Lestarikan Air, Selamatkan Kehidupan, Selamatkan Masa Depan

Sunday, June 7, 2020


Saat air lebih langka dari air mata
Saat udara harus kau beli
Saat bunga-bunga tinggal cerita
Akankah akhirnya kita sadari?

Akan datang masa di mana kita
Hanya mampu berkeluh dan menyesal
Berharap do'a dapat memutar waktu
Percayalah waktu masih tersisa
Percayalah hanya kita yang bisa
Beri nyawa s'gala harapan

*

Lirik di atas adalah penggalan lagu yang dinyanyikan dan diciptakan sendiri oleh Raisa. Lagu itu merupakan salah satu lagu yang terdapat di album Handmade yang dirilis di tahun 2016, tetapi baru dibuat video klipnya pada pertengahan 2019 lalu.

Saya sangat suka dengan lagu itu, dan hampir setiap kali mandi (ya, salah satu sifat buruk saya adalah menyanyi di kamar mandi) selalu saya nyanyikan. Salah satu tujuannya adalah agar saya ingat untuk tidak boros-boros air. Hehehe, alasaaann... 😁

Karena lagu itu, saya menjadi semakin kagum kepada Raisa. Ternyata dia ngga hanya pandai membuat lagu-lagu cinta saja. Pun seperti tumbu ketemu tutup, Raisa akhirnya berjodoh dengan Hamish Daud, yang sudah banyak berkontribusi untuk kelestarian laut dan alam Indonesia. Bahkan katanya, ia ke Jakarta bukan semata untuk menjadi artis, tetapi ia sengaja mencari nama agar bisa lebih mudah menyebarkan informasi dan mendapatkan suara untuk menyelamatkan laut kita.


Hamish Daud dan Laut


Bersyukur sekali, ada public figure yang peduli dengan kelestarian laut dan alam Indonesia, sehingga harapannya, kesadaran untuk menjaga lingkungan bisa lebih menjangkau semua kalangan. Semoga suatu saat, tren menjaga lingkungan bisa menjadi new lifestyle, gaya hidup baru kita semua. Karena seperti kata Raisa, jika tidak dimulai dari sekarang, kelak kita hanya akan bisa mengeluh dan menyesal. Namun, insya Allah kita masih punya waktu, dan percayalah bahwa perubahan sesedikit apa pun, jika dilakukan bersama-sama, akan membawa dampak yang luar biasa.

Lalu, apa hal sederhana yang bisa kita lakukan agar dampak perubahan iklim tidak semakin parah ke depannya? Kita bisa menerapkan gaya hidup reduce, reuse dan recycle dan memulainya dari hal-hal kecil.

Reduce


Reduce → mengurangi penggunaan barang-barang yang bisa merusak lingkungan

Hal-hal yang sudah saya lakukan di rumah antara lain;
1. Mengurangi penggunaan kantong plastik. Setiap berbelanja, saya usahakan untuk selalu membawa tas belanja sendiri, yang terbuat dari kain. Memang, salah satu tantangannya adalah dari pedagang itu sendiri. Terkadang saya menemukan pedagang yang keukeuh memberi kantong plastik meski sudah saya tolak.
"Mangke tase kotor (Nanti tasnya kotor)," katanya. Namun, kita tidak boleh menyerah begitu saja, bukan? Justru ini adalah tantangan sekaligus peluang untuk mengedukasi masyarakat kita.

2. Mengurangi pemakaian listrik
Mengurangi pemakaian listrik, tidak hanya berdampak baik untuk lingkungan, tetapi juga untuk saldo rekening. Ya kan? Nah, upaya penghematan yang sudah saya lakukan adalah;
  • Memasang banyak jendela, sehingga di siang hari kami tak perlu menyalakan lampu karena rumah kami masih kaya cahaya. Termasuk di kamar mandi. Ini menjadi catatan penting, karena memiliki rumah di perumahan, yang sempit, yang bahkan dindingnya berhimpitan dengan dinding tetangga, terkadang kamar mandinya jadi minim cahaya, dan memaksa penghuninya untuk tetap menyalakan lampu meski di siang hari.
  • Mencabut penghangat nasi seusai makan malam
  • Menggunakan alat elektronik sesuai kebutuhan

Reuse


Reuse → menggunakan kembali barang yang sudah dipakai

Untuk hal ini, yang sudah kami lakukan adalah me-reuse penggunaan air. Saya mulai membiasakan diri untuk menampung air wudhu dan air sisa cucian beras, untuk menyiram tanaman.

