Marshanda (lagi) --> Foto-Foto Kebahagiaan Marshanda yang Bikin Iri

Wednesday, August 27, 2014

Haduh, saya memang suka sama artis yang ini, jadi maaf ya kalau nulis tentang dia lagi.

Berawal dari nonton Just Alvin dalam sesi wawancaranya dengan mantan suami Marshanda, Ben Kasyafani, saya langsung ingin mengulik kembali tentang Chacha. Jangan ada yang bilang, "Siapa elu? Kenal gitu ama Chacha?" gitu yaa... Hehe, lha wong jangankan saudaraan, berteman aja enggak. Jangankan kenal, bertatap muka aja belum pernah, apalagi ngobrol. 

Balik ke Ben. Adudu, si Ben ini bikin saya nangis bombay di kamar. Untung Amay udah bobo, jadi nggak tau kalau emaknya mewek, hiks hiks.. Ketika ditanya Alvin, adakah pesan yang ingin disampaikan untuk Chacha, Ben menjawab kurang lebih begini, "Pulang Cha. Pulang lah, pulang. Pulang ke aku, ke anak kita. Kita hidupkan lagi lah, hal-hal indah yang pernah terjadi di antara kita dari pertama ketemu sampe selama ini." Huwaaaa...siapa yang nggak sedih coba?

Dan terus terang, setelah menonton Just Alvin itu, foto-foto Marshanda dengan Ben juga Sienna yang pernah dia upload melalui fan pagenya di facebook, langsung terbayang-bayang. Duh Cha, koq bisa sih? Padahal kamu tuh selalu bikin perempuan-perempuan lain merasa iri. Udah cantik, kaya, artis pula, punya suami yang juga sayang, sholih, ganteng, keluarganya kelihatan harmonis dan saling dukung kegiatan masing-masing, punya anak yang juga nyaris sempurna..apa lagi coba yang kurang?

Dan inilah sebagian foto Marshanda yang bikin saya pribadi merasa iri. Semoga Marshanda dan keluarganya bisa kembali bahagia seperti dulu kala yaa..aamiin... Semua foto saya ambil dari fan page Marshanda di facebook, https://www.facebook.com/media/set/?set=a.10151778056358335.1073741827.15867768334&type=3

The world is preparing you for Greatness
Your beautiful crystal clear heart will surf through the tide of life.

Well its not gonna be easy...

Photoshoot cover majalah "Mom, Dad, and I" tadi pagi  

Happy 1 year old my baby @siennakasyafani makasih ya udh jengukin ibu di RS

Read More

Perjalanan ke Gunung Prau - Bagian 1

Sunday, August 24, 2014

Kali ini, suami saya berperan sebagai kontributor di blog ini, ingin menceritakan pengalamannya ketika mendaki puncak Gunung Prau, Dieng awal Agustus lalu. Semoga bermanfaat. :)

Persiapan Perjalanan, Om Pii dan Patak Banteng
Halo saya Yopie, suami pemilik blog ini. Bekerja di bidang kreatif bagi saya sangat membutuhkan rehat yang sangat optimal. Rutinitas harian saya di dalam studio sekitar 8 jam. Berhadapan dengan  komputer dan aktivitas internet mengharuskan otak saya rehat terhadap kegiatan digital untuk dapat berfikir segar dalam mendapatkan ide segar. Kebetulan sekali kebijakan studio sangat akomodatif akan hal itu. Libur lebaran kemarin setidaknya saya punya jatah libur sekitar 2 minggu. Saya coba optimalkan liburan itu dengan baik, satu minggu untuk mudik berkumpul keluarga, seminggu berikutnya akan saya gunakan untuk digital detox (istilah yang saya pakai) setidaknya selama 3 hari agar lebih fresh.

Trekking - Hiking adalah salah satu cara yang saya pakai untuk mengisi libur di minggu ke 2 ini, tujuannya adalah Gunung Prau, Dieng. Alasan saya ke Gunung Prau, Dieng adalah jarak tempuh pendakian yang tidak terlalu jauh dari pos yang katanya hanya sekitar 3 jam saja. Juga tentunya biaya perjalanannya yang cukup murah, maklum selesai Libur lebaran di minggu pertama kini THR saya sudah ada ekstraknya :)

Kali ini saya ditemani Apip,  rekan saya di studio. Sebenarnya Apip yang sangat semangat mengajak ke Gunung Prau, semangat membara untuk 'mengangkat ransel' pasca menonton film 5 cm. Motivasi saya sendiri hanya sekedar menenangkan diri sebelum kembali bekerja di 11 Agustus nanti. Play hard, work hard, prinsip keseimbangan hidup =)
Persiapan menuju ke Gunung Prau sudah kami lakukan. Setidaknya untuk menuju ke sana  saya membawa:
  • Carrier
  • Sleeping Bag
  • Jas Hujan 
  • Jaket gunung anti air+angin
  • Pakaian ganti + sarung tangan + kaos kaki
  • Makanan berkalori tinggi (coklat + biskuit) + minuman dengan Jerigen 2,5 liter
  • Sepatu Trekking + Sandal Gunung 
  • Kompor Portabel
Foto Barang Bawaannya Apip
Menuju Gunung Prau, Dieng saya rencanakan berangkat dari Purworejo, kebetulan saya sendiri masih mudik di kampung mertua di Purworejo.  Apip pun menyusul saya dari Solo. Sebagai traveler saya lebih senang menggunakan angkutan umum, tujuannya  agar bisa cair dengan suasana masyarakat. Di perjalanan bisa ngobrol dengan penumpang lain, kenek, atau supirnya, meski waktunya relatif lebih lama, tapi menurut saya lebih santai.  Perjalanan dari Purworejo menuju Dieng setidaknya ada 2 kali ganti angkutan. Pertama Purworejo-Wonosobo menggunakan Mini Bus, kemudian dari Wonosobo-Dieng juga menggunakan media yang sama.

