Showing posts with label Muhasabah. Show all posts
Showing posts with label Muhasabah. Show all posts

Kirim Paketmu Via Paxel, Sehari Langsung Sampai

Friday, November 30, 2018

Beberapa waktu terakhir, teman-teman blogger ramai membicarakan sebuah perusahaan baru di bidang pengiriman logistik bernama Paxel. Awalnya saya sempat skeptis, "Yang bener aja, masa bikin ekspedisi sehari sampai? Oh, mungkin maksudnya cuma dalam kota aja kali yaa... Tapi kalau cuma dalam kota mah, bisa dikirim pakai motor aja dong, kayak yang sudah-sudah? Ini yang bikin Paxel apa nggak salah strategi nih?" begitu batin saya.

Dan saat mendapatkan undangan untuk hadir dalam acara Blogger Gathering with Paxel, saya langsung semangat. Saya minta izin pada suami, apakah boleh datang ke acara itu? Alhamdulillah, suami mengizinkan. Bahkan, jika rencana awalnya saya akan mengajak Aga ikut serta, suami malah menyarankan agar Amay Aga di rumah saja bersamanya. Alhamdulillah. Padahal jadwalnya cukup lama, lho, karena acaranya sendiri dimulai pukul 14:00 dan berakhir pukul 18:00. Tapi alhamdulillah, suami sangat mendukung kegiatan saya ini. Jadi, saya tak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. Saya harus mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang tadinya hanya berputar-putar di kepala saja.

Tibalah saatnya acara dimulai. Setelah menyanyikan lagu Indonesia Raya, MC mempersilakan Bapak Johari Zein, co-founder Paxel untuk berbicara di depan. Terus terang nih, saat baru datang dan memasuki ruangan, saya sempat berpapasan dengan beliau. My first impression about him be like, "Waduh, kok agak serem nih," hihi... Soalnya beliau ini cool banget.

Pak Johari Zein, co-founder Paxel

Tapi kemudian pandangan saya berubah 180 derajat, setelah beberapa menit beliau berbicara di depan.

FYI, Bapak Johari Zein, pada tahun 1990 - 2016, merupakan salah satu dari dewan direksi JNE. Tahun 2016 beliau keluar dari jajaran direksi, kemudian menjadi komisaris JNE sampai saat ini. Setelah menjadi komisaris itulah, beliau memiliki banyak waktu luang, dan beliau pun menggunakan waktunya untuk mewujudkan ide-ide briliannya, salah satunya yaitu Paxel. Selain sebagai co-founder Paxel, beliau juga merupakan founder OMIYAGO INDONESIA, #BuahTanganOnTheGo. Kapan-kapan saya tulis tentang OMIYAGO ini deh. :)

Pak Johari Zein ini seorang mualaf, dan dalam menjalankan bisnisnya, beliau tidak pernah terlepas dari tuntunan ayat-ayat Al-Qur'an. Salah satunya adalah apa yang terdapat dalam Q.S Al-Ma'un. Inilah yang membuat pandangan saya terhadap beliau berubah. Bukan karena mualafnya ya, tapi karena Spiritual Manajemen yang dianutnya.

Q.S Al-Ma'un

Pak Johari Zein meyakini bahwa bisnis kita akan berkembang dengan baik, jika kita menjalankan apa yang Tuhan perintahkan, di antaranya adalah dengan berbuat baik pada sesama. "Sesama" ini dimulai dari dalam perusahaan itu sendiri, contohnya dengan penggunaan istilah Happiness Hero, Pahlawan Kebahagiaan, untuk menggantikan kata "kurir".

Luar biasa yaa.. Kita yang mendengar istilah Happiness Hero saja ikut bahagia 'kan? Iya, memang sama-sama kurir, tapi dari istilah yang dipakai, sudah terasa "nguwongke" atau "ngajeni" sesama manusia, ya nggak? Sama halnya dengan istilah Asisten Rumah Tangga untuk menggantikan kata "pembantu". Terdengar dan terasa lebih halus, bukan?

Kalau kurirnya saja disebut dengan Happiness Hero, berarti yang dibawanya adalah kebaikan dan kebahagiaan. Dan untuk membawakan kebaikan dan kebahagiaan, Hero harus bahagia dan baik juga kan? Logikanya seperti itu. Ini sesuai dengan misi Paxel untuk #AntarkanKebaikan.

Tak hanya baik pada diri sendiri (perusahaan dan semua yang terlibat di dalamnya), Paxel juga baik pada orang lain. Paxel ini perusahaan baru, belum banyak keuntungannya, tapi Paxel sudah #AntarkanKebaikan ke mana-mana. Contohnya, Paxel berbagi komputer ke sebuah sekolah terpencil di Serang. Selain itu, Paxel juga menjadi donatur tetap Rumah Harapan Indonesia.

Rumah Harapan Indonesia adalah rumah singgah untuk anak-anak yang sakit (usia 0-17 tahun) dari keluarga tidak mampu yang berasal dari luar Jakarta, yang dirujuk untuk berobat atau rawat jalan di Jakarta. Founder-nya adalah Kak Valencia Mieke Randa.


Mendengar cerita Kak Valen mata saya sempat menggenang. Bagaimana tidak? Ada seorang adik yang bahkan sudah divonis oleh dokter bahwa hidupnya tak lama lagi, tapi karena Kak Valen meyakini bahwa hati yang gembira adalah obat yang paling mujarab, adik itu sekarang sudah sehat. Luar biasa ya?

Kak Valen berpesan, "Kalau kita pernah mendapatkan kebaikan dari orang lain, jangan biarkan kebaikan itu putus di tangan kita. Jadilah pengantar kebaikan, dan dengan itu kita bisa mewujudkan rantai kebaikan (kebaikan yang tak pernah putus)." Pesan ini saya catat dalam ingatan. Nah, untuk teman-teman yang membutuhkan informasi lebih jauh tentang Rumah Harapan Indonesia ini, silakan mengunjungi http://rumah-harapan.com/.

Kembali ke Paxel yaa...

MENGAPA DINAMAKAN PAXEL?

Paxel berasal dari kata Pax, yang artinya passenger (dalam hal ini adalah package atau paket), dan Accelerate yang artinya mempercepat. Paxel adalah perusahaan jasa pengiriman berbasis teknologi aplikasi, yang berkomitmen untuk mengirimkan paket dengan cepat.

"Paxel ini dibuat bukan untuk menyaingi JNE atau ekspedisi lainnya. Jauh lah." Kata Pak Johari Zein, saat menjawab pertanyaan saya, tentang jasa pengiriman yang sudah ada saat ini. "Tapi fokus dari Paxel, adalah mengirim barang di hari yang sama. Kalau dalam kota saja, bisa dikirim pakai motor, tapi kalau dari Solo sampai Jakarta? Gempor motornya," lanjut beliau sembari tertawa.

Okay, akhirnya pertanyaan saya terjawab. Jadi fokus dari Paxel adalah di same day service-nya. Makanya, Paxel baru dibuka di kota-kota yang ada bandaranya. Dan untuk mendukung layanan same day service ini, paket-paket di Paxel dikirim secara ESTAFET. Jadi, Hero di first mile dan last mile itu berbeda.

Lanjut yaa...

AREA JANGKAUAN PAXEL SAAT INI

Kemarin saya membuat status di whatsapp tentang Paxel, dan beberapa orang teman bertanya,

"Di Purworejo udah ada belum, Rin?"

"Di Kalimantan udah ada belum, Rin?"

Nah, di sini saya akan jawab. Karena Paxel ini masih baru, jadi Paxel baru tersedia di Jabodetabek, Bandung, Jogja, Solo, dan Semarang.

Area Jangkauan Paxel sementara ini

Tapi di acara kemarin, Paxel berjanji akan segera memperluas area jangkauan koq. Semoga segera sampai di kotamu yaa, biar aku bisa #AntarkanKebaikan ke situ. Eeeaaaa...


SIZE CHART

Dan yang membedakan Paxel dengan ekspedisi lainnya adalah, tarifnya tidak tergantung kilogram. Ada size chart sendiri, yaitu; small, medium, dan large. Maksimum ukuran paket yang bisa diterima adalah dengan dimensi 50cm x 50cm x 50cm. Kenapa? Karena Hero Paxel masih menggunakan sepeda motor untuk pick up barang kita.




