Showing posts with label lomba blog/giveaway. Show all posts
Showing posts with label lomba blog/giveaway. Show all posts

Saya #BeraniLebih Capek untuk Keluarga dan Cita-Cita

Thursday, April 30, 2015

Baru saja saya berkenalan dengan seorang teman baru. Di sela-sela obrolan, beliau bertanya, "Mbak Arin itu ibu rumah tangga tulen?" Hehe, langsung saja saya jawab "iya". Alhamdulillah, kenyataannya memang begitu.

Ibu rumah tangga tulen yang dimaksud adalah ibu rumah tangga yang tidak berkarir di luar. Jadi karirnya 24 jam non stop di rumah. Jadi jangan ada yang protes ya, hehe.. 

Jangan dikira menjadi ibu rumah tangga itu nggak ada prestasinya. Saya sih meyakini bahwa prestasi seorang ibu adalah ketika bisa mencetak anak-anaknya menjadi anak-anak yang sholih, baik, bermanfaat untuk semua makhluq-Nya. Dan itu adalah cita-cita saya. Memang, cita-cita menjadi ibu terbaik memerlukan proses dan perjuangan yang sungguh-sungguh. Tapi dengan usaha dan do'a, saya berusaha meraihnya.

Cita-cita saya yang lain adalah menjadi seorang penulis. Bermula ketika anak saya kecanduan buku-buku cerita, saya pun memutar otak agar anak saya tidak bosan dengan cerita yang itu-itu saja. Yah, maklum saja, budget saya untuk membeli buku per bulannya tidak seberapa. Dengan mengarang cerita sendiri, setidaknya saya terlatih untuk berimajinasi, dan yang paling penting adalah bisa menekan pengeluaran untuk membeli buku bagi Amay dan Aga.

Karena cita-cita saya itu, saya bergabung dengan beberapa komunitas menulis. Awalnya sempat ragu, karena di dalam komunitas itu banyak penulis-penulis yang sudah menelurkan puluhan buku. Sementara aku? Hehe... Tapi Alhamdulillah, banyak penulis baik hati yang mau membagi ilmu.

Karena cita-cita saya itu, saya pun harus pandai membagi waktu. Antara pekerjaan khas ibu-ibu, Amay, Aga, dan latihan menulis buku. Capek? Tentu. Kadang sampai bingung bagaimana mengatur waktu. Tapi saya memang harus #BeraniLebih Capek agar saya mendapatkan apa yang saya mau. 

Kadang sebuah ide tiba-tiba terlintas dan meminta untuk segera dieksekusi. Tapi ya, masa saya harus berhenti nyuci? Pernah juga dengan lancar saya merapal sebuah rencana yang akan saya tuliskan. Tapi ya, masa sayuran yang akan dimasak itu harus ditinggalkan?

Saya sih percaya dengan kalimat "no pain, no gain". Untuk mendapatkan sesuatu yang kita impikan, ada harga yang mesti kita bayarkan. Sekarang, saya membiasakan diri untuk mengingat-ingat ide yang pernah muncul di kepala, lalu menuliskannya setelah semua tugas domestik saya terlaksana. Seperti saat ini, saya menulis ini setelah memastikan anak-anak saya dibuai oleh mimpi.  

Facebook: https://www.facebook.com/arinta.adiningtyas
Twitter: https://twitter.com/arinta_arinta
Read More

Giveaway Menyambut Ramadhan

Monday, April 27, 2015

"Allahumma baarik lanaa fii rojaba wa sya'bana, wa ballighnaa romadhon." Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban ini, dan sampaikanlah umur kami pada Ramadhan. Aamiin.

Tidak terasa, bulan Rajab sudah tiba. Setelahnya bulan Sya'ban, kemudian bulan Ramadhan yang selalu dinanti oleh umat muslim sedunia. Semoga kita semua dapat menikmati suguhan pahala yang Allah SWT sediakan di bulan suci nanti.

Untuk menyambut bulan Ramadhan yang tinggal dua bulan lagi, saya ingin mengadakan sebuah giveaway. Terus terang, ini giveaway pertama saya, hehe..

