Showing posts with label BloggerKAH. Show all posts
Showing posts with label BloggerKAH. Show all posts

Belajar Tegar dari Seorang Widi Utami, Blogger Perempuan Penyandang Tunarungu yang Sarat Prestasi

Saturday, March 25, 2017


Widi Utami

Kalau kita, mendengar dengan telinga, maka ia, mendengar dengan mata. Satu yang ditakutinya, gelap. Karena di tengah kegelapan, bukan saja ia tak bisa melihat, namun ia juga tak bisa mendengar.

Widi Utami namanya. Blogger sholihah, yang punya banyak cita-cita mulia. Ia adalah penulis yang hebat, meski di usianya yang ke empat, ia harus kehilangan fungsi indra pendengarnya karena jatuh saat berlari menyambut sang kakak.

Saya sering berbincang dengannya, karena saya, Mbak Widut (begitu kami akrab menyapanya) dan Mbak Rani, membentuk sebuah grup yang iseng kami beri nama #BloggerKAH. Nama #BloggerKAH diambil dari huruf depan nama anak-anak kami; Kevin, Amay & Aga, juga Han. 

Mbak Widut adalah penulis berbakat. Kalau teman-teman ingin membaca tulisan-tulisannya, blognya yaitu widiutami.com. Ia sudah mempunyai sebuah buku berjudul "Mahkota untuk Emak", yang saat launchingnya dihadiri oleh penulis terkenal Habiburrahman El Shirazy. Memang di buku itu kita tidak akan menemukan nama Widi Utami, karena disana ia menggunakan nama penanya, yaitu Mustika Ungu. Nama Mustika Ungu juga dipakainya sebagai username di twitter. Coba gih ke twitternya @MustikaUngu.

Jujur, berulang kali saya katakan pada Mbak Widut, bahwa saya menyukai gaya menulisnya. Siapa yang setuju dengan saya? Lewat kegiatan menulisnya di blog, Mbak Widut berulang kali menyabet juara. Ini jadi bukti bahwa menyandang tuna rungu, bukan berarti tak bisa berprestasi. Sejak saya mengenalnya, setidaknya Mbak Widut telah 2x memenangkan kompetisi menulis di blog.
1. Lomba blog SMS Bunda
2. Lomba Blog Liburan Ceria Bersama Tempra

Luar biasa ya? Saya yang "normal' aja belum pernah juara. Hiks. 😢😭😭

Widi Utami's Wedding Gown

Sama dengan saya, Mbak Widut menikah saat masih kuliah. Bedanya, saat ini Mbak Widut hampir resmi menyandang gelar sarjana, sedangkan saya masih begini-begini saja. Hahaha.. *lalu meratapi nasib*

Bukan bermaksud membela diri, tapi perempuan yang sudah menikah, pasti akan berhadapan dengan banyak hal yang perlu pertimbangan. Kalau saya, pertimbangannya lebih karena tidak ada yang membantu menjaga anak-anak, karena saya dan suami sama-sama merantau. Keinginan untuk melanjutkan kuliah pasti ada, dan masih ada sampai saat ini. Cuma, apakah keinginan itu bisa terwujud nanti, tergantung ridho Illahi dan suami. 🤣🤣

Ditanya tentang suka duka menikah di saat masih kuliah, begini jawaban Mbak Widut:
Sukanya: Ada suami yang membantu saat capek mengerjakan tugas. Yang tak kalah penting adalah, SPP dibayarin suami, haha... Selain itu suami juga bisa dijadikan tukang ojek yang siap antar jemput ke kampus, juga penerjemah saat mengurus adimnistrasi. 😂😂😂

Dukanya: Nggak sebebas saat single, dalam hal mengerjakan tugas. Maksudnya, kita jadi tak bebas begadang semalam suntuk karena memang ada hak suami (dan anak), jadi manajemen waktunya kudu pol-polan, nah, ini yang tidak semua orang bisa melakukannya (termasuk Arinta, hahahaha). "Karena aku rasanya setelah ngasuh si K pengennya bobok jugak." kata Mbak Widut lagi. 

Sekarang, menuju waktu sidang, Mbak Widut sangat merasa beruntung bersuamikan seorang freelancer. "Coba kalau suamiku kerja kantoran..." tambahnya lagi.

Hehehe, Allah itu memang Maha Tahu kebutuhan hamba-Nya yaa... Pokoke syemangat ya Mbak Widut. Habis ini, waktumu jadi lebih banyak buat si K. Dan tentu jadi lebih siap buat bikin adiknya 'kan? #eh 🤣🤣

Widi Utami dan Kevin


Read More

Rekomendasi Buku Kisah Keteladanan untuk Usia 3-7 Tahun

Sunday, March 19, 2017

Seri Kisah Teladan; Menolong Binatang dan Akibat Sombong
Penulis: Idris Sardi
Ilustrator: Rendra M. Ridwan
Penerbit: Muffin Graphics (PT Mizan Pustaka)

Tahun terbit: Cetakan ke-1, Oktober 2014


2 tahun yang lalu, seorang teman menghadiahi Amay 2 buah buku. Teman baik itu bernama Tante Rina. *Hello Tante Rinaaa.. ❤❤* Buku ini baguuus banget. Apa sajakah itu? Yang pertama berjudul "Menolong Binatang", dan yang lainnya berjudul "Akibat Sombong". Sebagus apa buku itu? Baiklah, saya akan ceritakan keduanya.


