Kuliner Makassar; Pallu Basa

Tuesday, March 22, 2016


Alhamdulillah, beberapa waktu lalu, tepatnya tanggal 11 Maret, saya sekeluarga bisa menginjakkan kaki di Makassar. Sebagai orang yang jarang piknik, ini adalah perjalanan istimewa, karena jujur saja ini kali pertama saya ke luar Pulau Jawa. Bisa dibilang juga, kemarin itu benar-benar first flight untuk saya, Amay dan Aga. Kalau suami sih, sudah sering pergi jauh karena urusan pekerjaan, hehe..

Mendarat di jam 12 siang, kami bersabar menunggu Ayah yang sedang shalat jum'at. Mamah sendiri sudah menunggu kami. Oya, kami ke Makassar dengan tujuan untuk mengunjungi kakek dan neneknya anak-anak dari pihak suami. Memang sudah lebih dari empat tahun ini, Ayah dinas disana.

Jam 1 kurang, Ayah datang. Kami langsung meluncur pulang. Sebelumnya, Ayah dan Mamah mengajak kami untuk makan siang. Iya ya, itu jamnya makan siang sih, jadi dengan senang hati kami menerima ajakannya, berhubung perut ini juga sudah berteriak minta diisi. :o

Mobil Ayah berhenti di sebuah warung makan yang menjual Pallu Basa, kuliner khas Makassar. Di depan tertulis Pallubasa Serigala. Kata Mamah, ini yang paling terkenal, yang terletak di Jalan Serigala.

Pallubasa Serigala

Ayah antusias bercerita, "Biasanya disini ramai kalau jam makan siang. Bahkan, kadang kita sedang makan pun, di belakang kita sudah ada yang berdiri menunggu." Tapi Ahamdulillah waktu kita datang, masih ada beberapa tempat yang kosong. Artinya, kami tidak perlu menunggu, atau makan dengan terburu-buru. Memang banyak pengunjung yang datang, tetapi tidak terlalu penuh.

Setelah memesan, pelayan datang membawakan pesanan, semangkuk pallubasa dan sepiring nasi. Lumayan cepat, menandakan bahwa mereka terbiasa gesit melayani pelanggan.




Ini kali pertama saya mencicipi makanan ini. Kalau lidah saya tidak salah, rasanya mirip dengan Empal Asem Khas Cirebon. Suami saya setuju dengan pendapat saya. Tapi kata Mamah, seharusnya pallu basa nggak begini rasanya. Biasanya agak hitam karena memakai kluwak, bumbu yang digunakan untuk memasak rawon, dan juga ada campuran serundengnya.

Entahlah, mengapa ada perbedaan disini. Yang jelas sih, pallubasa ini enak, hehe, apa karena saya lapar ya? :D

Pallu Basa; Kuliner Khas Makassar

Saat membayar, saya cukup terkejut karena harganya yang lumayan murah untuk makanan berbahan daging. Semangkuk Pallu Basa ini harganya hanya Rp 14.000,- saja. Berbeda dengan di Jawa, harga daging disini sepertinya murah, karena beneran, dagingnya banyak dan besar-besar.

Tapiiii...berbeda dengan di Jawa, harga sepiring nasi dan es teh disini termasuk mahal. Sepiring nasi dibandrol dengan harga Rp 6.000,- dan es teh Rp 5.000,-. Kalau di Jawa kan, harga nasi dan es tehnya hanya separuhnya, hehe... Jadi, keseluruhannya kami hanya membayar Rp 25.000,- per orang. Hmmm..lumayan puas dan bikin kenyang.

Kalau teman-teman ke Makassar, jangan lupa kuliner ini yaa.. :D
Read More

Sabar Tiada Tepi, Syukur Tiada Henti

Wednesday, March 9, 2016

Sabar dan Syukur, dua kata yang sulit dipisahkan. Orang yang pandai bersabar, setelahnya akan pandai pula bersyukur. Orang yang pandai bersyukur, sejatinya telah melewati ujian kesabaran.

Sabar dan Syukur, dua kata yang selalu dinasehatkan oleh ibu saya. Saya mengalami bagaimana ekonomi keluarga kami seperti roller coaster, kadang di atas kadang di bawah. Sebenarnya, saat di atas, bukan berarti kami banyak harta, namun saat paling atas itu adalah saat kami berkecukupan, tak punya beban hutang. Saat di bawah, bisa dimengerti bukan? Saat itu untuk makan saja kami kelimpungan.

Mungkin, karena banyak kebahagiaan yang saya rasakan di masa kecil, terkadang saya berangan-angan untuk bisa kembali ke masa itu, walaupun mustahil. Karena hal ini juga, saya memimpikan memiliki rumah bergaya tahun 1980-an, karena saat-saat bahagia saya, rumah dengan model seperti itu sedang menjadi trend. Harapannya, dengan tinggal di dalam rumah impian saya, saya akan selalu terkenang saat-saat dimana hati saya selalu tersenyum dan tertawa bersama orang-orang yang saya sayangi.

