Showing posts with label Entertainment. Show all posts
Showing posts with label Entertainment. Show all posts

Kasihan Uus Yaa...

Saturday, February 4, 2017

Disclaimer: tulisan ini saya buat berdasarkan pendapat saya pribadi. Saya yakin akan ada yang tidak setuju dengan pendapat saya ini. Tapi, bukankah kita selayaknya memandang sesuatu dari berbagai sudut pandang? 


Beberapa hari terakhir, berita tentang Uus, komika bertubuh jangkung itu, memenuhi halaman lambe turah. (Iya, saya follower lambe turah, hiks... Cuma buat update koq, dan saya mah bukan golongan fans atau hater yang doyan berdebat disana. Saya mah suka kalah kalau berdebat, jadi mending diem, hehe...). Penyebabnya adalah cuitan Uus yang dianggap menghina Habib Rizieq hingga berujung pada pemecatannya di beberapa program televisi, misalnya Inbox dan OVJ. 

Saya menyayangkan cuitan Uus itu. Bagaimanapun, mengolok-olok seseorang, tidak peduli dia manusia biasa ataupun ulama, tetap tidak bisa dibenarkan.

Nah, sebelum kasus ujaran menghina Habib Rizieq kemarin, sebenarnya Uus juga sudah pernah masuk lambe turah. *duh, emak nggosip ya begini nih... Waktu itu kasusnya adalah karena dia diduga MBA gitu, married by accident. Tapi saya sedih loh, yang salah kan ortunya yaa, tapi kenapa anaknya dibawa-bawa juga. :(



Tapi, meski saya menyayangkan status-status Uus, saya juga merasa mesti elus dada ketika baca komentar-komentar netizen yang menyudutkan Uus dan istrinya. Ya sudahlah, wong mereka sudah dewasa, sudah ngerti dosa. Kita yang "merasa masih suci", jangan lalu menceburkan diri menanggapi "dosa Uus".

Saya sebenarnya juga kesel waktu dia bawa-bawa perempuan berhijab yang clubbing atau teriak-teriak sambil nangis waktu nonton konser K-POP. Tapiii, kalau diperiksa lagi, bener juga sih kata-kata Uus ini. Meskipun, perempuan berhijab bukanlah malaikat yang tanpa dosa ya.. Tapi memang selayaknya kita yang sudah berhijab ini bercermin, lebih sering menangisi drama K-POP yang mengaduk-aduk emosi, atau lebih sering menangisi kesalahan diri? (ngga nyalahin pecinta drakor loh yaaa, wong saya juga suka drakor, cuma ngga bisa nonton karena ngga punya tv dan eman-eman sama kuota. :D)

Jangan sampai; kamu doyan banget menguliti dosa si Uus, tapi giliran ditunjuki dosa sendiri, malah ngga terima. Ini macam peribahasa: gajah di pelupuk mata tak tampak, kuman di seberang lautan tampak.

Uus manusia, kita juga. Uus, katakanlah banyak dosa, apa lantas kita lebih mulia darinya?

Dan tentang video yang dia bilang, "Aku kalau adzan shubuh berkumandang, suka kepanasan. Aku kan syetan, hahaha..." itu, sebenarnya itu (kalau saya lihat) adalah caranya menutupi ketidakpercayaan diri. Jangan-jangan, ini karena tiap hari dia dibully?

Ini sama koq dengan orang-orang gendut yang biasa kita "kata-katai". Atau orang kurus yang biasa kamu sebut kurang gizi. Saking sebelnya mereka dibully dengan kalimat yang sama tiap hari, mereka jadi seperti ini. Saya misalnya, saking seringnya dibilang kurang gizi, saya akan bilang, "iya nih, transfer uang sini, biar aku bisa makan enak kayak kamu..." atau kalau udah kesel banget, aku akan bilang, "kamu iri yaa, karena aku lebih sexy?" hahaha...glodak.

Oya, saya dapat tulisan ini dari sebuah grup. Kalau tidak salah ditulis oleh Sarra Risman.



Nah, Uus juga tampaknya seperti itu. Cuitan-cuitannya, status-status instagramnya, balasan komentarnya pada netizen yang membencinya, itu untuk "menjatuhkan diri sendiri". Biar pembullynya puas, gitu. 