Sebelum Berangka Photo Dulu... Kata Apip
Kami berangkat dari Purworejo pukul 09.00 melalui terminal bayangan di Brengkelan (atau jalan MTS). Tempat mini bus jurusan Magelang dan Wonosobo 'ngetem' menunggu penumpang. Beruntung kami dapat tempat duduk di belakang supir, posisi ini dipilih agar kami tidak mabuk darat karena perjalanan menuju wonosobo medannya sangat berkelok-kelok. Setelah menunggu penumpang selama 30 menit, pukul 09.30 mini bus berangkat menuju Wonosobo via Maron-Sapuran-Kretek-Wonosobo. Kuatir mabuk karena medan jalan yang berkelok-kelok, Apip memutuskkan untuk tidur sepanjang perjalanan sampai Sapuran.

Peta Google. Perjalanan dari Purworejo ke Dieng
Pukul 11.30 minibus yang kami tumpangi sudah memasuki pusat kota Wonosobo. Relatif lancar perjalanannya, pak Sopir pun menanyakan kami turun dimana. "di stasiun lama ya pak" jawab saya, stasiun lama adalah tempat minibus jurusan Dieng mangkal menunggu penumpang. Namun pak Sopir menyarankan saya turun di daerah Kauman saja, kalau menunggu di daerah stasiun akan lama karena minibus jurusan Dieng biasanya menunggu penumpang terlebih dahulu. Betul saja, sesampai daerah Kauman sudah ada bus jurusan Dieng yang menunggu. Setelah berganti bus dan memindahkan carier ke bagasi, 3 menit kemudian minibus jurusan Dieng pun berangkat. Tujuan kami selanjutnya adalah desa Patak Banteng, tempat basecamp pendakian gunung Prau. 

Perjalanan yang cukup menarik menuju Patak Banteng adalah ketika melewati desa Tieng. Pastikan ambil posisi duduk di sisi kanan jendela, karena kita akan disuguhkan pemandangan yang sangat menarik. Jalan yang berkelak kelok, juga melewati jalan yang berada di badan bukit Tieng  sehingga kita bisa melihat pemandangan luas Wonosobo dari atas bus. 

Foto Perjalanan dalam minibus, Purworejo-Wonosobo-Dieng
Selfie dulu biar nggak mabok darat :)
Setelah melewati Tieng, pukul 13.15 akhirnya sampai juga di desa Patak Banteng, kebetulan saya sudah buat janji dengan kenalan saya yang juga 'sesepuh' basecamp gunung Prau, namanya om Pii. Selain berprofesi sebagai staff di Balai Kehutanan dan seorang guide lokal, kebetulan Om Pii memiliki usaha menyewakan beberapa peralatan camping untuk para pendaki, seperti Tenda, Sleeping Bag, Matras, Senter dll. Maklum agar perjalanan tidak ribet, saya dan Apip menyewa tenda dari Om Pii, untuk tenda dome kecil dobel layer harganya cukup terjangkau.

Setelah masuk ke ruang basecamp Patak Banteng ternyata saya tidak sendiri, banyak para pendaki yang barusan turun maupun akan naik. Suasanya cukup penuh, ada sekitar 30 orang saat itu. Saya pun langsung menuju ke bagian pendaftaran Gunung Prau, biaya pendaftarannya  sebesar Rp. 4000,- untuk 1 orang. "Tiketnya tolong disimpan ya mas, kalau ada apa-apa saat mendaki ada nomor telepon kami di balik tiketnya" kata petugasnya. Saya pun mengiyakan sambil bertanya "Dimana om Pii?". " ada mas, sebentar lagi kesini kok". Tidak berselang lama Om Pii pun datang, "Hai Pie (Yopie), apa kabar? ini tendanya" katanya dengan gaya yang akrab. Kami pun meminta percobaan pasang tendanya, Om Pii membawa kami ke ruang gedung pertemuan desa Patak Banteng. Di ruang tersebut Om Pii memjelaskan cara mendirikan tenda yang akan kita sewa. Sekitar 5 menit tenda sudah berdiri, kami  mencoba membongkarnya kembali. 
Foto di dalam Basecamp Patak Banteng.
Gara-gara suasana cukup ramai dalam basecamp, Foto om Pii  (jaket biru) ngeblur :p 
Setelah urusan tenda beres, kamipun keluar dari ruang basecamp untuk mencari makan siang di warung persis di depan basecamp. Sebelum mendaki sangat penting untuk tidak membiarkan perut kosong, kami isi dengan makanan penuh kalori, yaitu Nasi dan Telur.  Harga makan siangnya cukup terjangkau nasi Rames lauk Telur, teh hangat dan tempe kemul khas Wonosobo cukup membayar Rp 10.000,- saja. Kami pun sempat ngobrol dengan beberapa pendaki makan siang sebelum bersiap naik.
Carrier kami dan Tenda Sewaan yang berwarna Orange.
Tiket pendakaian Gunung Prau, dikelola oleh masyarakat Patak Banteng dan Perum Perhutani.
Setelah makan siang selesai, saya dan Apip mencari mushola untuk Sholat dhuhur+ashar dan tentunya persiapan berangkat. Selesai sholat, kami melakukan persiapan seperti pemanasan kaki dan mengganti sandal yang kami pakai dengan sepatu Trekking. Dan Pukul 15.00, kamipun berangkat menuju pendakian Gunung Prau. 
Warung di depan basecamp Patak Banteng, Gunung Prau terlihat dari sini
Suasana masyarakat desa Patak Banteng, sambil menunggu waktu Ashar mereka berjemur.
Kebetulan dalam minggu ini matahari cukup cerah disekitaran Dieng
Bersambung..


Catatan Kaki dan Tips
  • Dalam perjalanan Purworejo-Wonosobo-Dieng, Supir dan kernet minibus sangat mungkin meng-oper penumpang ke bus lain kalau penumpang dalam busnya sedikit. jadi siap2 berpindah bus dadakan.  
  • Packing sedemikian rupa barang bawaan kita, setidaknya semua barang bisa masuk dalam 1 tas carrier. Jangan terlalu banyak menenteng barang, tujuannya agar kita tidak ribet dalam perjalanan. 
  • Untuk menyewa peralatan camping di gunung Prau, berikut nomor Om Pii yang bisa dihubungi 085228283428


Read More

Jahe untuk Cegah Stretch Mark

Saturday, August 16, 2014

Ada yang sedang hamil? Hati-hati dengan stretch mark ya. Tapi jangan khawatir, stretch mark bisa dicegah koq.

Mungkin, stretch mark adalah musuh bagi kaum wanita, terutama bagi yang sudah menjadi ibu. Iya, karena stretch mark biasa disebabkan oleh kehamilan. Stretch mark terjadi karena peregangan pada kulit, salah satunya pada saat hamil.

