Runtuh

Sunday, December 12, 2021

 

Kuterbangun lagi, di antara sepi
Hanya pikiran yang ramai
Mengutuki diri, tak bisa kembali
Tuk mengubah alur kisah

    Ketika mereka meminta tawa
    Ternyata rela tak semudah kata

*

Tak perlu khawatir kuhanya terluka
Terbiasa tuk pura-pura tertawa
Namun bolehkah s'kali saja kumenangis
Sebelum kembali membohongi diri

Ketika kau lelah, berhentilah dulu
Beri ruang, beri waktu

    Mereka bilang syukurilah saja
    Padahal rela tak semudah kata

*

Tak perlu khawatir kuhanya terluka
Terbiasa tuk pura-pura tertawa
Namun bolehkah s'kali saja kumenangis
Sebelum kembali membohongi diri

*

Kita hanyalah manusia yang terluka
Terbiasa tuk pura-pura tertawa
Namun bolehkah s'kali saja kumenangis
Kutak ingin lagi membohongi diri

Kuingin belajar menerima diri

Runtuh - Feby Putri feat Fiersa Besari

~

Runtuh

Saya sedang menyukai lagu baru dari dua musisi hebat ini. Judulnya Runtuh, liriknya mewakili jiwa-jiwa yang sedang rapuh. Pemilihan katanya begitu dalam, menyuarakan luka-luka yang secara sadar selalu berusaha dipendam. 

Sejujurnya, saya tertohok pada baris ini: Ketika mereka meminta tawa, ternyata rela tak semudah kata. 

Saya menyadari satu hal. Ketika seseorang mempercayai kita sebagai tempat curhatnya, kadangkala tak ada yang bisa kita katakan selain "sabar, yaa, ikhlasin aja". Meski tahu bahwa merelakan atau mengikhlaskan itu sangat susah, tapi kalimat itu seolah sudah jadi template jawaban yang paling gampang. :(

Masih ada lagi: Mereka bilang syukurilah saja, padahal rela tak semudah kata.

Huhu, tertohok dua kali. Dari lirik ini saya langsung teringat dengan materi Arisan Ilmu KEB Solo hari Minggu, tanggal 5 Desember yang lalu. Saat itu dokter berkata, "Seseorang yang mengalami depresi, bukan berarti tidak bisa bersyukur. Mengalami depresi juga bukan berarti kurang iman atau kurang ibadah." 

Ya, depresi bisa terjadi karena peliknya permasalahan yang dialami, dan itu belum tentu terjadi karena dirinya sendiri. Ada faktor lain yang bisa jadi pemicunya, misalnya:

  • kondisi keluarga yang punya history dengan mental illness
  • trauma masa kecil
  • permasalahan ekonomi
  • permasalahan rumah tangga
  • pengaruh alkohol atau obat-obatan terlarang
  • kesepian, dll

Jadi, sepertinya kurang bijak kalau misalnya ada teman yang sedang mengalami permasalahan dan memberanikan diri cerita pada kita, lalu dengan mudahnya kita jawab: Syukuri saja. Bahagia itu sederhana, ada dalam hati yang bersyukur.

Meskipun begitu, saya sangat setuju bahwa ketika kita mengalami permasalahan hidup, hal pertama yang harus kita lakukan adalah mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa. Saat kita yakin penuh bahwa pertolongan-Nya akan datang, insya Allah masalah seberat apapun bisa kita lewati.

Baca:  7 Cara Efektif Menghalau Stres. Cobain!

Dan setelah saya renungi, iman itu berhubungan dengan pola pikir. Saat kita percaya pada sesuatu dan meyakininya, maka hal yang kita yakini akan benar-benar terjadi.

Aaah, saya pernah menulis di sini: Heart Field; Usaha Saya Mengganti Kecewa dengan Rasa Bahagia

Nah, lewat lagu yang dihasilkan dari kolaborasi antara Feby Putri dan Fiersa Besari ini, kita diajarkan untuk belajar mendengarkan tanpa perlu memberikan saran atau penghakiman. Kalau kembali ke Arisan Ilmu KEB minggu lalu, dari penjelasan Dr. Afinia Permanasari, Sp. KJ, yang diperlukan oleh orang-orang yang sedang tenggelam dalam kesedihan hingga depresi adalah ini:

Bagaimana menghadapi orang depresi?

Validasi, seperti misalnya; Ini pasti berat buat kamu. Ngga apa-apa kok kalau kamu mau nangis. Dll

Self Esteem / Penghargaan, seperti dengan kalimat; Aku tau kamu kuat dan bisa melaluinya. Mungkin saat ini terasa berat, tapi aku yakin kamu kuat. Dll.

Support, seperti dengan mengucapkan; Kamu ngga sendirian, aku ada di sini buat kamu. Kalau butuh bantuan, jangan ragu untuk hubungi aku, yaa... Dll.

Bantuan agar tidak terlarut dalam kesedihan, dengan mengajak untuk berkegiatan, atau mencari bantuan dari profesional.

Yang pasti, saat kita mengalami sesuatu hal yang perih dalam hidup, ingat bahwa kita ngga sendirian mengalami ini. Yang diuji sama Tuhan tuh bukan cuma kita seorang. Jadi, ngga perlu malu mengakui kalau kita lemah, karena kita memang hanya manusia, bukan? Mau nangis? Monggo. Menangislah, karena menangis adalah salah satu cara mengungkapkan perasaan. Daripada dipendam, itu lebih baik daripada kita sok kuat.

Kalau dipikir-pikir lagi, sok kuat itu salah satu bentuk dari "membohongi diri sendiri". Ya ngga? Di sini, Feby dan Fiersa juga mengajak kita untuk berhenti membohongi diri sendiri. Setelah itu berhasil, kelak kita akan merasakan nikmatnya "menerima diri".

Saya jadi ingat pesan Bu Guru Ji Yoon-soo di drama Melancholia. Beliau berpesan pada Baek Seung-yoo: Jika terus tenggelam dalam kesedihan, pada akhirnya kamu akan mencapai titik terendah. Seperti keadaan kosong. Begitu melepaskan semuanya, kamu bisa memimpikan awal yang baru. Kamu bisa melihat hal-hal yang belum pernah terlihat

Membahas tentang persoalan hidup memang tak akan ada habisnya. Tapi kita bisa belajar dari lingkungan sekitar, dari orang-orang yang pernah mengalami masalah pelik dan berhasil bangkit, juga dari buku atau bahkan lagu. Lewat tulisan ini saya ingin berterima kasih pada Feby Putri dan Fiersa Besari, karena telah menciptakan syair seindah ini. :)



Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Silakan tinggalkan komentar yang baik dan sopan. Komentar yang menyertakan link hidup, mohon maaf harus saya hapus. Semoga silaturrahminya membawa manfaat ya...