Pertengahan Januari lalu, Gaudiansyah Abiyu Mahya, putra
saya yang saat itu baru berumur 22 bulan, memberi saya sebuah kejutan. Ia
datang dengan membawa sesuatu sambil berteriak, "Mamaaah, cuda." Saya
cukup terkejut saat itu, melihat sebuah benda dari susunan Lego yang berkepala
dan berkaki hasil kreasinya sendiri. Beberapa waktu sebelumnya, Gaudi memang
sangat mengagumi karakter binatang kuda. "Tunggu ya, nak.. Mama foto
dulu," saya bergegas mengambil kamera. Ia terlihat cukup senang ketika
“cuda”nya itu saya apresiasi dan didokumentasikan. Hingga saat ini, Gaudi juga
mahir membuat beberapa karakter lain dari legonya seperti bebek, buaya, pesawat dan lainnya. Sebuah pengalaman
berharga bisa menyaksikan perkembangan imajinasinya setiap saat.
rupa-rupa
Read More
Mengapa Agama Islam = Tali Allah?
Friday, March 1, 2013
Ada di antara kita yang menyukai “kebebasan” dalam hidup,
tak mau mengikuti aturan dan bertindak semaunya sendiri. Ada pula yang patuh
pada aturan, karena tahu, aturan itu dibuat untuk kebaikan. Ada yang memandang
aturan sebagai pengekang, namun sebagian lain menafsirkannya sebagai pengendali
situasi, supaya kehidupan berjalan dengan tenang dan damai.
Ingatkah ketika anda melihat bayi mungil yang dibedong?
Mengapa dia dibedong? Memang ada yang mengatakan bahwa membedong bayi seperti
menyiksa karena tak membiarkan dia bergerak bebas. Tapi tahukah anda, dengan
dibedong, bayi bisa tidur lebih nyenyak dan lebih lama? Dia tidak terganggu dengan
gerakannya yang masih kaku dan sering, karena dia belum bisa mengontrol
gerakannya sendiri. Ini pengalaman saya si sebagai seorang ibu. Tadinya saya
juga berpikir, kasihan amat ni anak dibedong..tapi alhamdulillah, orang tua
saya dengan “warisan kunonya” memaksa saya membedong cucunya, dan saya
bersyukur karena itu.
Aturan itu seperti tali, kekang. Seekor kuda, dapat dikendalikan
oleh sang kusir delman dengan talinya. Bayangkan bila talinya lepas, dia akan
berlari kesana kemari mengganggu pengguna jalan atau masyarakat sekitar. See?
Pengekangan itu tak selamanya merugikan, bukan?
Begitu pun kita sebagai manusia, kita harus menyadari bahwa
kita mempunyai tali dan pengendalinya adalah Allah. Hal ini jika kita ingin
menjalani hidup dengan tenang, damai.
Apakah tali itu? Seperti firman Allah dalam surah Ali Imran
ayat 103, “Berpeganglah kamu semua pada tali Allah (agama Islam), dan janganlah
bercerai-berai, ingatlah kenikmatan Allah yang melimpah kepadamu, ketika kamu
semuanya bermusuh-musuhan (semasa jahiliah dahulu), kemudian Allah melembutkan
hati-hatimu sehingga dengan itu kamu menjadi bersaudara (bersatu padu dengan
nikmat Islam). Saat itu kamu berada di tepi jurang kehancuran (karena kekufuran
semasa jahiliah), kemudian Allah menyelamatkan kamu. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayatNya kepadamu agar kamu sekalian mendapat petunjuk.”
Dari ayat di atas, semoga kita menjadi insan yang selalu terikat
hatinya pada Allah, sehingga ketika kita berada di bibir jurang kemaksiatan,
Allah menjaga kita, mengendalikan kita dengan tali-Nya. Inilah sesungguhnya
kenikmatan itu..ketika kita dijaga Allah dari kesesatan yang mencelakakan.
