Proses Menjadi #ibubaik Dimulai Saat Mengandung

Saturday, March 29, 2014

Copas status facebook seorang sahabat, sebagai pengingat agar semangat menjadi #ibubaik selalu terjaga.

‪#‎IBUBAIK‬ MELAHIRKAN GENERASI BAIK
by : bendri jaisyurrahman - Aliansi Cinta Keluarga Indonesia (twitter : @ajobendri)
1| Ibu adalah madrasah pertama seorang anak, dan AYAH adalah kepala sekolahnya
2| Hak anak terhadap AYAHnya adalah mendapatkan #ibubaik. Sehingga awal menikah, AYAH bukan sekedar mencari istri namun juga ibu bagi anaknya nanti
3| Rasulullah mengatakan : nikahilah wanita yg subur (walud) dan punya jiwa pengasuhan (wadud). Ini standar dasar mencari #ibubaik untuk anak
4| Keluarga nabi nuh jadi ibrah. Betapapun beliau seorang nabi, tak mampu ajak anaknya kepada jalan Allah. Bermula dari istri yg bukan #ibubaik
5| Sementara keluarga Ibrahim dijadikan Allah sebagai teladan. Ibrahim yg super sibuk melahirkan generasi berkualitas. Bermula dari #ibubaik
6| Seorang Imran yg bukan Nabi pun digelari sbg keluarga terbaik. Tersebab pilihan ia memilih seorang wanita utk jadi #ibubaik bagi anaknya
7| Adalah Hana binti Fakhudz profil #ibubaik yg melahirkan anak wanita baik bernama maryam. Ditinggal mati oleh Imran saat mengandung anaknya
 Saat hamil, ia jaga lisan dan pikiran dari hal yg dibenci Tuhan. Hingga ia hanya berharap satu hal : anaknya kelak jadi hamba yg taat
9| Tak sedikitpun keluar kalimat buruk dari lisannya saat hamil. Sebab keburukan lisan saat hamil mmpengaruhi kejiwaan anak saat lahir
10| Tak ada pikiran nakal saat anak dalam kandungan. Sebab pikiran jahat saat hamil memberi peluang setan tuk jadi teman anak saat lahir
11| Hana adalah contoh bagaimana seorang #ibubaik hendaklah jaga pikiran, tindakan dan lisannya dari hal buruk saat hamil agar tak pengaruhi jiwa anak
12| Dan usaha hana terbukti. Lahirlah sosok maryam yg Allah pilih sebagai wanita suci. Wanita yg terbaik dan pilihan di masanya
13| Kalaulah saat hamil, hana hanya pikirkan uang, popularitas dan kecantikan untuk bayinya. Bisa jadi, akan lahir anak yg gila dunia
14| Maka sekali lagi, penting bagi ibu yg sedang hamil untuj jaga lisan, pikiran dan tindakannya dari hal-hal yang tidak disukai Allah
15| Tugas AYAH saat ibu hamil adalah menjaga agar apa-apa yg diucap dan dipikirkan oleh istrinya adalah hal yang baik-baik
16| Jika ibu hamil ngidam, maka pastikan bahwa ngidamnya adalah sesuatu yg baik. Misalnya ngidam umroh dan haji. Itu ngidam yg baik 
17| Ibu hamil jangan ngidam yg aneh-aneh. Semisal ngidam jadi personil JKT48 . Agar si bayi kelak tidak berbuat yg aneh-aneh saat lahir
18| Termasuk hindari kebiasaan atau tradisi yg bertentangan dengan syariat. Agar anak sejak dalam kandungan benar-benar dididik jadi anak taat
19| Kembali ke profil hana sebagai #ibubaik yg kisahnya diabadikan dalam quran. Beliau lalui proses kehamilan dgn baik hingga anak terlahir ke dunia
20| Anak yg semula diharap lelaki ternyata adalah wanita. Tak muncul protes atau keluh kesah kepada Allah. Yang ada hanyalah rasa syukur
21| Bersyukur kepada Allah terhadap apapun kondisi bayi saat kelahiran adlh adab dan ciri dari #ibubaik. Jangan kotori dengan keluh kesah apalagi umpatan
22| #ibubaik meyakini bahwa setiap bayi yg lahir punya rencana hidup masing-masing yg ditetapkan Allah. Maka tak ada alasan utk berkeluh kesah
23| Pun saat anak telah lahir, hana sbg profil #ibubaik dalam quran juga memikirkan hak anak utk dapat pengasuhan AYAH selepas imran tiada
24| Hana paham bahwa di usia dini seorang anak tidak hanya butuh figur ibu tapi juga AYAH. Agar memiliki karakter tangguh di masa depan
25| Terpilihlah Nabi Zakaria yg masih kerabat sebagai AYAH asuh bagi anaknya maryam. Hana sebagai single parent menitipkan anak kepadanya
26| Sehingga sosok maryam sebagai wanita terbaik di masanya, tak lepas dari peran AYAH mengasuh di masa kecil. Ini jadi perhatian bagi kita
27| #ibubaik tetap memikirkan agar anaknya tetap dapat figur AYAH di masa kecil yg ajarkan kemandirian, keberanian dan ketegasan
28| Status single parent tak jadi alasan utk mengabaikan hak anak terhadap kebutuhannya akan figur AYAH
29| #ibubaik bisa meminta kerabat terdekat untuk menggantikan peran AYAH yg hilang bagi anak di usia dini. Hal ini pula yg dialami oleh Rasulullah
30| Selepas kepergian Abdullah saat Rasulullah dalam kandungan, nilai keayahan tidak terhenti. Beliau segera diasuh oleh kakek dan pamannya
31| Ini jadi pelajaran juga bagi para AYAH yg masih hidup, agar jangan kehilangan momen untuk mengasuh anaknya sedari dini
32| Agar tak muncul generasi ALAY alias Anak kehiLangan AYah. Ada ayah tapi serasa yatim. Ayah tak pernah bermain dengannya di masa kecil
33| Maryam contoh anak yatim yg sukses. Sebab saat lahir ia tak kehilangan figur AYAH. Ada nabi zakaria yg jadi ayah asuhnya
34| Kisah lengkap tentang profil #ibubaik yakni istri imran ini ada di dalam Quran surah ali imran ayat 33 - 41. Sila ditadabburi
35| Semoga makin banyak #ibubaik di negeri ini. Begitu juga ayah baik. Agar muncul generasi berkarakter tangguh di masa depan. Sekian (bendri jaisyurrahman)
Read More