BERAPA ONGKOS KIRIMNYA?

Nah, ini perbedaan Paxel dengan yang lain. Tarifnya flat.

Ongkos Kirim Via Paxel

Nggak bingung kan bacanya?

Jadi misal gini. Kemarin saya kirim barang ke area dalam kota, Solo-Solo, dengan ukuran small, ongkos kirimnya adalah Rp 18.000,-

Teman saya dari Solo, kirim barang ke Jakarta dengan ukuran large, ongkos kirimnya adalah sebesar Rp 80.000,-

Mahal? Sepintas memang terlihat mahal. Tapi untuk same day service, ongkos kirimnya masuk akal koq, daripada antar sendiri barangnya kan... Jadi misal butuh waktu buru-buru untuk kirim dokumen, jika memakai ekspedisi lainnya mungkin butuh waktu sampai keesokan harinya, bisa coba kirim via Paxel. 


KELEBIHAN PAXEL LAINNYA

Kelebihan Paxel

Kelebihan Paxel dibanding Ekspedisi lainnya, antara lain:

1. No Cancel --> Paketmu tidak akan ditolak, asalkan masih masuk di coverage area dan bukan barang-barang yang terlarang yaa...

2. Preferred Time Slot --> Kita bisa memilih waktu yang kita inginkan. Misal nih, seharusnya paket sampai di jam 14:00 - 16:00, tapi di jam itu kita masih ada di kantor sehingga rumah kosong, di situ kita bisa pilih waktu pengantaran, sampai jam 10 malam.

3. Flat Price --> Tarifnya flat

4. No Distance Limit --> Seperti yang sudah saya jelaskan di atas, bagi Paxel, jarak bukan masalah, karena sistem pengiriman barang dilakukan secara estafet.

5. Money Back Guarantee --> Kalau paketmu tidak terkirim tepat waktu, jangan khawatir, uangmu akan kembali.

6. Free Insurance up to 10 million IDR --> Kalau ada kehilangan atau kerusakan barang dalam pengiriman, tenang, ada asuransi sampai Rp 10 juta. Dan jika nilai barang yang dikirim lebih dari Rp 10 juta, disediakan opsi untuk membayar asuransi tambahan.

Oya, kemarin saya sempat kirim paket ke Semarang lho...

Hero Paxel, Full Smile

Setelah create shipment melalui aplikasi, saya menunggu Hero Paxel menjemput paket ke rumah. Bisa dilihat di tracking di bawah ini, paket saya dijemput sekitar jam 10:40 WIB, dan perkiraannya, barang akan sampai di Semarang antara pukul 20:00 - 22:00 WIB atau jam 8-10 malam.

Ya, tracking Paxel memang sangat detail.


Meski estimasi di aplikasi, barang akan sampai antara jam 8-10 malam, nyatanya sebelum maghrib barang sudah diantar. Alhamdulillah.

Foto di bawah adalah foto Mas Imam, kakak saya, saat menerima paket dari Hero Paxel di Semarang.



Di aplikasi pun kita bisa melihat apakah paket kita sudah benar-benar disampaikan atau belum. Di bagian atas ada simbol lonceng atau notifikasi, kita bisa klik kalimat "Check your Proof of Delivery" dan melihat dengan detail siapa penerimanya.

Nggak usah bingung dengan nama recipient-nya, kenapa Ika Puspitasari dan bukan Mas Imam seperti foto di atas, karena Mas Imam adalah suaminya. Wkwkwkwk...

Nggak usah bingung pula dengan nama Vina di "received by"-nya, karena Vina adalah anaknya. Xixixi...

Oya, dan sebagai bukti bahwa paket kita benar-benar telah disampaikan, Paxel akan memfoto penerima dan meminta tanda tangannya. Seperti yang tertera di bawah ini. 

Jadi misal yang menerima paket adalah tetangga kita, lalu tetangga kita nggak mau ngaku, kita bisa tunjukkan foto dan tanda tangannya di sini. Hayo, mau bohong lu? Hihii... Karena pernah kan ada kejadian, pembeli belum menerima barang, tapi dari ekspedisi mengaku sudah mengantarkan. Ternyata tetangganya nakal. 

Nah, via Paxel, kau takkan bisa berdusta. :D


Setelah membuktikan bahwa same day service yang ditawarkan Paxel bukan cuma bualan, rasanya saya jadi ingin berbisnis Frozen Food lagi.

Ingat kan, saya dulu pernah jualan Cilok dan Siomay? Dulu saya sering minta tolong pada Geget untuk mengantarkan Cilok dan Siomay kepada pelanggan di area Solo Raya. Dan untuk kiriman ke luar kota, karena Cilok dan Siomay yang saya jual bisa tahan sampai 3 hari di suhu ruang, saya mengusahakan mengirimnya dengan paket tercepat.

Tapi pernah, kiriman yang seharusnya sampai 2 hari kemudian (sesuai estimasi ekspedisi, dari Solo-Bandung), baru sampai ke tangan pelanggan di hari ke lima. Alhasil, Cilok dan Siomay sudah berjamur. Hiks... Saya pun rugi karena harus mengganti uang pembeli. Sedihnya, dari pihak ekspedisi tidak mau mengganti. *cry

Jadi teman-teman, yang punya bisnis Frozen Food, atau yang seperti Mbak Ety Abdoel, punya bisnis pizza yang pelanggannya sudah tersebar di mana-mana, coba kirim via Paxel deh. Download aplikasinya, pakai kode referral arintaadiningtyas (tanpa spasi) kalau pingin dapat 100K. Buruan! Promonya cuma sampai 7 Desember lho! Jangan sampai kelewatan. 

Dan dengan menggunakan Paxel, berarti teman-teman sudah #AntarkanKebaikan


Read More

4 Tips untuk Mengatasi Masalah Hidup

Thursday, November 29, 2018

4 Tips untuk Mengatasi Masalah Hidup, kayusirih.com

Di tulisan sebelumnya, saya membahas tentang kebahagiaan semu atau kebahagiaan yang dibuat-buat. Ya, kisah itu memang lahir dari cerita seorang sahabat, tentang bagaimana ia berpura-pura bahagia, agar orang lain tak mengetahui seberapa dalam luka yang disembunyikannya.

Sekali lagi, saya tidak memukul rata, bahwa orang yang banyak tertawa adalah orang yang sesungguhnya menyimpan banyak derita juga. Karena ada juga orang yang pembawaannya memang ceria, dan kehidupannya memang baik-baik saja. Dan tidak semua orang yang memiliki permasalahan hidup pun menjadi orang yang mudah tertawa, karena ada kalanya, justru mereka menjadi introvert karenanya.


Nah, mungkin ada yang bertanya, mengapa sebagian orang merasa sangat mudah untuk menghadapi masalah kehidupan, sementara di sisi lain, orang lain lebih mudah putus asa, tidak berdaya dan tertekan ketika menghadapi masalah yang sama

Yak, saya punya 4 tips yang bisa kita lakukan agar kita menjadi kuat dan tabah dalam menghadapi masalah kehidupan. 4 tips itu adalah:


1. Bersyukur

Bersyukur. It sounds cliche. Kelihatannya mudah sekali diucapkan, tapi sesungguhnya hal ini amat sulit dilakukan.