Bersama Uti, nenek dari pihak ibu yang selalu menyayangi saya hingga seolah-olah hanya saya lah satu-satunya cucu yang dimilikinya, saya memiliki banyak momen bahagia. Teringat dua puluh tiga tahun yang lalu, tahun 1993 tepatnya, ketika saya pertama kali menginjakkan kaki di bangku Sekolah Dasar. Uti yang tinggal bersebelahan dengan rumah orang tua, datang pagi-pagi sekali. Beliau tersenyum memandangi saya yang ceria menyambut hari pertama sekolah dengan seragam putih merah. Ibu juga bersiap sejak pagi untuk memasakkan mie kuah instan kesukaan saya. Sambil disuapi ibu, Uti memakaikan saya kaos kaki putih. Bapak juga turun tangan memeriksa kerapian seragam yang saya kenakan, sambil memastikan topi merah sudah dimasukkan ke dalam tas. Betapa bahagianya saya hari itu, dikelilingi orang-orang yang saya cintai. Saya bagaikan seorang putri raja yang semua keinginannya dilayani.

Bersama Mbah, nenek dari pihak bapak, saya belajar mengaji. Mbah datang ke rumah setiap waktu dzuhur tiba. Selain itu, setiap maghrib, Mbah mengajari puluhan anak-anak di kampung kami, tanpa mengharap pamrih. Ada momen tak terlupakan bersama beliau. Ketika itu, kami membelah sungai yang saat itu tengah banjir, demi bisa mencapai tempat pengajian di desa seberang. Baca Kisah Dibalik Mukena Putih. Meskipun ngeri, tapi saya bahagia mengenangnya. Pengalaman itu sungguh berharga, karena Mbah menunjukkan secara langsung betapa pentingnya menuntut ilmu.

Mengenang masa kecil, membuat saya bersyukur. Bahwa keterbatasan yang ada, sesungguhnya tak berarti apa-apa jika di sekeliling kita ada banyak cinta. :)




Read More

Mengenal Lebih Dekat, Mbak Vanti

Sebuah grup blogger bernama Blogger Perempuan, akhirnya membawa saya berkenalan dengan mbak-mbak blogger yang keren-keren. Apalagi setelah diinisiasi adanya arisan link agar kami makin nge-hits sebagai blogger. Wow...rasanya seperti sedang sekolah dan kami punya kelas/kelompok masing-masing. Kebetulan saya di kelompok V. Daaann..sebagai pemenang pertama, ada Mbak Vanti namanya.

Begitu muncul nama Mbak Vanti, saya langsung stalking ke instagramnya dan ke blognya di ayunovanti.com. Ssssttt..tau nggak? Mbak Vanti ini menulis karena dihadiahi website oleh suaminya lhoo.. And i think, this is a very romantic way to show how much you love someone. Hehe..ini anti mainstream lho..

Mbak Vanti yang nama panjangnya Dahlian Ayu Novanti ini termasuk golongan Mahmud Abas. Mamah Muda Anak Baru Satu..xixixixi.. Saya mah udah lulus dong jd Abas. Tapi Mahmudnya sih masih :p - gak mau dibilang tuwa. 

Dan baby bala-bala yang lahir Agustus tahun lalu itu dinamai Arrayan Edi Sarwono atau Rayan.


hasil stalking ke instagramnya, hihi

Membuka-buka blognya membuat saya tau bahwa Mbak Vanti ini adalah orang yang kreatif, juga multi talenta.

Yang saya salut dari beliau adalah, berani memutuskan untuk resign dari tempatnya bekerja dulu (sebelum melahirkan), kemudian sekarang "asik" mengerjakan hobinya, yaitu menjahit. Katanya kan ya, pekerjaan yang paling membahagiakan adalah hobi yang menghasilkan. Bener nggak? Semoga nanti Mbak Vanti jadi kayak Anne Avantie ya, hehe, aamiin... Mbak Vanti sudah punya brand sendiri loh, namanya "Jahitan Ibu". Nama ini kayaknya diambil karena Mbak Vanti terkenang akan memori saat kecil dulu, ketika sang ibu sibuk dengan kegiatan menjahit. Semoga usahanya ini sukses ya, Mbak. :)

Oya, ngomongin tentang blognya, blog ayunovanti.com ini mobile friendly ya... Loadingnya cepet kalo dibuka lewat handphone. Tapi, saya agak terganggu dengan kolom "Sign Up for Latest Updates" ini, hehe... Ini karena dia muncul beberapa kali dan saya harus menutupnya untuk bisa membaca keseluruhan tulisan. 

ini saya lagi baca postngan dengan judul; Highlight of 2015 pake HP

Tapi kalau dibuka lewat PC, blog Mbak Vanti ini asik banget. Kita bisa pilih bacaan yang menarik dengan melihat "recent posts", "popular posts", dan "categories". Dan yaa..itu header-nya lucuk, bisa ganti-ganti gitu.. (arin norak nih, norak..)

Maklum yaa..saya itu orangnya gaptek maksimal. Blog aja dibikinin sama suami di tahun 2010, dan baru saya isi di tahun 2013, hahaha.. Betewe, koq kita ada kemiripan ya Mbak Vanti? Bedanya, suami saya bikinnya blog gratisan. Dia nggak mau rugi kayaknya, soalnya tau tulisan saya masih gini-gini aja, haha.. -_-


header 1. terlihat waktu saya buka blog dengan PC

tuh kaan, gantiii..hihi..