1. Menolong Binatang

Menolong Binatang, kisah teladan untuk anak usia 3-7 tahun

Buku ini mengisahkan tentang seorang pemuda yang kehabisan bekal dan kehausan saat menempuh perjalanan yang jauh. Alhamdulillah, akhirnya ia menemukan sumur. Sumur itu tidak memiliki timba, sehingga untuk minum, terpaksa ia harus masuk ke dalamnya. Saat kembali ke atas, ada seekor anjing yang terlihat kehausan. Pemuda itu pun kembali masuk ke dalam sumur tersebut untuk mengambilkan air bagi anjing itu.

Karena kebaikannya pada si anjing, Allah pun mengampuni dosa-dosanya.



Amanah dari cerita di atas, antara lain:
1.       Kita harus berbuat baik pada binatang. Sedekah, meski “hanya” berupa air, ternyata sangat besar nilainya, hingga Allah menghadiahkan surga.

2.       Anjing biasanya merupakan binatang yang dihindari karena najisnya. Tapi karena anjing juga merupakan makhluq ciptaan Allah, kita tetap harus menyayanginya. Toh, najis masih bisa dibersihkan, iya ‘kan? 


2. Akibat Sombong


Akibat Sombong, kisah teladan untuk anak usia 3-7 tahun

Kisah tentang Qarun yang kaya tapi sombong, diceritakan dalam buku ini. Bagaimana Allah mengangkat Qarun dari kemiskinan, hingga kemudian ia berlimpah kekayaan, menjadi pejabat dan memiliki ratusan pelayan, dan ketika Allah menghukum Qarun yang sombong dan kikir dengan menenggelamkan dirinya beserta seluruh harta dan istananya.




Inilah awal mula istilah harta karun itu.

Amanah dari buku ini, adalah:
Harta yang kita miliki sesungguhnya hanya titipan dari Allah SWT. Kapanpun Allah berkehendak mengambilnya, maka bagi-Nya sangatlah mudah. Oleh karena itu, kita tidak boleh sombong dengan apa yang melekat pada kita, karena pada dasarnya kita tidak memiliki apa-apa.


Selain dari isinya yang mengajarkan keteladanan, ada hal lain yang saya sukai dari buku ini.
·         Bahasanya sederhana, mudah dimengerti oleh anak-anak.
·         Ilustrasinya bagus. Meski belum bisa membaca, tapi Amay yang saat itu berumur 4 tahun, bisa memahami isi buku ini dengan hanya membaca gambarnya.
·         Menggunakan “hard paper”, sehingga saya tidak khawatir buku ini akan mudah rusak ketika “dibaca” anak-anak. Kalau tidak salah, istilah untuk buku jenis ini adalah “board book” ya?
·         Tiap suku kata diberi warna yang berbeda. Ini memudahkan sekali ketika Amay belajar membaca. Dan buku berjudul “Menolong Binatang” adalah buku pertama yang berhasil Amay baca dari awal hingga akhir, setelah ia bisa membaca.





Seri Kisah Teladan recommended sekali untuk anak usia 3-7 tahun. Bahkan Aga yang masih batita pun suka. Nah, kalau buku kesukaan Han dan Kevin, kira-kira apa ya? Baca buku anaknya Mbak Rani dan Mbak Widut yaa...
Read More

PDKT Sama Mantan yang Sudah Punya Pasangan, Yay or Nay?

Sunday, February 19, 2017

Bulan ini tema yang diangkat #bloggerKAH memang rada serem. Haha... Baca Antara Mantan dan Sahabat nya Mba Rani dan tulisan Mba Widut tentang Bersahabat dengan Mantannya Pasangan, Yay or Nay?.

Iya, temanya tentang "MANTAN", yang kata orang yang susah move on, "buanglah mantan pada tempatnya." Kenapa saya bilang kalau orang-orang yang bilang seperti itu adalah orang yang susah move on? Karena eh karena, menurut saya berarti dia masih kepikiran sama mantannya, masih belum bisa melepaskan dan mengikhlaskan perpisahan yang mereka alami.

Kurang lebih kayak gini lah:

quote tentang mantan

Kalau orang sudah berdamai dengan masa lalu, jadinya seperti Rossa dengan Yoyo "Padi". Kita pasti tahu ya gimana sakitnya Rossa, tapi dia toh terlihat engga apa-apa. Beberapa kali saya lihat Rossa mem-post foto Yoyo (begitu juga sebaliknya) di Instagram dengan caption yang saling men-support satu sama lain. That was great, right?

Tapi sebenarnya yang ingin saya bahas di tulisan kali ini bukan soal itu sih. Saya pengen tulis tentang, bagaimana jika kita belum bisa move on dari mantan, PENGEN BALIKAN, sementara mantan kita ternyata sudah punya pasangan, dan bahagia dengan keluarga barunya? 

