Dari Doraemon, SS Cooking Oil, Sampai Smartwatch Terbaik

Sunday, January 29, 2017

Gini... Tulisan ini, jujur, berawal dari uraian keinginan-keinginan saya yang buanyaaak sekali, seperti soundtrack-nya Doraemon: "ingin ini ingin itu banyak sekali..."

Dan karena "Semua semua semua, dapat dikabulkan. Dapat dikabulkan dengan kantong ajaib," jadi setiap punya keinginan, seringnya jadi berandai-andai --> boleh pinjem kantong Doraemon ngga

Saat pengen pulang nengokin Bapak, dan ternyata tiket Prameks (Solo-Kutoarjo) sulit banget didapatkan, yang ada di pikiran adalah "Andai pintu ajaibnya Doraemon beneran ada." Yah, gitu deh, dikit-dikit Doraemon, dikit-dikit Doraemon.

Padahaaaalll....

Dari Q.S Al Ikhlas ayat 2, sudah jelas, seharusnya hanya Allah satu-satunya tempat kita bergantung. Dan, ada larangan untuk berandai-andai juga, sebab segala sesuatu terjadi karena adanya Takdir, yang bahkan telah tertulis di lauh mahfuzh. 

Rasulullah SAW bersabda, "Bersemangatlah untuk meraih segala hal yang bermanfaat bagimu. Mintalah pertolongan Allah dan jangan lemah. Apabila engkau tertimpa sesuatu (yang tidak menyenangkan) janganlah berkata, 'Seandainya aku dulu berbuat begini niscaya akan menjadi begini dan begitu' Akan tetapi katakanlah, "QaddarAllahu wa maa syaa'a fa'ala, Allah telah menakdirkan, terserah apa yang diputuskan-Nya'. Karena perkataan seandainya dapat membuka perbuatan syaithan." (HR. Muslim)

Jleb!

Lalu setelah saya menyadari kekeliruan saya itu, kemudian saya kenal Heart Field dari tante Diba. Sebenarnya ada banyak istilah lainnya sih, intinya mah positive thinking aja, karena Allah itu sebagaimana prasangka makhluq-Nya. Setelah mempraktekkan Heart Field, usaha saya mengganti kecewa dengan rasa bahagia, saya kini menjadi lebih pasrah, lebih plong, lebih nrimo ing pandum, dan sedang berusaha untuk selalu positive thinking setiap saat. 

Sekarang, berandai-andainya saya ganti dengan berdo'a. Bukan, "Seandainya nanti aku bla bla bla...", melainkan, "Semoga nanti aku bla bla bla..."


Ini kejadian beberapa minggu lalu, dan Allah memperlihatkan bahwa Dia bisa mendengar setiap bisikan kita;


1. Saat butuh botol minyak, saya dihadiahi Seasoning Set Cooking Oil oleh sahabat saya.

Ketika pindahan rumah akhir tahun lalu, kami tidak langsung memboyong benda-benda berat. Kami mencicil yang kecil-kecil. Tidur pun pakai kasur lipat. Kenapa? Karena Mas Yopie belum libur, dan memang rencana memindah barang-barang yang berat adalah saat libur Natal.

Kompor gas pun kami angkut saat Bapak dan saudara-saudara datang ke Solo. Maksudnya, supaya di rumah sana saya bisa membuatkan teh hangat. 

Nah, saat akan membawa kompor gas itu, Si Opik melihat minyak goreng di dapur. Minyak goreng itu masih penuh, karena kemasannya baru dibuka. Dan kebetulan beberapa hari sebelumnya, botol minyak goreng yang biasanya kami pakai, dibuang Mas Yopie waktu beberes. Soalnya udah lama juga ngga ganti-ganti, jadi agak kotor gitu deh.

Opik bingung dong, gimana bawa minyaknya? Takutnya tumpah kan, karena memang masih penuh. Lalu saya kasih solusi, "Yowis, dikuncir pake karet, jal..." sambil saya berbisik lirih, "Nanti kapan-kapan semoga bisa punya botol minyak yang bagus deh..." *lalu senyum. ☺❤

Tak disangka, beberapa hari kemudian ketika kami beberes rumah di perumahan lama, ada tamu gadis kecil. Dia membawa sebuah bingkisan, "Ini dari Mama buat Tante Arin," katanya. Kemudian, setelah mengucap terima kasih pada sang mama melalui WA, saya membuka bingkisan itu. 

