Perjalanan ke Purworejo
Alhamdulillah, akhir tahun 2017 kemarin, saya dan keluarga bisa piknik bersama seperti tahun lalu. Kalau tahun lalu, seluruh keluarga ke Solo dan Jogja, tahun ini kami ke Bandung dan Jakarta.
Baca: Family Trip I, Keraton Mangkunegaran, Surakarta
Alhamdulillah, akhir tahun 2017 kemarin, saya dan keluarga bisa piknik bersama seperti tahun lalu. Kalau tahun lalu, seluruh keluarga ke Solo dan Jogja, tahun ini kami ke Bandung dan Jakarta.
Baca: Family Trip I, Keraton Mangkunegaran, Surakarta
Sedikit ada drama saat mengawali liburan ini sebenarnya. Pada tanggal 23 Desember, kami masih kebingungan bagaimana kami bisa pulang ke Purworejo. Tiket Joglokerto sudah habis. Seharusnya sih pesan tiketnya jauh-jauh hari yaa.. Tapi saat itu kami bingung, mau ke Semarang dulu atau langsung Purworejo.
Akhirnya Opik pergi pagi-pagi untuk mengantri tiket prameks dengan keberangkatan pukul 12:15. Dapat, alhamdulillah. Kami pun segera bersiap.
Akhirnya Opik pergi pagi-pagi untuk mengantri tiket prameks dengan keberangkatan pukul 12:15. Dapat, alhamdulillah. Kami pun segera bersiap.
Persiapan beres, kami segera menelepon taxi. Tapi, lama ditunggu, taxi baru datang setengah jam kemudian, dengan kabar bahwa: SOLO MACET.
Okay tak apa, masih ada waktu 45 menit. Kami melewati jalan tikus, dan alhamdulillah, lancar, sampai di timur terminal tirtonadi. Daaan, kami berhenti di situ selama lebih dari setengah jam, dan bisa ditebak, KAMI TERTINGGAL KERETA.
Nggak mau nyerah, Opik antri tiket prameks berikutnya, tapi baru berapa orang yang dilayani, tiket pun habis. Akhirnya, kami memutuskan untuk ke Semarang saja. Sebetulnya kami sudah berencana ke rumah Mbak Ita, tapi jelang hari H, galau melanda. Akhirnya, ya tetap ke sana, mungkin memang sudah takdirnya. LOL.
Kami melewati skybridge, jembatan penghubung antara Stasiun Balapan dan Terminal Tirtonadi. Yaah, kalau kami nggak ketinggalan kereta, mungkin sampai sekarang kami belum pernah melintasi skybridge ini. Ambil saja hikmahnya, ya kan? Kami naik bis ke Semarang dari Terminal Tirtonadi ini, setelah sebelumnya sholat dan makan di sana.
Sampai akhirnya, keesokan harinya kami berangkat ke Purworejo bersama-sama. Alhamdulillah..
Sampai akhirnya, keesokan harinya kami berangkat ke Purworejo bersama-sama. Alhamdulillah..
Perjalanan ke Majalengka dan Bandung
Tanggal 27 Desember, saya, suami, Amay dan Aga, berangkat ke Majalengka dengan menumpang kereta dari Kutoarjo sampai Cirebon. Kami dijemput Aki, Nin, Tanton dan Radit di stasiun.
Esok paginya, tanggal 28, kami berangkat ke Bandung, dan malamnya kami menginap di Sapadia Guesthouse, di Dago. Lumayan terjangkau, hanya sekitar 300 ribu rupiah per kamar, kita sudah bisa menikmati kamar dengan fasilitas AC, TV, kamar mandi dengan air hangat, dan breakfast. Kamar mandinya memang standar seperti kamar mandi rumah sih, hanya berbeda di air hangatnya saja.
Alhamdulillah, cukup untuk melepas penat, setelah perjalanan dari Majalengka - Bandung. Oya, alhamdulillah lagi, sebelumnya kami sempat silaturrahmi ke rumah Ua. Bahagia bisa berjumpa dengan Ua, Teh Gita dan Teh Dini.