Ini bukan pengalaman pribadi yaaa, karena mantan saya cuma 2. Yang satu sudah berkeluarga, yang satunya lagi juga sudah bahagia dengan saya. EH? Iyaaa, ngga salah. Saya memang nikah sama mantan. Mantan yang ini adalah mantan terindah, hehe...

Saya tergelitik menuliskan ini karena suatu hari di sebuah grup chatting, saya, Mbak Rani dan Mbak Widut terlibat pembicaraan serius. Hihihi... Tentang apa? Ya tentang mantan, wkwkwk... Entah ya, bicara soal mantan - mantannya orang sih -  selalu ada sisi menarik. Kadang dari curhatan seseorang di sosial media, kita jadi punya bahan tulisan kan? xixixi...

Lalu, menurut saya, PDKT sama mantan yang sudah punya pasangan itu, yay atau nay?

Kalau saya, NAY. Kenapa?

1. Saya punya value

Iyalah. Saya punya harga diri jadi ngga mau merebut "laki orang". Apalagi dunia sosmed sekarang kejaaammm... Saya ngga mau lah, dibully banyak orang dan dapet julukan "pelakor". Hhhmmm...

Tapi kan, you deserve to be happy, Rin. Kalau kamu cuma bisa bahagia sama mantan kamu, usahakan dong!

Barangkali ada yang berpikir seperti "kalimat miring" di atas? Menurut saya, bahagianya kita itu kita yang menciptakan. Jangan sampai tersugesti kalau kita cuma bisa bahagia kalau hal-hal yang kita inginkan terwujud dengan sempurna. Saya juga tidak akan menggantungkan kebahagiaan saya cuma pada satu orang. Ini merugikan diri saya sendiri. Betul apa benar? Hehe...

Happiness is made, not given.
"Tak perlu menunggu sempurna untuk bisa berbahagia, karena kebahagiaan itu dicipta, bukan diminta." Kalimat barusan adalah quote yang saya buat waktu ada lomba #k3bkartinian di instagram @emak2blogger 


2. Saya tidak ingin berbahagia di atas penderitaan orang lain

Bisa mendapatkan apa yang kita impikan atau dambakan memang membahagiakan. Tapi jika kebahagiaan itu kita dapat dengan cara yang kurang baik, dalam hal ini merebutnya dari keluarga sang mantan, apakah kita bisa hidup tenang?

Do'a orang yang teraniaya itu mustajab. Ngeri kan, kalau saya dido'akan yang buruk-buruk?


3. Saya takut dengan karma

Masih ada kaitannya dengan poin nomer 2 di atas. Apa yang kita tanam, itu yang akan kita tuai, kan? Lah kalau cuma saya yang "menikmati" keburukan saya sih ngga masalah ya, memang begitu hukumnya. Tapi kalau kemudian keluarga atau keturunan saya juga ikut merasakan akibatnya, kan kasihan. :(


4. Saya ngga mau dibilang ngga laku

Oke poin terakhir ini memang sedikit sentimentil. Hihihi... Tapi ini masih ada hubungannya dengan poin pertama ya, bahwa orang yang punya harga diri dan tentunya masih punya rasa malu, tentu tak akan mau mengganggu rumah tangga orang lain.

Mantan adalah orang yang pernah kita sayangi memang. Tapi kalau harus mengenangnya dalam-dalam, kita sendiri yang akan merugi. Sifat seperti tadi hanya akan makin menjauhkan kita dari pintu kebahagiaan. Kita terpenjara dalam jeruji yang kita bangun sendiri.

Move on, cari orang lain yang lebih baik lagi. Cinta bisa tumbuh seiring berjalannya waktu. Seperti pepata Jawa, witing tresno jalaran saka kulino.

Akhirul kalam, ini buat kamu yang masih tergoda untuk mengganggu rumah tangga orang, dalam hal ini rumah tangga mantan: Percaya pada dirimu bahwa kamu punya value. Jangan sampai tindakanmu membuat orang lain berpikir kalau kamu merebut pasangan orang lain karena kamu ngga laku-laku.



Read More

Ingatan Terdalam: Lambe Njedor dan Jari Temumulen

Thursday, January 19, 2017

Siapa yang masih ingat kenangan-kenangan waktu kecil? Di umur berapa sih, kenangan-kenangan yang terdalam yang bisa teman-teman ingat? Adakah yang masih ingat peristiwa yang terjadi saat umur 1 tahun? Kalau ada, salut saya. Wow pokoknya.

Kenapa? Karena saya sendiri hanya bisa mengingat kenangan saya di umur 3 tahunan. Waktu itu saya bangun tidur siang, dan menangis karena pergelangan tangan saya disengat tawon. Dulu rumah saya belum ada plafonnya. Dan tawon-tawon itu membuat rumah di reng (bambu-bambu tempat menaruh genteng).