Ya Allah, sukaaaaa banget dengan hadiahnya. Dua buah botol minyak, merk paling terkenal di kalangan emak-emak, berwarna pink cantiiiik. Ya Allah, Alhamdulillah, bahagianya saya. Allah sudah memberi yang saya butuhkan, lewat tangan sahabat saya. ☺❤





2. Saat terlintas di pikiran ingin membelikan baju baru untuk anak-anak, tiba-tiba Nin (mama mertua) datang. Hari kamis minggu lalu, Mama datang dari Makassar ke Solo. Keinginan untuk membeli baju anak-anak pun entah bagaimana bisa terlupakan, hehe... Tapi tiba-tiba waktu Mama mengajak kami jalan-jalan ke Matahari, Mama memilihkan baju untuk Amay dan Aga. Ya Allah, luar biasanya Dia. Allah selalu hadir saat kami membutuhkan-Nya. ☺❤


3. Ini sudah agak lama. Ketika Mas Yopie sedang berencana menggiatkan olahraga biar badan semakin sehat dan bugar (Mas Yopie udah beli baju setelan buat bersepeda segala loh...) tiba-tiba saya dapat hadiah smartband. Saya ngga paham fungsi smartband ini sebelumnya, lalu setelah tanya-tanya teman-teman #BloggerSolo, ternyata si smartband ini adalah perpaduan antara jam tangan dengan teknologi canggih berbasis microprosesor. Smartband ini disambungkan ke handphone melalui bluetooth. Jadi ngga hanya sekedar jam tangan aja, dia bisa dipakai waktu olahraga karena ada fitur kebugaran (fitness) juga. Hahaha, koq pas banget ya? Meski smartband yang saya punya bukan merupakan Smartwatch terbaik tapi setidaknya bisa dipakai sama Mas Yopie. Wkwkwkwk...enak to punya istri macam aku? *Ups, ngga boleh sombong, nanti Allah murka*

Dan sebenarnya selain tiga cerita di atas, sebelum-sebelumnya saya sudah sering merasakan kehadiran-Nya setiap kali saya menginginkan atau membayangkan sesuatu. Ngga perlu ditulis semua lah ya, ntar kepanjangan, hehe... Baca tulisan saya tentang Heart Field aja deh, disitu ada pengalaman saya beberapa bulan lalu. Pokoknya, positive thinking selalu pada Allah. Allah itu senang mendengar hamba-Nya meminta, makanya jangan bosan-bosan berdo'a. 

Sekarang, saya sedang menginginkan handphone baru. Dananya sih belum ada, hehehe... Tapi setelah tanya-tanya sama Mas Tuxlin (bukan nama sebenarnya, haha, kalau ditulis namanya disini ntar dia jadi femes lagi :p), saya jadi punya bayangan pengen HP apa. Dan memang waktu ngecek HP yang disarankan Mas Tuxlin itu di Elevenia, harganya memang sekitar itu lah, ngga beda jauh. 


Yah, sekarang tinggal berdoa, semoga Allah mengabulkan keinginan saya yang ini. Aamiin.. Aamiinkan juga yaa, semoga yang mengaminkan, harapannya juga bisa segera diwujudkan oleh-Nya.☺☺☺
Read More

Mudahnya Cari Endorsement dengan Aplikasi Ini

Wednesday, January 25, 2017

SociaBuzz


Halo semuanya, apa kabar?

Tak terasa ya, bulan pertama di tahun 2017 ini hampir usai. Sudah bertambah apakah kita? Tambah tua pastinya. Ngga apa-apa tua, yang penting jangan telolet, eh tulalit aja. ✌

Tapi meski usia kita menua, semangat harus tetap muda ya... Apalagi buat yang punya bisnis. Tahun ini adalah tahun Ayam Api kan? Jadi semangatnya harus seperti ayam yang paling semangat menyambut sang fajar, juga selalu menyala layaknya api yang berkobar. Duh, koq jadi kebawa suasana imlek gini, hihihi...

Oya, bicara soal bisnis, bisnis apa sih yang akan cemerlang di tahun 2017? 
Saya sih bukan peramal, jadi ngga tau jawabannya, haha... Yang saya tau pasti, usaha dan do'a akan membawa hasil yang nyata. Kan katanya, hasil tak pernah mengkhianati proses to? ☺

Siapa yang setuju? Tunjuk jari! ☝

Jadi, selain rajin berdo'a, mari maksimalkan usaha. Kalau teman-teman punya bisnis di bidang fashion, pilih bahan yang baik, quality control lebih teliti lagi, tingkatkan hubungan yang baik dengan para reseller, update desain yang menarik, dan lain-lain. 