Esoknya, setelah sarapan, kami berangkat menuju Lembang. Sengaja berangkat pagi-pagi, supaya nggak terlalu macet, dan supaya jalan-jalannya nanti bisa agak lama dan puas. Tujuan kami adalah Floating Market. Sebenarnya ingin mampir ke Bosscha juga, karena Amay sudah memimpikannya. Tapi kami harus segera ke Jakarta karena besoknya tanggal 30, kami akan berkunjung ke Sea World dan Ancol.
Padat ya? Iya memang, ini karena liburan Amay yang pendek. Tapi alhamdulillah, bahagia meski kaki lelah dan hampir bengkak.
Apalagi di Floating Market, senang sekali deh rasanya. Dengan tiket 20 ribu rupiah per orang, kita sudah bisa masuk ke sana. Tiketnya pun bisa ditukar dengan minuman, ada kopi, cokelat, jeruk, atau lemon tea.
Setelah menghabiskan minuman sambil berfoto di sana-sini, kami berjalan mengelilingi Floating Market yang luas, tapi bersih dan indah. Ada Kyotoku, tempat untuk menikmati kebudayaan Jepang. Kita bisa menyewa baju kimono juga, dan berfoto ria. Tapi saya nggak menyewanya, karena saya berpikir, saya akan repot saat berjalan dan menggendong Aga nantinya.
Iya, kita boleh mengenakan kimono ini sambil berkeliling koq. Bahkan saya lihat banyak orang masih tetap berkimono sambil jalan-jalan kesana kemari. Next time ya kita coba kalau ke sini lagi. :D
Tanggal 27 Desember, saya, suami, Amay dan Aga, berangkat ke Majalengka dengan menumpang kereta dari Kutoarjo sampai Cirebon. Kami dijemput Aki, Nin, Tanton dan Radit di stasiun.
Esok paginya, tanggal 28, kami berangkat ke Bandung, dan malamnya kami menginap di Sapadia Guesthouse, di Dago. Lumayan terjangkau, hanya sekitar 300 ribu rupiah per kamar, kita sudah bisa menikmati kamar dengan fasilitas AC, TV, kamar mandi dengan air hangat, dan breakfast. Kamar mandinya memang standar seperti kamar mandi rumah sih, hanya berbeda di air hangatnya saja.
Alhamdulillah, cukup untuk melepas penat, setelah perjalanan dari Majalengka - Bandung. Oya, alhamdulillah lagi, sebelumnya kami sempat silaturrahmi ke rumah Ua. Bahagia bisa berjumpa dengan Ua, Teh Gita dan Teh Dini.
Sapadia Guesthouse, Dago, Bandung |
FLOATING MARKET
Esoknya, setelah sarapan, kami berangkat menuju Lembang. Sengaja berangkat pagi-pagi, supaya nggak terlalu macet, dan supaya jalan-jalannya nanti bisa agak lama dan puas. Tujuan kami adalah Floating Market. Sebenarnya ingin mampir ke Bosscha juga, karena Amay sudah memimpikannya. Tapi kami harus segera ke Jakarta karena besoknya tanggal 30, kami akan berkunjung ke Sea World dan Ancol.
Padat ya? Iya memang, ini karena liburan Amay yang pendek. Tapi alhamdulillah, bahagia meski kaki lelah dan hampir bengkak.
Apalagi di Floating Market, senang sekali deh rasanya. Dengan tiket 20 ribu rupiah per orang, kita sudah bisa masuk ke sana. Tiketnya pun bisa ditukar dengan minuman, ada kopi, cokelat, jeruk, atau lemon tea.
tiket masuk floating market bisa ditukar minuman ini |
Setelah menghabiskan minuman sambil berfoto di sana-sini, kami berjalan mengelilingi Floating Market yang luas, tapi bersih dan indah. Ada Kyotoku, tempat untuk menikmati kebudayaan Jepang. Kita bisa menyewa baju kimono juga, dan berfoto ria. Tapi saya nggak menyewanya, karena saya berpikir, saya akan repot saat berjalan dan menggendong Aga nantinya.
Iya, kita boleh mengenakan kimono ini sambil berkeliling koq. Bahkan saya lihat banyak orang masih tetap berkimono sambil jalan-jalan kesana kemari. Next time ya kita coba kalau ke sini lagi. :D
Kyotoku, Floating Market, Lembang |
kita bisa menyewa baju kimono di sini |
Puas di situ, kami berjalan ke tempat lain. Di setiap titik selalu saja ada hal yang menarik. Jadi, walaupun jalannya jauh dan muter-muter, tapi nggak ada bosannya, karena semua istimewa.
