Pilkada Jakarta, Jangan Bikin Tambah Dosa

Monday, October 3, 2016

election by pixabay

Beberapa hari terakhir, timeline facebook saya ramai dengan pemberitaan tentang Pilkada DKI Jakarta. Yang paling heboh tentu saja para mamah muda, karena tiba-tiba ada calon ganteng disana, hahaha... *awas, jangan sampai para suami jadi cemburu loh yaa.. :p

Saya bukan mau bahas salah satu calon saja yaa, karena ini ranah sensitif dan saya tidak punya kompetensi untuk berkomentar juga. Apalagi saya bukan warga Jakarta, jadi untuk apa ikut ngotot mau pilih siapa? Walaupun, jujur saja, saya juga pernah berandai-andai sih...lebih tepatnya, diskusi dengan suami, kira-kira jika kami adalah warga DKI, sebaiknya pilih yang mana? Karena memang cukup membuat bingung yaa, tiga-tiganya keren dan luar biasa. :D

Lalu, kira-kira kami pilih siapa? Ah, itu lahaciaaa.. :p

Menanggapi tulisan Mak Adriana Dian yang berjudul The Big No-No dalam Sebuah Pemilihan Umum, saya sih cuma mau titip pesan saja:

1. Siapapun pilihanmu, saya yakin kalian sudah punya pertimbangan masing-masing, ya kan ya kan? Terserah, ikuti saja kata hatimu. 3 calon gubernur DKI, semuanya baik-baik dan punya kemampuan yang luar biasa. Insya Allah, di tangan siapapun Jakarta kelak, Jakarta akan menjadi lebih baik lagi.

Kita catat saja janji-janjinya, supaya nanti kita bisa tagih sama-sama saat mereka berkuasa. :)

election by pixabay


2. Jangan memaksakan pilihanmu pada orang lain. Hei, mereka yang sudah punya hak pilih, tentu sudah cukup dewasa untuk menimbang dan memutuskan. So, jangan menganggap pilihan orang lain keliru, dan pilihanmulah yang paling benar.

Ini juga kalimat yang saya buat saat pemilu Presiden dua tahun lalu:

Cara pandang orang terhadap sesuatu bisa berbeda-beda, tak usah lah kita memaksakan cara pandang kita. Saya ingat betul kata-kata suami suatu hari, "Kita mungkin melihat sebuah pulpen sebagai benda yang panjang, tapi jika yang lain melihatnya dari atas maka sah-sah saja jika dia bilang pulpen itu berbentuk lingkaran, dan jika seseorang melihat dari bawah tak salah jika pulpen itu disebutnya runcing."


3. Tetap berprasangka baik. Sejak dimulainya kampanye pileg, hingga kampanye pilpres dua tahun lalu, rasanya prasangka kita mudah tersulut dengan pemberitaan-pemberitaan di media. Bukan prasangka baik, namun prasangka buruk lah yang meraja. Kemudahan mengakses dan menyebarkan berita dengan satu klik saja, membuat kita sering tak sadar dengan kehebatan Jari dan Jempol Tangan ketika Digoyang. Hati-hati. Kadang apa yang kita baca dan kita sebar, belum bisa kita pastikan apakah salah atau benar. Tahan diri, okay? :)


Saya teringat sebuah status yang dibagikan seorang teman.
"The first racist was Iblis. So anyone who thinks he's better than someone else because of his ethnicity etc. has a trait of Iblis." (Shaykh Yasir Qadhi via Muslim Speakers) 


Siapa saja yang merasa dirinya lebih baik dari orang lain (merasa paling benar), memiliki sifat dari Iblis. Yang menganggap bahwa etnisnya yang paling baik, ia pun memiliki sifat dari Iblis. Na'udzubillah min dzalik.