Pun jika ada teman-teman yang memiliki usaha di bidang kuliner, rasanya bahan baku yang baik, jalinan kerjasama dengan para agen, kualitas rasa dan ide mengolah makanan, adalah hal-hal yang juga perlu diperhatikan. Wah, jadi hampir sama ya, antara fashion dan kuliner? Itu-itu lagi yang perlu lebih digali, supaya bisnis tetap berjalan dengan baik.

Nah, sebagai blogger yang juga senang berbisnis (Eh, masih ingat dong, kalau saya juga pernah jualan mukena, gamis dan cilok? Hehehe...), ada satu lagi yang ingin saya tambahkan. Apa tuh? PROMOSI. Iya, dengan promosi yang tepat, bisnis kita juga akan berkembang lebih cepat.

Jangan salah lho, marketing bukanlah hal yang main-main. Ujung tombak bisnis kita ada di titik ini. Promosi salah, bisnis bisa musnah. 

Memang, banyak sekali usaha kuliner yang tersebar dari mulut ke mulut, tapi itu perlu waktu yang tak sebentar. Kalau bisnis fashion, bisakah dari mulut ke mulut juga? Bisa. Tapi ingat, di luaran sana ada banyak desain yang juga menarik mata. Ngga perlu lagi jauh-jauh ke butik atau berdesak-desakan di pasar untuk mencari tau model baju terbaru. Kita bisa mengakses berbagai macam iklan, asal smartphone dan kuota internet ada di tangan. Lalu, masih mau menunggu waktu?


SociaBuzz

Iklan kan butuh biaya yang ngga sedikit...

Memang. Makanya, ayo pilih jenis promosi yang paling efektif di masa kini. Lihat di sekeliling kita. Banyak orang sedang menundukkan pandangan. Sedang apakah mereka? Hihi, iyaaa, mereka sedang menekuri layar yang ada di tangan mereka. Ah, ngga cuma mereka sih ya, kita juga. *tutup muka.

Jadi, promosi yang efektif itu bagaimana? Jika melihat perilaku masyarakat saat ini, maka promosi paling efektif saat ini adalah melalui social media endorsement (atau disebut juga sebagai influencer marketing). Makanya, SociaBuzz hadir untuk membantu kita, para pebisnis yang ingin mempromosikan produknya. Soal biaya, kita bisa mendapatkan influencer yang sesuai dengan budget kita, mulai dari Rp 50.000,- per posting per influencer. Gimana? Terjangkau kan?


Iklan di media online udah banyak, dan itu menyebalkan. Kadang kita maunya meng-klik apa, eh kepencet iklannya.

Siapa yang merasakan hal yang sama dengan saya? Pasti banyak ya? Makanya ngga heran kalau pengguna ad-blocker (aplikasi blokir iklan di internet) semakin banyak, sehingga konsumen sudah tidak bisa melihat iklan kita lagi di internet. Konsumen juga sekarang lebih percaya pada "rekomendasi" atau yang belakangan kita sebut sebagai endorsement.

Nah, SociaBuzz paham dengan hal ini. Karena menyadari bahwa konsumen paling banyak menghabiskan waktu mereka di social media seperti Instagram, YouTube, Blog, dll, maka SociaBuzz menyediakan para influencer yang aktif di media-media social itu tadi untuk mempromosikan sebuah produk/bisnis. Mereka adalah para selebgram, blogger, youtuber, yang memiliki followers yang cukup banyak dan juga memiliki pengaruh yang besar.


Tapi ribet ah, cari influencernya, bikin kontraknya, bayar fee-nya. 
Untuk itulah SociaBuzz ada. Pemilik bisnis hanya perlu menulis dan mengunggah kebutuhan promosi mereka ke SociaBuzz, setelah itu jika ada influencer yang tertarik, mereka akan mengajukan proposal ke pihak advertiser, dan pihak advertiser bisa memilih influencer yang paling tepat dengan kebutuhan dan budget mereka. 

