Born To Be Genius; Webinar Parenting Bersama Tigaraksa

Sunday, November 5, 2017



Pada tanggal 12 Oktober lalu, saya mengikuti sebuah Webinar yang diadakan oleh PT. Tigaraksa Satria. For your information, PT. Tigaraksa Satria adalah sebuah perusahaan perdagangan yang memiliki divisi untuk mengembangkan cara menstimulasi otak balita agar tumbuh optimal.

Saya mengetahui adanya Webinar ini dari seorang teman semasa SMP, Endah Ediyati namanya. Kebetulan beliau bekerja di perusahaan ini. Hhmmm, pantas saja ya, Mbak Adhwa putrinya kelihatan cerdas. Pasti stimulasi yang diberikan oleh orang tuanya juga optimal.

Stimulasi. Kata ini menjadi salah satu faktor penentu, agar anak-anak kita bisa tumbuh menjadi anak yang cerdas. Jangan lupa, cerdas itu tidak hanya pandai Matematika saja ya... Masih ingat dengan 8 jenis kecerdasan menurut Howard Gardner yang terkenal dengan sebutan Multiple Intelligence?

Nah, mendukung pernyataan tadi, Dr. Thomas Armstrong mengatakan bahwa, "Every child is genius." Sayangnya, lingkungannya lah yang terkadang melumpuhkan kejeniusan ini. Banyak anak yang tumbuh di rumah yang meredam kualitas jenius. Faktor-faktor di rumah seperti kemiskinan, depresi dan kecemasan, tekanan pada anak-anak untuk tumbuh terlalu cepat, dan ideologi kaku berdasarkan kebencian dan ketakutan, secara aktif menundukkan kualitas kejeniusan di masa kecil seperti bermain, kreatif, dan rasa ingin tahu.

Pak Jerry Darmawan Atega, praktisi dan pemerhati pendidikan anak yang menjadi pembicara di webinar ini, memberikan contoh beberapa stimulasi yang kurang tepat. Misalnya; meletakkan bayi di box, membatasi geraknya dengan bantal dan guling di segala sisi. Contoh lainnya adalah menaruh bayi di stroller. Menurut beliau, lebih baik menggendong, karena dengan menggendongnya, kita bisa melakukan kontak mata, kontak fisik, dan mengajak ngobrol.

Untuk lebih lengkapnya, saya lampirkan saja screenshot materi yang Pak Jerry sampaikan yaa... Sengaja saya screenshot supaya saya tidak ketinggalan materinya, hehe...



Nah, ini pentingnya stimulasi pada anak di usia emasnya. Semakin banyak stimulasi dan dukungan yang diberikan, semakin banyak pula sel-sel kecerdasan yang tersambung.


Dalam 1 hari, anak yang tidak mendapatkan stimulasi yang berarti dari lingkungannya, maka sel otaknya akan rontok sekitar 10.000 - 100.000 per hari. Membaca fakta di atas, saya jadi ngeri. Kasihan dong ya anak yang kebutuhan stimulasinya tidak terpenuhi. 






Salah satu bentuk stimulasi adalah, mengembangkan apa yang dikenalkan. Misal nih, kita sedang berjalan-jalan dan menemukan kupu-kupu yang sedang terbang. Kita bisa sampaikan bahwa kupu-kupu terbang dengan sayap, mengenalkan warnanya, makanannya, juga dari mana dia berasal. Nah ini, kita mesti kreatif. Makanya, ada baiknya juga ya jadi ibu yang cerewet, hihihi... Cerewet dalam arti positif tapi yaaa...


Membaca dengan kata. Mungkin dari seluruh materi yang Pak Jerry sampaikan, hanya ini yang tidak saya sepakati. 

Pak Jerry mengacu pada teory Glenn Doman, bahwa kita membaca kata, bukan huruf. That's why meskipun kata-katanya seperti di bawah ini, kita tetap bisa memahaminya. Ini contohnya.

Jkia kmau bsai mmebcaa tiluasn ini braerti kmau mmlieiki pikarin ynag kaut.