Lihat ini, ada berbagai macam tanaman. Ada kecipir, yang sesungguhnya enak banget dibuat pecel, buah bligo, tanaman padi, dan ada juga labu siam yang nggak sempat kefoto karena Aga nggak mau turun dari gendongan, sementara suami sedang gantian menggendong si kecil Radit yang tertidur pulas di pelukan.
menggapai buah Bligo |
buah Bligo, floating market, Lembang |
tanaman padi di floating market, Lembang |
sayur kecipir, floating market, Lembang |
tanaman kacang tanah, floating market, Lembang |
Selain itu, ada Taman Fauna juga. Ada kuda poni, taman kelinci, dan lain sebagainya. Amay pun berkesempatan bermain Flying Fox, permainan yang membuatnya ketagihan pasca outbond bersama teman-teman sekolahnya.
Rainbow Garden
Kami terus berjalan naik, sampai kami tiba di Rainbow Garden. Masya Allah, bunganya banyak dan berwarna-warni. Suami saya sampai terkagum-kagum lho, jarang beliau seperti ini. Katanya, "Pengembangnya hebat banget. Landscape-nya keren." Dan suami pun memfoto bunga-bunga di sana, sampai bunga di sampingnya dibiarkan saja, hiks...
Tapi nggak apa-apa, saya mah nggak cemburu sama bunga-bunga itu, hihihi... Semoga meski suka dengan bunga, suami nggak minat cari madunya, yaa... #eeaaa
Kami berfoto di sana dan di sini, sampai memori handphone hampir penuh, hihi... Oya, saat masuk ke Rainbow Garden, kita bisa berpartisipasi dengan membayar 1O ribu rupiah saja, untuk perawatan tanaman dan bunga-bungaan. Murah kan yaaa...
Bunganya bermacam-macam, warnanya juga variatif. That's why tamannya dinamakan "Rainbow Garden". Tapi, meski bunga-bunganya indah memanjakan mata dan menarik hati untuk memilikinya, jangan dipetik yaaa, kasihan soalnya. Nanti jadi berkurang indahnya.
Kota Mini
Setelah puas menikmati Rainbow Garden, di atasnya lagi ada yang namanya "Kota Mini". Isinya seperti apa? Ya seperti kota pada umumnya. Ada wahana:
- Post Office
- Police Station
- Taylor
- Cooking Class
- Bear House
- Fire Dept
- Hospital
- Salon, dll
Wahana profesi ini mirip dengan Kidzania lah, semacam itu.
Lalu berapa tiket masuk Kota Mini?
Untuk masuk ke "Kota Mini" kita harus merogoh kocek sebesar 25 ribu rupiah per orang. Untuk masuk ke tiap wahana, biayanya sebesar 35 ribu / wahana, atau 98 ribu / 5 wahana.
Seperti tiket Floating Market yang bisa ditukar dengan minuman, tiket masuk Kota Mini bisa ditukar dengan snack kesukaan anak-anak.
***
Sudah puas jalan-jalan dan main flying fox, kami menuju ke pasar apungnya. Lapar soalnya, dan hari juga sudah masuk waktu makan siang. Seperti di video di atas, banyak sekali jajanan dan makanan yang ditawarkan di pasar apung. Ada sate maranggi, kupat tahu, empal gentong, es dawet, pempek, ketan susu, dll. Saya sendiri nyobain pempeknya, dan cukonya mantap. Harganya 2O ribu.
Amay pilih pisang sangkuriang, pisang tanduk yang digoreng dengan tepung lalu ditaburi meses dan keju. Enak dan mengenyangkan. Harganya juga sama. Mas Yopie pilih ketan susu, enak katanya. Saya sih nggak nyicip, karena sudah kenyang ikut makan pisangnya Amay, hehe...
Oya, untuk membeli makanan di Floating Market, kita harus menggunakan koin floating market. Nanti ada loket penukaran uangnya. Hanya saja memang jadi agak sedikit ribet, karena tiap mau beli sesuatu harus tukar koin dulu.