Jadi, beriklan di SociaBuzz ini mudah, cepat, aman dan nyaman. Apalagi, konten promosi selamanya ada di internet dan social media, sehingga bisa ditemukan terus oleh target konsumen kita sampai kapanpun. 
So, wanna promote your business via SociaBuzz? 
 


Read More

Ingatan Terdalam: Lambe Njedor dan Jari Temumulen

Thursday, January 19, 2017

Siapa yang masih ingat kenangan-kenangan waktu kecil? Di umur berapa sih, kenangan-kenangan yang terdalam yang bisa teman-teman ingat? Adakah yang masih ingat peristiwa yang terjadi saat umur 1 tahun? Kalau ada, salut saya. Wow pokoknya.

Kenapa? Karena saya sendiri hanya bisa mengingat kenangan saya di umur 3 tahunan. Waktu itu saya bangun tidur siang, dan menangis karena pergelangan tangan saya disengat tawon. Dulu rumah saya belum ada plafonnya. Dan tawon-tawon itu membuat rumah di reng (bambu-bambu tempat menaruh genteng).

Sebelum hari itu, kayaknya saya belum hidup. Hihihi, soalnya saya sama sekali ngga ingat. Waktu cerita itu ke Bapak, beliau heran. "Terus, pas diboncengke Bapak nganggo Vespa kae, ndak ora kelingan?" tanya beliau, dan saya jawab dengan gelengan.

Kata Bapak, dulu saya ceriwis sekali kalau di rumah. Kalau di depan orang lain, langsung berubah jadi pendiam. Istilahnya, jago kandang doang. Nah, katanya sih saya paling suka berdiri di depan saat Bapak mengendarai Vespa. Dan kalau sudah di atas Vespa yang sedang berjalan, saya bisa bicara sendiri dan menyanyi sesuka hati. Lagi-lagi, itu cerita Bapak, yang tak saya ingat sedikitpun.

Oya, waktu kecil dulu, saya sering main di pondok. Pondok yang saya maksud adalah Pondok Pesantren Al-Falah, tak jauh dari rumah saya. Mbah Putri saya (nenek dari bapak), tinggal di dalam komplek pondok karena menikah dengan pendiri pondok pesantren itu. Waktu kecil dulu, saya sering main ke rumah Mbah, dan bermain dengan Mbak Ani, sepupu sekaligus putri dari penerus pesantren, Pak Kyai Dja'far.

Di depan kediaman Mbah Putri, ada pondok putra yang punya dua lantai. Saya yang udik, seringkali naik turun tangga. Naiknya lewat tangga, turunnya merosot di railing yang terbuat dari beton. Dan "kelincahan" saya itu sukses membuat bibir atas saya pecah, karena saya terguling. Nangis sih, tapi ngga kapok, dan saya kembali jatuh. Makanya kalau bibir atas saya tebal, jangan heran yaa.. Dulu Mas Pepi dan Mba Ita sering banget menggoda saya, "Wuuu..lambe njedor," kata mereka.

Oya, setelah bangun tidur dalam keadaan tersengat tawon itu, besoknya kayaknya saya ikut sekolah di TK Masyithoh. Ikut-ikutan aja sih..wong umur saya baru 3 tahunan kan... Dulu mah ngga ada playgroup atau PAUD gitu. TK aja masuknya umur 5 tahun kan? Nah karena saya waktu itu jadi yang terkecil, ngga ngerti apa-apa, kayaknya saya sempat di-bully deh, dan itu membuat saya kapok sekolah. Wajah saya memang bulliable sih yaa..

Akhirnya, tahun depannya, saya ikut sekolah lagi. Umur saya genap 4 tahun. Awalnya cuma dititipin, tapi saya jadi murid TK beneran, dan diluluskan karena saya ngga mau ngulang. Haha... Dan memang saya masuk SD umur 5 tahun, sehingga lulus SMA pas banget 17 tahun. Tapi ini jangan ditiru, karena saya merasa usia saya yang kurang matang membuat saya ngga maksimal dalam menyerap ilmu pelajaran. Tapi ya terserah juga sih, kalau dirasa mampu ya monggo. Cumaaa, yang bisa mengukur kemampuan anak kan anak itu sendiri, bukan orang tua. Ya kan? Hehe...

Kembali ke laptop....