Penggunaan kembali air bekas cucian beras, selain dapat mengurangi penggunaan air untuk menyiram tanaman, juga sekaligus memberikan banyak manfaat untuk tanaman, di antaranya;
  • Merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman seperti daun, tunas, dan cabang
  • Membantu pembentukan klorofil, sehingga membuat dedaunan tampak lebih hijau
  • Merangsang pertumbuhan akar tanaman karena adanya vitamin B1
  • Mempercepat proses adaptasi saat tanaman baru dipindahkan (Ini sudah saya buktikan pada saat menanam tanaman pisang-pisangan di depan rumah. Saat baru dipindahkan, tanaman pisang-pisangan yang saya tanam hampir mati, tetapi setelah disiram menggunakan air bekas cucian beras secara rutin, alhamdulillah stres pada tanaman dapat tertangani. Bahkan tak lama setelah itu, tunas-tunas baru bermunculan. Alhamdulillah.)
  • Meningkatkan daya tahan terhadap penyakit
  • Meningkatkan metabolisme tanaman
  • Merangsang pertumbuhan bunga, buah, dan biji
  • Membantu penyerapan unsur hara menjadi lebih optimal
  • Meningkatkan kualitas hasil panen, baik jumlah, rasa, maupun ukuran

Re-use air juga bisa kita lakukan dengan cara menampung air hujan. 

Suami saya, Yopie Herdiansyah, kebetulan merupakan seorang arsitek yang tergabung di Studio Akanoma pimpinan Pak Yu Sing. Beberapa desain Akanoma, dibangun dengan menggunakan prinsip ramah lingkungan.

Teman-teman bisa simak video di bawah ini. Rumah ini adalah salah satu rumah yang dirancang oleh tim Akanoma, dan suami saya menjadi salah satu bagian dari tim tersebut.




Re-use air dengan menampung air hujan, adalah satu cara memanfaatkan air hujan, agar berkah yang turun dari langit tak terbuang sia-sia. Air hujan yang kita tampung bisa digunakan untuk menyiram tanaman, mengguyur kloset, atau mengepel teras yang terkena tempias.

Banyak manfaat yang bisa kita dapatkan dari kegiatan sederhana ini, salah satunya adalah mengurangi penggunaan air tanah, yang secara tidak langsung akan mengurangi potensi amblesnya tanah juga. Saya pernah menulisnya di sini: Tampung Air Hujan, Antisipasi Kekeringan

Selain rumah Mbak Ainun, rumah ramah lingkungan lainnya yang juga didesain oleh Akanoma adalah rumah Bu Yani yang terletak di Bogor. Berikut ini adalah desain rumah tersebut;

Desain rumah ramah lingkungan
Rumah ramah lingkungan by Akanoma

Di musim hujan yang lalu, saat intensitas air hujan sedang banyak-banyaknya, Bu Yani mengirimkan video berikut ini, dan menandai suami saya di facebook-nya;



Memang, membuat bak PAH seperti di rumah Mbak Ainun atau Bu Yani membutuhkan biaya yang tak sedikit. Namun, kita bisa membuat Bak PAH sederhana seperti ini;

Bak Penampungan Air Hujan (PAH)
Bak PAH sederhana

Saya membayangkan, jika satu rumah memiliki satu bak seperti ini, berapa banyak air yang bisa kita lestarikan? 💗

Recycle


Recycle → mendaur ulang barang

Memang belum banyak yang saya lakukan, tetapi saya berusaha memilah sampah organik dan anorganik. Saya menggunakan komposter untuk menampung sampah organik, lalu menggunakan kompos cair yang dihasilkannya untuk memupuk tanaman di halaman.

Manfaat kegiatan ini selain bisa dirasakan oleh kita sendiri, sekaligus juga bisa membantu Pak Sampah, agar bebannya tidak terlalu banyak.