Syarat dan Cara Tayammum

Monday, March 24, 2014

Saya pernah mendengar, suatu hari dalam ceramahnya Ustaz Yusuf Mansyur mengatakan bahwa sebenarnya kita tidak punya alasan untuk meng-qadla atau mengganti shalat di waktu lain, termasuk menjama' shalat, jika alasannya karena sedang dalam perjalanan. Mengapa? Sepanjang perjalanan, saat ini sangat mudah untuk kita menemukan masjid atau musholla bukan? Apalagi di Indonesia yang merupakan negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam. Jika memang dalam perjalanan itu kita tidak bisa berwudhu karena ketiadaan air, bukankah Allah telah memberi keringanan untuk bertayammum? Shalat di dalam kendaraan pun diperbolehkan sambil duduk jika berdiri memang tidak memungkinkan. Untuk tata cara shalat di dalam kendaraan, baca selengkapnya disini. Namun, terlepas dari itu semua, keringanan-keringanan seperti menjama' atau mengqashar shalat tetap diperbolehkan, sebagai bukti bahwa Allah memang Maha Pemurah.
Tayammum sendiri berarti mengusap muka dan dua belah tangan dengan debu yang suci. Tujuannya, menggantikan wudhu dan mandi dengan syarat-syarat tertentu.

Berikut syarat-syarat dibolehkannya tayammum:
1. Tidak ada air. Telah berusaha mencarinya, namun tidak menemukan.
2. Berhalangan menggunakan air, misalnya karena sakit yang apabila terkena air maka akan kambuh atau makin parah.
3. Telah masuk waktu shalat.
4. Dengan debu yang suci.

Fardhu Tayammum:
1. Niat (untuk dibolehkan mengerjakan shalat). Lafadz tayammum adalah sebagai berikut: 
"Nawaitut tayammuma li-istibaahatish shalaati fardlan lillaahi ta'aalaa." 
(Saya niat bertayammum untuk dapat mengerjakan shalat, fardhu karena Allah)
2. Meletakkan kedua belah tangan di atas debu untuk diusapkan ke muka.
3. Mengusap muka dengan debu sebanyak dua kali usapan.
4. Mengusap dua tangan dengan debu hingga siku-siku sebanyak dua kali usapan.
5. Memindahkan debu ke area yang diusap.
6. Tertib atau berurutan.

Sunnat tayammum:
1. Membaca basmalah.
2. Mendahulukan anggota tubuh yang kanan daripada yang kiri.
3. Menipiskan debu.