Masa kecil saya memang banyak bahagianya, tapi banyak sialnya juga. Kalau tadi saya cerita kalau pernah jatuh ngglundung dari tangga, tangan kanan saya juga seriiiiing banget kecepit pintu. Anehnya, saya ini ngga kapok atau trauma mainan pintu gitu deh. Walhasil, karena sering banget kecepit pintu, jari telunjuk saya temumulen. Temumulen itu apa yaa, pokoknya bernanah gitu deh. Sampai jarinya bolong. Waktu SD sih masih ada bekas bolongnya, tapi sekarang sudah hilang. :D


Bapak, Ibu, Mba Ita, Mas Pepi, dan yang paling imut itu, saya. Haha..

Selain jari yang kecepit dan jadi bernanah itu, saya juga sempat kecelakaan sepeda, 2 kali. Yang pertama waktu dibonceng sama Mbak Pondok (santriwati) pakai sepeda mini. Kami jatuh di perempatan dekat pondok, dan kaki saya sukses masuk jeruji rodanya. Oya, waktu itu sama Mbak Ani juga. Jadi yang dibonceng itu dua anak.

Kecelakaan kedua, waktu ngaji di masjid dan mau shalat isya. Saya ketabrak sepeda. Kelopak mata kanan bagian bawah pecah sedikit. Ngga cuma lecet loh yaa, tapi sampe pecah. Entah gimana saya dibawa pulang ke rumah, pokoknya yang saya ingat saya sudah dipegangi ibu dan mau ditetesi obat merah oleh Mamak (Bude Lasirin). Inget banget deh gimana cengengnya saya, menangis meronta-ronta, haha...

Yah begitulah kisah seru saya waktu kecil dulu. Tapi meski banyak sialnya, perasaan hati saya super duper bahagia. Orang-orang di sekeliling saya memberikan kasih sayang yang besar pada saya. Alhamdulillah. Jadi pengen kembali ke masa itu deh ah.. :)

Oya, tulisan ini diposting bareng #bloggerKAH. Baca kenangan Mba Rani disini yaa.. Sssttt..mereka curhat. :D


Read More

Bakmi Mewah, Sajian Pas untuk Kehangatan di Dalam Rumah

Wednesday, January 18, 2017


Beberapa hari terakhir, Solo selalu diguyur hujan setiap sore. Kalau langit sudah mendung, angin bertiup kencang, gordyn beterbangan, apa lagi yang bisa saya ingat selain jemuran dan suami yang belum pulang atau masih di jalan?

Iya, sebulan terakhir, kami memang sudah terpisah dengan kantor Akanoma. Enam tahun menjadi satu dengan studio, kami harus beradaptasi dengan keadaan sekarang ini. Positifnya, suami jadi lebih disiplin dalam bekerja, ngga pake acara lembur sampai malam karena sekarang mah pergi pagi pulang petang. Selain itu, pekerjaan dapat dilakukannya dengan baik tanpa gangguan Amay dan Aga yang seringnya meminta sang papa berbagi layar. Iya, suami saya sering “momong” anak-anak sambil bekerja, jadi separo layar untuk memutar film, separo lagi untuk AutoCAD. Hahaha... Tapi sekarang mah udah jelas, mana rumah mana kantornya. :D

Lalu, dampak negatifnya apa? Ya paling kalau pas hujan begini, kan kasihan kalau pulang kehujanan ya... Kalau biasanya datang dan pulang kantor mah ngga berasa apa-apa, lha wong di rumah aja, sekarang, kendalanya cuaca. Ngga boleh nyalahin hujan juga sih, karena hujan adalah rahmat. Ya ‘kan? Harus disyukuri. Kalau kedinginan? Ya dihangatkan lah. Hehe...

Makanya, saat hujan kemarin, setelah memastikan bahwa beliau sudah akan pulang ke rumah, saya pun menyiapkan seteko teh hangat dan mmm...bakmi mewah.



Bakmi? Emang bakmi ada yang mewah? Bakmi kan identik dengan masakan Jawa yang ndeso to?

Hehehe... Yang ini bedaaa... Sekarang kita bisa membuat Bakmi ala resto, di rumah. Bikinnya cepet dan ngga pakai ribet.

Sini aku bisikin yaa... Bakmi Mewah itu beda dengan bakmi biasa. Mie-nya kenyal, tipis, lembut tapi tidak mudah putus. Rasanya pas, ngga keasinan seperti mie instan yang biasa kita makan. Potongan daging ayam dan jamurnya pun enak lho. Ini menurut lidah saya sih, silakan dicoba deh biar ngga penasaran, lalu beri penilaian. :D

Kalau soal harga, tentu tidak bisa disamakan dengan mie instan biasa. Lha wong di dalam Bakmi Mewah ada tambahan daging ayam dan jamurnya juga koq, ya wajar kalau sedikit lebih mahal. Ya ngga?