38 comments

  1. Yang terbaik tentu berdasarkan kajian banyak hal track record, yang mengusung, visi misi, serta keberanian dalam mengambil keputusan semua itu waktu yg bisa mengujinya, masalah nya sekarang semua itu sudah demikian rapat diselimuti oleh kepentingan. Nah cuma hati nurani lah yg bisa menentukan pilihan terbaik

    ReplyDelete
    Replies
    1. Xixixi..iya Mba.. Yang di belakangnya itu yang oatut kita waspadai. Kalau 6 calon itu insya Allah sih baik-baik (kata saya mah.. :))

      Delete
  2. Aku ga ikut milih sih, tapi kurasa semua calon yang ada sekarang cukup keren :D

    ReplyDelete
  3. Di timelineku kok ya rusuh jeh mba hahahaha...males jadinya bolela berpendapat tetapi jika kebenarannya masih diragukan sama saja menyebarkan fitnah akhirnya dg sangat berat hati aku Unfollow dengan Bismillah :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihi..iya Mba.. Di unfollow aja sementara, biar bersih hati kita. *eh :v

      Delete
  4. Sejak pemilu 2014 calon pilihannya kayak Tuhan, lawannya kayak setan. Lupa kalau dua-duanya manusia. Saya sama suami aja sampai heran, teman-teman yang dulu rohani jadi kayak kesetanan kalau yang didukung dikasih liat jeleknya. :(

    Sampai ada istilah, orang buta itu cuma 2 macem yang jatuh cinta sama pendukung berani mati capres (dulu sekarang cagub).

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ih betul banget Mba..superrr.. Pilihannya kayak Tuhan, lawannya kayak setan. (Y)

      Delete
  5. Mantap dengan pilihan masing-masing ya, Mbak, dan ga perlu menjelek-jelekkan pilihan orang lain.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul..karena setiap pemilih punya sudut pandang sendiri2 ya Mas.. :)

      Delete
  6. Judulnya bagus Mbak, pas banget dgn situasi kondisi terkini. Dan membuat saya tertarik untuk baca postingan ini.:)

    ReplyDelete
  7. Ya Allah jangan sampai kita memiliki salah satu sifat dari iblis. Unfollow beberapa teman yang menebarkan kebencian pada salah satu calon juga bisa menjadi alternatif positif lho

    ReplyDelete
  8. Saya sependapat dengan uraian di atas.
    Pilkada yang hanya 5 tahun sekali seharusnya menjadi ajang untuk menampilkan integritas diri sehingga layak dipilih menjadi pemimpin.
    Segala macam bentuk black campaign, money politic sebaiknya jangan digunakan lagi.
    Salam hangat dari Jombang
    Salam hangat dari Jombang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Asiik..terima kasih Pakde.. Semoga harinya menyenangkan.. :)

      Delete
  9. Jakarta mah mayan keren2 lah, drpd bekasi. Nohope nohope.

    ReplyDelete
  10. calon gubernur DKI memang memang masih muda-muda semua yah Mba Arin :)
    kalo jadi warga DKI, saya juga pasti bingung menentukan pilihan, hihihi :D

    ReplyDelete
  11. Pilkada DKI ini rasa pilpres ya mbak, semoga pilihan saya tepat nanti di 2017 sesuai dengan pilihan hati nurani

    ReplyDelete
  12. kadang malas baca status yang isinya pilkada DKI, kebanyakan isinya adalah menjelekkan lawan meskipun ada juga yang mengutarakannya dengan santun. biasanya aku lewatin sih yang kaya gitu. tapi kalo udah ketemu meme lucu, dari kubu manapun mau ga mau ikutan ketawa juga....

    ReplyDelete
    Replies
    1. haha..ho oh Mba, akupun gitu.. lumayan buat lucu-lucuan.. :D

      Delete
    2. Pilkads Jakarta bukan hanya milik Jakarta tapi milik Indonesia, tetap memantau deh

      Delete
  13. aq warga DKI skrg mba arin, tapi data pemilihku entah kenapa masih terdaftar di Kebumen. Wes maneh ektp ku gak jadi-jadi lagi. Fiuuuhhh! Jadi mandan gak kepikir nih pilkada.

    ReplyDelete
  14. ya ampun aku udah komen ternyata... bahahaha aku pelupa amat sekarang... maap ya mba arin, jadi nyampah

    ReplyDelete
    Replies
    1. nyiahahaaa..gapapa..itu tandanya kamu cinta akuuuh.. wkwkwk

      Delete
  15. Pilkada harusnya dijalanin dengan asyik.
    Sedih kalau ngotot2an

    ReplyDelete
  16. Pilkada jakarta ikut liat di tipi seru juga ey, ujar tante mbul sambil ngemil kcang

    ReplyDelete
  17. boleh mempengaruhi tapi tak boleh memaksa

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung. Silakan tinggalkan komentar yang baik dan sopan. Komentar yang menyertakan link hidup, mohon maaf harus saya hapus. Semoga silaturrahminya membawa manfaat ya...