Sego Wiwit

Sunday, March 22, 2015

Jika Anda berasal dari desa yang punya banyak sawah, khususnya di sekitaran Jawa Tengah, kemungkinan besar Anda tahu apa itu Sego Wiwit. Kenapa mesti desa yang punya sawah? Karena Sego Wiwit ada hubungannya dengan kegiatan bertani.

Sego Wiwit biasanya dibuat untuk mengawali panen. Ada juga yang membuat Sego Wiwit untuk mengawali musim tandur atau tanam padi. Di daerah saya, sebuah desa kecil di Purworejo, Jawa Tengah, Sego Wiwit lebih dikenal dengan nama Wiwitan.

Wiwit sendiri mempunyai arti “memulai” atau “mengawali”. Sedangkan Sego berarti “nasi”. Makna yang lebih luas dari dibuatnya Sego Wiwit ini sebenarnya adalah pengungkapan rasa syukur bahwa panen telah tiba, atau sebagai pengharapan akan hasil panen yang lebih baik di musim tanam kali ini (jika Sego Wiwit dibuat di awal musim tandur).

Sego Wiwit biasanya memiliki beberapa menu sebagai pelengkap, yaitu; urap atau klubanan (orang Solo menyebutnya gudangan), gereh (ikan teri, bisa juga diganti peyek teri), irisan telur rebus, dan tempe goreng.

sego wiwit

Sayangnya, sudah banyak petani yang meninggalkan tradisi ini. Di tanah kelahiran saya kini, hanya beberapa orang saja yang masih membuat sego wiwit untuk dihantar ke tetangga sekeliling setiap panen atau tandur.

Untuk mengobati kerinduan akan rasa sego wiwit, Alhamdulillah kini sudah ada tempat makan asik yang pas di lidah dan ramah di kantong.

alamat lesehan sego wiwit
Kebetulan, kemarin keluarga Akanoma berkunjung kesana sebagai ungkapan rasa syukur atas kemenangan Akanoma di National Holcim Award 2014.



Tempatnya yang asik, membuat pengunjung betah berlama-lama. Bahkan, bayi Aga pun sampai tidur nyenyak dibelai semilirnya angin yang bertiup sepoi-sepoi. :)






8 comments

  1. saya baru tahu istilah dan nasi wiwitnya,unik ya mbak.tapi sayang ya sudah tergerus oleh zaman...padahal asik ya nasinya^^
    salam kenal mak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal Mak Hanna.. :)
      Iya betul, malah jaman dulu biasanya ibu-ibu tani mengantar nasi yang isiannya seperti ini kepada bapak-bapak yang sudah pergi ke sawah lebih dulu. Sekarang, selain budayanya yang sudah tergerus jaman, sawahnya pun tergerus perumahan, Mak.. :(

      Delete
  2. modelnya seperti nasi banca'an mbak.. selalu suka dengan makanan tradisional begini.. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya betul Mak.. hihi..berarti kita satu selera.. :)

      Delete
  3. Ini yg tempo hari buat tempat kopdar iidn ya mba arin?

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya betul mba ety, hehe.. yg dulu arin gak buat reportasenya..

      Delete
  4. Neu...besok kalo aku ke Solo, ajakin kesana dooong....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Boleh... pas bapak nganter aku itu, aku ajak kesini juga..

      Delete

Terima kasih sudah berkunjung. Silakan tinggalkan komentar yang baik dan sopan. Komentar yang menyertakan link hidup, mohon maaf harus saya hapus. Semoga silaturrahminya membawa manfaat ya...