Tali Allah (Agama Islam) memang penuh dengan aturan atau
hukum-hukum Allah. Itu semua bukan untuk menyusahkan kita sebagai penganutnya,
tetapi sesungguhnya merupakan pelindung kita supaya kita terhindar dari
perbuatan yang tidak hanya merugikan diri kita sendiri namun juga bagi orang
lain.
Renungan Jum’at
Ya Allah, buatlah hati saya,selalu terikat pada-Mu, pada
kebenaran-Mu… jangan lepaskan saya dari ikatan-Mu…
Wallahu a’lam bishawab (mohon maaf apabila terdapat kekeliruan, ini hanyalah analisa saya yang fakir ilmu)
rupa-rupa
Read More
Resep Hidup Tentram
Wednesday, February 27, 2013
Beberapa
waktu terakhir, televisi kita banyak dihiasi kasus korupsi yang tak hanya
dilakukan oleh kaum bapak, tapi juga oleh kaum ibu. Tak mau kalah sepertinya.
Seolah-olah korupsi sudah menjadi gaya hidup. Cara apapun demi uang dihalalkannya.
Tidakkah mereka sedih saat harus terpisah dengan keluarga (khususnya anak-anak
mereka) dan menghuni rutan? Well..mungkin mereka bia membayar rutan yang mewah,
seperti yang pernah diliput sebuah stasiun televisi swasta kita. Tapi tetap,
image seorang napi itu kedengarannya kurang baik. Tidakkah mereka malu dengan
sanksi sosial yang mereka terima? Tidakkah mereka membayangkan perasaan
keluarga yang juga malu dengan perbuatan mereka? Ingatkah mereka akan dosa dari
“mencuri” uang rakyat dan konsekuensinya di kahirat kelak?
Saya
jadi ingat, lagu anak-anak yang dulu pernah saya dengar;
“Kata
ummi dan abi, Jannah itu sangat indah
Banyak
orang berlomba ingin masuk ke dalamnya
Kata
ummi dan abi, neraka itu sangat panasnya
Tetapi orang berlomba ingin
masuk ke dalamnya”
Memang,
kita tak pernah takut akan hal yang belum pernah kita lihat secara langsung.
Kalau hanya cerita saja, walaupun itu nyata datang dari Al-Qur’an yang tidak
diragukan lagi isinya, panasnya neraka tidak mengurangi niat untuk melakukan segala
larangan Allah.
Ingat
lagi deh dengan sebuah lagu qasidah kesukaan bapak, yang sering diputar oleh
beliau, dulu, sewaktu saya kecil.
“Besihkan,
bersihkan
Lingkungan
kerjamu
Jangan
kau kotori, Jangan kau nodai
Dengan
perbuatan, amoral dan asusila
Hindarkanlah
kecurangan, dan semua bentuk kebohongan
Bila
kau ingin tentram
Damai
tanpa bayang-bayang
Cukupkanlah
rizkimu
Jangan
ikuti hawa nafsu
Itulah
resep hidup tentram
Yang
diajarkan agama
Ingatlah
ingat cari selamat
Di
dunia dan akhirat
Kita
memang membutuhkan uang sebagai sarana untuk menciptakan kebahagiaan. Tapi
jangan sampai karena uang juga kebahagiaan kita hilang. Na’udzubillah tsumma na’udzubillah,
jangan sampai hal-hal seperti itu terjadi pada saya dan keturunan saya. Mengutip
sebuah status facebook dari Majalah Embun, “Pendapatan Rasulullah sebagai
kepala negara berasal dari hasil perang, zakat, maupun pajak yang sangat besar.
Meskipun begitu, beliau memilih untuk tetap hidup sederhana. Beliau shalat
dengan khusyu’ walau setumpuk rampasan perang dikumpulkan di belakangnya.”
tips emak
Tips Merawat Kulit Wajah, Mudah dan Murah
Wednesday, February 20, 2013
Ini adalah oleh-oleh dari oma mertua ketika akhir tahun lalu saya mengunjunginya.