So, kalau niat kita pengen Uus sadar, doakan. Atau nasehati dia secara sembunyi-sembunyi. Kita juga ngga mau kan kalau aib kita diumbar dan jadi bahan olok-olokan? Dan nasehat itu, akan lebih "masuk" kalau disampaikan dengan kata-kata yang baik. iya kan?

Iman itu naik turun loh, jangan sampai suatu saat nanti kitalah yang berada di posisi Uus saat ini. Sudahi bullyan-bullyan itu, tak hanya pada Uus, tapi pada semua orang di dunia ini. 



Dan buat Uus, buat saya juga tentunya, mari lebih hati-hati menggunakan mulut dan jari. :)

Read More

Gara-Gara Upin dan Ipin

Tuesday, April 26, 2016



Siapa tak kenal Upin Ipin? Serial animasi yang diimpor dari negeri tetangga ini setiap hari menghiasi layar kaca. Meskipun tak sedikit yang mengkritik acara ini, terutama karena adanya tokoh Bang Sally yang sedikit melambai, tapi jujur saja saya tetap suka dan tetap menyuguhkannya untuk anak-anak.

Memangnya, nggak khawatir anak-anak akan jadi gagap bahasa? Hehe, terus terang, tidak. Malah, anak-anak (Amay khususnya, karena Aga belum bisa bicara), jadi makin bertambah kosa-katanya. Amay jadi tahu bahwa di Malaysia, sepatu disebut kasut, dan sepeda disebut basikal. 

Tentu, sebelumnya saya jelaskan juga bahwa bahasa Melayu sedikit berbeda dengan bahasa Indonesia. Misalnya pada kata seronok, jika di Indonesia kata ini berkonotasi negatif (meskipun di KBBI, seronok memiliki arti; menyenangkan hati, sedap dilihat), maka di Malaysia sana, kata seronok berarti bahagia. 

Lalu, apa saja sih, pengaruh positif yang saya (dan anak-anak) dapat setelah (ikut) menonton Upin Ipin?

1. Gara-gara Upin Ipin, anak-anak bisa belajar agama dengan mudah. Bagi yang sering menyaksikan acara ini, tentu setuju dengan pernyataan saya. Ya 'kan? Gara-gara mereka berdua, anak saya jadi hapal do'a berbuka puasa, niat berpuasa, huruf hijaiyyah (lagunya kadang diputar di awal acara), mengenal tentang zakat, juga shalat tarawih. Saya tinggal menambahkan sedikit saja.

Kisah dalam Upin Ipin yang menceritakan kejadian sehari-hari membuat kita lebih mudah menangkap ilmu yang diselipkannya dalam dialog maupun dalam adegan demi adegannya. 





2. Gara-gara Upin Ipin, saya jadi tahu bahwa untuk mengeringkan sepatu, kita bisa menaruhnya di belakang peti ice (kulkas). Di sebuah episode dimana Upin dan Ipin kena marah oleh Cikgu Besar karena kuku dan sepatunya kotor, kemudian sepulangnya dari sekolah mereka mencuci sepatunya, namun karena hujan turun dengan derasnya, mereka khawatir sepatu mereka tak akan kering, Opah memberi saran pada mereka berdua untuk menaruh sepatu yang telah dicucinya itu di belakang kulkas. Bisa kering kah? Coba saja! Saya sudah membuktikannya loh, hehe...

3. Gara-gara Upin Ipin, saya jadi rindu dengan permainan masa kecil. Rindu dengan suasana kampung yang saling rukun dan tolong-menolong. Rindu dengan segarnya udara yang tak tercemar polusi. Rindu dengan sempurnanya hidup, meski jauh dari kemudahan teknologi. 

4. Di setiap episode, selalu saja ada ilmu yang dipelajari dan hikmah yang bisa dipetik. Anak-anak jadi tahu sistem tata surya, asal mula pelangi, polusi udara, manfaat buah dan sayur, yang kesemuanya dikisahkan dengan apik dan menarik. Pun soal perjuangan memperoleh sesuatu, seperti ketika Upin dan Ipin membantu Opah mengambil getah karet lalu dengan uang hasil menoreh itu mereka bisa membeli mobil-mobilan baru. 