Betul, sesekali memang kita perlu mendongak, supaya kita termotivasi untuk memiliki hidup yang lebih baik, yang lebih bahagia. Tapi, kita tak boleh lupa untuk menunduk, memandang ke bawah, supaya kita sadar bahwa tak hanya kita saja yang diberi ujian. Orang lain pun tak lepas dari ujian-Nya, meski bentuk ujian itu berbeda-beda. Jika orang lain saja sanggup untuk menatap masa depan, pantaskah kita memilih untuk menyerah begitu saja pada keadaan?


diambil dari instagram @kampungakhirat_

2. Lapang Dada

Ust. Hanan Attaki berkata di sebuah video yang beredar di instagram, "Dada kita itu, sesak, tergantung kelapangannya, bukan tergantung masalahnya. Ada orang yang (punya) masalah sepele, bikin dia nyesek. Ada orang yang masalahnya udah luar biasa, dia masih kayak biasa-biasa aja. Kenapa? Bedanya bukan masalahnya, tapi yang membedakan itu adalah syarhus shodar-nya, lapang dadanya. Bukan masalahnya (yang) terlalu besar, tapi dadanya mungkin belum lapang. Sehingga salah satu yang kita selalu doain itu, Robbishshroh lii shodri, Ya Allah lapangkan dada saya. Lalu yang ke dua, Wa yassir lii amrii, Ya Allah mudahkan urusan saya. Jadi kalau dadanya sudah lapang, maka urusannya jadi mudah. Kalau dadanya sudah lapang, maka hidupnya jadi mudah. Kalau dadanya sudah lapang, maka hubungan dengan pasangannya jadi mudah. Kalau dadanya sudah lapang, maka hubungannya dengan partner atau teman kerja jadi mudah. Robbishshrohli shodri, wayassirlii amri..."

Lapang dada adalah tanda bahwa kita menerima apapun yang Allah gariskan untuk kita.


3. Berpikir ke depan

Orang yang terobsesi dengan masa lalu, atau istilahnya “Terjebak Nostalgia”, sesungguhnya adalah orang yang terpenjara, sehingga sulit untuk bergerak maju.. (Kayaknya Arin seperti ini juga nih, sukanya lihat-lihat masa lalu)

Orang seperti ini, saat menghadapi masalah, biasanya akan menyalahkan dirinya sendiri. Sementara itu, orang yang berpikir tentang masa depan, dia akan mencari solusi untuk masalah itu. Jadi, kalau kalian ingin menghadapi masalah hidup dengan cara yang baik, maka pikirkan dan hentikan keterikatan dengan masa lalu.

Sesekali menoleh ke belakang tentu dianjurkan, karena di sanalah kita bisa menemukan pelajaran. Tapi terlalu sering melihat ke belakang, justru bisa mencelakakan.


4. Mudah Melepaskan

Ada kalanya seseorang menjadi sangat bersedih manakala sesuatu hilang dari genggamannya. Sesuatu itu bisa berwujud harta benda, bisa juga orang kesayangan. Memahami bahwa sejatinya semua adalah titipan, adalah salah satu cara untuk berdamai dengan permasalahan hidup. Jadi, ketika sesuatu diambil dari kita, kita tidak akan berlarut-larut menyesalinya, karena kita paham, sebenarnya kita tidak memiliki apa-apa.


diambil dari instagram @KutipanSemangat 


Baiklah, itu dia 4 tips untuk mengatasi masalah hidup yang bisa saya sampaikan. Tulisan ini murni untuk mengingatkan diri saya pribadi, karena masih sering lalai. Dan untuk saudara-saudaraku yang sedang dihimpit masalah, sabar, semoga Allah segera beri jalan keluar. Arin selalu berdo'a untuk kebahagiaan kalian. ❤❤❤



Read More

Untuk Sebuah Kebahagiaan yang Dibuat-buat

Thursday, November 15, 2018

Di sebuah pertemuan, A terlihat sangat bahagia bertemu dengan kawan-kawannya. Sesekali dia melontarkan guyonan, yang membuat gengnya itu terbahak-bahak. Hening kemudian, setelah gelak tawa tumpah tak bersisa.

Seorang kawannya berbisik, "Are you okay? Kamu heboh banget hari ini, nggak kayak biasanya."

A memahami maksud sahabatnya. "Aku baik-baik aja, aku bahagia," katanya sambil menggelengkan kepala, dengan senyum yang tak pernah lepas dari bibirnya. Dia lupa, tatapan matanya tak bisa menyembunyikan apa-apa.

"Orang yang banyak ketawanya, biasanya banyak nangisnya juga," sahut sang sahabat lagi. "Tapi semoga kamu nggak termasuk di dalamnya."

"Kalau mau cerita, telingaku masih kusediakan untuk mendengarkan." ujar sang sahabat, sembari menatap A lekat-lekat.

A tersenyum. Dalam hati ia bersyukur memiliki sahabat seperti orang yang ada di hadapannya kini. Namun untuk saat ini, ia lebih memilih untuk menyimpan semuanya sendiri. Ia tak mau orang tahu duka apa yang sedang dijaganya. Ia hanya tersenyum, meski luka menjadi baju dan nafasnya. *pinjam potongan lirik Kerinduan - Payung Teduh
laugh a lot, hurt a lot. kayusirih.com

Cerita di atas hanya sebuah ilustrasi, terinspirasi dari kisah yang teman-teman saya alami. Apakah ada pembaca kayusirih yang mengalaminya juga? Kalian nggak sendirian. Ada banyak A di luar sana. Yang perlu kalian lakukan sekarang adalah mencari obatnya. Obatilah, sebelum lukamu semakin parah.

---

Banyak orang yang menyembunyikan luka di balik tawa. Mereka berusaha menyembuhkan perih di hati dengan caranya sendiri. Mereka tak ingin orang-orang di sekelilingnya merasakan sakit yang sama dengan yang dialaminya. Mereka pikir, kesedihan itu menular, jadi lebih baik kebahagiaan saja yang ia tularkan.

Seorang teman yang bernasib sama seperti A berujar, "Biar orang lihat bahagiaku aja, sedihku cukup aku aja yang tahu."

Walau dia sadar, kebahagiaannya hanya semu.

Palsu.

Karena muram yang masih membelenggu.


salah satu cara menyembunyikan kesedihan, pakailah topeng senyuman

Ingatan saya pun kembali ke tahun 2014. Saat itu, seorang komedian Hollywood, Robbin Williams, memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara mengerikan karena depresi yang dialaminya. Padahal dia kaya dan punya popularitas. Komedian pula. Seharusnya hidupnya penuh dengan canda tawa.

Atau jika kita mengingat apa yang terjadi pada Marshanda beberapa tahun lalu, kalau dipikir-pikir, Marshanda itu apa kurangnya? Dia cantik, kaya, karirnya bagus, saat itu sudah punya suami yang baik, ganteng, sholih dan setia, punya anak yang cerdas dan lucu juga. Kurang apa lagi?

Begitulah sebuah ironi. Sesuatu yang semestinya terjadi, justru bertentangan dengan realiti. Tapi kita bisa apa lagi, jika itu sudah kehendak Ilahi?
For indeed, happiness has nothing to do with money, beauty, or even popularity. 



"Hidup adalah kumpulan-kumpulan pilihan. Kalau bisa memilih untuk bahagia, kenapa harus tenggelam dalam derita? Kalau bisa bersyukur, kenapa harus menyesal?" Kata mereka.

Betul. Namun terkadang, kehidupan tak menawarkan pilihan dan hanya menuntut sebuah penerimaan. Seperti kita tidak dapat menolak turunnya hujan saat yang kita inginkan adalah kehangatan.

Jadi, untuk bahagia, tak ada cara lain selain menerima semuanya dengan lapang dada. Allah tak memberikan cobaan melebihi kemampuan hamba-Nya, bukan? 

Surrender, and you'll feel better

Untuk sakit yang kalian simpan sendirian, ayo lepaskan. Cari orang yang tepat, yang kalian percaya bisa membantu merawat luka yang kalian rasakan. Luka itu, sembuhkan. Jangan dibiarkan. Jangan sampai ia membunuhmu pelan-pelan.

Pada akhirnya, untuk kalian yang masih berjuang memaknai kebahagiaan, hanya do'a yang bisa kulangitkan... Dan satu yang harus kalian ingat: Kalian sangat berharga. Kalian berhak untuk bahagia. Bahagia yang sebenar-benarnya.

❤❤❤

Bersambung...





Read More

Tentang Memaafkan; Forgive, and You'll be Free

Tuesday, September 25, 2018


Pernah nggak, merasa marah banget sama seseorang karena orang tersebut udah judging, bahkan labeling anak kita? Kalau hanya kita yang diejek, mungkin kita bisa cuek. Tapi kalau udah bawa-bawa anak kita, darah daging kita yang kita rawat sedemikian rupa sedari ia berupa gumpalan daging, wajar kan ya kalau kita nggak terima?
 
