Showing posts with label Portofolio. Show all posts
Showing posts with label Portofolio. Show all posts

Sharing Pengalaman, Menghasilkan Uang?

Monday, September 8, 2014

Membaca judul di atas, mungkin sebgaian orang akan bereaksi dengan mengerutkan dahi. Tapi inilah yang saya alami.

Berawal dari informasi yang saya dapat dari seorang teman, saya pun tertantang untuk mencoba. Suatu hari, seorang teman mengungkapkan syukurnya karena pengalamannya yang ia kirim ke sebuah media beberapa waktu sebelumnya berhasil dimuat. Ia pun membagi ilmu pada saya yang ingin tahu.

Media itu bernama SOLOPOS. Bagi teman-teman yang tinggal di seputaran Solo pasti tahu. Kantornya terletak di Jalan Adisucipto. Lalu, pengalaman seperti apa yang berhasil membuat saya bangga?

Adalah rubrik "Ah Tenane" dengan tokoh utama bernama Jon Koplo dan Lady Cempluk. Terkadang ada juga nama lain yang muncul, yaitu Genduk Nicole dan Tom Gembus. Nama-nama yang dipakai memang njawani sekaligus modern. Nama inilah yang biasa dipakai sebagai nama samaran bagi pengirim cerita.

Pengalaman yang dimuat disana biasanya berisi pengalaman lucu, konyol, atau sedikit memalukan hingga memilukan. Pokoknya, yang bisa membuat orang bertanya, "Ah, tenane?" Entah berapa kali saya mengirimkan cerita pengalaman saya kesana. Yang jelas, telah tiga kali cerita saya dimuat disana, sejak April hingga Agustus. Dari cerita pertama, saya mendapatkan sebuah wesel bernilai Rp 65 ribu (memang jika honor dikirim via wesel, nilainya akan dikurangi Rp 10 ribu). Kemudian dari dua cerita terakhir, saya mendapatkan transferan ke rekening sebesar Rp 150 ribu. Karena seringnya cerita saya dimuat di rubrik Jon Koplo ini, suami saya sampai menjuluki saya "Penulis Jon Koplo", hehehe...

Bagi sebagian orang, Rp 65 ribu atau Rp 75 ribu mungkin tak besar. Tapi percayalah, ini yang saya lakukan sebagai latihan untuk menulis. Menulis kemudian dimuat oleh sebuah media, bagi saya bisa meningkatkan rasa percaya diri. Toh, sekecil apapun nilai uangnya, tidak ada yang tidak berguna, bukan? 

Nah, inilah contoh cerita saya yang dimuat di rubrik "Ah Tenane". Saya kirim di bulan puasa lalu. Mungkin karena momennya pas, dimuat di bulan itu juga. Masa tunggu tidak bisa diperkirakan. Bisa sehari, seminggu, bahkan sebulan atau dua bulan. :)

Ojo Kesusu

Suatu hari di bulan Ramadhan, Lady Cempluk berkutat di dapur untuk menyiapkan buka puasa. Ia kemudian mendatangi suaminya, Jon Koplo, sambil menyerahkan sekaleng susu kental manis berwarna putih. "Pak, tulung dibukakke. Arep tak gawe nyiram es buah." ujarnya.
Jon Koplo pun beranjak dari tempat duduknya untuk mengambil sebuah alat yang biasa digunakan untuk melubangi kaleng susu. Setelahnya, ia kembali duduk di tempatnya semula dan mulai beraksi.
Mungkin karena tekanan dari alatnya atau mungkin juga karena isinya terlalu penuh, maka ada susu yang ndlewer keluar. Dengan sigap tangan Jon Koplo mengusap tumpahan susu tadi, kemudian menjilatnya.
"Lho Pak, emange wis adzan opo?" tanya Cempluk.
"Oalah, lali, haha... Rejeki iki." Ujar Jon Koplo, menyadari bahwa waktu berbuka sebenarnya belum tiba.
"Walah. Sabar, Pak. Ojo kesusu!" Cempluk pun ikut menertawai suaminya.

Selamat mencoba yaa..
Oya, untuk ceritanya bisa ditulis sepanjang 100-150 kata. Berisi pengalaman nyata pribadi atau orang lain. Dikirim ke alamat email redaksi@solopos.com atau redaksi@solopos.co.id. Jangan lupa sertakan alamat lengkap dan juga nomor rekening. 