Hadiahnya, sementara ini adalah sebuah mukena zakizakia, sajadah + tasbih untuk juara ke dua, dan jilbab kotak. Foto yang lain menyusul yaa... (Semoga bisa bertambah. Nanti akan di update lagi jika ada tambahan).

Oya, tentang mukena zakizakia pernah saya tulis disini.

hadiah giveaway. warna tergantung persediaan.
hadiah giveaway, juara ke 2

Syarat dan ketentuannya adalah sebagai berikut:
1. Peserta boleh perempuan atau laki-laki (kan hadiahnya bisa buat ibu, kakak, adik, bulik, tante, oma, nenek, istri, atau calon istri yaa..hehe), asalkan mempunyai alamat di Indonesia untuk pengiriman hadiah jika menang.

2. Untuk para blogger, follow blog ini. yaa...

3. Like fanpage Gerai Cantik Muslimah

4. Tuliskan pengalaman yang berkaitan dengan Mukena atau Bulan Ramadhan. Contoh pengalaman saya dengan mukena ada disini yaa.. 

5. Jika ada kata "mukena" di-link-kan ke fanpage Gerai Cantik Muslimah.

6. Posting tulisan di blog atau note facebook. Panjang tulisan bebas.

7. Postingan ditunggu sampai tanggal 25 Mei 2015 pukul 22:00.

8. Jika teman-teman menulis di blog, share tulisannya melalui twitter dengan hashtag #Mukena_Zakizakia, lalu mention saya di @arinta_arinta.

9. Jika teman-teman menulis di note facebook, share tulisan dengan menandai saya.

10. Di akhir tulisan diberi kalimat:

"Tulisan Ini Diikutkan dalam Giveaway Menyambut Ramadhan"

11. Nama pemenang Insya Allah akan diumumkan pada tanggal 06 Juni di blog ini. 

12. Terima kasiiih, ikutan yaaa... :)

Read More

Mamah; Do'a Ibu yang Terijabah

Tuesday, April 21, 2015

Semoga saya tidak terlihat lebay dengan judul itu. Tapi demi mengingat ucapan ibu, kemudian disandingkan dengan kenyataan yang saya rasakan saat ini, sepertinya memang Allah telah menjawab do'a ibu.

Saat itu, saya masih belasan tahun, masih berseragam putih abu-abu. Ketika duduk santai berdua di teras, tiba-tiba ibu berkata sambil matanya menerawang jauh, "Semoga kamu nanti dapat mertua yang sayang sama kamu."

Beliau lalu melayangkan pandangannya pada saya yang saat itu masih merasa bahasan ini tabu. "Soalnya kalau mertuamu saja sayang, pasti suamimu lebih sayang lagi," katanya melanjutkan. Saya yang mendengar kalimat itu hanya mengucap aamiin sambil membatin, "Aduh bu, masih lama lah kalau soal kayak gitu."

Dan dari peristiwa itu saya langsung percaya bahwa ucapan ibu pada anak-anaknya adalah do'a yang tidak tertolak. Mamah, begitu saya memanggil ibu mertua saya, adalah sosok mertua yang baik pada menantunya. Mamah sering menelepon saya, hampir tiap hari kegiatan itu dilakukannya. Tidak hanya sekedar menanyakan kabar anak cucunya. Lewat telepon kami bertukar cerita, bertukar rencana. Kadang kami pun saling bertukar resep dan menu masakan.

Mamah, De Ine (adik ipar), dan Saya
Ada yang lucu dari kisah kami bertiga; saya, ibu dan mamah. Dibanding saya, ibu lebih dahulu mengenal mamah. Bukan, ini bukan karena saya dan suami bertemu karena perjodohan. Mamah dan ibu berjumpa ketika sama-sama mengambil raport. Sekali lagi, bukan antara raport saya dan suami, akan tetapi raport suami dan kakak saya. Iya, suami saya dahulunya adalah teman sekelas Mas Pepi, kakak kedua saya. Pertemuan pertama saya dengan suami adalah ketika di tahun 2002, suami (yang saat itu sedang menanti kelulusan SMA) bertandang ke rumah. Ehem ehem..