Anyway, itu saja yang bisa saya ceritakan kali ini. Nanti kalau ada yang saya ingat saya tambahkan lagi. Betewe, gimana akhir tahun teman-teman semua? Adakah teman-teman yang pernah ke Floating Market juga? Sharing yuk..
Kami terus berjalan naik, sampai kami tiba di Rainbow Garden. Masya Allah, bunganya banyak dan berwarna-warni. Suami saya sampai terkagum-kagum lho, jarang beliau seperti ini. Katanya, "Pengembangnya hebat banget. Landscape-nya keren." Dan suami pun memfoto bunga-bunga di sana, sampai bunga di sampingnya dibiarkan saja, hiks...
Tapi nggak apa-apa, saya mah nggak cemburu sama bunga-bunga itu, hihihi... Semoga meski suka dengan bunga, suami nggak minat cari madunya, yaa... #eeaaa
Kami berfoto di sana dan di sini, sampai memori handphone hampir penuh, hihi... Oya, saat masuk ke Rainbow Garden, kita bisa berpartisipasi dengan membayar 1O ribu rupiah saja, untuk perawatan tanaman dan bunga-bungaan. Murah kan yaaa...
Bunganya bermacam-macam, warnanya juga variatif. That's why tamannya dinamakan "Rainbow Garden". Tapi, meski bunga-bunganya indah memanjakan mata dan menarik hati untuk memilikinya, jangan dipetik yaaa, kasihan soalnya. Nanti jadi berkurang indahnya.
tiket masuk Rainbow Garden, Floating Market, Lembang |
salah satu mawar, di rumah kaca |
rumpun bunga di Rainbow Garden, Floating Market, Lembang |
ini namanya bunga apa ya? @ Rainbow Garden, Floating Market, Lembang |
bunga-bunga di Rainbow Garden, Floating Market, Lembang |
Kota Mini
Setelah puas menikmati Rainbow Garden, di atasnya lagi ada yang namanya "Kota Mini". Isinya seperti apa? Ya seperti kota pada umumnya. Ada wahana:
- Post Office
- Police Station
- Taylor
- Cooking Class
- Bear House
- Fire Dept
- Hospital
- Salon, dll
Kota Mini, Floating Market, Lembang |
pura-puranya mau isi bensin @ Kota Mini, Floating Market, Lembang |
Kota Mini, Floating Market, Lembang |
Wahana profesi ini mirip dengan Kidzania lah, semacam itu.
Lalu berapa tiket masuk Kota Mini?
Untuk masuk ke "Kota Mini" kita harus merogoh kocek sebesar 25 ribu rupiah per orang. Untuk masuk ke tiap wahana, biayanya sebesar 35 ribu / wahana, atau 98 ribu / 5 wahana.
Seperti tiket Floating Market yang bisa ditukar dengan minuman, tiket masuk Kota Mini bisa ditukar dengan snack kesukaan anak-anak.
***
Sudah puas jalan-jalan dan main flying fox, kami menuju ke pasar apungnya. Lapar soalnya, dan hari juga sudah masuk waktu makan siang. Seperti di video di atas, banyak sekali jajanan dan makanan yang ditawarkan di pasar apung. Ada sate maranggi, kupat tahu, empal gentong, es dawet, pempek, ketan susu, dll. Saya sendiri nyobain pempeknya, dan cukonya mantap. Harganya 2O ribu.
pempek |
Amay pilih pisang sangkuriang, pisang tanduk yang digoreng dengan tepung lalu ditaburi meses dan keju. Enak dan mengenyangkan. Harganya juga sama. Mas Yopie pilih ketan susu, enak katanya. Saya sih nggak nyicip, karena sudah kenyang ikut makan pisangnya Amay, hehe...
pisang sangkuriang |
Oya, untuk membeli makanan di Floating Market, kita harus menggunakan koin floating market. Nanti ada loket penukaran uangnya. Hanya saja memang jadi agak sedikit ribet, karena tiap mau beli sesuatu harus tukar koin dulu.
Anyway, itu saja yang bisa saya ceritakan kali ini. Nanti kalau ada yang saya ingat saya tambahkan lagi. Betewe, gimana akhir tahun teman-teman semua? Adakah teman-teman yang pernah ke Floating Market juga? Sharing yuk..