 
Manfaat memaafkan bagi kesehatan mental


Begini, anak kedua saya memang sedikit mengalami keterlambatan bicara. Dan sejak pertengahan tahun lalu, di usianya yang hampir 3 tahun, saya mengajarinya mengucap suku kata per suku kata. Tujuannya untuk melatih dan melemaskan organ bicaranya.
 

Saya bukan orang yang abai terhadap perkembangan anak. Saya peduli, dan saya pun mengamati, memang perkembangan bicaranya sedikit lambat jika dibandingkan dengan waktu kakaknya seusianya. Tapi saya tidak rela jika ia disebut bisu, bahkan tuli. Jika teman-teman menjadi saya, sakit hati tidak jika ada seseorang mengatakan seperti ini, "Aga, jangan bisu dong! Ayo ngomong. Itu si A udah bisa nyanyi." Ini udah judging, comparing lagi. Periiih...

Saking sedihnya, saya sampai membuat tulisan ini: Mengapa Anak Saya Belum Bisa Bicara?

Waktu berlalu, sakit hati saya telah hilang, saya pun telah memaafkan, meskipun belum bisa melupakan. Tapi, beberapa waktu lalu, orang yang sama dengan yang dulu, kembali berkata, "Coba diperiksakan telinganya, takutnya ada gangguan pendengaran."

Saya sakit sekali. Sempat bertanya-tanya, sebenarnya beliau ini sering memperhatikan Aga atau tidak? Apakah ketika Aga diajak bicara, Aga tidak merespon dengan baik?

Saya bukan ingin membela diri. Tapi saya bisa membedakan bagaimana orang yang pendengarannya normal, bagaimana yang tidak. Salah satu sahabat saya di #bloggerKAH pun mengalami Hard of Hearing, Mbak Widut namanya. Mbak Widut bahkan menjelaskan, jika mengalami gangguan pendengaran, suaranya akan sengau, tapi Aga tidak. Kami pun masih bisa berkomunikasi meski tak saling bertatap muka, artinya, Aga tidak perlu "membaca bibir" saat berkomunikasi. 

Jujur, saya marah, saya sakit hati. Tapi satu yang saya syukuri, saya bukan tipe orang yang bisa dengan spontan meluapkan amarah. Jika saya demikian, tentu persoalan ini akan semakin melebar tak tentu arah. Efeknya memang, rasa marah yang terpendam ini membuat saya menangis selama beberapa hari.

Kepada saudara dan teman-teman dekat, akhirnya saya mencurahkan semua isi hati. Namun butuh waktu lumayan lama untuk menyembuhkan luka ini. Beberapa orang menyarankan untuk merekam aktivitas Aga (bagaimana ia menyanyi, bagaimana ia bicara), untuk membuktikan bahwa apa yang telah orang tersebut katakan tidaklah benar.

Ya, Aga telah menunjukkan banyak kemajuan, andai beliau mau mengakuinya. Kosakatanya sudah semakin banyak, beberapa huruf pun sudah semakin jelas. Saya pun beberapa kali mengunggah video Aga ketika berdo'a, berhitung dan bernyanyi. Untuk apa? Supaya beliau melihatnya.

Hingga kemudian, beberapa hari yang lalu saya tersadar. Saya pun menertawakan diri saya sendiri. Why should i do those stupid things (videoin Aga pas ngomong, pas nyanyi), hanya untuk membuktikan pada beliau, bahwa apa yang dipikirkannya tentang Aga tidaklah benar.

Pembuktian-pembuktian seperti itu benar-benar tak ada gunanya, sia-sia belaka.

Dan seperti kata Payung Teduh di lagunya yang berjudul "Di Atas Meja", mengapa takut pada lara, sementara semua rasa bisa kita cipta? Kita bisa memilih untuk stay cool, kalem, dan optimis, alih-alih dikalahkan oleh perasaan sedih, kesel, nggerundel, and at the end, cuma bisa nangis.


Manfaat memaafkan bagi kesehatan mental
Mahatma Gandhi's Quote about forgiveness, from Quotefancy
---

Kemudian akhirnya, setelah perenungan yang cukup panjang, saya kemudian memutuskan untuk memaafkan. Memaafkan tanpa syarat. Sungguh, ketika saya menuliskan ini, sakit hati saya sudah hilang. 

Waktu itu, entah kenapa saat sholat ashar, tiba-tiba saya menangis sesenggukan. Tiba-tiba saya diingatkan kalau dosa saya ada banyak sekali, dan tidak ada lagi yang saya harapkan selain mendapatkan ampunan.

Saat itulah saya tersadar bahwa kita semua membutuhkan maaf. Kita butuh ampunan. Dan entah kenapa, lagi-lagi dengan sangat tiba-tiba, saya memutuskan bahwa saya harus memaafkan siapapun yang telah menyakiti hati saya. Siapa tau itu jadi jalan agar Allah berkenan mengampuni seluruh dosa saya.

Saya jadi teringat sebuah artikel tentang "memaafkan", yang saya baca dari Majalah Pesona sekitar tahun 2016 yang lalu. Ada quote indah sebagai pembuka. 

"Memaafkan. Sepenggal kata sederhana, sulit dilakukan, tapi berdampak penyembuhan." 

Percaya atau tidak, disana tertulis kisah nyata seorang Yeyen, yang sembuh dari ancaman kanker ganas di payudaranya. Dan ajaib, benjolan itu lenyap tanpa operasi, setelah ia melepaskan dendam dan sakit hati. Ia sembuh setelah melepaskan kemarahan, mengikhlaskan masa lalu, dan memaafkan.

Dari tulisan itu pun saya baru tau jika Oprah Winfrey memiliki masa kecil yang suram. Sejak usia 9 hingga 13 tahun, ia mengalami kekerasan seksual dari beberapa pria hingga melahirkan di usia 14 tahun. Ya Allah.. :(

Tapi Oprah memaafkan masa lalunya: Ibu yang meninggalkan dirinya dan orang-orang yang melecehkannya. Sekarang, semua orang tau siapa Oprah Winfrey. Ia adalah sang pemenang. :)

Pengalaman itu memberi pemahaman pada saya, sebetulnya memaafkan itu tidak sulit, tapi kenapa kita senang memelihara amarah? Mengapa kita memilih bertahan menjadi korban (iya, korban perbuatan seseorang yang telah membuat kita sakit hati, atau emosi buruk lainnya), alih-alih menjadi pemenang? 

Memaafkan tidak akan mengubah masa lalu kita, tapi memperluas masa depan kita. Kenyataannya memang, saat kita marah, rasanya pikiran dan hati kita tertuju dan terkuras hanya untuk memikirkan orang yang menyakiti kita itu. Dunia kita pun jadi sempit dengan sendirinya. Rugilah kita, karena orang yang membuat kita marah sudah melanjutkan hidupnya, sementara kita stuck dalam kemarahan dan rasa sakit kita. 

Terlalu banyak energi yang harus kita keluarkan untuk memelihara kemarahan dan sakit hati. 

Dan sejatinya, memaafkan kesalahan orang lain, bukan merupakan sesuatu yang kita lakukan untuk orang tersebut. Kita memaafkan untuk diri kita sendiri, supaya kita menjadi lebih baik, sehingga bebas dari rasa sakit. Yes, forgive, and be free...


Tentang Memaafkan
forgiveness, from DNA India
Read More

Berjalanlah di Atas Kekuranganmu Maka Kamu Akan Unggul di Situ (2)

Saturday, August 11, 2018

Kemarin saya tampil di MTA TV, lalu banyak yang memuji. Saya dibilang hebat lah, keren lah, padahal ... Saya masih jauh dari predikat itu.

Bincang Ilmu dan Manfaat, MTA TV

Tahu nggak sih? Saya sebenarnya banyak kurangnya. Hanya, tidak saya tunjukkan saja.

Jauh sebelum hari ini, saya pernah berada dalam kondisi yang menyedihkan. Rendah diri, minder, pesimistis, dan kurang percaya diri. Alhamdulillah nggak sampai kepada Inferiority Complex.