Nah, tentang pencegahan stretch mark secara alami, cara ini patut dicoba. 

via okefood.com

Pasti tahu dong gambar di atas? Iya, itu adalah jahe. Jahe adalah tanaman subtropis berupa akar yang menonjol (atau menggembung), dan sering dijadikan sebagai bumbu masakan. Jahe juga kaya manfaat, misalnya sebagai obat anti mabuk di perjalanan, untuk menghangatkan badan, bahkan jahe juga memainkan peran penting dalam menjaga otak agar terhindar dari stress. 

Satu lagi manfaat jahe yang belum banyak diketahui, ternyata jahe juga bermanfaat untuk mencegah stretch mark. Caranya mudah. Ambil seruas jahe, bersihkan lalu parut. Usapkan parutan jahe tadi pada perut, ratakan. Lakukan setidaknya dua kali selama kehamilan.

Memang, beauty is pain. Untuk bisa tampil cantik, ada harga yang harus dibayar. Jangan kaget bila saat melakukan hal ini, perut terasa panas hingga memerah, dan disertai gatal-gatal. Tapi itu hanya sementara koq. Beberapa menit kemudian, setelah efeknya menghilang, rasa panas dan gatal juga akan hilang. Tapi lebih baik mencegah daripada mengobati, bukan? Karena jika stretch mark sudah terlanjur menghiasi perut kita, untuk menghilangkannya kita harus mengeluarkan kocek yang lumayan dalam, hingga beratus bahkan beribu kali lipat. Pilih mana hayo? :D

Oke, ibu hamil selamat mencoba. Semoga bermanfaat yaa..


Read More

Ide Undangan Unik untuk Pernikahan atau Khitanan

Thursday, August 14, 2014

Ketika lebaran di rumah mertua beberapa hari yang lalu, saya dan keluarga suami bersilaturrahmi ke beberapa saudara. Di salah satu rumah, saya menemukan sebuah benda. Saya terheran-heran melihatnya. "Wah, ada aja ya idenya?" ucap saya. Benda apakah itu?


Iya, itu adalah sebuah korek api yang ditempeli undangan khitanan. Sebuah ide yang kreatif bukan? Mengingat korek api adalah benda yang sering dipakai, misalnya untuk menyalakan rokok atau kompor, mungkin si pengirim undangan menggunakan korek api dengan tujuan agar setiap digunakan bisa terlihat, dan agar yang diundang selalu ingat untuk menghadiri acaranya.

Saya pernah mendapatkan undangan yang berupa kalender dan juga kipas. Saya pikir undangan-undangan seperti ini efektif dan bermanfaat, karena biasanya, mau seharga berapapun sebuah undangan, jatuhnya ke tempat sampah juga. Lebih miris lagi, kalau di undangan tersebut ada foto pre-wedding sang calon pengantin. Udah mahal-mahal nyetaknya, dibuang-buang juga 'kan? :p

Jadi, untuk yang belum menikah dan sedang mencari ide undangan untuk pernikahannya, yuk buat undangan yang bisa bertahan "lebih" lama... :)



Read More

Ada Apa dengan Marshanda?

Wednesday, August 13, 2014

Marshanda memang sedang menjadi sorotan beberapa bulan terakhir. Bermula dari gugatan cerainya pada sang suami, Ben Kasyafani, ia membuat publik ternganga tak percaya. Rumah tangga yang terkesan harmonis dan romantis selama ini, ternyata berujung perpisahan. Kemudian perebutan hak asuh anak antara keduanya juga menjadi perbincangan, hingga yang paling menghebohkan adalah keputusan Marshanda untuk melepas hijab. Belum hilang kekecewaan para fans, walaupun semua itu merupakan hak asasinya untuk membuka atau menutup aurat, publik kembali dikejutkan dengan berita pemasungan yang dilakukan oleh ibunya sendiri.

cantik banget kan ya?


Awalnya saya kurang tertarik mengikuti perkembangan beritanya. Saya juga mengetahui ini semua dari berita yang disebarkan teman-teman facebook, bukan dari infotainment. Namun kasus terakhir menggelitik naluri saya, ada apa sebenarnya dengan Chacha, begitu Marshanda biasa disapa. Saya pun iseng membuka situs youtube, mencari sesi wawancaranya bersama Alvin Adam dalam Just Alvin.



Dari wawancara itu, saya mencoba melihat permasalahan ini dari sisi Chacha, setelah selama ini saya melihat semua dari sisi saya sendiri. Saya cukup terkejut ketika ia menceritakan tentang ibundanya yang selama ini menjadi managernya. No, bukan soal manajemen keuangan yang memang menjadi pokok persoalan antara Chacha dengan sang ibu. Saya justru mulai mengernyitkan dahi dan tak henti bertanya-tanya pada diri sendiri, ketika Chacha bercerita bahwa ketika dia sakit dan meminta perhatian lebih pada sang ibu untuk memeluk dan mengelus-elus punggungnya, sang ibu menolak sembari menangis dan berkata bahwa beliau sudah cukup tua, lalu kenapa Chacha tega memintanya untuk selalu terjaga dan kehilangan waktu tidur?



Oh ibu, apa kasihmu masih tak terhingga sepanjang masa? Apa kasihmu masih seperti mentari, yang hanya memberi dan tak harap kembali?









Oh, benarkah sampai seperti itu? Jika benar apa yang dikatakan Chacha dalam acara Just Alvin beberapa hari lalu, maka bagi saya sudah jelas bahwa rentetan peristiwa yang Chacha alami adalah hasil dari pola asuh yang diterapkan sang ibu. Ini memang belum bisa dikatakan sebagai kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), wong cuma menolak diminta mengelus punggung. Tapi dari satu hal ini saja, saya koq percaya dengan curhatan Chacha yang sering mengatakan bahwa ia butuh didengar, butuh disayang. See? Happiness has nothing to do with money, beauty, and even popularity.



Kemarin-kemarin, saya hanya berkesimpulan, "Oh, dahsyat sekali ya pengaruh perceraian orang tua terhadap anak-anaknya?" 