5. Persahabatan. Ada satu soundtrack Upin Ipin, yang liriknya begitu dalam soal persahabatan;
tiada bukit yang terlalu tinggi
untuk kita daki bersama
dan tak ada laut yang terlalu dalam
untuk diselami
Serial Upin Ipin sesungguhnya mengajarkan kita untuk selalu hidup rukun, berdampingan, meski berbeda suku dan agama. Mei-Mei dan Jarjit juga Raju (sekarang sudah jarang muncul), datang ke rumah Upin Ipin pada saat Hari Raya Idul Fitri. Upin Ipin dan kawan-kawannya pun datang ke rumah Mei-Mei saat Hari Raya / Tahun Baru China. 

Buat kamu-kamu yang udah pada gede, bahkan udah pada punya anak, tapi masih suka rasis, coba contoh Upin Ipin! Malu lah... Lagipula, hidup rukun dan saling menghormati itu lebih membuat bahagia, ya 'kan?




Itu sekelumit yang saya ingat, tentang pengaruh Upin Ipin di kehidupan saya dan anak-anak. Barangkali, ada teman-teman yang merasakan juga, atau mau menambahkan lagi? :)
Harapan saya, di Indonesia akan ada acara yang sarat ilmu dan nasehat seperti Upin Ipin juga nantinya. :)

Read More

Marshanda (lagi) --> Foto-Foto Kebahagiaan Marshanda yang Bikin Iri

Wednesday, August 27, 2014

Haduh, saya memang suka sama artis yang ini, jadi maaf ya kalau nulis tentang dia lagi.

Berawal dari nonton Just Alvin dalam sesi wawancaranya dengan mantan suami Marshanda, Ben Kasyafani, saya langsung ingin mengulik kembali tentang Chacha. Jangan ada yang bilang, "Siapa elu? Kenal gitu ama Chacha?" gitu yaa... Hehe, lha wong jangankan saudaraan, berteman aja enggak. Jangankan kenal, bertatap muka aja belum pernah, apalagi ngobrol. 

Balik ke Ben. Adudu, si Ben ini bikin saya nangis bombay di kamar. Untung Amay udah bobo, jadi nggak tau kalau emaknya mewek, hiks hiks.. Ketika ditanya Alvin, adakah pesan yang ingin disampaikan untuk Chacha, Ben menjawab kurang lebih begini, "Pulang Cha. Pulang lah, pulang. Pulang ke aku, ke anak kita. Kita hidupkan lagi lah, hal-hal indah yang pernah terjadi di antara kita dari pertama ketemu sampe selama ini." Huwaaaa...siapa yang nggak sedih coba?

Dan terus terang, setelah menonton Just Alvin itu, foto-foto Marshanda dengan Ben juga Sienna yang pernah dia upload melalui fan pagenya di facebook, langsung terbayang-bayang. Duh Cha, koq bisa sih? Padahal kamu tuh selalu bikin perempuan-perempuan lain merasa iri. Udah cantik, kaya, artis pula, punya suami yang juga sayang, sholih, ganteng, keluarganya kelihatan harmonis dan saling dukung kegiatan masing-masing, punya anak yang juga nyaris sempurna..apa lagi coba yang kurang?

Dan inilah sebagian foto Marshanda yang bikin saya pribadi merasa iri. Semoga Marshanda dan keluarganya bisa kembali bahagia seperti dulu kala yaa..aamiin... Semua foto saya ambil dari fan page Marshanda di facebook, https://www.facebook.com/media/set/?set=a.10151778056358335.1073741827.15867768334&type=3

The world is preparing you for Greatness
Your beautiful crystal clear heart will surf through the tide of life.

Well its not gonna be easy...

Photoshoot cover majalah "Mom, Dad, and I" tadi pagi  

Happy 1 year old my baby @siennakasyafani makasih ya udh jengukin ibu di RS

Read More

Ada Apa dengan Marshanda?

Wednesday, August 13, 2014

Marshanda memang sedang menjadi sorotan beberapa bulan terakhir. Bermula dari gugatan cerainya pada sang suami, Ben Kasyafani, ia membuat publik ternganga tak percaya. Rumah tangga yang terkesan harmonis dan romantis selama ini, ternyata berujung perpisahan. Kemudian perebutan hak asuh anak antara keduanya juga menjadi perbincangan, hingga yang paling menghebohkan adalah keputusan Marshanda untuk melepas hijab. Belum hilang kekecewaan para fans, walaupun semua itu merupakan hak asasinya untuk membuka atau menutup aurat, publik kembali dikejutkan dengan berita pemasungan yang dilakukan oleh ibunya sendiri.

cantik banget kan ya?