Sebelum terlanjur jauh, mengutip medium.com,  Inferiority Complex adalah sebuah kondisi psikologis (tingkat alam bawah sadar), ketika suatu pihak merasa inferior/lemah/lebih rendah dibanding pihak lain, atau ketika ia merasa tidak mencukupi suatu standar dalam sebuah sistem.

Nah, katanya, harus dibedakan antara minder dengan Inferiority Complex itu. Lebih jelasnya, baca tautan ini saja: Bedakan Minder dengan Inferiority Complex

Dulu, saya merasa saya ini seperti nggak ada gunanya. Saya nggak sempat menyelesaikan kuliah, karena suami meminta saya fokus mengurus anak-anak. Saya juga nggak diijinkan berkarir kembali. 

Oya, biar nggak roaming, saya ceritakan mengapa saya berhenti kuliah yaa..

Jadi, saya ketemu lagi sama suami (mantan pacar) saat ibu saya meninggal. Saat itu saya baru semester 3. Semester depannya, saya dilamar. Semester depannya lagi (semester 5), saya menikah. Bukan karena married by accident lho yaa, karena saya hamil anak pertama pun baru 7 bulan setelah menikah. Saya menikah karena memang saya nggak ingin pacaran. 
Tadinya, setelah pindah ke Solo untuk ikut suami (7 bulan saya menjalani long distance marriage antara Bogor dan Jogja-Solo), saya mau melanjutkan kuliah lagi. Eh, malah hamil, dan kondisi saya kurang baik, karena saat hamil Amay, saya mual muntah sampai usia kandungan 7 bulan. Yowis, terpaksa diundur dulu rencana kuliahnya. Trus kebablasan deh, karena suami bilang, mending jagain Amay aja dulu. Mau kerja pun dilarang, lagi-lagi karena Amay.

Alasannya memang sangat masuk akal sih. Kebetulan saya adalah mantan guru TK. Pertama, menurut suami saya, saya lebih dibutuhkan oleh anak saya dibandingkan oleh anak-anak orang lain. Kedua, gaji guru TK nggak sebanding dengan gaji tenaga untuk menjaga anak saya.

Oke, akhirnya saya terima alasan suami, meski tetap ada ganjalan di hati.

Saya sering didera perasaan sedih dan menyesal. Dan rasa itu bertambah-tambah, saat membuka timeline Facebook, saya melihat teman-teman kuliah berbahagia memakai toga. Saya mulai berandai-andai, betapa bahagianya jika saya ada di sana juga.

Saya mulai minder ketika teman-teman SMA semakin terlihat menawan karena karirnya yang mapan. Sementara saya? Bau ompol dan bau bawang. Kadang bahkan sampai lupa sisiran. Jangankan wajah, pakaian saja hampir tak terperhatikan.

Ngenes ya?

Saya pun berandai-andai lagi, jika bisa menarik waktu kembali, saya mending nggak usah masuk SMA 1 Purworejo saja. Mendingan saya ke SMA lainnya, yang jika nggak kuliah pun akan terasa baik-baik saja. Dan malah jadi luar biasa jika ada alumni yang bisa melanjutkan studinya.

Rupanya Allah menjadikan saya sebagai alumni SMA 1 yang "luar biasa", karena mungkin cuma saya yang nggak jadi sarjana. Hahaha... *ketawa ngenes

Tapi, suami saya rupanya tak sekedar melarang tanpa memberikan solusi. Suami saya membuatkan blog ini, meski gratisan, lalu menyuruh saya mencari komunitas untuk berlatih menulis dan mencari teman. Maklum, di Solo, saya nggak kenal siapa-siapa.

Sampai akhirnya, saya bertemu dengan IIDN, lalu KEB. Dari dua komunitas itu saya belajar menulis dan memperkaya diri.

persiapan sebelum live di MTA TV

pasca tampil di MTA TV kemarin

Memang tidak ada yang instan. Saya mulai belajar menulis sejak 2013, dan baru mulai merasakan hasilnya belakangan ini.

Mengutip pesan Pak Supeno, dosen saya, "Berjalanlah di atas kekuranganmu, maka kamu akan unggul di situ," saya yang tadinya sangat buruk dalam hal mengarang dan berimajinasi, akhirnya malah mencari rezeki dari sini.

Jadi teman-teman, kelemahan bukan untuk diratapi, tapi untuk dijadikan motivasi. Lagipula, kata Cak Nun di bukunya yang berjudul "Secangkir Kopi Jon Pakir", campus is not the only way to be someone. Jadi, teman-teman yang senasib dengan saya, harus tetap semangat yaa... 😊😊
Read More

Haid di Bulan Ramadhan Bikin Kehilangan Kesempatan dapat Pahala? Ah, Kata Siapa?

Wednesday, April 18, 2018

Teman-teman, tidak terasa sebentar lagi bulan Ramadhan akan tiba ya... Semoga kita dipanjangkan usianya, agar bisa menikmati bulan penuh rahmat itu. Aamiin... Dan semoga, kita diberi ni'mat sehat dan ni'mat semangat, agar bulan Ramadhan tidak berlalu dengan sia-sia.

Di bulan Ramadhan, biasanya kita ngejar obralan pakaian buat lebaran. Bener nggak? Padahal, Allah sedang obral pahala dan ampunan yang berlipat ganda jumlahnya. Tapi seringnya kita lupa, karena kita lebih suka fokus ngejar diskonan, hihihi... *plak buat diri sendiri, yang suka ngga tahan lihat gamis cantik bersliweran di temlen.

Tips dari saya, belanja pakaiannya dari sekarang aja, biar pas Ramadhan kita bisa fokus untuk ibadah. Kita juga nggak perlu desak-desakan di pasar, atau antre panjang di kasir swalayan. Lagipula kalau belanjanya sekarang, kalau haus nggak perlu susah-susah nahan, haha... Lain halnya kalau kita belanja pas Ramadhan. Udah muter-muter, haus, eee puasa. Ya kan?

Oya, baca tips menyambut Ramadhan dari Mbak Ran di sini dan Mbak Widut di sini yaaa..

Balik lagi ke soal ngejar pahala. 

Amalan di Bulan Ramadhan untuk Muslimah yang Sedang Haid, kayusirih.com

Cuma Perempuan yang Tahu Rasanya, ketika udah jam 5 sore, lagi asik nunggu buka puasa sambil bikin teh hangat atau es buah, eh tiba-tiba serasa ada yang keluar dari "sana". Iya, dari "sana". 

Rasanya gimana? Pengen teriak ya? Huwaaaa ... tinggal beberapa menit doang, bataaaallll...

Iya sih, insyaallah, Allah Maha Pemurah. Allah tetap melihat usaha kita menjalankan puasa sejak fajar sampai ketika doi datang tanpa diundang. Tapi kan, tetap dihitung sebagai utang. LoL. Dan biasanya, kita jadi menyesal juga, karena tidak bisa beribadah seperti yang lainnya. 

Perempuan ketika haid, Allah bebaskan dari kewajiban puasa dan sholat. Tapi teman-teman tidak perlu khawatir lho, karena kita bisa mengejar pahala dari hal lainnya. Misalnya apa?

1. Membaca buku agama dan pengetahuan

Sudah tau ya bunyi hadits menuntut ilmu? Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim.
foto pinjem dari sini

Jadi, kalau kita melaksanakan hal yang wajib, tentu kita akan dapat pahala wajib. Insya Allah. :)

Dan fungsi membaca buku, tentu untuk membedakan kita dari yang tak berilmu. Nggak mau kan disamakan dengan golongan itu?

2. Berdzikir dan Berdo'a.

Perbanyak dzikir dan do'a, terutama dzikir mutlak, seperti:  tasbih, tahmid, dan tahlil.

Berdzikir dan berdo'a bisa dilakukan kapan saja, tidak harus saat punya wudhu'. Sambil cuci piring, sambil menyapu, sambil beres-beres kamar, sambil menyirami tanaman, sambil menjemur pakaian, di kendaraan, di parkiran sambil jemput anak pulang sekolah. Kapan saja.