Nah, pertemuan pertama saya dengan Mamah adalah ketika Mamah, Adik ipar, dan suami, sedang mengantar Ayah untuk terapi di Purworejo, tiga tahun kemudian. Daripada bengong menunggu Ayah yang sedang diterapi, Mamah memutuskan untuk datang ke rumah. Dari situlah ibu saya mulai "jatuh cinta" pada calon menantunya. Jatuh cintanya ya karena suami memiliki ibu yang peduli pada anaknya, atau lebih tepatnya, perhatian. Hehe... Iya, saat itu kami sudah menjalin hubungan, yang pendekatannya 3 tahun namun berakhir dalam waktu 7 bulan saja, hahaha.. Keputusan itu saya ambil karena saat itu saya memutuskan untuk tidak pacaran.

Namun jodoh memang tak perlu dikejar. Saya kembali berjumpa dengan suami ketika ibu saya meninggal. Sedih memang jika mengingat bahwa kami dipertemukan dalam kondisi saya yang sedang berduka. Tapi saya yakin, ini adalah petunjuk dari Allah, setelah sebelumnya ibu saya mengatakan rindu pada Mas Yopie (nama suami). Dibanding calon-calon yang lain, ibu saya memang jatuh cinta pada menantunya yang satu ini, hehe..

Dan firasat ibu memang benar. Feeling-nya berkata bahwa Mas Yopie adalah laki-laki baik-baik, berasal dari keluarga baik-baik, dan saya telah membuktikannya.

Mamah, begitu perhatian pada saya. Sering sekali beliau membelikan saya baju, hihi.. (menantu macam apa ini? koq malah kebalik, bukannya mantu yang beliin mertua?) Ya tapi memang begitulah Mamah. Mamah yang fashionable berhasil mengubah saya yang agak cuek dalam berpenampilan.

Oya, ada satu hal yang sedang berusaha saya teladani dari Mamah, yaitu kedermawanannya. Mamah senang berbagi, pada siapa pun, dalam kesempatan apapun. Mirip dengan almarhumah Ibu. Ahh, mereka berdua itu; Mamah dan Ibu, dua orang tercantik dalam hidupku. Semoga Allah senantiasa mencurahkan kasih sayang-Nya pada mereka berdua. Aamiin.


#K3Bkartinian

Read More

Jatuh Cinta pada Rumah dengan Gaya Tahun '80-an

Sunday, August 31, 2014

Ketika masih mengajar dulu, saya pernah mengikuti tes psikologi yang diadakan oleh sekolah tempat saya mengajar, dan hasilnya adalah bahwa saya termasuk orang yang suka sekali menoleh ke belakang. Tapi beruntungnya, saya lebih suka mengingat-ingat kenangan indah daripada kejadian-kejadian buruk di masa lalu. Mungkin karena masa kecil saya yang memang amat sangat bahagia berada di tengah-tengah keluarga yang saling menyayangi, juga keadaan ekonomi yang berkecukupan meski tak bisa dibilang berlebihan, yang membuat saya senang memutar memori masa silam.

Kebiasaan menoleh ke belakang itu pun terbawa hingga dalam hal memilih rumah impian. Saya yang lahir di penghujung tahun ’80-an, mendambakan rumah bergaya ’80-an yang menjadi trend di masa itu. Rumah-rumah bergaya ’80-an bisa kita lihat dalam film-film Warkop DKI, Kadir dan Doyok, atau film-film karya Almarhum Benyamin S. Dengan kaca besar berbentuk persegi di muka rumah, dengan lantai terasonya, dengan ruangan-ruangannya yang besar, juga halamannya yang tak kalah luas, rumah bergaya tahun ’80-an benar-benar membuat saya jatuh cinta. Entah mengapa, saya beranggapan bahwa jika saya berada di dalam rumah itu, maka suasana yang akan saya rasakan adalah suasana bahagia seperti puluhan tahun silam dimana saya tumbuh di masanya.



Ciri khas rumah bergaya tahun ’80-an adalah sirkulasi udaranya yang baik dan mencerminkan arsitektur tropis. Dibanding dengan rumah modern, rumah dengan gaya seperti ini cukup aman dari cuaca dan tampias hujan.