Komposter


Kompos cair
Kompos cair yang dihasilkan dari komposter


Oya, kita juga bisa me-recycle air, lho! Ada salah satu desain Akanoma (suami saya pun masuk dalam tim desain ini) di Watu Kodok, Gunung Kidul, yang menggunakan konsep sistem penyaring grey water. FYI, grey water adalah limbah air yang didapat dari mencuci baju, mencuci piring, atau air bekas dari kamar mandi. Singkatnya, grey water adalah limbah air deterjen.

konsep bak penyaring grey water
Konsep Sistem Penyaring Air Deterjen by Akanoma

Tentang greywater, saya pernah menuliskan di sini; Mengelola Air Limbah Rumah Tangga, untuk Indonesia yang Lebih Sehat


Nah, teman-teman, untuk kelangsungan air bersih, mari kita mulai dari hal kecil. Hal-hal kecil jika dilakukan oleh orang banyak, akan menghasilkan hal besar juga, Insya Allah. Tentu kita ingin mewariskan air bersih untuk anak kita kelak. Namun, yang lebih penting lagi adalah mewariskan kebiasaan-kebiasaan baik, agar di masa depan bumi kita tetap bisa menjadi tempat tinggal yang nyaman.



Saya sudah berbagi pengalaman soal perubahan iklim. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog "Perubahan Iklim" yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). Syaratnya, bisa Anda lihat di sini.



24 comments

  1. Ah aku sukak nih melihat rumah yang ramah lingkungan gini 😍

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga semakin banyak yang membuat rumah ramah lingkungan seperti ini, yaa.. Bisa ke Pak Yopie untuk desainnya. Hihihi...

      Delete
  2. semangat menjaga kelestarian lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan, menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan dan lain sebagainya

    ReplyDelete
  3. Hamish Daud dan Raisa memang pasangan yg so sweet dan inspiring bgt ya Mak.
    Aku seneeengg baca artikel kayak gini
    Sarat edukasi dgn konten yg enaaakkk bgt dibaca

    ReplyDelete
  4. Di rumah, air bekas cucian beras itu buat minum hewan ternak. Kalau air hujan, nampung tapi hanya di bak gitu. Pernah nadah di blung besar dan banyak nyamuknya. Jadi ya secukupnya saja deh

    ReplyDelete
  5. Ah ini aku mau nyontek bikin kompos cairnya ah, karena lagi cari-cari referensi juga. Btw kalau di rumah tuh sudah mulai belajar deh tentang Reduce, Reuse dan Recycle.

    ReplyDelete
  6. Wah desain rumahnya selain ramah lingkungan juga homey ya, bikin betah..aku sedang berusaha menerapkan 3R ini mbak di rumah, memang agak susah ya tapi harus disiplin..hehe..penggunaan plastik nih yang harus kukurangi..mulai bawa tote bag sih..

    ReplyDelete
  7. Mbk, kapan kapan bikin postingan daur ulang sampah organik dong. Aku juga mulai memilih milih sampah. Kayak memanfaatkan bekas wadah minyak goreng jadi polibag

    ReplyDelete
  8. Air itu kebutuhan manusia yang sangat vital. Memang harus peduli banget dengan ketersediaan air. Panik banget deh saya kalau sampai terjadi kekeringan

    ReplyDelete
  9. Jadi inget, dulu ibu saya juga nyiram pohon belimbing pakai air bekas cucian beras, hasilnya jadi manis...

    ReplyDelete
  10. Pemanfaatan air berkelanjutan menjadi cara yang paling efektif untuk memastikan ketersediaan air kedepan. Dan pemanfaatan sumberdaya bisa dimulai dari rumah dan lingkungan sekitar

    ReplyDelete
  11. Keren banget Mbak upaya-upayanya. Memang kalo bukan kita, siapa lagi ya Mbak? BTW aku tertarik ama penyaringan grey waternya deh, juga PAH. Keren

    ReplyDelete
  12. Setuju bnget mba ngefans Juga Sama raisa, Dan lagi coba Mengurangi penggunaan kantong plastik. Setiap berbelanja, berusaha untuk selalu membawa tas belanja sendiri

    ReplyDelete
  13. Tertarik banget bikin yang buat nampung air hujan dan reuse air detergent itu. Tapi kalau lahan terbatas kayak rumahku gitu bikinnya gimana mak? ada model sederhananya nggak?