Nah kemarin ceritanya pas hujan-hujan itu saya bikin 2 versi. Yang satu versi anak-anak, satunya lagi versi orang dewasa. Yang membedakan adalah, untuk Amay-Aga, saus sambalnya tidak saya campurkan. Soalnya, Amay itu sensitif banget sama rasa pedas. Aga pun baru 2 tahun kan, belum bisa makan pedas.

Bakmi Mewah punya Amay Aga, non pedas

Buat kami yang dewasa, selain tambahan sayur, yang tak boleh ketinggalan adalah cabe. Biar kata cabe lagi mahal, tapi makan pedes mah tetep jalan, hihi...

Saya sempat mencicipi mie-nya Amay-Aga. Walau tanpa saus, rasanya ngga eneg. Daaan, mengingat bahwa Amay-Aga ini ngga sabaran kalau udah lihat mie instan, Bakmi Mewah ini bisa ready dalam waktu 2-3 menit saja. *Hihi, lalu terbayang Bakmi Jowo langganannya Pakde di Jogja yang bikinnya pake arang dan luamaaaa banget jadinya. Inget banget waktu itu saya harus menahan lapar karena menunggu hampir sejam. :D

Untuk kami yang dewasa, agak lebih ribet memang. Tapi demi rasa pedas yang nampol, ya ayuklah kita bikin kreasinya.

Kemarin pakai cara mudah saja.
1. Siapkan bawang merah dan bawang putih secukupnya. Iris tipis.
2. Siapkan cabe sesuai selera. Saya pakai 3 buah cabe rawit dan 2 buah cabe keriting. Pedas banget memang, tapi jadi kemepyar kalau kata orang Jawa.
3. Siapkan sayuran yang ingin ditambahkan.
4. Rebus Bakmi Mewah, tiriskan.
5. Siapkan bahan tambahan yang diinginkan. Saya pakai yang ada di kulkas, yaitu telur puyuh. Bisa juga ditambahkan udang, tapi karena saya alergi udang, jadi saya skip saja, toh sudah ada ayam dan jamurnya. Hehe...


Bumbu membuat Bakmi Mewah ala rumahan

Cara memasaknya mudah, sama seperti saat kita membat Bakmi Jowo ala-ala. 
Tumis bawang merah dan bawang putih sampai harum, masukkan irisan cabe, tumis hingga layu. Masukkan sayur dan telur puyuhnya. Masukkan juga mie-nya. Bumbunya sih, dituang di mangkuk saja lah kalau saya mah, hehe.. Kalau ingin lebih asin, tambahkan garam seukupnya. Tapi untuk saya, bumbu yang sudah tersedia di bungkus Bakmi Mewah sudah passs rasanya. Sudah? Aduk semuanya, dan Bakmi Mewah Pedas siap disantap.

Nah, seperti ini jadinya.

Bakmi Mewah Versi Pedas

Teman-teman yang suka memasak, pasti langsung ke-ide-an untuk berkreasi pakai Bakmi Mewah ya? Hihi...share dong, sukanya bikin apa saja kalau pakai mie instan?


Read More

Family Trip I, Keraton Mangkunegaran, Surakarta

Saturday, January 7, 2017

Alhamdulillah, libur tahun baru 2017 kemarin, kami sekeluarga bisa jalan-jalan bersama. Luar biasa, karena keluarga Hermansyah bisa berkumpul semua, alhamdulillah...

Mama mertua datang ke Solo, Jumat, tanggal 30 Desember 2016. Saat itu belum komplit semua sih, karena Om Dika (suami Tanton) dan keluarganya Tantin belum datang. Jadi cuma ada Oma, Mama, Ayah, Tanton dan baby Radit yang diantar Mang Iyus.

Tanggal 31-nya, Sabtu, kami ke Keraton Mangkunegaran. Dadakan, karena sampai detik itu kami bingung pengen kemana. Tadinya saya dan Mas Yopie usul, gimana kalau ke Umbul Ponggok (ini sih karena terpengaruh sama foto liburannya temen-temen #BloggerSolo, hehe...) atau ke kolam renang Pandawa? Tapi dua usulan itu ditolak, wkwkwkwk...

