Jelajahi Pesona Alam Temanggung dan Dieng Saat Lebaran Bersama Keluarga

Saturday, May 14, 2022

 

Halo semuaaa... Tulisan ini adalah lanjutan dari cerita yang lalu, Kembalinya Ramadhan dan Lebaran yang Penuh Kehangatan. Seperti yang saya ceritakan di tulisan kemarin, di hari kedua, mertua datang dari Majalengka. Beliau memang ingin bersilaturahmi ke para besan, yaitu bapak saya, juga besan di Wonosobo (mertua adik ipar).

Jarang-jarang kami bisa berkumpul di Purworejo dan Wonosobo. Maka dari itu, kami berpikir kenapa ngga sekalian jalan-jalan, ya kan? Akhirnya diputuskan, kami akan berjalan-jalan ke Embung Kledung di Temanggung, juga ke Dataran Tinggi Dieng, sebelum pulang ke Majalengka lewat Batang.

Baiklah, let's go to these beautiful places...

Embung Kledung, Temanggung

Embung adalah cekungan atau waduk mikro di lahan pertanian yang digunakan untuk mengatur dan menampung suplai aliran air hujan serta untuk meningkatkan kualitas air di badan air yang terkait (sungai, danau). 

Yang menarik dari Embung Kledung adalah letaknya yang berada di antara Gunung Sindoro dan Sumbing. Jika beruntung, kita bisa menikmati indahnya kedua gunung itu dengan jelas. Sayangnya, saat kami ke sana kemarin, kedua gunung tersebut masih tertutup kabut. Tapi kami sangat bersyukur, selepas istirahat, gerimis mulai mereda, kabut bergeser, dan kami bisa melihat Gunung Sindoro yang gagah menjulang.

Embung Kledung, Temanggung


Coba lihat tenda-tenda kuning di balik Embung ini. Deretan tenda itu bisa disewa untuk camping, lho... Tiket masuknya pun cukup terjangkau. Kami hanya membayar Rp 50.000,- untuk 6 orang dewasa + 3 anak-anak, dan ini sudah termasuk biaya parkir. 

Jangan kuatir kehabisan tempat parkir, karena area parkir di Embung Kledung ini tersedia cukup luas.

Nah, karena setelah berfoto-foto hujan kembali mengguyur bumi, kami memutuskan untuk berteduh sembari ngeteh dan ngopi, nyemil gorengan, juga menikmati mie rebus di warung. Jangan takut "digetok" di sini, karena harga yang ditawarkan di warung-warung ini ngga bikin deg-degan, gaes... Ngga ada harga tak wajar deh, semua warung mematok harga standar.

Oya, sebenarnya ini adalah kali kedua kami ke sini. Sebelumnya pada Desember 2020, kami sempat mengunjunginya untuk pertama kali.

Wisata Temanggung


Rekomendasi wisata alam di Temanggung


Wisata alam murah di Temanggung

Di Embung Kledung, Temanggung, kita juga bisa menemukan spot-spot berfoto yang instagramable. :)

Nah, setelah puas berfoto, kami pun menyudahi perjalanan kami di Embung Kledung ini. Kami keluar dari area Embung Kledung sekitar jam 4 sore. Selanjutnya, kami langsung menuju Dieng.

Pesona Dieng

Entahlah, mungkin karena sudah lelah dikurung selama dua tahun, para wisatawan (termasuk kami tentu saja) seolah "balas dendam". Pengunjung Dieng membludak, sampai-sampai kami terjebak macet hingga berjam-jam. Beruntung suami sudah memesan homestay sehari sebelumnya, karena jika tidak, entah kami bisa beristirahat di sana atau tidak.

Homestay Oemah Ntuy

Kami tiba di homestay setelah 4 jam menembus kemacetan. Karena pesan homestay-nya terlalu mepet, jadi kami cuma dapat "sisa-sisa". Namun, rencana Allah itu memang sangat indah. Pemilik homestay sederhana itu ternyata adalah saudara dari temannya suami di Jogja. Masya Allah.

"Tadi tuh saya sempat mikir, kayaknya saya pernah lihat 'Pawon' ini di instagram. Ternyata bener, pernah diposting sama @dieng.travel," kata suami kepada pemilik homestay yang menyambut kami di Pawon.

Pawon dalam Bahasa Jawa berarti dapur, yang maknanya adalah "papan kanggo awu (tempat untuk abu)". Karena Dieng merupakan dataran tinggi yang dingin, masyarakatnya memiliki kebiasaan menerima para tamu di dapur / pawon, tepatnya di depan tungku. Bukannya tidak sopan, tapi menurut kebiasaan setempat, jika menerima tamu di ruang tamu, pastinya para tamu akan merasa kedinginan.

Kini, seiring dengan berkembangnya zaman, sudah banyak masyarakat yang menggunakan penghangat ruangan, sehingga para tamu dapat dijamu di ruang tamu. Termasuk di homestay-homestay. Akan tetapi, homestay yang kami tempati yaitu Oemah Ntuy, masih menjaga kearifan lokal ini.