    ReplyDelete
  14. RUmahku kurang hijau nih, mau minta ajarin ah biar lebih hijau. Ngomongin Raisa klop ya nikah sama Hamish yang pecinta lingkungan juga terutama laut.
    Siap2 musim kemarau air jadi kering hemat dari sekarang. Tampung air hujan langsung bisa nih di rumah

    ReplyDelete
  15. Selama ini berusaha banget bijak dalam penggunaan air. Buka keran cm 1/4 doang kalk berwudhu. Siram toilet pake air cucian. Dan siram tanaman pake air beras. Itupun bayar air msh mahal. *loh kok curhat. Haha.

    Ini aku tertarik jg deh bikin buat nampung air hujan. Tp msh terkendala soal lahan nih

    ReplyDelete
  16. Ah ternyata bak Penampungan air hujan itu rumah orang lain ya, Rin. Aku tertarik bikin gara-gara nonton di YouTube gimana cara menampung air untuk siram tanaman, nyuci motor atau mobil. Untuk belanja juga aku selalu bawa tas belanja sendiri. Karena di Semarang semua mall dan minimarket udah menerapkan belanja tanpa kantong dari toko

    ReplyDelete
  17. Pernah banget berada di posisi kesulitan air, kak Arinta.
    Jadi waktu itu, bener-bener uda ga ada air dari PDAM padahal sendang musim hujan loo... Bandung doonk...curah hujannya tinggi, tapi nyatanya....rumahku sulit air bersih.

    Akhirnya,
    Saat hujan tiba, aku dan beberapa tetangga yang merasakan hal yang sama...bareng-bareng nampung air hujan untuk kebutuhan sehari-hari.
    Heuu~

    Jadi paham betul sekarang kalau air ga boleh di sia-siakan.

    ReplyDelete
  18. Hihi saya pun kalau ke pasar dan bawa kantong belanja sendiri, suka kena tegur sama pedagang. Maunya mereka belanjaan saya dimasukin kresek dari mereka, baru dimasukin ke kantong belanja.

    ReplyDelete
  19. Menarik sekali ya Mbak upaya-upaya melestarikan lingkungan termasuk soal air. Banyak ide kreatif muncul. Tapi kita juga harus konsisten melakukannya sih kalau mau membuat efek yang signifikan. Dan tentu saja harus melibatkan banyak pihak, ya :)

    ReplyDelete
  20. Saya tuh udah punya rencana dan keinginan untuk me-recycle sampah-sampah organik dari dapur menjadi kompos. Namun belum juga terlaksana padahal alat-alat sudah ada. Butuh kemauan yang keras untuk mewujudkannya.

    ReplyDelete
  21. Masyaallah itu sih luar biasa banget ya mba, ya walaupun biayanya memang nggak sedikit
    tapi bisa membantu bumi. Aku juga sedang berusaha meminimkan sampah mba. Suamimu keren banget ya membantu mendesing gitu-gitu

    ReplyDelete
  22. Ini udah ada yang terapkan di DEPOK Arinta,
    ada satu kampung sehat, super super duper sehat, yang minimalisasi penggunaan plastik dll. menggunakan hanya makanan yang berbahan dasar organik, meminimalisir pemakaian tepung dan gula,

    dan rumahnya juga dibangun super duper sehat,
    dududududuuu kok aku jadi kepikiran ya buat komik abis baca gini haahahahahaa

    ReplyDelete
  23. Ketika kita menjaga air, kt telah menjaga kehidupan dan bumi, syg skli msh bxk yg sering melakukan pencemaran, smga saja tergerak hatinya ntuk menjaga lingkungan

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung. Silakan tinggalkan komentar yang baik dan sopan. Komentar yang menyertakan link hidup, mohon maaf harus saya hapus. Semoga silaturrahminya membawa manfaat ya...