Hal-hal yang membatalkan tayammum:
1. Segala yang membatalkan wudhu.
2. Melihat air sebelum melakukan shalat, kecuali bagi yang bertayammum karena sakit.
3. Murtad / keluar dari Islam.

Satu kali tayammum hanya dapat digunakan untuk satu kali shalat, meskipun belum batal. Namun apabila bertayammum ditujukan untuk shalat sunnat beberapa kali, maka cukup hanya dengan satu kali tayammum saja.

Semoga ulasan ini bermanfa'at. Wallahu a'lam bishshowab.
Read More

Antara Sabar dan Syukur

Saturday, March 22, 2014

Sabar dan Syukur, dua kata yang selalu beriringan. Tidak mudah memang, seperti di tulisan saya yang ini, Belajarlah di Atas Kekuranganmu, Maka Kamu Akan Unggul Disitu, Kakak Fina juga bersabar menjalani prosesnya. Hasilnya, sebuah nilai yang luar biasa ia dapatkan.

Sabar akan membuahkan hasil yang membuat kita tak henti bersyukur, dan rasa syukur terhadap ni'mat yang kita anggap kecil sekalipun akan membuat Allah percaya untuk mengamanahi ni'mat yang lebih besar. Dari sini mungkin bisa kita jadikan pengingat diri, adakah keinginan kita yang belum tercapai? Sudah berusaha sekian lama namun hasil yang diharap tak juga muncul nyata. Nah, mungkin kita mesti mengingat-ingat lagi, ni'mat dari Allah yang mana yang telah kita dustakan dan lupa kita syukuri. 

Kita analogikan begini. Ada seorang pengemis yang datang meminta, lalu kita beri sebuah logam lima ratus rupiahan. Kalau pengemis itu tidak berterima kasih, apalagi sampai menghujat kita yang telah memberinya, bagaimana perasaan kita? "Huh, udah untung aku kasih uang. Besok-besok kalau kamu datang, jangan harap aku mau ngasih uang lagi!" mungkin kita akan menggerutu seperti itu. Lain halnya jika pengemis tadi mengucap terima kasih sambil mendo'akan agar kita diberi rezeki yang melimpah, sehat wal 'afiat, dan sukses dalam usaha, reaksi minimal dari kita pasti tersenyum. Reaksi berikutnya mungkin kita merasa bersalah karena hanya memberi uang lima ratus, dan membuat kita kembali merogoh kantong untuk memberinya uang lebih untuk do'a yang begitu banyak tadi.

Itu kalau kita sebagai manusia. Tapi Allah tidak begitu. Meskipun kita sering lupa bersyukur, tapi ni'mat dari-Nya tak pernah putus. Dari rizki bisa melihat, bisa mendengar, bisa berjalan, bisa makan 3x sehari, dan lain-lain. Hanya jika rizki yang begitu besar saja lupa kita syukuri, bagaimana Allah mau mengamanahi kita rizki yang lain?

Saya sudah membuktikannya. Ketika beberapa hari lalu saya menemukan tujuh buah cabe rawit yang ranum-ranum, saya tak henti bersyukur. Bahkan saya memanggil-manggil suami yang saat itu sedang khusyu' bekerja. Itu cabe yang saya sebar bijinya beberapa bulan lau, bahkan saya hampir lupa telah menanamnya. Rasa syukur itu bertambah-tambah karena saya ingat harga cabe rawit saat ini masih sangat mahal. Belum juga hilang syukur di siang itu, sorenya saya dihubungi seseorang yang memesan gamis dalam jumlah yang tidak pernah saya duga. 

Pelajaran tadi selain menambah rasa syukur pada setiap detik yang diberi-Nya, juga membuat saya berkesimpulan, "Tebar kebaikan, lupakan. Tebar kebaikan, lupakan. Dan pada saatnya nanti, kita akan menuai hasil yang tidak pernah kita duga sebelumnya." Seperti semboyan penulis bukan? Tulis, Kirim, Lupakan! :D