Berdo'a juga, bisa dilakukan kapan saja. Saat mendengar adzan, saat akan masuk kamar mandi, saat keluar kamar mandi, dan sebagainya.

3. Mendengarkan Murotal

Ini sambil ngasih tau diri sendiri, "Rin, daripada dengerin musik sambil nyanyi-nyanyi, mending dengerin Murotal sambil ngelancarin hafalan!"

Beneran, saya nulis ini bukan buat siapa-siapa, tapi buat diri saya sendiri. Biar malu, masa Jarkoni, pinter ngandani tapi ora pinter nglakoni? 

4. Sedekah

Sedekah ini jangan hanya dipersempit dengan segala sesuatu berbau duit. Sedekah itu bermacam-macam.

Memasak untuk anggota keluarga, itu sedekah. Mulut yang selalu berdzikir, itu sedekah. Menyingkirkan paku atau batu di jalan, itu sedekah. Segala perbuatan baik yang dilakukan karena Allah, itu sedekah. Tapi memang, akan lebih baik lagi jika kita bisa menyisihkan sebagian rezeki kita untuk orang lain.

Saya pernah membaca sebuah ide sederhana untuk bersedekah. Misalnya, karena kita sedang haid, kita tidak berpuasa, maka energi kita tentu lebih besar dari hari lainnya di bulan Ramadhan. Gunakanlah untukbeberes rumah. Mulailah dengan menyortir pakaian, pilih yang sekiranya sudah tidak pernah dipakai lagi. Berikan pada yang membutuhkan.

Atau misalnya saat beberes rumah kita menemukan barang-barang rongsokan, buku-buku atau koran-koran bekas, berikanlah pada tukang sampah. Biar tukang sampah yang menjualnya ke pengepul barang bekas. Lumayan kan, untuk beliau jadikan sebagai tambahan persiapan lebaran. :)

sedekah. gambar dari photobucket.com

5. Menghadiri Majelis Ilmu

Ada banyak cara untuk mencari ilmu, selain membaca buku seperti di poin 1, kita juga bisa menghadiri majelis ilmu.

Banyak sekali keutamaan orang yang menuntut ilmu. Di antaranya:
- Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga
- Malaikat menaunginya, sebagai tanda ridho padanya
- Orang yang berilmu dimintai ampun oleh setiap penduduk langit dan bumi, sampai pun ikan yang berada di dalam air
- Keutamaan orang yang berilmu dibanding ahli ibadah adalah seperti perbandingan bulan di malam badar dari bintang-bintang lainnya.

Masya Allah...

6. Memperbanyak Istighfar

Di bulan Ramadhan, Allah sedang mengobral pahala dan ampunan. Mari kita memanfaatkan momen ini dengan sebaik-baiknya, agar setelah Ramadhan usai, kita berhak merayakan idul fitri, karena kita telah mengusahakan diri kita terlahir kembali.

7. Bersilaturrahmi

Ada nggak sih yang seperti saya? Jarang bersilaturrahmi dengan tetangga. Bahkan sama tetangga depan rumah pun, jarang bersua. Hiks... Ini yang bikin kita sungkan kalau sedang membutuhkan bantuan. Habisnya, kita cuma datang kalau pas ada perlu aja. Ya nggak?

Padahal manfaat dari silaturrahmi itu banyak banget lho, di antaranya adalah dipanjangkan usianya, dan dilancarkan rezekinya.

Yuk lah, mulai sekarang, sering-sering sapa tetangga kita. :D Kalau haidnya sudah selesai, boleh lah berangkat tarawih ke masjid sama-sama. Membayangkannya saja sudah terbayang, oh indahnyaaa...

Nah teman-teman, di antara 7 tips di atas, mana yang biasanya teman-teman lakukan saat sedang haid? Cerita dooong.. :D





  • Sumber referensi : https://rumaysho.com/3314-keutamaan-ilmu-agama.html 

  • Read More

    5 Hal yang Menyebabkan Do’a Tak Kunjung Dikabulkan

    Sunday, March 18, 2018


    Manusia itu tempatnya keluh dan kesah. Dalam keluh dan kesah, biasanya tersimpan beragam masalah. Ketika diberi masalah, manusia baru teringat pada Illah. Mereka kemudian menunduk, menangis dan pasrah di atas sajadah. Setelah hilang kesombongannya, setelah menyadari bahwa ada Allah di atas segalanya, manusia baru menengadah, meminta pada-Nya agar segalanya dipermudah. Lalu, apakah Allah seketika itu juga mengijabah?

    Di Surat Al-Mu’min ayat 60, Allah berfirman:
    Dan Rabbmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina“. (QS. Al-Mu’min : 60)

    Jadi, berdo’alah, meski tak semua do’a langsung Allah ijabah.

    sumber foto: Muslimah.Or.Id

    Dari yang pernah saya tulis di Kapan Do’a Dikabulkan?, Allah itu mengabulkan do’a seorang hamba di 4 waktu, yang antara lain:

    1. Dikabulkan langsung atau saat itu juga

    Beberapa waktu lalu, saya pernah curhat di IG story. Saat itu saya sedang benar-benar merasakan bahwa Allah itu dekat, Maha Baik, dan Maha Mengabulkan Do'a.

    Emang biasanya nggak ngerasa ya, Rin?

    Mmm, bukan gitu... Tapi karena waktu itu Allah mengabulkan do'a saya saat itu juga, jadi saya merasa sangat bersyukur, dan semakin yakin bahwa Allah itu mengabulkan do'a di saat yang tepat.

    Ceritanya, ada pesanan buku yang harus sampai sebelum long weekend bulan lalu, yaitu tanggal 16 Pebruari. Estimasi saya, pesanan buku baru akan datang paling cepat tanggal 15, bahkan kemungkinan terburuknya bisa sampai di tanggal 19, karena ekspedisi yang saya pakai memang yang termurah, sehingga biasanya baru datang di hari ke tiga atau bahkan hingga hari ke tujuh.

    Di tanggal 14, sekitar jam 9 pagi, saya ditanya oleh customer, apakah buku sudah sampai? Saya jujur berkata bahwa kemungkinan buku baru sampai besok atau lusa. Saya pun meminta maaf jika ada keterlambatan, dan siap menerima resikonya, yaitu buku tidak jadi dibeli.

    Alhamdulillah, beliau sangat baik, dan membesarkan hati saya. Setelah obrolan itu, saya kembali ke rutinitas harian, yaitu mencuci piring. Sambil mencuci piring, saya terus dan terus berdo'a agar Allah menurunkan mukjizat-Nya.

    Dan tepat di bilasan piring yang terakhir, seseorang membuka pagar. Saya bergegas mengambil jilbab sambil berteriak, "Sebentar Pak!" padahal saya belum tahu siapa yang membuka pagar itu. Entah, saya kok yakin itu adalah Pak Ekspedisi yang biasanya. Dan ternyata benar.

    Saya langsung berbinar-binar. Bukan, bukan karena pak ekspedisinya, hahaha... Tapi karena paket yang saya nantikan itu akhirnya tiba, lebih cepat dari prediksi saya.

    Saya jadi teringat tulisan saya yang ini, Heart Field; Usaha Saya Mengganti Kecewa dengan Rasa Bahagia, bahwa jika kita benar-benar mengkondisikan pikiran, berdo'a sambil terus positive thinking, Allah akan mengabulkannya. Kan Allah itu sebagaimana prasangka hamba-Nya. Jadi ayo mulai sekarang berprasangka yang baik-baik saja. :D

    Setelah mendapat paket itu, saya langsung hubungi customer saya. Kami sama-sama gembira. Hihihi...

    Oya, sebenarnya ada banyak cerita lainnya, tapi nanti saya ceritakan lain waktu ya... Lanjut dengan yang berikutnya, kapan Allah mengabulkan do'a kita?

    2. Dikabulkan tapi ditunda waktunya

    Ini sih sering ya.. Hehehe.. Yang jelas, Allah mengabulkan do'a kita itu tepat pada waktunya. Waktu yang terbaik menurut-Nya, bukan menurut kita.