Oma mertua, meskipun sudah sepuh, namun dari wajahnya masih tersisa guratan kecantikan masa muda..:-)
Sambil mengobrol santai, beliau memuji kulit wajah saya, pada awalnya.
Beliau pun melanjutkan lagi dengan membagi tipsnya, supaya wajah kita bebas dari bintik hitam yang mengganggu penampilan.
1. Ambil tahu putih secukupnya, kira-kira seruas jari tangan.
2. Haluskan.
3. Campur dengan 1 sendok air mawar yang banyak tersedia di pasaran.
4. Oleskan ke wajah, pakai seperti masker.
5. Lakukan 2-3 kali seminggu.
Insya Allah, wajah akan lebih halus dan bintik hitam berkurang.
Selamat Mencoba...:-)
Read More
Oma mertua, meskipun sudah sepuh, namun dari wajahnya masih tersisa guratan kecantikan masa muda..:-)
Sambil mengobrol santai, beliau memuji kulit wajah saya, pada awalnya.
Beliau pun melanjutkan lagi dengan membagi tipsnya, supaya wajah kita bebas dari bintik hitam yang mengganggu penampilan.
1. Ambil tahu putih secukupnya, kira-kira seruas jari tangan.
2. Haluskan.
3. Campur dengan 1 sendok air mawar yang banyak tersedia di pasaran.
4. Oleskan ke wajah, pakai seperti masker.
5. Lakukan 2-3 kali seminggu.
Insya Allah, wajah akan lebih halus dan bintik hitam berkurang.
Selamat Mencoba...:-)
resep
Read More
Makaroni Schotel Kukus Untuk Amay
Tuesday, February 5, 2013
Dua hari ini, Amay (21m) sedang tak ingin makan nasi. Terlihat dari raut mukanya yang tampak malas ketika saya membawakannya semangkuk nasi, sayur, lengkap dengan lauknya. Memang Amay sering seperti ini. Kadang ia senang dengan makanan berkuah seperti Soto, Sop, atau Bening Bayam. Namun kali lain, dia lebih memilih makanan kering alias tak berkuah. Memang, sebagai seorang ibu, kita harus pintar membaca keinginan anak. Saya sedang belajar tentang ini, karena Amay belum mampu mengutarakan keinginannya, termasuk dalam hal memilih menu hari ini. Paling-paling, dia hanya sekedar berkata, "mau roti" atau "puding" karena dua makanan ini adalah favoritnya.
Nah, hari ini, setelah memutar otak, mau "dikasih makan" apa anakku? Hehe.. Buka-buka lemari, dan saya temukan sebungkus makaroni. Ah, di dapur masih ada telur, susu, kentang, wortel, juga bawang bombay. Kentang saya masukkan untuk mengganti kebutuhan karbohidrat, wortel sebagai tambahan vitamin, dan daging + telur sebagai proteinnya.
Dan akhirnya, saya pun membuat makaroni schotel ala saya sendiri..:)
Caranya :
rebus makaroni
iris bawang bombay kecil-kecil, tumis dengan margarin
tambahkan daging giling ( optional ), tumis hingga berubah warna
masukkan wortel dan kentang yang sudah dipotong kotak-kotak kecil
masukkan segelas susu cair, aduk-aduk
tambahkan garam secukupnya
matikan api bila adonan sudah mengental
di tempat terpisah, kocok 3 butir telur, tambahkan sedikit garam
masukkan makaroni yg telah direbus tadi
masukkan juga adonan yang telah dimasak tadi
siap dikukus/dipanggang
kebetulan saya lebih senang makaroni kukus
kira-kira seperti ini hasilnya...(pake foto orang lain karena ga sempet memfoto masakan saya sendiri, keburu habis :p )
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)