Tapi setelah menyaksikan wawancara itu, saya jadi lebih banyak bertanya pada diri sendiri. Apa ya yang menyebabkan kedua orang tua Chacha bercerai? Apakah karena sikap masa bodoh sang ibu terhadap suaminya? Kalau benar masa bodoh, hingga menyebabkan berkurangnya rasa hormat istri terhadap suami, apakah itu karena kekayaannya? Apakah sang ibu berpikir bahwa ia tidak membutuhkan laki-laki pendamping karena semua bisa dilakukannya asal punya uang? Dan ini berlanjut ke pertanyaan-pertanyaan lain. Mengapa sang ayah sampai begitu tega hingga enggan menemui anak-anaknya? Mengapa Chacha mesti mencari sendiri dimana ayahnya berada?



Saya mulai sedikit memahami apa yang Chacha rasakan selama ini. Iya, dia merasa kesepian dan haus kasih sayang di tengah limpahan kekayaan yang diberikan keluarganya. Meskipun begitu, saya yang pernah merasakan menjadi seorang anak, juga sudah merasakan menjadi seorang ibu, menyayangkan sikapnya yang mengumbar aib ibunya sendiri. 

Saya kemudian terngiang-ngiang sebuah nasihat mulia dari Uwak Muhammad ketika silaturrahmi lebaran yang lalu. "Meskipun ibumu membuangmu, kamu tidak punya hak sedikitpun untuk membalasnya. Kamu masih punya kewajiban penuh untuk menghormatinya."



Semoga Chacha bisa berdamai dengan masa lalunya. Karena setiap manusia diuji sesuai kesanggupannya masing-masing. Ada yang diuji dari sisi finansial, kesehatan, dan mungkin untuk Chacha adalah ujian dari keluarga. Tidak ada orang yang bisa disebut beriman, sebelum dia benar-benar diuji, bukan?
Read More

Resep Carang Gesing

Tuesday, July 22, 2014

Kemarin, saya membuat Carang Gesing, kudapan berbahan dasar pisang. Sejujurnya, saya baru tahu ada makanan bernama Carang Gesing. Akhirnya setelah saya buat dan saya rasakan sendiri, ternyata enak juga rasanya. Ini bisa dijadikan alternatif olahan pisang selain kolak, setup, atau pisang goreng. :)

Resep ini saya dapatkan dari blog Mbak Veronica Dhani. Resep asli saya modifikasi karena ada bahan yang kebetulan tidak tersedia di dapur saya, juga karena saya belum mempunyai timbangan. Jadi, semua serba kira-kira. :)

Caranya mudah koq, makanya saya mau mencobanya. Maklum, baru belajar masak, jadi saya menghindari resep yang ribet.

Bahan:
  • Pisang tentu saja. Di resep Mbak Vero, yang kita butuhkan sebanyak 500gr. (Saya menggunakan sesisir pisang kepok kuning, dikurangi 4 buah untuk dimakan langsung)
  • 300 ml santan dari 1/2 butir kelapa ditambah 10 lembar daun suji. (Karena disini susah mendapatkan daun suji, jadi saya skip deh. 300 ml santan, saya pakai kira-kira sebanyak dua gelas kecil)
  • 75 gr gula pasir. (Saya kira-kira sendiri, kurang lebih 3 1/2 sdm)
  • 1 butir telur ayam
  • Daun pandan secukupnya. (Saya menggantinya dengan pasta pandan, kurang lebih 1/2 sdm)
  • 1/2 sdt garam (Ini saya tambahkan sendiri, supaya ada rasa gurih. Di resep Mbak Vero, garam tidak digunakan)

Cara Membuat:
  • Campur santan, garam dan gula pasir, aduk-aduk.
  • Masukkan telur, aduk-aduk hingga kuning telur pecah.
  • Masukkan pasta pandan.
  • Susun pisang yang telah diiris tipis-tipis ke dalam loyang atau pinggan tahan panas.
  • Tuangkan santan tadi ke dalam loyang berisi pisang. Usahakan pisang terendam.
  • Kukus sampai matang. Bisa disajikan panas atau dingin.
Selamat Mencoba :)



Read More

Puisi untuk Amay

Saturday, July 12, 2014

Kemarin tiba-tiba Amay berpuisi. Karena saya sedang mencuci, saya kurang bisa mendengar dan mengingat dengan jelas kalimat-kalimat yang ia keluarkan secara spontan. Mungkin jika berjudul, puisi Amay berjudul "Pintu". Satu kalimat yang saya ingat betul, adalah
"Aku takut sama Pintu"
Kalau dilihat dari kalimat itu, mungkin dia teringat ketika dua sepupunya menakut-nakutinya dengan pintu yang tiba-tiba terbuka. Padahal, pintu itu terbuka oleh angin.

Amay mengenal puisi sejak saya membelikannya sebuah buku berjudul "Serpih Biskuit" terbitan Tiga Serangkai. Puisi favoritnya adalah "Gubuk Reyot". Jika bertemu buku itu, ia akan meminta saya membacakan puisi-puisi di dalamnya, dan Gubuk Reyot mendapat kesempatan pertama.

Sebenarnya, saya kurang pandai menulis dan membaca puisi. Jika teringat masa-masa sekolah dulu, saya lemah hampir dalam semua bidang. Ilmu-ilmu eksak, jangan tanya pada saya. Bahkan, menuangkan sesuatu dalam bentuk bahasa pun saya tak bisa dan tak biasa. Satu-satunya nilai 9 yang saya dapatkan dengan mudah adalah pelajaran Seni Musik. Bukan karena saya pandai memainkan alat musik, tetapi karena saya saat itu terpilih untuk bergabung dalam Paduan Suara sekolah. Soal suara, pas-pasan. Namun menyanyi adalah hobi.

Nah, karena menyadari bahwa Amay memiliki ketertarikan dengan puisi, saya ingin mengenalkan beberapa bait sederhana untuknya. Tentunya karena berbagai keterbatasan yang saya miliki dan telah saya sadari, saya hanya meniru puisi yang diajarkan kakak saya pada anak-anak didiknya di PAUD.