Jujur, tulisan Mbak Vanti itu selalu menarik, bikin saya buka postingan berikutnya lagi dan berikutnya lagi. Isinya yang gado-gado, persis blog saya, semakin membuat blognya berwarna. 

Itu dia sedikit yang bisa saya korek dari Mbak Vanti. Semoga bermanfaat yaa... :)
Read More

Totoro, Hantu yang Lucu dan Baik Hati

Sunday, March 6, 2016

Ada yang tau film Totoro? Pasti banyak yaa yang tau. Hehe, saya sendiri nih kayaknya yang kudet karena baru tau Totoro satu bulan terakhir. Ini karena Ninis, mahasiswi UGM yang sedang Kerja Praktik di Akanoma, meng-copy-kan film itu untuk Amay. Dan karena Amay memang suka sekali menonton film, Totoro diputar hingga berkali-kali setiap hari, tanpa kenal bosan.

Totoro adalah film Jepang, produksi Studio Ghibli. Judul lengkapnya sih; My Neighbor Totoro. Film ini dirilis tahun 1988. Haha..tahun itu saya baru lahir.


tokoh TOTORO yang digambar Amay


Film ini adalah jenis film animasi. Yang paling menarik bagi Amay adalah cerita fantasinya. Cerita lengkapnya begini: (oya, saya sedikit mengintip Wikipedia juga agar tidak salah menafsirkan, karena filmnya memang berbahasa Jepang)

Pada tahun 1958, seorang profesor di Universitas Tatsuo Kusakabe dan dua putrinya, Satsuki dan Mei, pindah ke sebuah rumah tua agar bisa tinggal lebih dekat dengan rumah sakit tempat ibu mereka dirawat. Yasuko, ibu dari Satsuki dan Mei, memang sedang sakit. (Tidak disebutkan sakitnya sakit apa, tapi pemulihannya memerlukan waktu yang lama)

Di rumah itu, Satsuki dan Mei menemukan bahwa rumah ini dihuni oleh makhluk kecil berwarna hitam yang disebut Susuwatari. Amay menyebutnya "hantu bayangan" karena makhluk-makhluk yang menyerupai gumpalan debu itu bisa menghilang.

Suatu hari, saat Satsuki sedang pergi ke sekolah, Mei bermain sendirian di halaman. Saat bermain itulah, ia melihat "hantu kelinci" yang masuk ke kolong rumah mereka. Seperti bermain petak umpet, hantu kelinci itu bersembunyi, kemudian mengendap-endap berlari karena takut tertangkap oleh Mei. Mei pun sadar buruannya hendak kabur. Ia mengejarnya, hingga memasuki semak-semak yang memiliki lorong panjang, dan membuatnya terperosok ke dalam rongga pohon kamper yang besar. 

photo
Saking semangatnya mengejar hantu-hantu tadi, tanpa sadar Mei terjatuh tepat di perut sosok besar yang kemudian dia beri nama Totoro. Bukannya takut, Mei malah senang bermain-main dengan hantu besar yang lucu itu. Ia bermain hingga tertidur.

Ketika Satsuki pulang sekolah, ia mencari-cari Mei yang menghilang, dan ditemukannya Mei sedang tertidur di lorong semak-semak. Satsuki berusaha membangunkannya. Ketika Mei terbangun, ia kebingungan mencari-cari dimana Totoro yang ditemuinya tadi.

Satsuki tidak mempercayai kata-kata Mei, namun Mei berusaha meyakinkan kakaknya bahwa ia telah bertemu dengan sosok Totoro. Ayahnya kemudian berkata bahwa Totoro mungkin memang ada, dan ia akan menampakkan dirinya ketika ia ingin.



Totoro, Mei-Chan, Satsuki-Chan, Ayah, dan hantu bayangan yang digambar oleh Amay..

Cerita berlanjut. Suatu hari, Satsuki dan Mei menanti ayahnya pulang. Hari itu hujan, dan mereka menyadari bahwa ayahnya tidak membawa payung, sehingga mereka memutuskan untuk menjemput ayahnya agar sang ayah tidak kehujanan. Sampai malam tiba, bus yang membawa ayahnya tak kunjung tiba. Saat itulah, Satsuki menyadari ada sosok besar yang mendampinginya.

Yup, Totoro menampakkan diri. 

Lucu sekali, Totoro yang berbadan besar, hanya menggunakan sehelai daun untuk memayungi tubuhnya. Ia juga merasa senang saat tetesan air jatuh di atas kepalanya.

picture taken from here
Satsuki pun berinisiatif untuk meminjamkan payungnya pada Totoro. Sebagai tanda terima kasih, Totoro menghadiahi Satsuki seikat kacang-kacangan dan biji-bijian. Mereka berdua itu beneran pemberani deh...

Tak berapa lama kemudian, Totoro mengaum. Rupanya, itu adalah caranya untuk memanggil cat-bus, bis kucing yang merupakan kendaraan pribadi Totoro. Bis itu bisa membuka, menutup, melebar dan ah, pokoknya pintunya elastis banget.

Beberapa saat berlalu, bis yang ditumpangi ayahnya tiba. Satsuki dan Mei pun menceritakan pertemuan mereka dengan Totoro.