Jadi, sudahkah kita bersyukur hari ini? 
Read More

Memilih Partai = Memilih Klub Sepak Bola

Kemarin saya buat status begini di facebook saya
"Menjelang pemilu, banyak teman-teman yang mendadak jadi pengamat politik. Sah-sah saja sih, cuma.. Kalau cinta jangan terlalu cinta, nanti kamu akan kecewa. Kalau benci jangan terlalu benci, nanti kamu malu sendiri.
Anda dengan pilihan Anda, saya dengan pilihan saya, dia dengan pilihan dia. Masing-masing punya hak to? Dan saya yakin masing-masing kita sudah menimbang koq, mana yang menurut kita baik.
Kalau ingin membuat saya atau dia beralih pada pilihan Anda, gunakan kalimat yang baik di status-status Anda. Karena kalau Anda menuliskan hal-hal yang buruk demi membuat pilihan Anda terlihat baik, yang terjadi justru akan terbalik. Bagi saya pribadi, saya malah jadi antipati.
Cara pandang orang terhadap sesuatu bisa berbeda-beda, tak usah lah kita memaksakan cara pandang kita. Saya ingat betul kata-kata suami suatu hari, "Kita mungkin melihat sebuah pulpen sebagai benda yang panjang, tapi jika yang lain melihatnya dari atas maka sah-sah saja jika dia bilang pulpen itu berbentuk lingkaran, dan jika seseorang melihat dari bawah tak salah jika pulpen itu disebutnya runcing."

Bukan tanpa alasan saya membuatnya. Ini hasil dari mantengin facebook beberapa hari ini, dan selalu deh ada postingan-postingan yang bikin gerah. Ada yang menjelek-jelekkan partai ini, memposting keburukan capres ini. Duuh..facebook sudah jadi seperti meja hijau yang hakimnya adalah para facebooker sendiri. Suami saya sampai bilang, "Sudahlah, ngapain kita menghabiskan energi untuk urusan nggak penting kayak gitu?" Bukan pemilunya yang nggak penting loh ya, saya nggak golput koq. Yang nggak penting itu berdebatnya.

Media pun begitu, jadi perantara ghibah. Memang kita butuh berita, tapi mbok ya yang sewajarnya. Kadang ada juga berita yang lebay, melebih-lebihkan berita negatif namun mengurangi esensi dari berita itu sendiri.

Memilih partai atau presiden, menurut saya hampir sama seperti memilih klub bola favorit. Ada kesenangan tersendiri, dan tentunya kenapa orang memilih klub tersebut sudah pasti ada analisanya. Nggak bisa dong, kamu bilang klub favoritku yang paling bagus, bla bla bla, karena pasti ada saatnya kalah di sebuah pertandingan. Ngefans boleh saja, tapi kalau jadi seperti bonek atau the jackmania yang suka tawuran demi membela klubnya, kan jadi nggak enak dilihat. 

Saya suka geli kalau ada orang yang mati-matian membela klub sepak bola. Lha itu yang jadi pemainnya saja, mereka membela klubnya karena dibayar. Kalau ada klub lain yang mau beli dengan harga lebih oke, mereka dengan entengnya angkat kaki dari klub itu. Kamu, dibayar nggak? Sama aja seperti partai to? Hehe.. Sekian... :)
Read More

Dunia Promosi yang Penuh Ilustrasi

Thursday, March 20, 2014

Sebagai pelaku bisnis online, promosi di facebook merupakan hal yang paling sering saya lakukan. Sebenarnya saya punya akun twitter dan instagram, tapi sepertinya promosi di facebook lah yang lebih mudah bagi saya.

Beberapa kali saya mendapat pesanan gamis dan jilbab karena promosi-promosi yang sering saya lakukan disana. Kata seorang teman, pelaku bisnis mesti narsis, supaya dagangannya laris manis. Mohon maaf untuk teman-teman facebook jika saya sering nyampah, hehe.. Tapi saya selalu berusaha untuk tetap ingat pada kode etik koq. Saya jarang sekali (tidak pernah malah), tagging orang-orang tentang jualan saya. Kecuali bila orang tersebut telah menginbox saya, kemudian meminta fotonya ditandai di akunnya.

Saya juga berusaha mengingat lirik lagu qasidah yang sering diputar oleh bapak saya sewaktu saya masih kecil. Hehe, bapak saya memang penggemar Bang Haji dan juga Qasidah-qasidah seperti Nasida Ria atau apalah namanya. Liriknya kurang lebih begini:
Dunia promosi
Penuh ilustrasi, menawan hati
Semua nomor satu
Dan paling bermutu
Semua super kuat
Semua paling hebat
Awas waspada
Dunia promosi, penuh pesona
Ini jadi pengingat supaya saya tidak lebay menceritakan kelebihan-kelebihan produk saya. Hehe... :D