Apaliba bsia, salihkan lunjat mmebcaa tlisaun diawabh ini, sabeb drai 100 oarng hnaya 55 ynag brehsial.



Silut diprecyaa syaa bsia mhamemai tlisaun ini. Fenemona kekautan fkirian munaisa, mnuerut hisal peniletain di Cambride University, tdaik mapmarmelasahken bgaainama tilusan dlaam sbeuah ktaa disuusn. Kaerna ynag mnejdai knuci aladah penmetapan hruuf premata dan trehakir ynag baner dlaam ktaa terbesut. Mkipesun tlisaun itu dcaiak –aack sracea tak brutarean, ktia aakn tatep bsia mmebacayna tnapa maaslah. Ini dikabesban kreana firikan munaisa tadik hnyaa fukos memcaba saebuh ktaa, menailkan scarea kahuluresen. Manekbjukan bakun? Ya dan sanagt dinaketkan bwaha pangejaen itu pinteng.


Jujur, saya kurang setuju dengan beliau. Ya, ini cuma pendapat pribadi saja, yaa... Mengajarkan membaca dengan teknik Glenn Doman memang bisa membuat anak lebih cepat bisa membaca dibanding dengan cara mengeja. Namun, cara ini memiliki kelemahan. Anak yang belum mengenal huruf tetapi sudah diajarkan membaca kata, biasanya tidak akan mengenal huruf yang membentuk kata itu.
 
Ini terjadi pada anak saya. Amay belajar membaca dengan AISM di sekolah TK-nya dulu. Jadi, seperti iqro', anak langsung belajar membaca per suku kata, dan tidak lagi mengeja seperti zaman kita sekolah dulu. Tidak ada be a - ba, ce a - ca, dst. Hasilnya, di awal-awal belajar membaca dulu, Amay lupa dengan huruf /em/ karena yang dia ingat adalah /ma/. Dia tidak ingat huruf /zet/ karena dia taunya /za/. 

Seperti iqro' juga begitu. Rata-rata, anak yang tidak diajari mengenal huruf hijaiyah terlebih dulu, namun langsung belajar membaca iqro', mereka tidak tau huruf alif, karena yang mereka tau hanya a, i, dan u. Mereka tidak tau huruf nun, karena yang mereka pelajari adalah na, ni, dan nu, dan seterusnya.

Tapi, AISM dan Iqro' menawarkan jalan tengah, tidak terlalu cepat, tapi juga tidak terlalu lama. Masih ingat tidak, bagaimana dulu kita belajar membaca al-qur'an dengan turutan? 

Ro dhomah ru
Mim waw sin sukun dhomah mus
Ru Mus

Hihi, jadi ingat Pak Ismu, guru Fisika saya waktu SMP.

Ya, cara belajar Al-qur'an dengan membaca turutan memang lama, tapi kita jadi mengenal konsep. Seperti ketika belajar membaca dengan mengeja, kita jadi paham bagaimana sebuah huruf konsonan bisa berbunyi setelah bertemu huruf vocal. Begitu.

Oya, dulu waktu SMA, di berbagai bimbingan belajar pasti diajarkan rumus cepat dan praktis untuk mengerjakan soal ujian. Tapi, bagaimana jika soal yang diberikan adalah soal uraian? Pasti jadinya gelagepan. Makanya guru saya dulu bilang, boleh saja mengerjakan soal dengan rumus cepat dan pintar itu, tapi paling tidak kita harus tau dulu bagaimana rumus itu bisa ada.

Kesimpulannya, bagi saya sah-sah saja mengajarkan anak membaca dengan teknik Glenn Doman, tapi sebelumnya kenalkan dulu pada huruf. Meski begitu, step by step juga lebih baik, dari pengenalan huruf, membaca suku kata, meningkat ke membaca kata, frasa, kalimat, paragraf, cerita, dan buku pada akhirnya.

Yang paling penting dari semua itu kan BUKAN seberapa cepat anak membaca, AKAN TETAPI bagaimana anak bisa memahami apa yang ia baca.




Selama hampir satu setengah jam mengikuti Webinar ini, cukup banyak ilmu yang saya dapatkan. Sebenarnya acara belum selesai, tapi sayangnya baterai handphone saya sudah habis karena saya sudah "on" sejak setengah jam sebelum acara ini dimulai.