Keesokan harinya, Satsuki dan Mei menanam biji-bijian pemberian Totoro. Dan di suatu malam, mereka terbangun dan menemukan Totoro dan dua rekan kecilnya terlibat dalam tarian seremonial di sekitar biji-biji yang ditanam Satsuki dan Mei. Mereka pun bergabung, dan menyaksikan bagaimana benih-benih itu bertunas, tumbuh semakin tinggi dan semakin besar. Totoro pun membawa keduanya terbang ke puncak pohon. Pagi harinya, pohon besar itu menghilang, tetapi benih yang mereka tanam benar-benar bertunas.

Pertama saya melihat film ini, saya langsung nyeletuk, "Ya ampun, anak-anak ini lincah-lincah amat ya." Dan iya, karakter mereka berdua itu terlihat saling menyayangi dan selalu ceria. Hebatnya lagi, ayahnya tidak pernah melarang apa yang dilakukan anak-anaknya. Ia tahu, anak-anaknya memiliki rasa ingin tahu yang besar. 

Tapi keceriaan mereka hilang pada suatu hari. Ada telegram dari rumah sakit, yang mengabarkan bahwa ayah mereka harus datang karena kondisi ibunya yang kurang baik. Satsuki berusaha menghubungi ayahnya lewat telepon yang dipinjamnya dari tetangganya. Ayahnya kemudian berkata bahwa nanti akan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk ibunya.

Satsuki merasa khawatir akan kondisi ibunya. Ia menangis saat menyatakan kerisauannya pada O-Bachan, nenek yang menjaga mereka. Mei yang mendengar kekhawatiran kakaknya, memutuskan untuk pergi sendiri ke rumah sakit. Mei berlari, sambil membawa sebonggol jagung yang akan dihadiahkannya untuk ibunya tercinta.

Hilangnya Mei membuat O-baachan, Satsuki, Kant (teman sekolah Satsuki, yang juga tetangga mereka) dan para tetangga mencarinya. Mereka sempat mengira bahwa Mei-Chan tenggelam di dalam kolam karena mereka menemukan sebuah sandal kecil. Akan tetapi, lega, Satsuki mengatakan bahwa sandal itu bukan milik Mei.

Hari sudah hampir malam, namun Mei belum juga ditemukan. Satsuki memutuskan untuk masuk ke semak-semak yang dahulu diceritakan Mei sebagai jalan menuju rumah Totoro. Ia pun berdo'a sebelum memasuki lorong semak itu, agar ia bisa bertemu dengan Totoro.

Do'anya terkabul. Ia menemukan jalan lain, yaitu rongga pohon kamper. Seperti Mei dulu, ia pun menjatuhi Totoro yang sedang tertidur. Saat itulah, ia menceritakan pada Totoro bahwa Mei hilang. Ia memohon pada Totoro untuk membantu mencarinya.

Totoro yang baik hati itu kemudian tersenyum. Sambil menggendong Satsuki, Totoro terbang ke puncak pohon, lalu mengaum. Lalu, cat-bus pun datang dan bersiap mengantar Satsuki menemui Mei yang tersesat. 

Mei pun diketemukan. Kakak-beradik itu berpelukan. Mereka berterima kasih pada bis kucing itu. Tak berhenti sampai disitu, cat-bus pun membawa mereka berdua menuju rumah sakit tempat sang ibu dirawat. Dari atas pohon (masih duduk di atas cat-bus), mereka bisa melihat kondisi ibunya dari jendela. Mereka cukup lega, karena ternyata ibunya baik-baik saja. 

Jagung yang dibawa-bawa Mei pun dijatuhkan tepat di samping jendela kamar ibunya. Ayahnya, yang saat itu sedang bersama sang ibu, membaca tulisan di kulit jagung itu. "Untuk Ibu".

Satsuki dan Mei pulang, lalu mereka menemui O-baachan, nenek yang menjaga dan merawat mereka itu. Mereka berpelukan, lega karena bisa kembali bersama-sama. 

Selesaaaaiii... ^_^

Read More

Gizi Super Cream; Karena Kulit pun Perlu Nutrisi

Tuesday, February 23, 2016

Pada 2003, saat saya beranjak remaja, terjadilah sebuah obrolan antara seorang ibu dan anak gadisnya. Ini beneran, enggak bohong. :D
“Kamu coba pake itu, Rin.” Kata beliau dalam bahasa Jawa, bahasa yang kami pakai sehari-hari, ketika melihat sebuah iklan di tivi.
“Emang bagus ya?” tanya saya.
“Gizi Super Cream? Bagus, ibu pernah pake.” Jawab beliau singkat.
“Trus, kenapa sekarang yang ibu pake beda?” tanya saya menyelidik.
“Ya kan ibu nggak pernah kemana-mana, jadi nggak perlu dandan. Sabun muka juga ndompleng kamu.” Jawab beliau.
“Oh, hahaha... Itu juga kayaknya dipake Mbak Ita sama Mbak Ifah.” Kata saya, “Waktu aku ke Semarang aku lihat mereka pake Gizi juga.” Kebetulan kakak sulung saya tinggal di Semarang pasca menikah.

Nah, sejak saat itu, saya memakai Gizi Super Cream sebelum saya menaburkan bedak ke wajah. Bisa dibilang, Gizi Super Cream lah yang “memerawani” kulit wajah saya karena sebelumnya saya belum pernah memakai pelembab apapun. Memang, baunya sedikit berbau jamu. Tapi kata ibu, justru disitu letak kelebihannya, karena itu berarti Gizi Super Cream benar-benar terbuat dari bahan alami.