    3. Dikabulkan dalam bentuk yang lain

    Ini juga sering kan? Kita minta apa, tapi Allah memberi yang lainnya. Allah memberi pengganti dari benda yang kita inginkan. Yang jelas, pilihan Allah tentu lebih tepat dibanding pilihan kita, karena Allah Maha Tahu yang terbaik untuk kita.

    4. Dikabulkan di akhirat

    Nah, ini yang luar biasa. Allah itu tidak mau hutang pada kita. Berdo'a pada-Nya saja sudah dihitung sebagai 1 kebaikan, karena saat meminta pada-Nya, kita sekaligus sedang menunjukkan kelemahan kita. Bahwa kita tidak layak untuk menyombongkan diri. Bahwa apa-apa yang terjadi pada kita, semua adalah kehendak-Nya, semua adalah kuasa-Nya.

    Jadi kesimpulannya, do’a kita pasti akan Allah kabulkan. Asaaaalll... Nah, ini dia yang akan kita bahas.

    Beberapa waktu lalu, saya memutar sebuah video di instagram yang diunggah oleh akun @selangkahpadamu 
    Ada seseorang bertanya kepada Ibrahim bin Adham rahimahullahuta’ala, mengapa kita biasa berdo’a tapi do’a kita tidak diijabahi? 
    Lalu Ibrahim pun mengatakan, sebabnya adalah 5 hal: 
    1. Kalian telah mengenal Allah, tapi kalian tidak tunaikan hak-Nya
    2. Kalian telah membaca Al-Qur’an, tapi kalian tidak mengamalkan isinya
    3. Kalian mengaku cinta Rasulullah SAW, tapi kalian tinggalkan tuntunannya
    4. Kalian katakan kami melaknat Iblis, tapi kalian mengikutinya
    5. Kalian tinggalkan aib kalian, tapi kalian permasalahkan aib orang lain

    Terus terang, video tersebut membuat saya termenung. Saya tertohok.

    Saya mengenal Allah, tapi penasaran dengan ramalan zodiak, yang artinya percaya pada peramal. Padahal Allah tidak mau disekutukan. Ini baru satu contoh, dan masih banyak contoh yang lain.

    Rajin baca Al-Qur’an tapi tidak mengamalkan isinya. Padahal, Al-Qur’an adalah petunjuk nyata bagi kita untuk mengarungi kehidupan dunia.

    al-qur'an kayusirih.com

    Iya, saya cinta Rasulullah, tapi tuntunannya sering saya anggap sepele. Makan dan minum terkadang masih sambil berdiri, sholat di akhir waktu, masih sering marah padahal saya hafal bunyi hadits menahan amarah, dll. Duh, jadi buka aib begini.

    Katanya melaknat iblis. Tahu bahwa iblis dikeluarkan dari surga karena sombong. Tapi terkadang ada rasa ingin pamer, ada rasa merasa lebih dari orang lain. Jadi? Silakan nilai sendiri...

    Kita paham dengan aib kita, dan berniat meninggalkannya. Tapi, di sisi lain, kesalahan orang lain jadi komoditi bibir yang tiada habisnya. Nggak puas ngomongin orang lain, cari info di akun gosip dan menikmatinya juga. Gusti Allah, apa mau hamba-Mu ini?

    Ayuk lah yuk, kita berubah, mulai detik ini. Kita saling mengingatkan jika ada yang melakukan kesalahan. Bukan dengan screenshot percakapan lalu menyebarkan. Bukan dengan merekam kejadian memalukan kemudian memviralkan. Mengingatkan seharusnya tidak dengan mempermalukan kan? Kita juga tidak ingin dipermalukan saat melakukan kesalahan kan?

    Ayo berubah, supaya Allah makin sayang pada kita. Kalau Allah sudah sayang, permintaan apapun pasti akan dengan mudah Allah kabulkan. Ya kan? ☺☺

    Read More

    Antara Rina Nose dan Rinta Noisy

    Friday, December 8, 2017

    Tulisan ini bisa menyebabkan darah tinggi dan emosi yang tak terkendali. Ini murni pendapat saya pribadi. Silakan pergi sebelum kalian sakit hati. :D


    Sengaja saya nulis tentang Rina Nose setelah berita tentangnya agak mereda. Karena kalau pas lagi panas-panasnya, takutnya dikira saya mendompleng ketenaran, atau sengaja nyari pageview aja. Haha.. Padahal alasan sebenarnya adalah karena saya baru sempat nulis aja. Harapan saya sih, kalau situasinya sudah agak kondusif, tulisan saya ini bisa diterima dan ditelaah dengan kepala dingin. Nggak pakai emosi lagi.

    Emang mau nulis apa sih? Kayak penting aja..haha..

    Bukannya mau ngaku-ngaku atau apa, tapi saya dan Rina Nose memiliki beberapa persamaan. Apa sajakah itu?

    1. Hidung Pesek

    Kata ibu, waktu kecil hidung saya pesek parah. Tapi terus tiap hari ditarik-tarik biar mancung, dan katanya sekarang agak mendingan. Padahal semendingan-mendingannya saya sekarang, ya tetep hidungnya tak bertulang. Dan itu nurun ke Amay.

    Jadi, misalnya hidung saya atau Amay ditekan dengan tekanan tanpa energi berlebih pun, lubang hidung saya dan Amay bisa benar-benar ketutup. Luar biasa kan? :D

    Tapi alhamdulillah, saya mah bersyukur aja dengan bentuk hidung ini. Alhamdulillah masih bisa bernafas to? Malahan suami saya yang hidungnya mancung, beberapa kali mengalami kesialan karena hidungnya nabrak tembok. Haha... *sorry, Pa..

    Jadi kalau ada yang menganggap hidung pesek adalah sebuah kekurangan, ia benar, karena pesek itu artinya kurang mancung. ☺☺

    Kalau menganggap hidung ini buruk? Ya nggak apa-apa juga, orang perfect mah bebas. ✌✌

    Udah ah.. lanjut ke persamaan nomer 2 yaa...


    2. Punya Gingsul

    Saya tau Rina Nose sejak dia berduet dengan Ki Daus di suatu acara. Dulu, giginya masih berantakan, seperti punya saya. Nggak tau deh, diantara empat bersaudara, cuma saya yang giginya gingsul ngga teratur. Mbak Ita, Mas Pepi, Opik, giginya rapi-rapi semua.

    Tapi sekarang, Rina Nose udah merapikan giginya. Saya juga pengen sih sebenarnya, tapi belum tau kapan.

    Rina Nose


    3. Suka Menyanyi

    Rina Nose sering banget nyanyi di smule. Suaranya baguuuus.. Dia juga sering tuh, niruin suaranya Nike Ardilla sampai Siti Nurhaliza. Lihat video-videonya, kadang bikin ketawa. Lucu soalnya.

    Kalau saya, jangan ditanya, wkwkwk.. Saya suka nyanyi juga, sama. Cumaaaa, Mas Yopi lebih sering nyuruh diem. Berisik katanya, noisy.




    :: Naaah, ini yang terakhir. Pelan-pelan aja ya bacanya, karena ada hubungannya dengan hijab ::


    4. Pernah Gamang dalam Berhijab

    Saya bisa berjilbab seperti ini, memerlukan proses yang tak sebentar. Dulu pernah ingin sekali pakai jilbab saat Sulis dan Haddad Alwi sedang booming lewat sholawat "Yaa Thoyybah". Kenapa? Karena saya pengen seperti Sulis, nyanyi dan punya album, hahaha... Sempat pakai jilbab kalau di rumah, tapi ke sekolah engga. Itu jaman SMP, tahun 2000. 

    Kelas 2 SMP, saya sekelas dengan Siti Badriyah. Dia teman dekat saya saat itu. Orangnya cantik, santun, lembut sekali, dan dia pakai jilbab. Di kelas juga ada Nadia Nurani Isfarin yang tak kalah cantiknya. Berjilbab juga. Nah, saya pengen kayak mereka. Pengen pakai jilbab, tapi karena pengen ketularan cantik dan anggunnya. Haha..