Tuhanku

Tuhanku hanya satu
Tidak ber-ayah, tidak ber-ibu
Pencipta alam semesta
Langit, bumi, dan seisinya
Aku bersujud kepada-Nya





Read More

Quick Count? Aku Tak Peduli

Friday, July 11, 2014

Saat pulang kampung untuk Pilpres kemarin, saya bertemu dengan seorang tetangga yang pulang dari "repek" atau mencari kayu bakar untuk memasak. Saya berujar pada bapak, "Di jaman serba cepat kayak sekarang, kok masih ada yang repek ya, Pak?" Lalu jawab beliau, "Lha daripada buat beli gas, mahal, mending uangnya buat yang lain." Padahal memasak dengan tungku kayu bakar, jauh lebih susah dan lebih lama. Untuk membuat apinya menyala dengan baik saja butuh perjuangan yang bagi saya tak mudah. Saya membayangkan hidupnya dengan hidup saya sendiri. Mulai dari hal terkecil -menyalakan api-, hingga kecepatan memperoleh beragam informasi.

Pikiran saya pun masih terpaku pada tetangga saya itu. Apa saja yang ada di dalam benaknya ya? Tidakkah dia tahu bahwa ada dunia lain selain dunia nyata yang sedang ia titi? Pedulikah ia dengan pilpres yang baru saja ia jalani? Mengertikah ia dengan quick count, real count, KPU, atau apalah tetek bengek yang menyertai pemilu?

Ah, kadang saya berpikir, mungkin lebih enak menjalani hidup dengan ketidaktahuan. Mungkin lebih baik saya ikutan plonga-plongo saja menghadapi apa yang sedang ramai dibicarakan baik di dunia nyata maupun dunia maya. Mungkin lebih baik saya perbanyak baca Al-Qur'an saja daripada ikut-ikutan membaca media yang perlu diragukan sisi kenetralannya. Toh, manfaatnya akan lebih banyak saya rasakan sendiri. Untuk apa menekuni media yang justru menyulut prasangka? Untuk apa ikut-ikutan menyebar berita yang belum diketahui kebenarannya secara pasti. Khawatirnya, jika berita yang saya sebar mengandung fitnah, saya akan kecipratan dosanya. Duh, dosa yang sudah saya perbuat secara sengaja saja sudah menumpuk entah berapa bukit.

Akan halnya Pilpres, saya tidak sepenuhnya cuek. Saya telah menganalisa, menimbang, kemudian memutuskan mana yang bagi saya pantas memimpin negeri ini. Saya pun telah menunaikan "tugas" saya sebagai warga negara untuk ikut ambil bagian dalam menentukan masa depan bangsa ini di tanggal 9 Juli kemarin. Siapa yang akan menjadi Presiden nanti, itu sepenuhnya hak Allah. Dia telah menentukan, dan quick count bukanlah standar. Siapa Presiden Indonesia nanti, sudah ditetapkan takdirnya jauh-jauh hari, bahkan sebelum kita ada di bumi ini. Saya pribadi tetap akan legowo jika nantinya yang terpilih bukanlah Presiden pilihan saya. 

Dan mulai hari ini, saya akan menyibukkan diri dengan urusan yang lebih bermanfaat. Bukan hanya untuk mempertajam debat. Hidup ini amatlah singkat, maka sia-sia saja adu mulut sampai keluar urat. Apa yang kita lihat, kita dengar, kita pikirkan, dan kita lakukan, bukankah ada pertanggungjawabannya di akhirat? :)
Read More

4 Unsur dalam Ibadah

Saturday, July 5, 2014

Bulan Ramadhan tiba, kaum muslimin dan muslimat berbondong-bondong mengumpulkan pahala. Sejatinya, bulan yang istimewa ini merupakan bulan latihan untuk sebelas bulan berikutnya. Kita dibiasakan untuk bangun di sepertiga malam yang terakhir melalui sunnah sahur. Kita dilatih untuk giat berdzikir, shalat sunnah (tarawih), menahan nafsu amarah, menahan godaan syahwat, juga menahan lapar dan dahaga melalui puasa agar kita bisa ikut merasakan apa yang fakir miskin rasakan.

Sebenarnya, tidak hanya manusia saja yang berpuasa. Binatang pun melakukannya. Ular dan ulat adalah dua contohnya. Jika ular melakukan puasanya ketika ingin berganti kulit, ulat berpuasa ketika ia akan bermetamorfosis menjadi bentuk baru yang lebih indah yaitu kupu-kupu. Lalu seperti apakah puasa kita? Apakah hanya seperti ular, yang berganti baju baru di hari Lebaran? Ataukah seperti ulat, yang tadinya merupakan binatang yang menjijikkan, kemudian berubah menjadi kupu-kupu yang indah warnanya? Semua itu tergantung dari apa yang kita lakukan selama bulan mulia ini berlangsung.

Lalu bagaimana supaya kita bisa beribadah dengan baik? Ada empat unsur dalam ibadah yang sepatutnya kita ketahui terlebih dahulu supaya ibadah kita menjadi maksimal. Empat unsur tersebut antara lain;

1. Ilmu
Ibadah tanpa ilmu, tentu tak ada gunanya. Sama halnya dengan sedang memegang kalkulator untuk berhitung, namun tak bisa membaca angka. Percuma.

2. Niat
Ada sebuah hadits berbunyi, "innamal a'malu binniyaat", sesungguhnya setiap perbuatan itu tergantung niatnya. Niat bisa dilafadzkan, namun bisa juga disuarakan dalam hati.

3. Sabar
Semua ibadah memiliki tantangannya sendiri-sendiri. Dalam puasa, kita diajarkan untuk bersabar menahan lapar dan haus sejak terbit hingga terbenamnya matahari. Dalam tarawih, kita diajarkan untuk bersabar menahan lelah dalam mendirikan shalat hingga 8 atau 20 rakaat. Dalam sahur, kita diajarkan untuk bersabar melawan rasa kantuk. Dalam bersedekah kita diajarkan untuk bersabar melepas apa yang menjadi milik kita. Semua ibadah, membutuhkan kesabaran untuk melakukannya.

4. Ikhlas
Inilah penentu akhir, dan menjadi tolok ukur bagaimana kualitas ibadah kita. Tanpa keikhlasan, semua sia-sia.


Read More

Membuat Dadar Gulung Isi Pisang

Wednesday, June 25, 2014

Liburan ini Alhamdulillah saya kedatangan keponakan dari Semarang. Keponakan yang paling besar tahun ini naik ke kelas VIII SMP. Dia bercita-cita menjadi seorang Master Chef. Memang tayangan Master Chef di teve sepertinya menginspirasi banyak orang ya?