Satu lagi kelebihannya, jika dilihat dari lantainya yang khas yaitu lantai teraso, adalah bahwa lantai ini terasa dingin karena tidak menyimpan panas seperti halnya keramik. Makin menarik bukan? Apalagi untuk kita yang tinggal di Indonesia dengan hawanya yang semakin hari semakin panas.



Rasanya damai sekali membayangkan ketika pagi dan sore hari saya bisa duduk santai dengan suami menikmati secangkir teh sambil membaca koran di teras depan. Dan sejauh mata memandang, hijau pepohonan, warna-warni bebungaan, juga ranum buah-buahan yang tertanam di halaman menjadi sebuah hiburan. Ah, indahnya.

Oya, biasanya rumah-rumah dengan gaya ini juga dipercantik dengan tanaman yang populer di tahun itu, misalnya puring, paku atau suplir, anggrek, kembang sepatu, dan lain-lain.



Saking besarnya keinginan saya memiliki rumah seperti itu, pernah suatu kali air mata saya menetes tanpa izin ketika saya memasuki halaman rumah seorang teman yang memiliki rumah bergaya sama. Huhu, nggak lebay ‘kan? Meskipun suami saya meledek habis-habisan, saya tetap pada pendirian, pokoknya saya jatuh cinta pada rumah ’80-an.



Namun memiliki rumah ideal seperti dalam khayalan tampaknya belum bisa terwujud dalam waktu dekat, mengingat kebutuhan lahan yang luas berbanding lurus dengan biaya yang harus dipersiapkan. Juga, lantai teraso yang semakin susah ditemukan. Kalaupun ada yang memproduksinya, harganya sangat mahal untuk ukuran kantong pribadi saya. Dari sebuah agen properti saya mendapatkan informasi bahwa kisaran harga pembuatan lantai teraso per meternya adalah antara Rp 200.000 – Rp 265.000. Lantai teraso juga memerlukan perawatan ekstra karena ia mudah berlumut, dan ini tentu juga membutuhkan biaya yang tak sedikit, karena jasa poles teraso saat ini berada di kisaran Rp 30.000 – Rp 45.000 untuk proses ulang. Oya, untung ada Mimpi Properti, jadi perkembangan harga tiap harinya bisa dipantau.

Sebenarnya, rumah-rumah bergaya seperti ini masih sering saya temui di Kota Solo, kota tempat saya tinggal kini. Bisa dibayangkan tidak, ekspresi saya ketika lewat di depan rumah-rumah itu? :D

Saya hanya bisa berharap agar para pemilik rumah itu tidak bosan dengan model rumah mereka yang sekarang. Kalaupun bosan, semoga mereka tidak terburu-buru merenovasi rumah itu dan menggantinya dengan bangunan modern misalnya. Yaa, siapa tahu nanti ada rezeki saya, sehingga rumah itu bisa berpindah kepemilikan menjadi milik saya sepenuhnya. Jadi saya tidak perlu repot membangun dari awal, hehe.. Mimpi boleh saja 'kan? Mumpung gratis dan tidak ada yang melarang. Dan kalau dana yang saya butuhkan sudah disediakan oleh Tuhan, Mimpi Properti akan saya jadikan rujukan untuk mewujudkan rumah yang saya idam-idamkan.





Read More

Kandas

Monday, April 8, 2013







Selamat ya ukh, akhirnya mengudara juga, katanya sambil menatap gadis itu.
Kalau bukan karena bantuan kakak, saya mungkin belum jadi penyiar sekarang. Saya sangat berterima kasih atas pertolongan kakak. Jawab Hilma malu.
Ah, itu cuma kebetulan, koq. Coba saya tahu dari dulu kalau anti punya cita-cita jadi penyiar, pasti sudah dari dulu juga saya kenalkan pada Pak Fatah. Saya kenal beliau sudah lama, sejak beliau mulai dakwah ke sekolah-sekolah, kemudian berlanjut ketika beliau mendirikan radio dakwah ini.
Oh..
Ya sudah, anti mau pulang kan? Yuk kuantar.
Ah, terima kasih kak sebelumnya. Saya pulang sendiri saja.
Baiklah. Fadil tahu mengapa gadis cantik itu tak mau ia antar. Ia adalah gadis sholikhah, yang mengerti batasan-batasan dalam pergaulan dengan lawan jenis. Fadil mengaguminya sejak pertama kali bertemu, di sebuah acara di kampus mereka. Dia mengenalnya sebagai adik angkatan yang cerdas, namun selalu rendah hati. Bicaranya sopan, hanya bersuara jika diperlukan. Tak seperti kebanyakan gadis jaman sekarang.