Sebelum hari itu, kayaknya saya belum hidup. Hihihi, soalnya saya sama sekali ngga ingat. Waktu cerita itu ke Bapak, beliau heran. "Terus, pas diboncengke Bapak nganggo Vespa kae, ndak ora kelingan?" tanya beliau, dan saya jawab dengan gelengan.

Kata Bapak, dulu saya ceriwis sekali kalau di rumah. Kalau di depan orang lain, langsung berubah jadi pendiam. Istilahnya, jago kandang doang. Nah, katanya sih saya paling suka berdiri di depan saat Bapak mengendarai Vespa. Dan kalau sudah di atas Vespa yang sedang berjalan, saya bisa bicara sendiri dan menyanyi sesuka hati. Lagi-lagi, itu cerita Bapak, yang tak saya ingat sedikitpun.

Oya, waktu kecil dulu, saya sering main di pondok. Pondok yang saya maksud adalah Pondok Pesantren Al-Falah, tak jauh dari rumah saya. Mbah Putri saya (nenek dari bapak), tinggal di dalam komplek pondok karena menikah dengan pendiri pondok pesantren itu. Waktu kecil dulu, saya sering main ke rumah Mbah, dan bermain dengan Mbak Ani, sepupu sekaligus putri dari penerus pesantren, Pak Kyai Dja'far.

Di depan kediaman Mbah Putri, ada pondok putra yang punya dua lantai. Saya yang udik, seringkali naik turun tangga. Naiknya lewat tangga, turunnya merosot di railing yang terbuat dari beton. Dan "kelincahan" saya itu sukses membuat bibir atas saya pecah, karena saya terguling. Nangis sih, tapi ngga kapok, dan saya kembali jatuh. Makanya kalau bibir atas saya tebal, jangan heran yaa.. Dulu Mas Pepi dan Mba Ita sering banget menggoda saya, "Wuuu..lambe njedor," kata mereka.

Oya, setelah bangun tidur dalam keadaan tersengat tawon itu, besoknya kayaknya saya ikut sekolah di TK Masyithoh. Ikut-ikutan aja sih..wong umur saya baru 3 tahunan kan... Dulu mah ngga ada playgroup atau PAUD gitu. TK aja masuknya umur 5 tahun kan? Nah karena saya waktu itu jadi yang terkecil, ngga ngerti apa-apa, kayaknya saya sempat di-bully deh, dan itu membuat saya kapok sekolah. Wajah saya memang bulliable sih yaa..

Akhirnya, tahun depannya, saya ikut sekolah lagi. Umur saya genap 4 tahun. Awalnya cuma dititipin, tapi saya jadi murid TK beneran, dan diluluskan karena saya ngga mau ngulang. Haha... Dan memang saya masuk SD umur 5 tahun, sehingga lulus SMA pas banget 17 tahun. Tapi ini jangan ditiru, karena saya merasa usia saya yang kurang matang membuat saya ngga maksimal dalam menyerap ilmu pelajaran. Tapi ya terserah juga sih, kalau dirasa mampu ya monggo. Cumaaa, yang bisa mengukur kemampuan anak kan anak itu sendiri, bukan orang tua. Ya kan? Hehe...

Kembali ke laptop....

Masa kecil saya memang banyak bahagianya, tapi banyak sialnya juga. Kalau tadi saya cerita kalau pernah jatuh ngglundung dari tangga, tangan kanan saya juga seriiiiing banget kecepit pintu. Anehnya, saya ini ngga kapok atau trauma mainan pintu gitu deh. Walhasil, karena sering banget kecepit pintu, jari telunjuk saya temumulen. Temumulen itu apa yaa, pokoknya bernanah gitu deh. Sampai jarinya bolong. Waktu SD sih masih ada bekas bolongnya, tapi sekarang sudah hilang. :D


Bapak, Ibu, Mba Ita, Mas Pepi, dan yang paling imut itu, saya. Haha..

Selain jari yang kecepit dan jadi bernanah itu, saya juga sempat kecelakaan sepeda, 2 kali. Yang pertama waktu dibonceng sama Mbak Pondok (santriwati) pakai sepeda mini. Kami jatuh di perempatan dekat pondok, dan kaki saya sukses masuk jeruji rodanya. Oya, waktu itu sama Mbak Ani juga. Jadi yang dibonceng itu dua anak.

Kecelakaan kedua, waktu ngaji di masjid dan mau shalat isya. Saya ketabrak sepeda. Kelopak mata kanan bagian bawah pecah sedikit. Ngga cuma lecet loh yaa, tapi sampe pecah. Entah gimana saya dibawa pulang ke rumah, pokoknya yang saya ingat saya sudah dipegangi ibu dan mau ditetesi obat merah oleh Mamak (Bude Lasirin). Inget banget deh gimana cengengnya saya, menangis meronta-ronta, haha...

Yah begitulah kisah seru saya waktu kecil dulu. Tapi meski banyak sialnya, perasaan hati saya super duper bahagia. Orang-orang di sekeliling saya memberikan kasih sayang yang besar pada saya. Alhamdulillah. Jadi pengen kembali ke masa itu deh ah.. :)

Oya, tulisan ini diposting bareng #bloggerKAH. Baca kenangan Mba Rani disini yaa.. Sssttt..mereka curhat. :D


Read More

Hello, Salam dari Saya, Ibu yang Tak Sempurna!