Nah, karena ada asisten yang siap mendampingi saya ketika memasak, saya pun bersemangat untuk mengeksplor kebisaan di dapur. Tsaaah, gayaaaaa....:D

Sebenarnya beberapa bulan ini saya malas memasak, karena satu dan lain hal. Tapi karena ada Kakak Fina, saya sudah berniat membuat beberapa cemilan. Kemarin kami membuat puding. Hari ini, karena kebetulan saya punya sesisir pisang kepok yang saya beli dari tukang sayur kemarin, kami ingin membuat makanan berbahan dasar pisang. Awalnya bingung mau dibuat apa, tapi akhirnya terpilihlah dadar gulung isi pisang, menyingkirkan piscok untuk sementara. Semua bahan yang diperlukan, Alhamdulillah sudah tersedia di dapur.

Mudah sekali membuatnya, hanya memang perlu sedikit kesabaran ketika membuat dadar coklat untuk kulitnya.

Bahan dadar:
1.       6 sdm tepung terigu (saya pakai Cakra)
2.       ½ sdm baking powder
3.    2 sdm coklat bubuk
4.       3 sdm gula pasir
5.       ½ sdt garam
6.       3 butir telur
7.       1 sachet susu kental manis warna putih, larutkan dalam 500 ml air putih
8.       1 sdm margarine, lelehkan


Cara Membuat:
1.       Campur tepung terigu, baking powder, coklat bubuk, gula pasir dan garam.
2.       Masukkan telur, aduk searah hingga adonan tercampur rata dan terlihat licin.
3.       Masukkan air susu perlahan-lahan. Pastikan tidak ada adonan yang menggumpal.
4.       Masukkan margarine yang telah dilelehkan, aduk kembali.
5.       Panaskan wajan, tuang sesendok sayur adonan, ratakan hingga membentuk lingkaran. Angkat.


Bahan Isi:
1.       1 sdm tepung terigu
2.       1 sdm tepung maizena
3.       1 sachet susu kental manis, larutkan dalam 250 ml air putih
4.       1 sdm gula pasir
5.       ½ sdt garam
6.       4 buah pisang kepok, iris kecil-kecil

Cara Membuat:
Campur semua bahan, aduk rata. Masak adonan dengan api sedang. Angkat jika sudah meletup-letup dan mengental.

Eksekusi:
1.       Bentangkan dadar kulit coklat.
2.       Isi dengan bahan isian.
3.       Lipat menyerupai amplop, sisihkan.
4.    Sajikan semuanya, dan dadar gulung isi pisang siap dinikmati.

Pisangnya masih sisa, besok buat apa lagi yaa? :)

Read More

Museum Ullen Sentalu, Yogyakarta

Tuesday, June 24, 2014

Kaliurang, Yogyakarta, memang menyimpan banyak potensi wisata. Salah satunya, Museum Ullen Sentalu, yang terletak di Jalan Boyong, kawasan wisata Kaliurang, sekitar 25 kilometer dari pusat kota Yogyakarta. Museum ini diprakarsai oleh Keluarga Haryono dan diresmikan oleh KGPAA Paku Alam VIII pada 1 Maret 1997.

Museum Ullen Sentalu, Yogyakarta


Nama Ullen Sentalu sendiri diambil dari singkatan Bahasa Jawa, ULating bLENcong SEjatiNe TAtaraning LUmaku, yang berarti "Nyala lampu blencong (lampu minyak yang digunakan dalam pertunjukan seni wayang kulit) merupakan petunjuk manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan."

Saya berkunjung kesini akhir tahun lalu, bersama dengan dua keluarga yang merupakan teman dekat suami. Begitu memasuki area parkir, kesan sejuk, magis, dan luas, segera menyergap dalam diri saya. Sambil menunggu giliran masuk, karena pengunjung di dalam museum memang dibatasi, saya menerka-nerka apa yang akan saya dapatkan di dalam sana.

Yak, dan tibalah giliran kami, 6 orang dewasa dan 2 anak-anak, serta beberapa anggota rombongan yang lain, untuk memasuki area. Begitu masuk, kami disambut oleh seorang guide yang cantik dan ramah. Kami diingatkan untuk tidak mengambil gambar dalam bentuk apapun. Agak kecewa, namun pada akhirnya saya mengerti maksudnya, apalagi kalau bukan untuk menjaga keotentikan karyaseni di dalamnya?

Setelah itu, kami dibawa masuk ke sebuah ruangan seperti labirin, namanya Guo Selo Giri. "Jangan terpisah dari rombongan ya, supaya tidak tersesat," begitu pesan Mbak Pemandu. Di dalam, ada banyak cerita yang disampaikan, sampai saya lupa detailnya. Daripada ngawur, mending kesini sendiri saja yaa.. :D Yang jelas, ada nama Kanjeng Bobby atau Pakubuwono XII (konon katanya beliau tidak mempunyai permaisuri, namun memiliki beberapa selir), Gusti Nurul, dll. Banyak lukisan disana. Di dalam juga ditampilkan macam-macam batik khas Solo dan khas Jogja, juga filosofi yang melatarbelakanginya. Di sebuah ruangan, kita dipersilakan untuk beristirahat dan diberi minuman tradisional, seperti jamu. Di ruangan ini kita diperbolehkan untuk mengambil gambar.

Keluar dari Guo Selo Giri, kami dibawa ke area lain dalam museum itu. Wow, ternyata luas sekali. Ada sebuah tempat terbuka yang memang dikhususkan sebagai area untuk mengambil gambar. Saya salut dengan Mbak Guide, begitu detail ia menjelaskan kepada kami apa-apa saja yang kami lihat disana. Kami pun diperbolehkan untuk bertanya jika belum jelas.

Sampai saya keluar dari museum itu, otak saya masih dipenuhi dengan cerita-cerita yang saya dengar tadi, tentang Kerajaan Mataram yang terpecah menjadi Yogyakarta dan Surakarta setelah Perjanjian Giyanti. Yogyakarta yang terpecah menjadi Kasultanan dan Pakualaman, Surakarta yang juga terpecah menjadi Mangkunegaran dan Kasunanan. Oo, ternyata begini. Oo, ternyata begitu.