Apakah efeknya benar-benar nyata? Mungkin banyak yang bertanya-tanya seperti itu. Saya sih tidak terlalu niteni (memperhatikan), akan tetapi beberapa kali teman saya memuji bahwa kulit wajah saya terlihat cerah. Dan ya, itu tidak instan, it takes time. Perlu dicatat, jika ada kosmetik yang bisa mencerahkan wajah secara instan, maka perlu diwaspadai, karena khawatirnya kosmetik tersebut mengandung bahan-bahan yang berbahaya untuk kulit.

Dan jujur saja, saya menggunakan Gizi Super Cream selama bertahun-tahun. ‘Kan saya termasuk tipe orang yang setia. #heleh

Waktu berlalu, saya semakin kesulitan menemukan Gizi Super Cream. Ia menghilang. Saya pun mencari pelarian dengan mencoba-coba berbagai macam kosmetik di pasaran.
Hingga suatu hari, teman-teman mengabarkan bahwa ia telah kembali. Iya, Gizi Super Cream kembali lagi dengan tampilan yang lebih menawan.



Kemasannya berbentuk tube, membuat saya semakin mudah menggunakannya. Pencet sedikit, keluarkan isinya sesuai dengan kebutuhan, lalu oleskan ke wajah. Saya tak perlu khawatir lagi karena dengan kemasan seperti sekarang ini, ia lebih terjaga kehigienisannya. Ya ‘kan, jika Gizi Super Cream masih tampil dengan kemasan lama (kemasan pot), siapa tahu ketika saya mencolek isinya, tangan saya kurang bersih dan bisa merusak kandungan di dalamnya.

Sejak muncul di tahun 1972, kita tahu bahwa Gizi Super Cream terbuat dari rumput laut yang mempunyai segudang kebaikan. Rumput laut ini kaya akan vitamin dan mineral yang dapat membantu menutrisi dan melembabkan kulit.

Kini, Gizi Secret of Seaweed tampil lebih sempurna dengan teknologi NANO dari LIPI. Ini menjadikan Gizi Secret of Seaweed tampil sebagai NANO HERBAL pertama di Indonesia. Dan sebagai seorang muslimah yang berusaha untuk menggunakan barang-barang yang telah terjamin kehalalannya, saya tak perlu khawatir lagi karena Gizi Secret of Seaweed telah mendapat sertifikat halal dari MUI. Alhamdulillah. J

Oya, selain rumput laut, ada enam bahan penting lain yang terkandung dalam Gizi Secret of Seaweed. Enam bahan itu, antara lain;
Beras. Beras berperan dalam membantu melindungi kulit dari efek buruk sinar UV.
Bligo. Bligo memiliki kandungan yang dapat membantu mencegah timbulnya jerawat dan mengurangi peradangan akibat jerawat.
Kedelai. Pasti sudah banyak yang tahu ‘kan, kalau kedelai ini dapat mencegah penuaan dini?
Lidah Buaya. Lidah buaya membantu melembabkan kulit lebih lama, menyejukkan kulit dan membantu mencerahkan kulit.
Jeruk Nipis. Kandungan Flavanoid dan Vitamin C di dalamnya berfungsi sebagai antioksidan alami yang juga berperan dalam mencegah penuaan dini.
Pepaya. Nutrisi dalam pepaya dapat membantu mengangkat sel kulit mati dan meremajakan sel kulit. Pepaya juga sangat baik untuk melembutkan dan mencerahkan kulit.

Kabar baiknya lagi, Gizi Secret of Seaweed ini kini hadir dalam serangkaian skin care yang kita perlukan sehari-hari. Ada Daily Natural Lightening Foam, Daily Nutrition Cream, dan Daily Nutrition Cream +SPF 18.
-                      Daily Natural Lightening Foam, untuk cuci muka. Pertama kali memakainya, bau jamu khas Gizi Secret of Seaweed tercium. Setelah memakainya, kulit terasa bersih, namun tidak terasa kering seperti jika saya menggunakan produk lain. Sayangnya busanya sedikit, jadi kurang bisa “bermain-main” saat cuci muka, hehe...
Tapi menurut informasi yang pernah saya dengar sih, kalau busanya sedikit berarti produk ini tidak mengandung deterjen. Entahlah...


ketahuan kalo habis dipake. masih basah dan sedikit penyok :p

-                      Daily Nutrition Cream. Krimnya ringan, langsung nempel di wajah, tapi tidak lengket dan juga tidak membuat wajah berminyak. Wajah menjadi lembab seketika. Saya biasa memakainya pagi hari setelah mandi. Sebenarnya ini bisa dipakai sebagai krim malam juga, tapi karena saya tipe pemalas, jadi biasanya langsung tidur bergitu terasa mengantuk. :p



-                      Daily Nutrition Cream +SPF 18. Ini untuk kita yang sering beraktivitas di luar ruangan. Saya biasa memakainya ketika akan menjemput Amay saat pulang sekolah. Amay keluar dari sekolahnya pukul 1 siang. Kebayang ‘kan, panasnya matahari di jam itu? Maka dari itu, wajah saya memerlukan perlindungan ekstra agar terhindar dari pengaruh buruk sinar UV.