Awalnya saya kurang tertarik mengikuti perkembangan beritanya. Saya juga mengetahui ini semua dari berita yang disebarkan teman-teman facebook, bukan dari infotainment. Namun kasus terakhir menggelitik naluri saya, ada apa sebenarnya dengan Chacha, begitu Marshanda biasa disapa. Saya pun iseng membuka situs youtube, mencari sesi wawancaranya bersama Alvin Adam dalam Just Alvin.



Dari wawancara itu, saya mencoba melihat permasalahan ini dari sisi Chacha, setelah selama ini saya melihat semua dari sisi saya sendiri. Saya cukup terkejut ketika ia menceritakan tentang ibundanya yang selama ini menjadi managernya. No, bukan soal manajemen keuangan yang memang menjadi pokok persoalan antara Chacha dengan sang ibu. Saya justru mulai mengernyitkan dahi dan tak henti bertanya-tanya pada diri sendiri, ketika Chacha bercerita bahwa ketika dia sakit dan meminta perhatian lebih pada sang ibu untuk memeluk dan mengelus-elus punggungnya, sang ibu menolak sembari menangis dan berkata bahwa beliau sudah cukup tua, lalu kenapa Chacha tega memintanya untuk selalu terjaga dan kehilangan waktu tidur?



Oh ibu, apa kasihmu masih tak terhingga sepanjang masa? Apa kasihmu masih seperti mentari, yang hanya memberi dan tak harap kembali?









Oh, benarkah sampai seperti itu? Jika benar apa yang dikatakan Chacha dalam acara Just Alvin beberapa hari lalu, maka bagi saya sudah jelas bahwa rentetan peristiwa yang Chacha alami adalah hasil dari pola asuh yang diterapkan sang ibu. Ini memang belum bisa dikatakan sebagai kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), wong cuma menolak diminta mengelus punggung. Tapi dari satu hal ini saja, saya koq percaya dengan curhatan Chacha yang sering mengatakan bahwa ia butuh didengar, butuh disayang. See? Happiness has nothing to do with money, beauty, and even popularity.



Kemarin-kemarin, saya hanya berkesimpulan, "Oh, dahsyat sekali ya pengaruh perceraian orang tua terhadap anak-anaknya?" 

Tapi setelah menyaksikan wawancara itu, saya jadi lebih banyak bertanya pada diri sendiri. Apa ya yang menyebabkan kedua orang tua Chacha bercerai? Apakah karena sikap masa bodoh sang ibu terhadap suaminya? Kalau benar masa bodoh, hingga menyebabkan berkurangnya rasa hormat istri terhadap suami, apakah itu karena kekayaannya? Apakah sang ibu berpikir bahwa ia tidak membutuhkan laki-laki pendamping karena semua bisa dilakukannya asal punya uang? Dan ini berlanjut ke pertanyaan-pertanyaan lain. Mengapa sang ayah sampai begitu tega hingga enggan menemui anak-anaknya? Mengapa Chacha mesti mencari sendiri dimana ayahnya berada?



Saya mulai sedikit memahami apa yang Chacha rasakan selama ini. Iya, dia merasa kesepian dan haus kasih sayang di tengah limpahan kekayaan yang diberikan keluarganya. Meskipun begitu, saya yang pernah merasakan menjadi seorang anak, juga sudah merasakan menjadi seorang ibu, menyayangkan sikapnya yang mengumbar aib ibunya sendiri. 

Saya kemudian terngiang-ngiang sebuah nasihat mulia dari Uwak Muhammad ketika silaturrahmi lebaran yang lalu. "Meskipun ibumu membuangmu, kamu tidak punya hak sedikitpun untuk membalasnya. Kamu masih punya kewajiban penuh untuk menghormatinya."



Semoga Chacha bisa berdamai dengan masa lalunya. Karena setiap manusia diuji sesuai kesanggupannya masing-masing. Ada yang diuji dari sisi finansial, kesehatan, dan mungkin untuk Chacha adalah ujian dari keluarga. Tidak ada orang yang bisa disebut beriman, sebelum dia benar-benar diuji, bukan?
Read More