Akhirnya Mas Yopie punya ide, gimana kalau kita ke Keraton? Tadinya sih saya mikir, buat apa? Kayaknya ngga ada yang menarik disana, haha... Tapi Mas Yopie bilang, kan Mamah suka foto-foto selfie tuh, jadi disana biar pada foto-foto di ikon-nya Kota Solo, hihi... Okelah kalau begitu... Bukan apa-apa ya, dulu saya dan suami pernah ke Keraton Kasunanan, tapi ngga ngerti mau apa. Waktu itu sempat lihat drum band nya sih. Tapi mungkin karena ngga ada guide-nya (entah karena memang ngga ada atau pas kami berkunjung, guide-nya sedang pada sibuk), jadi kami cuma lihat benda-benda peninggalan jaman dahulu tanpa tau sejarahnya.

Singkat kata, sampailah kami di Keraton Mangkunegaran. Saya lewat jalan Slamet Riyadi (barat ke timur ya, karena 'kan satu arah), belok kiri di samping McD, melewati depan Soto Triwindu yang sedang direnovasi. Sampai perempatan belok kiri lagi. Sempat melirik ke arah Cafe Tiga Tjeret, tapi sayangnya kami harus belok ke kanan dulu, hihihi...

Iya, kami masuk lewat pintu yang berseberangan dengan Cafe Tiga Tjeret dan Omah Sinten itu.

Sampai sana, Mamah membeli tiket masuk untuk kami semua. Biaya masuknya cukup murah, Rp 10.000,- saja per orang. Anak-anak tidak dihitung.

Disini, ternyata ada guide yang siap memandu perjalanan kami. Alhamdulillah, jadinya kami bisa sekaligus belajar, 'kan? Ngga cuma jalan-jalan doang.

Sebelum kemana-mana, Mas Dodi sang guide, menawarkan untuk memfoto kami di depan. ☺

berfoto di depan Keraton Mangkunegaran, Surakarta

Kami memutari halaman yang diselimuti rumput hijau itu. Kebetulan saya ngecek di wikipedia juga, ternyata halaman ini memiliki nama dan fungsi tersendiri. Namanya adalah Pamedan, tempat berlatihnya para prajurit. Setelah berjalan memutar, sampailah kami di Pendopo. Disitu, kami harus melepas alas kaki. Kami diberi plastik kresek untuk wadahnya.

Belum apa-apa, Mas Dodi langsung menyayangkan kedatangan kami. Sayang kenapa? Soalnya kami terlambat datang. Seandainya kami datang lebih pagi, jam 10 begitu, kami bisa menyaksikan pertunjukan gamelan. Jadi setiap hari Rabu dan Sabtu antara jam 10-12 WIB, digelar pertunjukan ini. Antara hari Rabu atau Sabtu itu (duh maafkan saya yang pelupa, saya sudah tanya Mas Yopie juga, tapi beliau juga ngga ingat hari apa persisnya) bahkan ada tari-tarian juga. Hiks hiks..kami kelamaan mikir sih yaaa, jadinya kelewat deh. Tapi ngga apa-apa, next time insya Allah kesini lagi. ☺


lihatlah tas kresek kami. isinya alas kaki yang harus dilepas saat memasuki pendopo keraton mangkunegaran.

Oya, kata Mas Dodi, lantai pendopo ini terbuat dari Marmer yang didatangkan langsung dari Italia. Sayangnya, waktu terjadi musibah banjir di tahun 1966 (semoga ngga salah tahun ya, lupa-lupa ingat soalnya), lantai marmernya terendam, dan menimbulkan noda berwarna coklat. 

Pendopo ini memiliki empat soko guru, yang melambangkan empat elemen kehidupan.


Soko Guru dan Lantai Marmer yang Terendam Banjir.

Tak hanya itu, karena Raja pada masa itu sedikit terpengaruh dengan kebudayaan luar (beliau kuliah di Eropa), sehingga di langit-langit Pendopo pun bisa kita temukan lambang-lambang astronomi, tapi tetap ada sentuhan batiknya.


langit-langit di Pendopo Keraton Mangkunegaran

Setelah melewati Pendopo, kita akan sampai di area bernama Pringgitan. Disini ada tangga menuju Dalem Ageng. Di Dalem Ageng kita tidak diperkenankan mengambil foto. 