Wisata di Utara Yogya; Museum Ullen Sentalu

Museum Ullen Sentalu, Yogyakarta


Museum Ullen Sentalu, Yogyakarta
Saya kebetulan kurang bisa mengingat sejarah, hehe... Jadi lebih baik kesini saja supaya lebih puas belajar sejarahnya. Tiket masuk ke Ullen Sentalu; Rp 30.000,- untuk orang dewasa dan Rp 15.000,- untuk anak-anak. Harga berbeda jika yang datang adalah turis mancanegara, yaitu; Rp 50.000,- untuk orang dewasa dan Rp 30.000,- untuk anak-anak.

Selamat berlibuuuurrrr.... :D

Read More

Cara Membuat Risoles Mayonaise (Mayo)

Friday, June 20, 2014

Resep Risoles Mayonaise
Risoles Mayonaise


Saya keidean untuk membuat makanan ini karena saya penasaran ketika suami bercerita bahwa di sebuah Angkringan terkenal di Solo, ada cemilan lezat yang biasa disebut Mayo. Benar saja, setelah saya mencicipi sendiri, saya setuju dengan pendapat suami.

Pertama kali praktek, Alhamdulillah, suami memuji hasil karya saya. Padahal sebenarnya saya kurang pandai memasak, lho.

Nah, penasaran tidak bagaimana cara membuat risoles mayonaise? Mudah koq... 


Bahan kulitnya:
  • 100 gram tepung terigu (kurang lebih 6 sdm)
  • 1 sdt garam
  • sedikit kaldu bubuk (optional)
  • 3 butir telur
  • 250ml susu cair 
  • 1 sdm mentega, lelehkan
Bahan isi:
  • Daging asap. Karena saya kurang suka daging asap, saya ganti dengan sosis ayam yang saya iris menyerong kemudian saya goreng.
  • Telur rebus yang sudah diiris. Biasanya 1 butir telur saya bagi 8 bagian, supaya tidak terlalu besar dan memudahkan ketika melipat.
  • Mayonaise. Ini akan memperlezat risoles, dan menjadi ciri khas dari Mayo.
Bahan pelapis:
  • 1 butir telur kocok lepas
  • Tepung panir
Cara Membuat:
  1. Campur tepung terigu dengan garam dan kaldu bubuk.
  2. Masukkan telur, aduk searah.
  3. Tambahkan susu cair sedikit demi sedikit hingga adonan menjadi licin dan halus.
  4. Masukkan mentega yang sudah dilelehkan.
  5. Tutup adonan dengan plastik, diamkan kurang lebih 30 menit.
  6. Panaskan wajan, tak perlu minyak atau margarin lagi karena adonan sudah mengandung margarin.
  7. Tuang sesendok sayur adonan, putar-putar hingga membentuk lingkaran tipis. Lakukan hingga adonan selesai.
Penyelesaian:
  1. Bentangkan dadar kulit, isi dengan isian (sosis dan telur).
  2. Beri sesendok makan mayonaise.
  3. Lipat menyerupai amplop.
  4. Masukkan ke dalam kocokan telur lalu gulingkan dalam tepung panir.
  5. Simpan dalam lemari pendingin kira-kira 1 jam.
  6. Goreng dalam api sedang hingga kuning kecoklatan.
  7. Sajikan hangat-hangat dengan saos sambal sebagai pelengkap.
Nah, itu dia resep membuat risoles mayonaise. Selamat mencoba... :)
Read More

Tentang Pemberian ASI; Botol atau Langsung?

Tuesday, June 17, 2014

Botol susu mungkin menjadi barang yang dibeli saat mempersiapkan kelahiran bayi. Saya pun demikian. Saat Amay bayi, saya bahkan sempat memberikan ASI yang sudah saya perah dengan dot. Hal itu dikarenakan ASI saya yang Alhamdulillah sangat melimpah, sedangkan Amay saat itu masih hobi tidur. Dibangunkan pun susah, sehingga mau tidak mau saya pun memerah susu untuk kemudian disimpan di botol, meskipun saya selalu ada di rumah.

Syukurnya, setelah tiga bulan Amay sudah bisa memutuskan untuk lebih memilih puting saya dibanding puting yang terdapat pada botol susu. Alhamdulillah sekali, karena banyak cerita yang saya baca dan dengar, bahwa terkadang bayi lebih memilih minum ASI melalui botol dibanding langsung menghisap dari puting ibunya sendiri. Alhamdulillah lagi, saya tidak perlu repot dan pusing memikirkan bagaimana cara memisahkan anak saya dari botol susunya. Kebetulan juga, Amay tidak saya beri susu formula.

Ketika usia Amay sudah dua tahun dan tidak minum ASI lagi, saya menyediakan air putih setiap malam, jaga-jaga ketika dia kehausan. Amay memang sudah terbiasa minum dengan gelas sejak kecil.

Nah, bagi ibu-ibu yang memberikan susu melalui botol, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Jangan merebus botol susu! Karena jika direbus, botol berbahan dasar plastik ini akan melepaskan residu senyawa kimia, yaitu bisphenol-A (BPA) yang sangat berbahaya, baik pada sistem reproduksi, saraf dan sistem daya tahan tubuh. 
2. Jangan menggunakan sikat yang kasar karena bisa menggores bagian dalam plastik. Senyawa dalam botol plastik juga sangat berbahaya bagi kesehatan.
3. Mensterilkan botol susu bisa juga dilakukan dengan alat sterilisasi perlengkapan bayi yang sudah tersedia di pasaran. 
4. Perhatikan cara membersihkan perlengkapan bayi yang benar. Misalnya dengan air hangat yang sudah diberi sabun khusus pencuci perlengkapan bayi, membilas dengan air yang mengalir, dll.

Jika pemberian ASI bisa dilakukan tanpa melalui perantara botol susu, maka lakukanlah. Ini tentu berlaku bagi stay at home mom. Saya sangat paham perjuangan working mom yang tetap ingin memberikan ASI secara eksklusif, dan saya salut pada mereka.