Monday, December 19, 2016

Perang antar Mama masih sering kita temui hingga saat ini. Topiknya pun bermacam-macam. Mulai dari sufor vs ASI, popok kain vs diapers, sectio caesar vs partus spontan, homemade baby food vs MPASI instan, dan lain-lain.

Jadi ibu masa kini, apalagi bagi para ibu yang aktif berselancar di dunia maya, mesti punya hati yang seluas samudera. Salah-salah, bisa stress karena membaca status orang lain yang seolah-olah menghakimi kita, hehe... Tak hanya di dunia maya saja sebenarnya, kebesaran hati juga amat diperlukan ketika menghadapi pendapat orang lain akan hidup kita, di dunia nyata.

Saya ibu dari dua anak, yang memang sudah terlihat berbeda tak hanya dari fisik, tapi juga dari cara melahirkannya. Amay, si sulung, dikeluarkan paksa melalui perut saya. Dan Aga, adiknya, saya lahirkan per vaginam.

Komentar orang-orang pada Amay dan Aga bermacam-macam. Amay yang secara fisik mirip saya, -kurus dan terlihat seperti tulang berjalan-, dan Aga yang dari perawakan hingga struktur giginya mirip sekali dengan sang papa.

Aga 2 tahun

Amay, 2 tahun


Orang-orang sering membandingkan keduanya. Dulu, waktu saya belum memiliki Aga, komentar pedas mesti saya telan, sendirian. Saya pernah dibilang hanya mengurusi suami dan mengabaikan Amay, karena Amay bertubuh kecil. Kadang mereka yang berkomentar memang tak memikirkan bagaimana perasaan saya yaaa... Padahal kalau dipikir-pikir, ibu mana sih yang tak ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya? Ibu mana yang tak ingin melihat anaknya tumbuh "normal" seperti "dambaan" orang lain?

Kenapa kata normal dan dambaan saya beri tanda petik? Ya karena sering saya jumpai seseorang sedang mengharapkan anak orang lain tumbuh seperti yang dia inginkan. Padahal ibu si anak mah biasa aja.

Contoh kasus, "Amay beratnya berapa? Kelihatannya kurus ya? Minum susu nggak?" dan ketika saya jawab bahwa Amay ini full ASI sampai umur 2 tahun, ditambahi lagi deh kalimatnya, "Ooh...mestinya dikasih susu biar agak berisi. Kasihan lho, kayak anak kurang gizi." 😬😤

Ada yang begitu? Adaaaa... Saya sudah kenyang dengan sindiran seperti itu. Awalnya sih saya selalu jawab, "Amay ini doyan buah, doyan sayur juga lho... Makannya juga lahap koq." Tapi lama-kelamaan seiring dengan imunitas saya yang makin kebal terhadap nyinyiran, saya ladeni mereka dengan satu senyum saja. 😊

Amay kan memang seperti saya, mau makan sebanyak apa, badannya cuma segitu-gitu aja. Bisa naik paling sekilo-dua kilo, itu pun perlu waktu berbulan-bulan. Susahnya tuh ya, udah susah payah menaikkan berat badan, eeeh, langsung turun drastis hanya karena demam dua hari.

Beda dengan Amay, Aga, adiknya punya badan yang lebih montok. Orang-orang ngga akan percaya kalau Aga ini makan karbo-nya hanya sedikit. Jumlah suapan Aga itu ya, paling hanya sekitaran 6-10 suap sendok bayi. Tapi alhamdulillah Aga masih doyan sayur, meski dia hanya suka buah-buahan tertentu saja.

Kalau ditanya, koq bisa? Ya jawabnya takdir, hihihi... Aga sama lincahnya dengan Amay koq. Dia hobi banget main bola. Dia juga sering jalan cepat -kalau belum bisa dikatakan berlari- kesana kemari.


Dari rahim saya sudah lahir dua macam anak dengan perawakan tubuh yang berbeda. Monggo aja sih kalau masih mau nge-judge saya. Atau mau bilang saya lebih sayang Aga daripada Amay? It's a big NO!! Saya selalu berusaha memberikan kasih sayang yang sama pada dua anak laki-laki saya. Bahkan kalau boleh cerita yaa, saya dulu malah sering menangis waktu Aga bayi. Saya sering menangis karena merasa mengabaikan Amay. Mungkin itu termasuk baby blues syndrome. Tapi alhamdulillah ngga lama koq, dan saya mulai mencintai Aga sebesar cinta saya pada kakaknya.


Belum selesai soal berat badan, "keresahan mereka" merambah ke perkembangan fisik anak-anak saya.