Read More

Bagaimana Cara Mengirim Gagasan di Jawa Pos?

Tuesday, February 11, 2014

     Hari ini adalah hari istimewa untuk saya? Mengapakah? Karena pada hari ini, akhirnya tulisan saya untuk pertama kali dimuat di media. Rasanya, seperti orang yang kehausan di tengah padang pasir yang tandus, lalu tiba-tiba melihat genangan air, dan itu BUKAN fatamorgana. Hehe, lebay dikit. Tapi bener lho, rasanya campur aduk. Deg-degan, senang luar biasa, juga puas. Saking senangnya, saya sampai senyam-senyum sendirian, hehe.. 

     Tulisan saya berawal dari ide yang sangat sederhana, yaitu kelangkaan bumbu dapur beberapa waktu lalu. Ibu-ibu banget kan ya?

         Yang penasaran, ini naskah aslinya yaa...

Bersahabat dengan Bumbu Dapur

Sebagai seorang ibu rumah tangga, terkadang saya dibuat pusing dengan harga beberapa komoditas yang tiba-tiba melambung tinggi. Otak pun terus berputar bagaimana agar uang belanja cukup untuk membeli semua kebutuhan, karena untuk beberapa barang memang tidak bisa untuk tidak dibeli, misalnya cabe, tomat, dan bumbu dapur lainnya.
Bagi anda yang sering terjun ke dapur tentu masih ingat ketika beberapa waktu lalu harga cabe meroket. Harga tomat pun hingga hari ini masih tinggi di pasaran. Bahkan yang pernah membuat geger adalah harga jahe yang kenaikannya luar biasa. Mengapa ini bisa terjadi? Padahal biasanya jahe menjadi bumbu yang diremehkan karena hampir semua ibu-ibu menanamnya di kebun mereka. Iya, kita kebingungan karena kebiasaan menanam empon-empon mulai ditinggalkan.
Untuk itulah saya memulai berhemat dan bersahabat dengan tanaman, dari dapur saya sendiri. Cabe dan tomat yang membusuk biasanya saya keringkan bijinya, lalu saya sebar di halaman. Jahe, kunyit, atau kencur yang mulai tumbuh tunasnya juga saya pindahkan ke tanah. Tidak susah merawat tanaman-tanaman itu, tahu-tahu sudah tumbuh besar dan bisa kita petik hasilnya. Tidak perlu lahan yang luas juga untuk menanamnya.
Oiya, saya juga melakukannya pada daun bawang. Daun bawang hanya saya pakai daunnya saja, sementara akar dan batangnya yang berwarna putih saya tanam kembali. Lumayan lho, bisa kita manfaatkan hingga tiga kali tumbuh karena badan tanaman tersebut makin lama akan mengecil.
Sekarang, saya bisa menekan pengeluaran bila harga bumbu dapur mengalami kenaikan.

Sayangnya, saya tidak sempat membeli koran Jawa Pos dan melihat langsung karya saya nangkring disana. Saya pun tidak tahu, apakah naskah saya banyak mendapatkan editan atau tidak.

Nah, bagi teman-teman yang ingin mencoba juga, berikut caranya:
1. Tuliskan ide Anda maksimal 250 kata.
2. Kirimkan tulisan melalui email ke opini@jawapos.co.id, dengan subyek Gagasan.
3. Bila lebih dari 5 hari tidak ada tanggapan, berarti tulisan Anda belum layak dimuat.

Saya sendiri hanya menunggu 1 hari. Saya mengirimkan tulisan itu pada tanggal 10 Februari pukul 14:37, dan di hari berikutnya pukul 12:01 (hari ini) saya mendapatkan email bahwa tulisan saya telah dimuat. 

Alhamdulillah, rezeki dari Allah.. :)

Oh ya, saya juga ingin berterima kasih kepada Mbak Laila Masruro, karena beliaulah yang memberikan informasi dan motivasi kepada saya untuk mengirimkan tulisan kesana. *Peluk Mbak Laila... :)

Semoga tulisan ini bermanfaat untuk semua. Aamiin. 
Read More