Sedih sebenarnya, karena kesempatan untuk mendapatkan hadiah terlewat sudah. Memang di acara ini banyak sekali doorprize yang dibagikan, seperti misalnya ada projector lamp yang diberikan pada peserta Webinar yang bisa menjawab pertanyaan. Di sini kekuatan sinyal dan kecepatan mengetik amat berpengaruh yaa, hihi... Beberapa kali saya menjawab pertanyaan dengan benar, tapi karena kalah cepat, jadi hadiahnya ngga dapat, hiks..

Oya, berdasarkan pengalaman saya, ada 3 hal yang harus kita persiapkan sebelum mengikuti Webinar ini.
1. Kuota internet. Jangan sampai di tengah jalan buffering melulu, eee pas dilihat kuotanya habis. Xixixixi... Pastikan juga sinyalnya kencang yaa... Memang kadang faktor cuaca juga berpengaruh terhadap kecepatan internet. Nah, mungkin bisa sedia pawang hujan juga, hihihi... Becandaaaaa...

2. Baterai handphone. Isi full yaa, jangan lupa sediakan power bank juga bila perlu. Jangan sampai kejadian seperti saya, ngga ada power bank dan baterai ngedrop, jadi harus berhenti di tengah jalan. Begitu mau masuk Webinar Room lagi, udah ngga bisa. Huhuhu...

3. Masuk Webinar Room sebelum acara dimulai. Karena waktu itu Webinar dimulai dari jam 9:30 wib, saya sudah stand by sejak pukul 9. Ini penting, karena pesertanya banyak sekali, dan terkadang suka ada trouble, entah itu di suara yang kurang jelas, entah itu karena kita ngga bisa masuk ke Webinar Room tadi... Nah, dengan masuk lebih awal, kita bisa mengantisipasi kendala-kendala teknis yang mungkin saja terjadi. Di webinar kemarin, jumlah pesertanya mendekati 150 orang lho. Wowww, banyak yaaa, jadi maklum saja kalau agak crowded yaa..

Oya, ini ada tips tambahan. Kondisikan anak-anak. Hihi, ini sih berlaku untuk saya karena saya ngga punya asisten rumah tangga. Kadang kita sedang semangaaat banget belajarnya, tapi anak-anak butuh perhatian. Ya begitulah.. Kalau bisa dititipkan ya dititipkan, kalau engga ya ngga apa-apa.. Insya Allah niat kita untuk mencari ilmu sudah dicatat oleh malaikat yaaa.. aamiin..

Saya sih penasaran dengan webinar berikutnya, kira-kira mau bahas apa lagi yaaa.. Saya juga pingin  lah dapetin projector lamp-nya, hihi... Katanya projector lamp ini kalau dinyalakan, di dalam rumah bisa terlihat seperti ruang antariksa. Waaah, pasti Amay Aga suka ini.

Dan barusan dapat informasi kalau tanggal 7 November nanti akan ada Webinar dengan Pakar Matematika. Wow.. Simak ini yaa..



Nah, yang mau ikutan seminar parenting online juga, pantengin aja fanpage Tigaraksa Educational. Tanggal 16 November nanti ada Orientation Digital Training juga untuk Ayah-Bunda yang ingin bergabung menjadi konsultan Tigaraksa Educational. Cek infonya di bawah ini!


Orientation Digital Training - Tigaraksa Educational

4 comments

  1. Kalau orang dewasa, nggak dulit bacanya. Tapi kalau anak2? Apa nggak mumet? :'D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihi, makanya Mba.. Metode Glenn Doman ini memang cukup kontroversial. Harapannya sih untuk tiap pembicara tidak dominan ke satu metode saja, karena semua metode ada plus-minusnya.

      Delete
  2. Setuju. Setiap anak terlahir jenius, dengan bakatnya masing-masing.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung. Silakan tinggalkan komentar yang baik dan sopan. Komentar yang menyertakan link hidup, mohon maaf harus saya hapus. Semoga silaturrahminya membawa manfaat ya...