Setelah memakai  tiga rangkaian skin care dari Gizi Secret of Seaweed ini selama kurang lebih seminggu, tampaknya saya akan mengganti kosmetik saya dan kembali ke cinta lama. Kenapa? Karena Gizi Super Cream:
1.                  Halal
2.                  Herbal
3.                  Hitech
4.                  Heritage. 43 menuju 44 tahun gitu loh... J

Nah, buat kamu yang masih ragu, mending coba sendiri deh. Atau, bisa juga cari tahu di;
Facebook: GIZI Super Cream
Twitter: @gizisupercream

Instagram: @gizisupercream
Read More

Do'a yang Dinantikan

Saturday, February 20, 2016

Pagi itu saya terburu-buru menyiapkan si sulung yang akan berangkat sekolah di TKIT dekat rumah. Jam dinding sudah menunjuk angka tujuh lewat dua puluh menit, padahal pelajaran akan dimulai sepuluh menit kemudian.
Si bungsu yang baru berusia satu tahun saya serahkan pada suami, dan biasanya setelah itu kami akan beralih posisi. Suami mengantarkan si sulung ke sekolah, dan saya akan kembali memegang si bungsu.
Hari itu, karena suami ada tugas tambahan di kantor, saya menjadi tergesa-gesa menyiapkan semuanya. Setelah menyuapi dan memandikan si sulung, saya pun segera memakaikannya seragam. Karena terburu-buru, saya pun melupakan sebuah "ritual". Saya baru mengingatnya setelah si sulung mengingatkan, "Mas Amay kok nggak dido'akan?"
"Ah iya, Mama lupa," jawab saya, dan sejurus kemudian saya pun melakukan hal yang saya sebut ritual itu. Bibir saya kemudian mengucap do'a-do'a untuk kebaikannya dan kebaikan adiknya.
Saya kemudian iseng bertanya, "Memangnya Mas Amay suka kalau Mama do'akan?" Dan jawabannya membuat saya termenung cukup lama. Ternyata, kebiasaan saya berdo'a setiap kali memakaikan mereka baju selalu diingat, dan hari itu saya menjadi tahu bahwa do'a-do'a saya dirindukan.
Dalam sehari, setidaknya empat kali saya mengucap do'a ini diluar waktu shalat. Empat waktu itu adalah saat memakaikan baju si sulung dan si bungsu, pagi dan sore. Karena seringnya, si sulung sampai hapal kata-kata dalam do'a saya yang saya lantunkan dalam Bahasa Indonesia.
Entah sejak kapan saya memulai ritual ini. Jika saya tak salah mengingat, saya memulainya ketika saya menyadari bahwa apa yang keluar dari bibir saya sebagai seorang ibu, akan berpengaruh pada kehidupan anak-anak kelak. Sejak itu saya mulai berhati-hati dalam berucap, karena saya meyakini bahwa setiap ucapan adalah do'a, sehingga saya berusaha untuk selalu mengatakan hal-hal yang baik tentang mereka.
Terlebih ketika saya membaca kisah Syaikh Abdurrahman as Sudais. Imam besar itu ketika kecil "dikutuk" oleh sang ibu hingga dapat menjadi seperti saat ini. Konon saat itu sang ibu sedang menjamu tamu-tamunya, namun Sudais kecil mengacaukannya setelah menaburkan debu pasir ke atas hidangan yang sudah disiapkan oleh ibunya untuk para tamu. Sang ibu marah sambil berkata, "Pergi kamu! Biar kamu jadi imam di Haramain!" Dari kisah itu saya kemudian belajar bahwa saat marah pun kita harus mengucapkan hal-hal yang baik.
Saat di dunia, anak membutuhkan do'a dari orang tuanya, terutama do'a seorang ibu. Dan saat di akhirat, orang tua lah yang membutuhkan do'a anak-anaknya.

~-~

Tulisan ini dimuat di Majalah Hadila edisi bulan Januari 2016



Read More

Berkat Geget Sang Kurir Motor, Bisnis Saya Lancar, Pelanggan pun Senang

Sunday, February 14, 2016

Sejak beberapa bulan lalu, saya mulai menjalankan bisnis di bidang kuliner. Memang, posisi saya disini hanya sebagai agen, bukan produsen. Produk yang saya jual ini termasuk memiliki banyak penggemar. Cilok, Siomay dan Puding Susu, siapa yang tidak suka? Makanya, ketika ada kesempatan menjadi agen, saya langsung mengambilnya. Apalagi kebijakan supplier dengan membuat aturan bahwa 1 kota hanya boleh diisi dengan 1 agen memang cukup menguntungkan.


cilok yang sudah direbus dan yang masih dalam packaging, juga beberapa botol puding susu yang siap dikonsumsi

Saya menjalani bisnis ini bukan tanpa kendala. Bukan, kendalanya bukan pada produknya, namun pada sistem pengirimannya.

Cilok dan Siomay yang saya jual, insya Allah tahan setidaknya 3 hari di perjalanan. Produk frozen food ini sudah teruji. Alhamdulillah, selama ini belum ada pelanggan yang komplain atau mengabarkan bahwa produk ini diterima dalam keadaan basi. Untuk informasi, saya pernah mengirim Cilok dan Siomay hingga ke Madiun, Salatiga, Purworejo, Purwodadi, Semarang, bahkan Madura.