Umur 8 bulan, gigi Amay belum keluar. Sedangkan teman sepantarannya yang lahir 2 minggu setelah Amay, sudah punya 2 gigi seri. Sambil bercanda, ibu si bayi bilang, "Untumu ndi, May? Iki wis biso nglethuk balung lho. (gigimu mana, May? Ini aja udah bisa makan tulang lho)"

Saya tau dia hanya bercanda. Tapi candaannya yang terus menerus dilontarkan tiap kami berjumpa, mau ngga mau bikin saya rendah diri juga. Apalagi gigi Amay yang terlambat tumbuh itu sempat membuat saya khawatir kalau-kalau Amay memang ngga punya gigi. Tapi alhamdulillah, umur 12 bulan, gigi seri bagian kiri atasnya muncul juga.

Amay 1 tahun, masih titah, gigi baru 1

Yup, gigi Amay yang tumbuh pertama itu adalah kado ulang tahunnya dari Allah. 😂

Nah, belajar dari pertumbuhan Amay, ketika di umur 8 bulan gigi Aga belum tumbuh, dan kejadian ini kembali "meresahkan" tetangga saya, saya mencoba menenangkan mereka dengan berkata, "Tenang...dulu Amay punya gigi pas umur 12 bulan." Alhamdulillah, mereka jadi tidak khawatir lagi. 😜

Urusan gigi sudah terlewati. Lalu apalagi?


Jalan.

"Maaayyy...lomba lari yuk, May!" dan saat itu Amay baru merangkak. Teman Amay yang 2 minggu lebih muda dari Amay itu sudah bisa jalan. Dia memang tidak melalui proses merangkak seperti Amay. Tapi Amay dibilang keasikan merangkak jadi males jalan.

Sabar...sabar... Dan tibalah saat yang dinanti-nanti, Amay bisa berjalan di umur 15 bulan. Hal ini saya jadikan acuan untuk perkembangan Aga. Sama dengan kakaknya, Aga juga melangkahkan kaki pertamanya di usia ini. Catatan ini saya jadikan senjata untuk menenangkan mereka yang resah dengan kemampuan berjalan Aga yang katanya cukup terlambat. 😀

Ngga apa-apa, saya mah santai orangnya. Lha wong kata ibu saya, Mas Pepi juga bisa jalan umur 18 bulan koq.😇

Selesai urusan jalan, yang masih saya hadapi saat ini adalah kemampuan bicara Aga. Aga kini 25 bulan dan kosa katanya baru beberapa saja.



Iya, Aga baru bisa mengucap "Ma, Pa, top! (stop!), dan ua (dari kata "aqua", minum maksudnya)" Entah darimana dia dapat kosakata terakhir itu. Padahal kami juga selalu mengatakan "mimik" atau "minum". Dan untuk kata "top!", itu karena setiap keluar dari kamar mandi, kami memintanya untuk berdiri di atas keset dulu. "Stop! Jangan jalan-jalan dulu nanti kepeleset!" gitu. Nah sekarang tanpa dikomando pun dia akan bilang "stop!" sendiri.

Apa saya ngga khawatir melihat Aga yang belum bisa bicara banyak kata? Tentu saja kekhawatiran itu ada. Tapi saya mencoba mengingat perkembangan Amay waktu dulu. Amay bisa mengucap kata "pipis" di usia 26 bulan. Ini yang mempermudah proses toilet training-nya dahulu. Di usia 26 bulan juga, Amay bisa mengucap kata "putuk" yang berarti "tutup", dan beberapa kata lain yang konsonannya masih terbalik-balik.

Mohon do'anya saja ya, supaya Aga segera bisa bicara banyak kata. 😊😊



Tulisan ini adalah curhat bareng dengan bloggerKAH. Baca tulisan Rani R Tyas disini, Widut disini, dan tamu kita Irawati Hamid disini
Read More

15 Sinetron Tahun 1990-an Sampai 2000-an Awal yang Terkenang Hingga Sekarang

Monday, September 19, 2016

Tahun '90-an awal, Uti memasang antena UHF. Maka setelah itu channel yang bisa kami tonton tak lagi hanya dua saja. Ada tambahan tiga channel lain, yakni: Indosiar, RCTI dan SCTV. Saya saat itu baru kelas 2 SD ketika "terpaksa" ikutan nonton sinetron macam Abad 21 dan Simphony Dua Hati. Iya..kalau malam 'kan memang ngga ada acara untuk anak-anak ya? Jadi waktu itu ikut-ikutan nonton deh meski ngga tau jalan ceritanya kayak gimana. Anehnya, saya malah ingat lagu alias soundtracknya dong.. >_<

Sebelum kemana-mana, saya, Mbak Widut dan Mbak Rani, memang lagi ingin bernostalgia. Kebetulan saja suatu hari tiba-tiba kami bahas persinetronan. Mbak Widut yang usianya sedikit (sedikit aja yaa..ngga usah banyak-banyak :D) di bawah kami, agak roaming juga dengan bahasan ini. Yang dia tahu mah cuma Bidadari, yang lagunya juga masih saya ingat, karena Bapak beberapa kali menertawakan saya yang gagal menyenandungkan kata "bersama...saaamaaa.." di bagian closing-nya.