Bagi stay at home mom, ayo berdayakan apa yang ada dalam diri kita. Jika menyusui bisa kita lakukan secara langsung, mengapa harus diwakilkan pada botol? Menurut Muhammad Fauzil 'Adhim, pakar pernikahan dan parenting, menyusui sebaiknya dilakukan secara langsung. Biarkan anak mendapatkan ASI langsung dari puting ibu, karena hal ini akan berpengaruh pada perkembangan psikologis anak. Dari kegiatan menyusu itu, anak akan mempelajari perubahan psikologis sang ibu, dengan mendengar detak jantung dan merasakan suhu tubuh sang ibu. Menyusui secara langsung, akan mempererat ikatan batin antara ibu dan anak. Dan tentunya, kita tak perlu repot membeli botol dan mensterilkannya, bukan?
Read More

Marcopolo, Kolam Renang Mewah di Kota Hujan Bogor

Desember 2012 lalu, saat Amay berusia 21 bulan, kami berkesempatan mengunjungi Bogor. Bogor sudah seperti kampung kedua bagi saya setelah Purworejo, karena disanalah seolah-olah separuh usia saya berjalan, meskipun sebenarnya hanya empat tahun saja saya berada disana.

Kami hanya memiliki waktu lima hari disana, sebelum bertolak ke rumah mertua di Majalengka. Dalam lima hari itu, setelah dikurangi sehari untuk menghapus kelelahan dan sehari untuk pulang, saya mengunjungi beberapa orang teman dan pergi ke sebuah tempat yang sudah kami rencanakan sebelumnya. Marcopolo namanya, sebuah kolam renang modern yang terletak di bilangan Cimanggu. Letak Marcopolo ini ada di dalam komplek Bukit Cimanggu Villa.

Dulu sewaktu masih tinggal di Bogor, belum pernah sekalipun saya masuk ke kolam renang ini, hehe.. Soalnya sewaktu mengajar dulu, kolam renang sudah disediakan di sekolah. Namun kali ini, demi membahagiakan Amay dan adik-adik sepupu lainnya, Bulik saya mengajak kami kesini.

Selain ember tumpah dan kolam renang yang bervariasi tingkat kedalamannya, Marcopolo juga menawarkan kolam air panas. Kolam air panas itulah yang seolah melambaikan tangan dan membuat saya berubah rencana, dari yang awalnya enggan “nyemplung” jadi ikutan “nyemplung”. Amay pun terlihat sangat senang, meskipun pada awalnya dia merasa takut. 
 

Marcopolo, Kolam Renang di Bogor

Kolam Renang Marcopolo, Bogor

Marcopolo, Kolam Renang di Bogor


Harga tiket masuk ke kolam renang Marcopolo sebesar 40 ribu rupiah di hari biasa, dan 50 ribu rupiah di hari libur. Namun jika kita ingin masuk ke kolam air panas, kita harus membayar lagi sebesar 10 ribu rupiah. Tentu harga ini masih cukup terjangkau bukan?

Yang paling penting dari sebuah kolam renang adalah tempat bilasnya. Disini, tempat bilasnya cukup bersih dan terang. Ini juga nilai plus bagi saya.

Oya, selain kolam renang, Marcopolo juga menyediakan Theater 4 Dimensi, gym, arena futsal juga ada.

Jadi, untuk Anda yang ingin bepergian di liburan kenaikan kelas nanti, dan masih belum ada ide mau pergi kemana, mungkin kolam renang Marcopolo di Bogor ini bisa menjadi pilihan. :)
 
 
Read More

Bagaimana Menghentikan Ketergantungan Pada Popok Sekali Pakai (Diaper)?

Tuesday, June 10, 2014

Zaman sekarang hidup makin dipermudah. Salah satu hasil dari kecanggihan otak manusia yang sangat membantu para ibu adalah diciptakannya diaper atau popok sekali pakai. Produk ini mungkin diciptakan sebagai solusi bagi para ibu yang mempunyai bayi dan sering kehabisan popok kain. Mungkin juga, ide membuat diaper ini berawal dari kesulitan ibu-ibu untuk membawa bayinya bepergian karena khawatir kerepotan saat mereka buang air.
Saya termasuk bagian dari ibu yang diuntungkan dengan adanya produk ini. Sebagai stay at home mom yang mengerjakan semua sendiri tanpa Asisten Rumah Tangga (ART), tentu repot sekali apabila menghadapi cucian yang menumpuk. Bahkan ketika musim hujan, bayi lebih sering buang air karena cuaca yang dingin. Saya pun memilih memakaikan diaper pada bayi saya baik siang maupun malam supaya saya bisa istirahat dengan cukup, karena mengurus bayi memang membutuhkan energi yang besar.
Nah, biasanya, saking sudah merasa nyaman dengan kondisi tidak terlalu repot ini, para ibu jadi ketergantungan. Saya pun begitu. Sampai suatu hari di usia Amay (putra sulung saya) yang ke dua, saya tersadar untuk mulai menerapkan toilet training.
Berawal dari keinginan Amay sendiri untuk lepas dari diaper, mungkin karena dia sudah merasa risih dengan celana tebalnya, saya pun mulai mengajarinya untuk buang air di tempatnya. Di usia ini, karena ia sudah bisa bicara, prosesnya menjadi lebih mudah. Pertama, saya memintanya untuk melapor pada saya jika ingin buang air. Setelah dia mulai terbiasa melapor, saya memberi satu perintah lebih sulit, yaitu melepas celana sendiri jika ingin buang air. Saya biasakan dia untuk buang air sebelum tidur supaya tidak mengompol. Karena sudah terbiasa melapor juga, tengah malam pun dia akan membangunkan saya jika ingin buang air.
Hari-hari pertama menerapkan toilet training memang terasa sulit. Pernah terjadi, Amay buang air besar di kamar karena perintah yang saya berikan kurang jelas. Saya hanya memintanya melepas celana, tanpa ada embel-embel langsung ke kamar mandi atau lapor pada saya. Tapi saya belajar dari kesalahan itu. Berarti, selanjutnya perintah yang saya berikan harus jelas.
Sering terjadi, kita para ibu lah yang belum siap mengajarkan mereka. Padahal, dari pengalaman saya sendiri, justru Amay yang mengajarkan saya untuk siap. Pernah suatu hari ketika akan bepergian saya kembali memakaikannya diaper. Saya sendiri yang merasa khawatir dan kurang percaya diri, takut kalau-kalau di jalan Amay mengompol. Namun ternyata kekhawatiran saya sirna. Amay yang sudah terbiasa melapor pun bicara pada kami ketika ingin buang air. 





Read More