Dan untuk puding susu, sedari awal berpromosi memang sudah saya jelaskan bahwa puding susu ini hanya dijual di Solo. Meskipun banyak permintaan dari luar kota seperti Jogja dan Purworejo, namun saya belum berani memenuhinya, karena memang puding ini hanya bisa tahan sehari di suhu ruang. 

Lalu?

Nah, ini dia masalahnya. Jika konsumen datang dari luar kota, biasanya mereka sudah siap dengan biaya pengiriman yang harus dibayarkan. Karena penasaran dan ketagihan dengan rasanya, mereka tidak masalah mengeluarkan biaya tambahan untuk ongkos kirim. Akan tetapi jika pembeli datang dari dalam kota, biasanya mereka lebih perhitungan. "Masa' sama-sama di Solo mesti bayar segitu untuk ongkos kirimnya saja?" seperti itu. Apalagi, jika dikirim dengan jasa ekspedisi, ongkos kirim dihitung per kilogram, makin mahal lagi jadinya.

Awalnya saya sempat bingung. Sempat terpikir untuk mengantarnya sendiri ke rumah para pembeli, namun sebagai pendatang, saya tidak terlalu paham dengan daerah-daerah di luar Solo. Solo Raya itu luas, meliputi; Karanganyar, Boyolali, hingga Sukoharjo. Ditambah lagi dengan kondisi saya sebagai ibu dari dua balita, hal ini menjadi pertimbangan lain. Saya tidak mungkin (lebih tepatnya tidak tega), untuk meninggalkan anak-anak di rumah. Membawa mereka berkeliling pun bukan ide yang bagus juga.

Terkadang saya memberi solusi pada calon pembeli, bagaimana jika kami bertemu di tengah-tengah, supaya sama-sama enak. Ada yang menyanggupi, akan tetapi ada juga yang mengurungkan niat untuk membeli karena urusan ini.

Ini salah satunya.



Saya sempat berpikir lama sekali. Hingga suatu hari, saat seseorang datang ke rumah, saya menawarinya untuk menjadi kurir. Seseorang itu, Geget namanya. Setidaknya sebulan sekali, dia memang selalu silaturrahmi ke rumah kami. Saya ingat dia pernah bercerita bahwa sebelum dia bekerja di kantornya yang sekarang, dia adalah seorang kurir lepas. Pucuk dicinta ulam tiba, ia pun bersedia. :)

Geget saat bersiap mengantar pesanan. Tetap profesional meski diguyur hujan.

Alhamdulillah, sekarang, untuk jasa pengiriman di sekitar Solo Raya, saya menyerahkan urusan ini padanya. Hubungan bisnis kami ini seperti simbiosis mutualisme. Keuntungan-keuntungan yang saya dapat dengan memberdayakan Geget, antara lain:
1. Bisnis saya lancar.
2. Pembeli senang karena barang lebih cepat diterima. Jika menggunakan jasa ekspedisi, biasanya barang baru akan dikirim keesokan harinya.
3. Ongkos pengiriman lebih murah karena tidak tergantung berat barang. Ini membawa keuntungan lain, yaitu, pelanggan menjadi tidak ragu untuk membeli lebih banyak lagi. 
4. Sebagai kurir, Geget pun mendapat penghasilan tambahan. Ini membawa kebahagiaan tersendiri karena saya bisa membuka jalan rezeki untuk orang lain.

testimoni konsumen yang puas dengan produk dan pelayanan kami

Alhamdulillah, karena kesediaan Geget, bisnis saya sudah menemukan celah untuk berkembang. Untuk selanjutnya, saya punya mimpi. Saya ingin membeli kendaraan untuk sarana mengantar pesanan karena selama ini Geget menggunakan sepeda motornya sendiri.

Namun untuk saat ini, kondisi keuangan saya belum memungkinkan untuk membeli sepeda motor baru. Saya pun mulai berpikir untuk menyisihkan sebagian keuntungan dari penjualan cilok, siomay dan puding.

Mungkin ada yang bertanya, "Mengapa saya tidak membeli sepeda motor dengan cara kredit? Bukankah sama saja?" Nah, untuk ini saya mempunyai pertimbangan sendiri. Salah satunya karena saya tidak mempunyai cukup uang untuk membayar uang muka.

"Sekarang dengan Rp 500.000,- saja sudah bisa membawa pulang sepeda motor lho...", mungkin ada yang berkata begitu. Jawaban saya, "Iya, tapi cicilannya akan lebih besar juga." :)

Maka dari itu, saya memilih menabung saja.

Begitu tahu bahwa BTPN menyediakan halaman  http://menabunguntukmemberdayakan.com/ , saya pun membuka dan mencoba simulasi ini, untuk mengira-ira sambil merencanakan jalan untuk membangun mimpi saya.




Setelah link saya buka, muncul halaman di atas. Saya kemudian meng-klik "Mulai Simulasi", lalu muncullah halaman berikut ini,



Saya pun memilih "connect facebook to start" dan setelah itu kita dikoneksikan dengan akun facebook kita.



