.
"Mau buat pukulin lalat." Jawabnya dengan muka lempeng. Yaaah, kirain mau bantuin. Mama kuciwa.
*Karena nasehat ngga selalu didengar saat itu juga.
*Akhirnya Mama putuskan untuk nulis status dulu aja. 😝😝😝😝
Tuh, dibaca lagi yaa, xixixi... Ini biasanya saya teriak-teriak lho, tapi karena kebetulan hari itu saya warasbanget, jadi cuma didiemin. *astaghfirullah
2. Nggak Mau Marah-Marah, Harus Penuh dengan Kelembutan, Biar Dikenang Tutur Katanya
Itu ekspektasi. Realitinya?
Seperti yang saya tulis di poin pertama, kalau lagi warasbanget, saya bisa becandain mereka yang sedang in bad mood. Tapi seringnya Mama kelepasan, dan teriakannya ngalahin Nicky Astria. Hahaha...
Maafkan Mama ya Mas Amay dan Dek Aga, Mama bukan ibu peri yang senyumnya selalu berseri-seri, juga bukan malaikat yang bisa bertahan dengan tumpukan penat. *meweklagiiii
when mommy is screaming. picture taken from chilldad.com
3. Ingin Dikenang Masakannya
Ekspektasinya begitu, realitinya, saya ngga pinter masak. Saya memang jarang beli, tapi masakan saya buat keluarga, terus terang selalu amat sangat sederhana. Entahlah apakah masakan saya bisa dikenang sebagai masakan terlezat di dunia oleh anak-anak saya, seperti ketika saya mengenang masakan almarhumah ibu saya.
4. Ingin Dikenang Belaiannya
Saya sering sih membelai-belai mereka. Menciumi mereka pun bisa puluhan, bahkan ratusan kali sehari. Meski untuk Amay, karena dia sudah agak besar, laki-laki pula kan, jadi intensitasnya sudah agak berkurang.
Tapi kalau kelelahan, Amay biasanya cari saya, koq. Dia akan minta dipijit kakinya. Yah, semoga yang begini begini dikenangnya juga yaa.. Semoga yang diingatnya dari saya bukan hanya marah-marahnya saja. Karena sedih ih, Amay pernah bilang gini, "Kalau Mas Amay kan hobinya 2, membaca sama menggambar, kalau Mama hobinya ada 3; nyanyi, nulis, sama marah-marah."
Kejujuran terkadang memang menyakitkan, ya kan?
Kayaknya ekspektasi Vs realiti versi saya itu dulu deh ya, sama kayak Mbak Rani R Tyas, ntar kalau ingat tak tambahin lagi. Hahaha... Kalo soal ingin melahirkan secara normal tapi malah harus Caesar, saya anggap itu bagian dari takdir. Hehe..
Baca Ekspektasi Vs Realiti punya Mbak Ran di sini dan punya Mbak Widut di sini yaa..
Sulung saya, Amay, tahun ini sudah resmi menjadi anak SD. Waktu kenaikan kelas kemarin, yang kebetulan bertepatan dengan momen lebaran, mama mertua saya berkata, “Sekarang kalau Nin pengen ngajak jalan-jalan, berarti harus nunggu liburan dulu ya?” begitu menyadari bahwa setelah menjadi anak SD, tentu tak bisa seenaknya sendiri bolos sekolah seperti waktu TK dulu.
Ya, dulu waktu Amay masih TK, kami sempat mengunjungi Aki dan Nin di Makassar. Saat itu Amay bolos sekolah selama hampir seminggu, karena kami pergi di bulan Maret, dimana saat itu belum saatnya libur sekolah. Sekarang, tak bisa begitu lagi. Jika tidak terlalu urgent, Amay harus tetap sekolah. Jika ingin berlibur, ya benar-benar harus cari waktu libur panjang, yaitu di liburan semester dan di liburan kenaikan kelas.
Memasuki bulan Oktober, Aki dan Nin-nya anak-anak sudah merencanakan untuk kumpul keluarga akhir tahun nanti. Selain untuk menyegarkan otak setelah kurang lebih enam bulan dipaksa belajar dan bekerja keras, momen berkumpul dengan keluarga juga bertujuan agar hubungan dengan keluarga besar semakin erat. Yaa, Amay dan Aga kan hanya punya waktu sedikitnya dua kali saja dalam setahun untuk bertemu dengan sepupu-sepupunya, juga Aki-Nin dan Om-Tantenya. Jadi, waktu liburan jadi waktu yang tepat untuk mempererat silaturrahmi antar keluarga.
Di libur akhir semester nanti, rencananya kami akan berkumpul di Jakarta, di rumah De Ine, adik suami. Jakarta dipilih karena akhir tahun lalu kami sudah menghabiskan liburan bersama di Solo, tempat tinggal saya. Gantian ceritanya.
Udah tau belum, akhir tahun lalu kami liburan kemana saja? Pertama kami ke Keraton Mangkunegaran. Dari situ saya baru tau kalau Paundra artis itu ternyata keturunan Raja Solo, hihi... Kudet banget ya saya? Lama tinggal di Solo ternyata tak berbanding lurus dengan bertambahnya wawasan saya tentang kota ini, hiks hiks...
Setelah seharian belajar sejarah di Keraton dan pulangnya mencicip kuliner Solo di Cafe Tiga Tjeret, hari berikutnya kami ke Candi Ratu Boko, tempat syutingnya Ada Apa Dengan Cinta 2 itu.
Lhooo, koq ke Jogja? Iya, karena kami juga ingin berlibur ke pantai di Gunung Kidul. Kenapa pantai menjadi tujuan akhir? Ibarat sebuah pertunjukan, penutupnya haruslah mengagumkan, hehe... Maka sesuatu yang berbau air, haruslah ditaruh belakangan. Tentu tujuan lainnya adalah supaya main pasir dan main airnya puas. Kebetulan kami semua suka sekali dengan pemandangan pantai.
Nah, liburan akhir tahun besok, sejujurnya kami belum ada ide mau ke mana. Mama mertua sih pernah berujar bahwa beliau ingin menjelajahi Kepulauan Seribu. Saya sih ngikut aja lah. Apalagi kalau melihat foto-foto di google yang menggambarkan wujud Kepulauan Seribu yang belum pernah saya kunjungi itu. Duh, rasanya ngga sabar ingin buru-buru Desember.
Semoga ngga ada halangan deh yaa... Aamiin...
Beberapa waktu lalu saya juga dapat informasi tentang Waterbom Jakarta yang berlokasi di Pantai Indah Kapuk. Konon katanya, di sana wahana airnya super lengkap, dan konsep tempatnya alami gitu, karena dilengkapi dengan pohon-pohon tropis yang hijau dan rimbun.
Waterbom PIK Jakarta
Ayo mulai nabung, dan jangan lupa juga untuk selalu jaga kesehatan ya teman-teman. Semoga liburannya nanti menyenangkan.