Homestay di Dieng

 

Pawon, Papan Kanggo Awu


Di Pawon inilah kehangatan tercipta. Bukan hanya karena api tungkunya, tetapi juga karena keramahan owner-nya. Saking ramahnya sang pemilik, saya dan suami bahkan berjanji untuk kembali ke sini lagi suatu hari nanti. Bismillah, semoga ada rezeki. Rezeki waktu, rezeki kesempatan, rezeki kesehatan, juga rezeki uang tentunya, hihi... 😊

Jika tak ingat bahwa malam telah larut, mungkin obrolan kami masih akan terus berlanjut. Tentang passion, tentang kentang, macam-macam. Akhirnya, kami pun undur diri setelah menghabiskan hampir dua piring kentang goreng. Oya, kita boleh pesan makanan dari Pawon ini, yaa, baik itu untuk makan berat atau sekadar kentang goreng untuk camilan.

Nah, setelah beristirahat semalaman, paginya kami segera bersiap untuk check out. Kami memang memutuskan untuk langsung check out, karena setelah mengunjungi Kawah Sikidang dan Candi Arjuna, kami akan langsung pulang ke rumah mertua di Majalengka.

Sejak sebelum shubuh, saya sudah mendengar deru-deru mobil bergerak ke atas. Mungkin itu adalah suara mobil para wisatawan yang ingin menikmati sunrise di Puncak Sikunir. Saya punya keinginan untuk ke sana juga sih, tapi bukan sekarang. Mungkin suatu hari nanti, di saat yang lebih tenang dan sepi.

Kami tidak dikejar target harus berangkat di jam berapa. Pokoknya, kami akan berangkat setelah semua selesai mandi dan sarapan. Untuk sarapannya, kami memesan nasi goreng dari Pawon.

Selesai sarapan, kami pun berpamitan pada ibu pemilik homestay, lalu segera bergerak menuju ke Kawah Sikidang.

Kawah Sikidang

Jarak dari homestay menuju Kawah Sikidang sebenarnya tidak terlalu jauh, tetapi karena macet, waktu tempuhnya jadi lama...

Kawah Sikidang, Dieng

Kawah Sikidang

Kawah Sikidang, Dieng
foto ini saya ambil dengan mode panorama

Rekomendasi Wisata Dieng

Sebenarnya pengunjung Kawah Sikidang di musim lebaran ini membludak. Saya sendiri agak kesulitan untuk mengambil foto. Jadi, ketika saya melihat ada spot kosong, saya langsung berlari untuk memotret. Selesai memotret, di belakang saya sudah ada banyak orang, haha...

Seperti inilah seninya berwisata di musim libur lebaran, yaa...

Nah, saat menyusuri Jembatan Kahyangan, seseorang dari bagian informasi memberitahukan bahwa tiket yang kami beli di Kawah Sikidang ini bisa digunakan untuk masuk ke Candi Arjuna, dan sebaliknya. Itulah mengapa, selepas mengunjungi Kawah Sikidang, kami langsung menuju Candi Arjuna. 

Sedikit tips untuk teman-teman yang akan berkunjung ke Kawah Sikidang, persiapkan fisik kalian, yaa... Pastikan kondisi kalian benar-benar fit karena jalan yang harus ditempuh di Kawah Sikidang ini cukup panjang. Belum lagi saat keluar nanti, kita akan diarahkan untuk melewati kios demi kios yang serupa labirin. So, jangan kaget, yaa...

Oiya, di Kawah Sikidang ini, kalian akan menemukan bunga cantik bernama Hortensia (alias bunga bokor, alias bunga panca warna), yang bernama latin Hydrangea macrophylla.

Bunga cantik di Kawah Sikidang

Bunga Hortensia atau bunga bokor

Puas mengarungi Jembatan Kahyangan di Kawah Sikidang, kini tujuan kami selanjutnya adalah Candi Arjuna. Kami tak perlu lagi membeli tiket, karena seperti yang saya tulis sebelumnya, tiket di Kawah Sikidang dapat digunakan di sini, dan begitu juga sebaliknya.

Candi Arjuna

Tak banyak foto yang berhasil kami abadikan di sini, karena jujur, sulit sekali menghasilkan foto yang estetik di tengah kerumunan orang yang ingin berwisata. Saya dan suami justru bermain bubbles dengan anak-anak. Mereka senang sekali berlarian di padang rumput yang hijau, tak terganggu oleh ratusan bahkan ribuan pengunjung lainnya.

Candi Arjuna, Dieng


Bermain Bubbles


Bahagia banget lihat ekspresi Aga, Masya Allah... 💖

Nah, setelah puas bermain gelembung, dan tentu saja setelah Ayah, Mamah, dan adik ipar puas berfoto di sini, kami memutuskan untuk pulang. Sebelumnya, kami menjamak shalat dzuhur dan ashar di sini, juga makan siang. Kami sempat berhenti untuk sholat maghrib dan isya, juga untuk makan malam di alun-alun Batang.

Alhamdulillah, suasana lebaran sudah berangsur normal seperti sebelum pandemi covid melanda. Di tengah rasa lelah karena kondisi jalan yang unpredictable, tersisa rasa bahagia yang memenuhi dada. Semoga kebahagiaan ini tak berakhir. Semoga kami semua, Bapak, Ayah, Mamah, dan seluruh anggota keluarga senantiasa diberikan kesehatan dan umur yang panjang, agar dapat berkumpul lagi di waktu yang akan datang. Aamiin aamiin Yaa Rabbal 'Aalamiin...

Mumpung masih di bulan Syawal, saya Arinta Adiningtyas dari www.kayusirih.com mengucapkan minal aidin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin. Salam sehat selalu. 😊



Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Silakan tinggalkan komentar yang baik dan sopan. Komentar yang menyertakan link hidup, mohon maaf harus saya hapus. Semoga silaturrahminya membawa manfaat ya...