Tapi ngga apa-apa, demi meramaikan bloggerKAH, Mbak Widut akan memeras otaknya koq.. Haha.. Tengok Sinetron yang ditonton Mba Widut, dan Sinetron Terbaik Sepanjang Masa versi Mba Rani. Oya, kita kedatangan tamu lagi, lho. Kalau bulan lalu kan tamunya Mami Susi, nah, kali ini ada Mba Dwi Sari yang cerdas, cantik dan baik hati. Tulisan Mba Dwi Sari alias Mba Nining ada disini yaa...

Mari kita awali persinetronan Indonesia dari;

1. Simphony Dua Hati

Sinetron ini diperankan oleh "pasangan ideal" di masa itu, yakni Paramitha Rusady dan Onky Alexander. Jangan tanya jalan ceritanya karena saya tidak ingat apa-apa. Tapi kalau lagunya, saya masih ingat. Sayang sekali ya, hubungan mereka harus kandas. Yah, meski keduanya saling mencintai, tapi kalau Allah menggariskan mereka hidup sendiri-sendiri, ya mau gimana lagi. Ya 'kan? Ya ampun, saya malah nggosip. >_<

2. Abad 21

Kalau tidak salah, sinetron ini dimainkan oleh aktor Dicky Wahyudi, artis cantik Lulu Tobing, dan ada juga Krisdayanti. Yang saya ingat dari sinetron ini, lagi-lagi, adalah soundtracknya. Mmm...lebih tepatnya sih waktu Krisdayanti teriak, "Benooooo...", gitu.

3. Noktah Merah Perkawinan

Demi apaaa saya nonton acara beginian waktu kecil dulu. Hahaha... Waktu nonton sinetron ini saya sudah agak paham lah. Sudah sedikit bisa menangkap apa yang terjadi dalam cerita ini. Ya, tentang broken home family, gitu deh.
Sinetron ini diperankan oleh; Ayu Azhari, Cok Simbara, dan anak-anaknya kalau ngga salah bernama Bagas dan Niken. Yang tak kalah fenomenal adalah Almarhum Mang Diman yang berperan sebagai sopir keluarga mereka.

4. Janjiku

Paramitha Rusady sepertinya memang jadi ratunya sinetron saat itu ya? Di Janjiku ini dia memainkan dua peran sekaligus, yaitu sebagai ibu dan anak. Si anak ini namanya Nada. Untuk teknologi saat itu, ini termasuk hebat yaa.. Dan saluuut buat Paramitha, karena susah lho berperan sebagai dua orang sekaligus dalam satu frame.
Dulu, tante saya sampai beli kasetnya lho, hahaha... Fenomenal!! :D

Sinetron Jadul
Paramitha Rusady di Sinetron Janjiku

5. Karmila

Masih diperankan oleh Paramitha Rusady. Sinetron ini diangkat dari Novel berjudul sama karya Marga T. Dua pemeran lainnya adalah aktor ganteng Atalarik Syach dan saudaranya Teddy Syach.
Ceritanya: Paramitha sebenarnya merupakan kekasih dari Atalarik Syach, tapi si Teddy Syach malah menghamili Paramitha ini. Selanjutnya yang terjadi adalah kebimbangan demi kebimbangan yang dialami oleh Paramitha.

6. Cinta

Sinetron ini menarik karena soundtracknya yang asik. "Bahasa Kalbu" by Titi DJ, siapa yang tidak suka? Diperankan oleh Desy Ratnasari, sinetron yang diangkat dari novel karya Mira W ini selalu saya rindukan kelanjutannya.
Apalagi openingnya pun dibuat berbeda dengan adanya sketsa wajah Desy Ratnasari yang jelita. Saya sukaaaa... :)

7. Cinta Berkalang Noda

Sinetron ini pun diangkat dari novel karya Mira W. Diperankan oleh Maudy Koesnaedy, Adjie Massaid, Ari Wibowo, dan ada juga Dian Nitami. Dari sinetron ini saya jadi tau Egi John Foreisythe. Dia saat itu berperan sebagai anak dari Maudy Koesnaedy. Sayangnya saya cari info lainnya koq ngga nemu. Dulu si Egi ini cakep banget deh. Saya sempat ngefans sama dia. Aktingnya juga udah bagus. Ingeeet banget waktu di closingnya itu dia nangis sambil nempel di pintu. Hhhhmmm...

Sayangnya, sekarang kenapa dia jadi "memble" begitu ya? Hedeeeh.. Nih foto Egi John waktu masih kecil, cakep banget kan?


Sinetron Egi John Foreisythe
Egi John Foreisythe waktu kecil

8. Deru Debu

Kelupaan.. Di SCTV, sore-sore, ada sinetron ini nih. Saya sebenernya ngga terlalu suka ceritanya, karena sinetron yang diperankan oleh Willy Dozan dan Ayuni Sukarman ini isinya berantem melulu. Saya sukanya cuma sama soundtracknya, karena Deru Debu dinyanyikan oleh almarhumah Nike Ardilla.
 