Mengambil informasi dari Wikipedia (karena saya takut salah), Dalem Ageng merupakan sebuah ruangan dengan luas 1.000 meter persegi, yang secara tradisional merupakan ruang tidur pengantin kerajaan, dan sekarang berfungsi sebagai museum. Disini terdapat bermacam-macam barang yang dipamerkan. Mulai dari perhiasan-perhiasan, senjata-senjata (saya lihat ada katana, tombak setinggi hampir 4 meter, dll), perlengkapan menari, uang-uang logam, medali-medali, juga harimau yang sudah diawetkan. 

Keluar dari Dalem Ageng, kita disambut topeng-topeng, hehe... Area ini disebut Beranda Dalem. Disini kita bisa melihat foto keluarga raja. Mamah paling tertarik di area ini, hihi, apalagi waktu lihat foto Gusti Paundrakarna. Iya, Paundra yang artis itu. 

Jujur, banyak pengetahuan yang kemudian saya dapatkan setelah jalan-jalan kesini. Utamanya tentang silsilah kerajaan Mangkunegaran. Kemudian saya juga baru tau bahwa Gusti Paundrakarna ternyata merupakan cucu dari proklamator kita, Ir. Soekarno

Kata Mamah, "Duh, kamana wae, Rin?", hihihi, duh Wong Solo-nya (saya loh yaaa) malah kudet nih. Maafkan. ✌




Area taman di dalam Keraton Mangkunegaran.

Di depan 

Setelah keluar dari Dalem Ageng, acaranya memang lebih bebas dan lebih santai. Kami boleh mengambil foto dimana saja. Seperti tiga foto terakhir di atas. ☺

Ada yang mau berkunjung ke Solo juga? Mari sini... ☺



Read More

Anak UAS? Please, Jangan Cemas!

Sunday, January 1, 2017

Eh, UAS sudah selesai 'kan ya? Sekarang tinggal liburan aja.

Tapi boleh lah kalau saya tulis tentang UAS. Mak Rizki pernah menulis tentang bagaimana agar anak semangat menyambut UAS. Nah, saya jadi keidean nih, untuk menulis hal yang sama, hehe...

test from pixabay

Saya pribadi, sebenarnya bukanlah tipe orang tua yang menuntut anak agar sukses secara akademis. Apalagi Amay masih TK B, jadi biarlah dia happy-happy dulu di sekolah. Tapiii, waktu Amay UAS beberapa minggu lalu, saya ikutan belajar juga sih. Tentang membaca dan berhitung, saya ngga secara khusus mengajari Amay. Saya hanya fokus pada hafalan surah, hadits dan do'a saja. Saya pun ikut menghafal Surah Al-Ghosyiyah bareng Amay, hehe...

Alasannya sih simply karena, masak anaknya disuruh ngafalin qur'an tapi emaknya enak-enakan? Ngga bisa begitu...saya pikir saya harus ikut merasakan susah payahnya menghafal qur'an. Yaa..baru juz 'amma sih, tapi kan ngga gampang juga kan?

Saya sih setuju dengan Mak Rizki yaa... Saat UAS, kita sebagai orang tua mesti banyak berdo'a agar anak kita sukses dalam ujiannya. Saya yakin, berdo'a untuk anak sebenarnya sudah tiap hari kita lakukan. Tapi dengan do'a, usaha kita sudah final, kita titipkan segalanya pada Allah Ta'ala.

Selain itu, saya juga setuju sekali untuk mendukung anak belajar tanpa menuntutnya harus menjadi juara. Toh, berdasarkan Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang saya kutip dari tulisan Mak Rizki, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Lagipula, menuntut anak untuk selalu mendapatkan nilai yang terbaik (menjadi juara), terkadang bisa menjerumuskan mereka loh. Iya, banyak anak yang kemudian menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan nilai yang baik, misalnya dengan berlaku curang seperti mencontek. Tak hanya itu, malahan saat Ujian Nasional tiba, ada yang rela mengeluarkan banyak uang hanya untuk membeli bocoran jawaban. Tak bisa dipungkiri, ini adalah salah satu sisi buruk dari sistem pendidikan yang mengandalkan nilai sebagai alat ukur kecerdasan.

So, sebelum semua terlanjur terjadi, mari kita bisikkan pada anak-anak, bukan nilai tinggi yang membuat kita bangga pada mereka, tapi akhlaq mulia lah yang paling utama. ☺
Read More