    Saat masuk SMA, sempat kaget karena dua sahabat saya yang lain tiba-tiba pakai jilbab juga. Azizah dan Isnaeni Rokhimah. Sempat kesel, "iiiih, koq nggak bilang-bilang sih? Aku kan pengen pakai jilbab juga." Tapi ya cuma sebatas itu saja, nggak benar-benar merealisasikan keinginan, karena kelas 1, seragam masih baru, dan udah terlanjur dijahit pendek kan...

    Hari demi hari berlalu, saya nggak ingat lagi dengan keinginan untuk menutup aurat itu. Apalagi waktu itu saya pacaran, makin jauh deh pokoknya. 

    Dan saat itu ada teman laki-laki yang memang "lurus", tiba-tiba nanya, "Jarene arep nganggo jilbab, Rin? (katanya mau pakai jilbab, Rin?) Kapan? Bohong!" Saya tersinggung, dan langsung menjawab, "Ngatur amat sih!" (Semoga dia nggak baca yaa.. Orangnya sih udah nggak ada di friendlist saya. Nggak tau juga kenapa dia unfriend, mungkin dia males punya teman macam saya. 😅😅)

    Nah, baru di tahun berikutnya, ketika saya kelas 3 SMA (Agustus 2004 tepatnya), hidayah itu kembali datang. Memang, ketika Allah sudah berkehendak, maka semuanya menjadi mudah. Padahal, waktu itu ibu saya bilang, "Tanggung, Nduk, wis arep lulus." Iya sih, sekolah tinggal setahun, masa mau ganti seragam? Apalagi keluarga saya memang bukan dari kalangan "the have" yang bisa ganti seragam tiap tahunnya yaa...

    Tapi karena saya memang sudah mantap, akhirnya tercetuslah ide untuk menjual cincin dan anting. Ibu menyanggupi, dan esoknya langsung ke pasar untuk membeli bahan. Seragam OSIS beli jadi, sementara seragam identitas sekolah, mesti beli bahan dan menjahit di penjahit langganan. Untuk seragam Pramuka, atasannya beli, dan roknya pakai kain yang rencananya akan dipakai untuk membuat celananya bapak. Seragam olahraga, kebetulan saya dapat hibah celana training dari Bulik Ning. Dan untuk kaosnya, seorang teman memberi ide untuk diganti lengan ke penjahit. Jadi lengan pendeknya dipotong, diganti lengan panjang dengan bahan dan warna yang sama. Murah, cuma habis 15 ribu rupiah.

    Ya, dan semua berjalan begitu saja dengan mudahnya. Padahal saat itu keadaan ekonomi kami sedang parah-parahnya. 

    Oya, saya harus ceritakan ini juga.

    Karena mungkin melihat jilbab saya kurang layak (pendek dan agak tipis), seorang teman, Irvani Nuruziah namanya, menawarkan diri untuk mengambilkan jilbab dari Rohis Putri. Jadi, anak-anak Rohis yang sudah berjilbab lebar, biasanya menyumbangkan jilbab ukuran standar dari sekolah, karena sudah tidak dipakai lagi. Nah, saya dapat jilbab biru untuk dipasangkan dengan seragam identitas, dari Rohis itu. Alhamdulillah, untuk jilbab putih dan jilbab cokelat sudah ada. Karena saya memang butuh, tentu saya menerima dengan senang hati dan penuh kegembiraan. Alhamdulillah, Alhamdulillah, ada yang membantu saya berjilbab dengan lebih baik lagi.

    Lalu hubungannya apa dengan Rina Nose?

    Intinya, saya mau bilang bahwa butuh ketetapan hati dan niat yang tulus dari dalam diri, untuk menjalankan perintah Illahi. Kalau sesuatu dilakukan karena tekanan atau karena ingin terlihat baik di mata orang, yakin deh, nggak akan bisa bertahan lama. Contohnya ya saya sendiri. Pengen pakai jilbab cuma karena ingin terlihat cantik dan anggun, ya nggak jadi-jadi. Tapi pada akhirnya, ketika hati sudah mantap, Allah memberi jalan.

    Akan halnya dengan Rina Nose memutuskan untuk menanggalkan jilbabnya, mari kita doakan agar Allah merangkulnya kembali. Menghujatnya, apalagi menghina fisiknya, sungguh tak akan mengubah apapun darinya. Jika ada yang berubah pun, mungkin itu ada pada hatinya yang makin terluka oleh kata-kata kita. Malah jadi nambah dosa kan?

    Saya jadi ingat teman saya yang laki-laki itu. Ia mengingatkan saya untuk menutup aurat. Itu baik, tapi caranya ngeselin. Kita memang diperintahkan untuk saling nasehat-menasehati dalam kebenaran, tapiiii, pilihlah cara yang paling bisa diterima. Yang santun, yang tidak menghakimi. 

    Sahabat-sahabat sholihah saya, mereka nggak pernah nyinggung soal penampilan saya yang saat itu belum berjilbab. Tapi kemudian ketika saya berjilbab, Isnaeni ngajak ngaji tiap hari Jumat sepulang sekolah. Irvani, bantu saya dapat jilbab yang lebih layak. Begitu!

    Jadiii, kalau mau ngasih jilbab ya kasih aja. Bila perlu kasihnya diam-diam, nggak usah pakai pengumuman. Irvani ngasih saya jilbab tanpa diketahui siapa-siapa. Itu pun dia menawarinya pelan-pelan banget, seolah takut menyinggung perasaan saya. Itu yang namanya akhlak!

    Oya, saya juga pernah membaca di majalah Hidayatullah, sekitar tahun 2OO4 atau 2OO5, saya lupa persisnya.

    Disitu diceritakan, Ustadz Arifin Ilham berhasil menyadarkan seorang preman. Dengan apa? Dengan beberapa bungkus makanan untuk sarapan. Saya lupa persisnya, soto ayam sepertinya. Preman itu tertegun, ternyata masih ada orang yang mau berbaik hati padanya, padahal tubuhnya penuh dengan gambar tato. Ia juga sangat jauh dengan agama, saat itu.

    Dan bisa ditebak, preman itu akhirnya bertaubat dan menjadi salah satu jamaah majelis dzikir milik Ustadz Arifin Ilham. Ini kisah nyata. Dan ini bisa jadi bukti bahwa kerendahan hati, dan tingginya akhlak, bisa menjadi sarana dakwah yang sangat manjur. Karena kemuliaan akhlak yang dimiliki ustadz Arifin Ilham, saya sih nggak heran ketika ketiga istri beliau bisa bersanding dengan damai dan saling mendukung satu sama lain.

    Ustadz Arifin Ilham tidak menghujani preman itu dengan dalil-dalil, bahwa sebagai umat Islam harus sholat, nggak boleh bertato, dll. Macam anak kecil yang beum tau apa-apa, pikat dulu hatinya, baru masuki dengan ajaran-ajaran Islam, step by step.

    Begitu pula dengan Rina Nose. Padanya, ayo kita tunjukkan dulu bagaimana seorang muslimah seharusnya mendukung saudaranya. Bukan mendukung dia untuk membuka jilbab tentu saja, tapi menghargai keputusannya saat ini, untuk kemudian merangkulnya, mendoakannya agar mau kembali ke jalan Illahi.

    Maaafff, jadi sok bijak begini.

    Kadang kita sudah merasa lebih baik daripada orang lain, dari segi agama, dari ibadah, penampilan. Lalu karena itu kita jadi lebih mudah men-cap, melabeli, menghakimi, orang-orang yang tak sepaham dan menurut kita "tersesat". Padahal, sifat seperti itu termasuk sombong, dan kesombongan merupakan pintu masuknya setan.

    Saya jadi ingat pesan Bapak suatu hari, "Iblis dikeluarkan dari surga karena apa? karena dia sombong, merasa lebih mulia dari manusia." 

    So, stop membicarakan dan mencari kejelekan orang lain yaa... Urusi dosa kita masing-masing saja. Karena Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, "Setiap maksiat yang dijelek-jelekkan pada saudaramu, maka itu akan kembali padamu. Maksudnya, engkau bisa dipastikan melakukan dosa tersebut." Na'udzubillah tsumma na'udzubillah.

    #selfreminder


    Read More