9. Jalan Makin Membara

Ini juga di SCTV dan berantem-beranteman juga. Pemeran utamanya adalah Dede Yusuf. Ending sinetron ini sedih banget, karena Dede Yusuf diceritakan hanyut di sungai dan tidak ditemukan setelah berusaha menolong anak-anak kecil yang berenang dan hampir tenggelam.

10. Keluarga Cemara

Selamat pagi Emak
Selamat pagi Abah
Mentari hari ini, berseri indah
 
Nah, ini yang paling ramah anak. Xixixixi... Ada Euis, si sulung yang rajin jualan Opak. Ara dan Agil yang lucu-lucu, juga Abah yang sabar dan sayang pada keluarga. Emak yang merindukan keluarga mereka yang mapan, yang pemerannya berganti-ganti dari Novia Kolopaking sampai Lia Waroka.
Saya sukaaa sekali dengan sinetron ini, karena bener-bener natural.

Sinetron Jadul


Baca: Nostalgia Penyanyi dan Lagu Anak Tahun '90-an


11. Si Doel Anak Sekolahan

Yak, sepertinya sinetron Indonesia yang sudah saya sebut di atas belum lengkap tanpa Si Doel ya? Iya, ini sinetron yang legendaris. Diperankan oleh Rano Karno, Mandra, Suti Karno, Benyamin S, Cornelia Agatha,  Maudy Koesnaedy, Hj. Aminah, juga H. Tile, sinetron ini benar-benar merupakan gambaran kehidupan masyarakat Betawi.
Ceritanya benar-benar seperti kehidupan nyata. Ada adegan Si Doel sedang menjemur kasur, Atun yang memetik nangka di halaman belakang, juga transaksi warung ala Mpok Lela. Ada tukang kredit keliling juga. Benar-benar natural. Beda banget dengan sinetron jaman sekarang ya?

12. Tersanjung

Wahaha...ini fenomenal. Karenaaaa...sinetron ini adalah pencetus sinetron yang panjang tak berujung. Bener-bener deh yaaa, pelopor yang kurang baik. :p
Awalnya saya suka, tapi lama-lama jadi males mengikuti kelanjutannya. Gimana enggak, pemeran Indah nya saja berganti 3x loh. Dari Lulu Tobing, Jihan Fahira sampai Cut Tary.
Entah gimana ending sinetron itu. Au ah lap... >_<

13. Bidadari

Yahahaha.. Sama kayak Mbak Widut saya juga suka nonton sinetron ini. Ini juga lama diputarnya nih. Bidadarinya berubah dari Ayu Azhari ke Marini Zumarnis. Tapi seperti Tersanjung, lama-lama ceritanya jadi membosankan.
Sinetron inilah yang membesarkan nama Marshanda.

14. Kisah Sedih di Hari Minggu

Masih diperankan oleh Marshanda, juga Egi John Foreisythe dan Chacha Frederica. Di sinetron ini sepertinya Gading Marten memulai karirnya. Artis seniornya ada Ira Wibowo dan Meriam Bellina. Saya kurang suka dengan jalan ceritanya karena si Meriam Bellina terlalu kejam. Dia suka sekali menyiksa Marshanda dan Ira Wibowo (ibunya Marshanda), dan siksaannya kurang masuk akal deh... :(

15. Pernikahan Dini

Yak, sempat menuai kontroversi karena walaupun niatnya untuk edukasi, akan tetapi malah dianggap mengajarkan untuk MBA (Married by Accident). Ditayangkan tiap malam minggu, Pernikahan Dini lah yang melambungkan nama Agnes Monica sebagai pesinetron. Sebelumnya AgnesMo lebih dikenal sebagai penyanyi dan MC cilik, meski pernah membintangi sinetron berjudul Mister Hologram dan Lupus.

Snetron Pernikahan Dini
potongan sinetron Pernikahan Dini
 
Yaaa... Itulah 15 sinetron tahun 90'an yang terngiang-ngiang di kepala. Ada banyak sinetron lain sebenarnya, tapi kenangannya biasa-biasa saja.

Sinetron jaman dulu dengan jaman sekarang itu memang jauh berbeda. Salah satunya adalah kualitas akting para pemainnya. Kalau dulu, mungkin karena tayangnya sekali seminggu, jadi jika aktingnya dirasa kurang, pasti akan diulang sampai mendapatkan hasil yang memuaskan. Kalau sinetron jaman sekarang, barangkali karena stripping, jadi hasilnya asal-asalan.

Yang berikutnya, sinetron jaman sekarang itu alurnya tidak jelas. Bahkan mungkin pemainnya sendiri pun tidak tau akan berakhir seperti apa ceritanya nanti. Beda dengan sinetron jaman dulu yang "punya akhir", jadi ceritanya tidak menggantung.

Terus terang, saya merindukan sinetron dengan kualitas akting dan kualitas cerita sebagus sinetron jaman dulu. Yah, jadi para penikmat sinetron (macam saya) tuh nggak dibodoh-bodohin amat sama cerita yang nggak bermutu, gitu loh.

Nah, kalau kamu, sukanya sinetron yang seperti apa? Trus, punya judul favorit juga nggak? Share yuk di komentar... :)
 
 
 
Read More