Nah, kenapa saya jualan gamis dan jilbab? Ceritanya berawal dari Bulik saya di Bogor (beliau adalah orang yang saya tumpangi selama 4 tahun sewaktu saya kuliah) yang menawari saya gamis-gamis jualannya. Nah, karena bulan sebelumnya saya sudah minta dibelikan gamis sama suami, sementara saya juga pingiiiiinnnn banget punya gamis itu, ahirnya saya bilang sama Bulik, "Bulik, aku ikut jualin yaa.. Ntar aku nabung di Bulik. Kalo uangnya cukup buat 1 gamis, kirim ke aku." Nah, begitulah ceritanya. Dan Alhamdulillah, hanya beberapa hari gamis+jilbab impian jadi milik saya. :)

Oya, karena Bulik saya juga biasa memotret gamis-gamis itu dengan kamera handphone, lalu dikirimnya melalui WA, maka kualitas gambarnya juga tidak sama dengan online shop yang lain. Hehehehe, poloooossss banget. Sampai-sampai seseorang yang sangat baik menyampaikan pada saya melalui pesan, "Mba Arin, itu pic nya diperjelas Mba.." Yaa, gimana dong? Memang bisanya gitu doang. Pengen sih, difoto dengan baik biar kelihatan profesional. Mungkin lain waktu kali yaa... :)

Di awal memulai bisnis gamis ini, saya dan Bulik seperti saling mensupport gitu. " Untung dikit-dikit gapapa, yang penting lancar, aamiin..." Begitu kata beliau. Saya pun merasakan bahwa apa yang dikatakan beliau benar. Buat apa ambil untung banyak kalau yang beli cuma 1 atau 2? Ya kan? Satu pesan Bapak yang selalu saya ingat, "Jangan mengambil untung terlalu besar. Kalau perlu, beritahu pada pelangganmu berapa harga kulakannya." 

Kesulitan berbisnis online Alhamdulillah hampir tidak ada. Cuma karena saya tidak begitu paham dengan fashion dan nama-nama kain, yaaa....respon ke pembeli jadinya lama, hehe.. Saya hanya tahu jenis bahan katun dan jersey (ini juga karena jualan, hehe). Tapi so far, berjualan itu menyenangkan. Bukankah 8 dari 10 pintu rezeki itu dari berdagang? Rasulullah pun telah memberi contoh, bukan?

Satu tips saya sebagai pembeli dan penjual online, masing-masih pihak harus mempunyai sifat jujur. Ingat, sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tak aan percaya.

Read More

Ocean of Life Indonesia, Wisata Edukasi di Pantai Watukodok, Yogyakarta

Thursday, March 13, 2014

Ada yang menarik yang tersembunyi diantara belasan pantai indah di Jogjakarta

Bicara soal pantai, jika ditanya pantai apa yang terletak di Jogja, sudah bisa dipastikan yang terlintas pertama kali ada pantai parangtritis. Mungkin ada pula yang menjawab pantai Drini, Kukup, atau Indrayanti. Padahal, pantai di Jogja banyak sekali jumlahnya. Dan kali ini saya akan bercerita tentang pantai yang belum banyak terjamah di Jogja, yaitu Pantai Watukodok di Gunung Kidul yang pernah saya kunjungi.

14 Januari 2014 lalu, saya dan Amay diajak suami untuk mengunjungi kolega disana. Kebetulan, studio tempat suami bekerja dipercaya untuk membantu pengerjaan desain Ocean of Life Indonesia (OLI) yang terletak di Watukodok, Gunung Kidul.

Turun di stasiun Lempuyangan-Jogja, kami dijemput oleh Mba Ani, Mas Bintang, juga kedua putrinya, Sang dan Ken. Perjalanan kesana memakan waktu kurang lebih dua jam. Dengan jalannya yang berkelak-kelok, saya tidak merasa pusing karena pemandangan di tiap tepi jalannya selalu menarik. Hijau. Ahh, memangnya berapa lama saya tinggal di kota ya? Hehe..

Ocean of Life sendiri ada dua, satu di Indonesia, dan yang lainnya ada di Swiss. OLI, Ocean of Life Indonesia, sebagai tempat untuk meneliti dan mempelajari semua tentang laut, sedangkan Ocean of Life yang berada di Swiss lebih banyak melakukan penghimpunan dana charity dari donatur-donatur untuk pengembangan infrastruktur center.


Ocean of Life Indonesia

tempat makan yang menyatu dengan alam
Dua jam pejalanan menuju OLI sama sekali tidak membuat lelah, karena begitu masuk ke gang, mata kita langsung disuguhi laut selatan. Subhanallah, berulang kali saya memuji hasil karya-Nya.