Waktu pun berlalu, hubungan mereka kian dekat. Selalu ada cerita untuk dibicarakan dan dibahas bersama. Istilah kerennya, sudah ada chemistry. Hilma, gadis cantik itu kini memendam rasa yang tak sama pada lelaki di hadapannya. Namun, rasa itu hanya mampu dipendamnya hingga batas waktu yang ia sendiri tak tahu. Ia berharap dalam do'a agar Kak Fadilnya segera mengetahui isi hatinya.
Aku tak mungkin mengungkapkannya duluan, begitu katanya pada Rani, sahabatnya di radio.
Di tempat lain, Fadil, yang selama ini menaruh rasa yang sama, sedang memikirkan cara yang paling berkesan untuk meminang gadis pujaannya itu. Ia tak mau pinangan yang biasa-biasa saja untuk gadis teristimewa.

Di tengah pengharapan akan cinta sucinya, handphone Hilma berdering. Bapak di seberang sana bertanya Nduk, kapan kamu bisa pulang?
Memangnya ada apa, Pak?
Gini, bapak sama ibu mau kedatangan tamu. Keluarga Bayu. Kamu ingat kan, teman baik bapak, Pak Waluyo? Beliau kemarin mengutarakan keinginannya untuk meminangmu menjadi menantunya, menjadi pendamping Bayu. Kamu setuju kan, Nduk?
Masya Allah, kabar dari Bapak bagai petir di siang bolong yang menyambar dan merobohkan pohon impiannya. Tak mungkin ia menolak. Keluarga Bayu adalah keluarga baik-baik, Bayu pun begitu. Dia teman kecil Hilma. Sholih, cerdas, aaahhh, tak ada alasan untuk tidak menerimanya. Namun demi orang tuanya, Hilma merelakan semua. Hilma pulang dengan penantian yang tlah usai.
Esoknya, Fadil mencari Hilma di radio tematnya bekerja. Hilma mana Ran? Hari ini dia siaran kan? tanyanya pada Rani.
Hilma cuti mendadak, Kak. Dia akan segera menikah dengan laki-laki pilihan orang tuanya. Dia menitipkan salam takzim untukmu Kak.Jawab Rani yang telah mengetahui kisah mereka. Ada rasa haru ketika ia menyampaikan salam dari Hilma untuk Fadil. Tak tega rasanya, melihat dua insan yang saling menyayangi harus berpisah, namun bukan karena keinginan mereka sendiri.
Fadil terduduk dengan lunglai. Lama ia terdiam. Matanya mulai mengembun. ”Kandas sudah,” ucapnya dalam hati, kemudian melangkah pergi.
Read More

Gaudiku, Merangkai Kuda dengan Lego

Tuesday, March 12, 2013




Pertengahan Januari lalu, Gaudiansyah Abiyu Mahya, putra saya yang saat itu baru berumur 22 bulan, memberi saya sebuah kejutan. Ia datang dengan membawa sesuatu sambil berteriak, "Mamaaah, cuda." Saya cukup terkejut saat itu, melihat sebuah benda dari susunan Lego yang berkepala dan berkaki hasil kreasinya sendiri. Beberapa waktu sebelumnya, Gaudi memang sangat mengagumi karakter binatang kuda. "Tunggu ya, nak.. Mama foto dulu," saya bergegas mengambil kamera. Ia terlihat cukup senang ketika “cuda”nya itu saya apresiasi dan didokumentasikan. Hingga saat ini, Gaudi juga mahir membuat beberapa karakter lain dari legonya seperti bebek, buaya,  pesawat dan lainnya. Sebuah pengalaman berharga bisa menyaksikan perkembangan imajinasinya setiap saat. 
Read More