Setelah muncul halaman berikutnya, saya mulai menimbang-nimbang. Berapa sebaiknya jumlah yang ditabung dan berapa lama?

Saya memutuskan untuk menggeser anak panah ke nominal paling rendah, yaitu Rp 500.000,- dan  di kolom bawahnya, anak panah saya geser ke jangka waktu 2,5 tahun.

Mengapa?

Alasannya, Rp 500.000,- adalah nominal yang umum dikeluarkan setiap bulannya untuk membeli sepeda motor dengan cara kredit. Dan 2,5 tahun adalah jangka waktu yang umumnya diambil untuk melunasi sepeda motor.




Setelah itu, saya pun meng-klik kolom "Lihat Hasil Simulasi" dan keluar halaman ini



Setelah memasukkan nomor handphone saya, saya kembali meng-klik kolom "Lihat Hasil Simulasi", dan keluarlah hasilnya disini




Wah, jadi semakin jelas. Tanpa harus susah-susah menghitung, tinggal klak-klik, hasil bisa kita lihat secara langsung.

Dengan menabung di BTPN sebesar Rp 500.000,- tiap bulannya selama 2,5 tahun, tabungan yang terkumpul adalah Rp 15.981.759. Terbukti ya kalau suku bunganya kompetitif? Dan saya rasa dengan nominal ini sudah cukup untuk membeli sepeda motor baru.

Semoga ke depannya bisnis saya semakin lancar, semakin banyak yang bisa saya sisihkan untuk ditabung, sehingga saya bisa memberdayakan lebih banyak orang lagi. Aamiin. :)


Read More

Pawon Omahkoe, Tempat Kuliner Lezat di Solo

Thursday, February 11, 2016

Haloo..

Siapa yang minggu lalu nge-trip alias piknik?

Saya enggak dong... :(

Tidak seperti kebanyakan orang yang menikmati long weekend dengan pergi ke tempat-tempat wisata, atau pergi ke luar kota untuk mencari suasana yang berbeda dari biasanya, saya (bersama suami dan anak-anak), hanya menikmatinya di rumah saja. Tiga hari looh...yakin betah?

Hehe..ternyata ngga sampe tiga hari, kami udah bingung mau ngapain. Ya sudah, agak memaksakan diri memang, mengingat kondisi suami dan De'Aga yang kurang fit. Tapi daripada bosan, akhirnya kami memutuskan untuk keluar, sekedar untuk jajan.

Akhirnya kami menuju sebuah rumah makan, Pawon Omahkoe namanya. Ini pertama kalinya kami kesini. Letaknya di Jalan Adi Sucipto, Solo. Ancer-ancernya; dari Hotel Lor In, masih ke barat lagi, sebelum IHS. 

Sayangnya, saya lupa mem-foto tampak depan rumah makan ini, hehe.. Maaaafff...

Begitu masuk, saya bingung mau pilih tempat duduk dimana. Di dalam memang tidak terlalu ramai sih, karena memang pengunjungnya tidak terlalu banyak, jadi kami masih punya banyak pilihan tempat duduk. Akhirnya, kami memilih sebuah tempat dengan view ke belakang. 

lucu kan ya? Ada Liliput. :)
Kami pilih disini karena ada patung liliput yang lucu-lucu. Tujuannya sih biar anak-anak senang. :)
Melihat ke sebelah kanan, ada kereta juga. Sebelum makanan datang, kami sempat kesana, mengajak anak-anak duduk di dalamnya.

kereta mini
tempat duduk kami

Oiya, mau tau nggak, kami pesan apa? Hihihi... *sok penting banget sih arin...
Walaupun nggak ditanya, tapi saya tetep mau cerita, hahaha...

rawon bakar
Nah, itu pesanan saya, Rawon Bakar. Rasanya gimana? Hhmm...enak... Beneran. Dagingnya empuk, kuahnya juga pas rasanya. Saya kebetulan pakai semua sambal yang disediakan, dan itu menambah kelezatan rawonnya. Sayur-sayurannya segar, dan bersih-bersih. Makanya nggak heran kalau harganya Rp 22.000,-

Suami saya pesan Rawon Kuah, mirip rawon-rawon pada umumnya, dengan daging yang sudah dicampurkan di kuahnya. Rasanya juga enak. Cocok lah sama lidah kami. 

Untuk anak-anak, kami pesan sop ayam. Ini juga yummy banget lhoo.. Nggak nyangka deh disini makanannya enak-enak, karena dari luar memang kelihatan sepi pengunjung.

sop ayam

Tapi memang ada yang kurang. Untuk minumannya, suami pesan lemon squash, dan itu kurang greget, hehe... Kalau es campur pawonnya sih lumayan lah, segar... Jus jeruknya juga enak, pas.

Oya, kami juga sempat foto-foto lhoo, hihi... Sayang banget kan kalau patung-patung itu didiamkan saja? :)


Untuk pertemuan keluarga besar atau untuk arisan, tempat ini bisa dijadikan rujukan. Makanannya enak, harganya juga standar nggak kemahalan, dan yang juga penting buat yang punya anak kecil, ada arena yang cukup luas di belakang untuk bermain-main.

Oya, ini dia daftar menu yang sempat saya dokumentasikan. Selamat berkunjung kesana yaa... :)






Read More