Sampai disana, kami berkenalan dengan Mas Thomas, yang tugasnya mengurusi permakultur. Ada juga Mas Gatot yang jago fotografi. Mas Gatot ini peneliti biota laut. Ada guyonan yang dilontarkan Mba Ani, "Karena belum bisa berenang, Mas Gatot hanya menyelam di kedalaman 20cm." dan itu membuat saya terpingkal-pingkal. Kata Mba Ani lagi, tiap laut surut Mas Gatot langsung meluncur kesana, malam sekalipun. Bahkan, Mas Gatot berhasil menemukan beberapa spesies yang di LIPI pun belum bernama.

Selesai melihat sana-sini, Sang dan Ken mengajak saya dan Amay ke pantai. Kata mereka kami beruntung, karena beberapa hari selalu hujan tiap siang. Tapi saat kami datang, cuaca ceraaahhh.... Ini jadi kesempatan bagi saya untuk mengenalkan laut dan pantai pada Amay. Iya sih, Amay pernah melihat laut waktu ke Madura tahun lalu, tapi dia tidak sempat bermain-main dengan airnya.

Pantai Watu Kodok memang jarang terdengar. Itulah mengapa pengunjung disana tak banyak. Tapi mungkin lebih baik begitu yaa, supaya kebersihan dan ketenangannya tetap terjaga, hehe..

Beruntung lagi, karena malamnya kami bisa makan bersama-sama di bawah bulan purnama, Alhamdulillah. Oya, di malam itu juga, di depan tempat kita makan, teratai mekar dengan sempurna. Wah, nikmat sekali.. :) Makin komplit di keesokan harinya, kami merasakan bagaimana badai melanda. Sungguh pengalaman yang mendebarkan.














Lain waktu saya ingin kembali kesana, belajar banyak hal dengan Mba Ani, Mas Bintang, Sang, Ken, Mas Thomas, juga Mas Gatot. :)

Semoga Pantai Watukodok tetap terjaga keindahannya. Saya percaya, Mba Ani, Mas Bintang, juga teman-teman yang lainnya adalah orang-orang yang berdedikasi penuh untuk alam watukodok. Ini terlihat lewat program-program watukodok yang bertujuan mengedukasi masyarakat sekitar supaya bersahabat dengan alam, seperti pertanian organik, biogas, pengolahan air, permakultur, dan lain-lain.

Dan ini adalah sebagian kecil yang bisa kami abadikan di Ocean of Life Indonesia. 


bunga teratai yang mekar malam sebelumnya

dapur termewah di dunia versi saya, karena viewnya laut selatan



Oya, sepertinya Ocean of Life Indonesia sudah siap untuk menerima tamu. Waktu kami kesana, memang baru ada satu bangunan utama dengan dua kamar. Nah, sekarang, sudah dibangun beberapa bangunan lainnya yang bisa dipesan. Untuk reservasi, silakan hubungi nomor ini: Contacts +62 81381468660 (bintang) / +62 82112436564 (ani)









Read More

Ngelahirin Secara Caesar Karena Nggak Mau Sakit?

Tuesday, February 25, 2014

"Ibu-ibu jaman skg nggak mau sakit, kalo ngelahirin pake operasi cesar, padahal Tuhan memberikan rasa sakit pada saat melahirkan untuk mengingatkan bahwa anak didapat tidak dgn cara yg mudah. Kesakitan melahirkan anak sesungguhnya doa seorang perempuan pada Tuhan u/ menjadi seorang Ibu." Kalimat tersebut dituliskan oleh Anton Dwisunu pada tanggal 22 Februari lalu.

Rasanya pediiih banget baca tulisan itu. Pingin nangis, tapi karena waktu itu saya sedang di masjid menunggu suami yang sedang shalat, saya tahan air mata yang sudah mau keluar. 

Koq bisa beliau men-judge seperti itu. Seandainya dia tahu apa yang saya rasakan ketika menjelang kelahiran Amay kurang lebih tiga tahun silam.

Saya masuk Rumah Bersalin hari Minggu malam, 13 Maret 2011. Saat itu, rencana awal hanya ingin kontrol dua mingguan, mengingat usia kandungan yang sudah semakin tua. Maksudnya, ingin tahu bagaimana kondisi saya dan janin, karena suami akan mempersiapkan pekerjaan-pekerjaannya untuk dibawa ke rumah. Suami memang ingin mendampingi saya saat melahirkan. Saya menunggu diperiksa sejak jam 16:30, dan baru ditangani jam 21:00. Saya sih maklum, karena pada saat menunggu antrian, ada dua orang pasien rujukan dari bidan desa yang siap melahirkan, sehingga dokter memprioritaskan pasien yang akan melahirkan terlebih dulu.

Pada saat diperiksa, jam sembilan malam waktu itu, dokter mengatakan bahwa plasenta saya sudah mulai mengapur. Iseng saya tanya, tanda-tanda mau melahirkan itu seperti apa? Saya sudah merasa pegal di bagian panggul. Mendengar pertanyaan saya, dokter pun berinisiatif melakukan pemeriksaan dalam. Kata beliau, air ketuban sudah mulai merembes. Oh, jadi yang saya anggap keputihan itu adalah ketuban to? Dokter pun menyarankan agar saya menginap malam itu. Mengingat waktu juga sudah malam (di Purworejo, jam segitu sudah sepi), akhirnya kami mengiyakan. Dokter kemudian memberi saya kapsul untuk memacu kontraksi yang diberikan tiap 6 jam sekali, sebanyak 4 kali. Jadi dalam 24 jam ke depan, saya akan diobservasi.

Esoknya, kakak saya menemani. Ternyata banyak yang sudah tahu bahwa saya akan melahirkan. Bulik saya pun wanti-wanti lewat telepon, kalau perut terasa mulas, banyak-banyak istighfar saja. Menurut pengalaman Bulik, kontraksi semakin cepat setelah dipacu dengan obat. 

Kakak saya bertanya, "Jane kowe ki mules ora to, nduk? (Kamu itu sebenarnya merasa mulas nggak si?)" dan saya jawab dengan gelengan sambil cengengesan. Saya juga masih bisa jalan-jalan (katanya jalan-jalan bisa mempercepat kontraksi, kan?). Sampai ketika ada ibu bidan yang menjenguk, beliau berkata, "Orang kalau mau melahirkan harusnya nangis, bukan ketawa-ketiwi." Mendengar itu, kami semua yang ada di kamar pun tertawa. Lha, kenapa saya harus menangis? Semua "masih" terasa baik-baik saja.

Hingga keesokan harinya, empat buah kapsul yang saya minum sehari semalam kemarin ternyata tidak menimbulkan efek apapun pada rahim saya. Akhirnya, saya diinfus sejak senin malam hingga hari rabu. Saya masih bisa tertawa, saya tidak merasakan sakit karena kontraksi, dan saya masih selalu berpikir positif sambil berdo'a bahwa saya bisa melahirkan secara normal. Tidak terlintas sedikitpun bahwa kenyataan akan berkata lain. Saya membayangkan melahirkan secara normal, kemudian bayi saya melakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini). 

Namun hal yang sangat berat kemudian harus saya alami. Rabu sore, saya kembali di USG untuk ke sekian kali. Dokter mengatakan bahwa air ketuban sudah hampir habis dan harus segera diambil tindakan. Tindakan itu tidak lain operasi caesar, mengingat bahwa tidak ada kontraksi dan tidak ada bukaan sama sekali. Dengan berat hati, saya mengiyakan anjuran dokter. Saya tidak mau terjadi apa-apa dengan bayi saya nanti. Tangis saya pun pecah, apa yang saya bayangkan musnah. Suami mencoba menenangkan saya meskipun saya lihat gurat kecemasan juga ada di wajahnya. 

Persiapan menjelang operasi, saya sudah bisa mengikhlaskan apa yang terjadi. Saya berpegangan erat pada tangan suami yang setia menemani. Malam itu, Amay terlahir. Suara tanagisnya memecah sunyi. Dan memang terbukti, meskipun gerakan janin tetap aktif, tapi berat badan saat lahir tidak sesuai dengan perkiraan dokter ketika di USG. Selisihnya mencapai 500 gram. Amay terlahir dengan berat hanya 2600 gram saja. Kata doker, karena plasentanya mengapur, jadi asupan makanannya tidak sampai ke janin.

Pasca operasi, malam tanggal 16 Maret 2011, saya ditemani suami dan kakak. Mereka tertidur pulas malam itu, kelelahan menemani saya sepanjang hari. Giliran saya yang mulai merintih menahan perih setelah efek bius perlahan menghilang. Huhuhuhu, begini ternyata rasanya, tawa saya hilang seketika.

Kata siapa melahirkan secara caesar tidak sakit? Saya masih harus kontrol jahitan hingga 3x setelah melahirkan untuk memastikan bahwa kulit telah tertutup sempurna. Yaa, nggak sempurna juga si...seperti ban motor yang bocor lalu ditambal. Tapi saya bersyukur, saya tidak seperti ibu-ibu di kamar sebelah yang mesti diulang jahitannya karena setelah seminggu ternyata kulitnya belum mengatup dan jahitannya kembali menganga. Masih mau bilang bahwa caesar itu enak? Saya hingga saat ini masih sering merasa cenat-cenut di bekas jahitan. Itu yang membuat suami saya merasa kasihan tiap kali saya merintih. Itu juga yang menjadi alasannya untuk menunda kehamilan anak ke dua, meskipun akhirnya kebobolan juga, hahaha...

Bagaimanapun cerita kehamilan atau kelahiranmu, rasanya tidak adil jika dikatakan bahwa ibu yang sempurna adalah ibu yang merasakan melahirkan secara normal. Saya yakin, jarang sekali ada yang sedari awal ingin melahirkan secara caesar. Terlebih saya, melihat angka yang harus dibayar saja sudah ogah sebenarnya. Tapi karena keadaan yang memaksa, apa boleh buat? Manusia hanya bisa berencana, selebihnya Allah lah yang menentukan. 
Read More

Nyemplung Ke Dunia Tulis-Menulis Itu, Asyik!!

Friday, February 14, 2014

Tahun 2010 lalu, saya memutuskan berhenti mengajar untuk membersamai suami di Solo. Sebelumnya kami terpisah selama tujuh bulan sejak menikah karena saya menjadi guru di sebuah preschool di Bogor. Kala itu saya sering bolak-balik Bogor-Jogja (karena waktu itu belum pindah ke Solo) 2 minggu sekali. 

Alhamdulillah, setelah serumah dengan suami, saya hamil. Sehari-harinya saya hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga sambil menunggu suami pulang. Karena tidak ada kegiatan lain, dan saya bukan termasuk ibu-ibu yang doyan main ke rumah tetangga untuk ngerumpi, suami membuatkan saya blog untuk menyalurkan hobi menulis. Jadilah blog ini. Namun, saya tahu diri. Tulisan saya masih sangat hancur dan kurang enak dibaca. Blog ini pun kosong.

Baru kemudian tahun lalu, seorang teman bernama Astuti Mae memotivasi saya untuk menulis. Blog ini pun mulai terisi. Saya ingat betul kata-katanya untuk tidak terlalu memikirkan bagus atau tidaknya tulisan saya, yang penting menulis saja, karena dengan terus menulis lama-lama kemampuan akan terasah dengan sendirinya. 

Saya mencari komunitas untuk mendukung hobi baru saya ini, dan pada akhirnya saya bergabung dengan Komunitas Penulis Bacaan Anak karena saya memang sedang senang menulis cernak untuk putra saya yang saat itu berumur 2 tahun. Beberapa hari setelah bergabung dengan komunitas Pabers, saya menemukan sebuah grup lain, Ibu-ibu Doyan Nulis (IIDN) namanya. 

Dari kedua komunitas itu, saya mencoba berkenalan dengan beberapa penulis. Saya senang karena mereka semua baik, ramah, dan tidak pelit ilmu. Dari Mbak Dian Kristiani Sang Peri Gokil, saya belajar bagaimana menjadi penulis yang mapan. Eh, belakangan bertemu dengan Mbak Siti Nurhasanah waktu kopdar IIDN Solo 25 Desember 2013 lalu, dan ketularan virus matrenya. Alhamdulillah...hehe...

Penulis-penulis lain yang sering berinteraksi dengan saya seperti Mbak Candra Nila yang ahli membuat status. Status-statusnya kadang membuat perut kaku karena tertawa geli, tapi sering juga penuh dengan untaian hikmah. Ada juga Mbak Rebellina Passy yang sering jadi tempat curhat, hehe.. Dengannya saya berdiskusi tentang kepenulisan, juga tentang kehidupan. Belum pernah berjumpa, tapi saya sih merasa sudah jadi teman dekat. (semoga tidak SKSD yaa..:))

Penulis lain ada Mbak Laila Masruro, Mbak Moocen Susan (sang pakar blog), Mbak Hana Aina, Mbak Noer Ima, dan masih banyak lagi. Ohya, yang tidak boleh terlewat, Mbak Indari Mastuti founder IIDN yang saya jumpai tanggal 5 Februari 2014 lalu. Darinya saya belajar narsis, belajar untuk menumbuhkan rasa percaya diri bahwa menulis itu tak sesulit yang saya bayangkan. Saya senang mengenal mereka. Mereka semua baik hati dan tidak sombong, hehehe...

Ternyata dunia tulis-menulis membuat saya punya banyak teman. Teman bagi saya adalah rezeki. Seperti kata pepatah, kamu adalah sebagaimana temanmu, maka saya mencari penulis supaya saya tertular energi menulisnya.

Bismillah.. :)
Read More