Saya #BeraniLebih Capek untuk Keluarga dan Cita-Cita

Thursday, April 30, 2015

Baru saja saya berkenalan dengan seorang teman baru. Di sela-sela obrolan, beliau bertanya, "Mbak Arin itu ibu rumah tangga tulen?" Hehe, langsung saja saya jawab "iya". Alhamdulillah, kenyataannya memang begitu.

Ibu rumah tangga tulen yang dimaksud adalah ibu rumah tangga yang tidak berkarir di luar. Jadi karirnya 24 jam non stop di rumah. Jadi jangan ada yang protes ya, hehe.. 

Jangan dikira menjadi ibu rumah tangga itu nggak ada prestasinya. Saya sih meyakini bahwa prestasi seorang ibu adalah ketika bisa mencetak anak-anaknya menjadi anak-anak yang sholih, baik, bermanfaat untuk semua makhluq-Nya. Dan itu adalah cita-cita saya. Memang, cita-cita menjadi ibu terbaik memerlukan proses dan perjuangan yang sungguh-sungguh. Tapi dengan usaha dan do'a, saya berusaha meraihnya.

Cita-cita saya yang lain adalah menjadi seorang penulis. Bermula ketika anak saya kecanduan buku-buku cerita, saya pun memutar otak agar anak saya tidak bosan dengan cerita yang itu-itu saja. Yah, maklum saja, budget saya untuk membeli buku per bulannya tidak seberapa. Dengan mengarang cerita sendiri, setidaknya saya terlatih untuk berimajinasi, dan yang paling penting adalah bisa menekan pengeluaran untuk membeli buku bagi Amay dan Aga.

Karena cita-cita saya itu, saya bergabung dengan beberapa komunitas menulis. Awalnya sempat ragu, karena di dalam komunitas itu banyak penulis-penulis yang sudah menelurkan puluhan buku. Sementara aku? Hehe... Tapi Alhamdulillah, banyak penulis baik hati yang mau membagi ilmu.

Karena cita-cita saya itu, saya pun harus pandai membagi waktu. Antara pekerjaan khas ibu-ibu, Amay, Aga, dan latihan menulis buku. Capek? Tentu. Kadang sampai bingung bagaimana mengatur waktu. Tapi saya memang harus #BeraniLebih Capek agar saya mendapatkan apa yang saya mau. 

Kadang sebuah ide tiba-tiba terlintas dan meminta untuk segera dieksekusi. Tapi ya, masa saya harus berhenti nyuci? Pernah juga dengan lancar saya merapal sebuah rencana yang akan saya tuliskan. Tapi ya, masa sayuran yang akan dimasak itu harus ditinggalkan?

Saya sih percaya dengan kalimat "no pain, no gain". Untuk mendapatkan sesuatu yang kita impikan, ada harga yang mesti kita bayarkan. Sekarang, saya membiasakan diri untuk mengingat-ingat ide yang pernah muncul di kepala, lalu menuliskannya setelah semua tugas domestik saya terlaksana. Seperti saat ini, saya menulis ini setelah memastikan anak-anak saya dibuai oleh mimpi.  

Facebook: https://www.facebook.com/arinta.adiningtyas
Twitter: https://twitter.com/arinta_arinta
Read More

Ternyata Saya Pernah Mengalami Baby Blues Syndrome

Baby Blues Syndrome, sebuah sindrom yang saya ketahui artinya ketika duduk di bangku SMA kelas 2. Siapa yang menyangka, saya akan mengalaminya juga? Mungkin Anda yang membaca pun mengalami, namun tak sadar dengan apa yang Anda alami.





Ternyata, apa yang saya alami pada judul di atas, merupakan gejala awal Baby Blues Syndrome.



Ciri-ciri Baby Blues Syndrome sendiri menurut www.tipsbayi.com, antara lain;

1. Menangis tanpa sebab yang jelas. Selain menangis sewaktu bingung memilih antara memandikan Amay yang hanya ingin dimandikan oleh saya atau menyusui Aga yang sedang menangis, beberapa kali air mata saya berderai ketika melihat Amay dan Aga tidur dengan wajah polosnya.


2. Mudah kesal. Kalau diingat-ingat, iya deh kayaknya. Saya sering marah hanya karena hal-hal sepele.



3. Lelah. Pasti lah, namanya juga punya bayi kan? Dan ya, memang saya tidak seberuntung teman-teman saya yang lain. Teman-teman yang saya maksud disini adalah teman seangkatan yang juga melahirkan dalm waktu yang hampir bersamaan dengan saya. Kalau teman-teman saya punya ibu yang bisa membantu ini itu, saya tidak. Sedih sekali memang jika mengingat hal itu.



4. Cemas.



5. Tidak sabaran. Hihi, harus jujur saya katakan, iya, saya pernah begitu. Banyak hal yang membuat saya tidak sabaran, terutama pasca melahirkan.



6. Enggan memperhatikan si bayi. Kalau ini sih kayaknya engga.



7. Tidak percaya diri.



8. Sulit beristirahat dengan tenang.



9. Mudah tersinggung.



Kalau ada diantara ciri-ciri di atas yang Anda alami, kemungkinan Anda mengalami yang namanya Baby Blues Syndrome. Tenang saja, banyak koq yang mengalaminya. Namun tentu saja, para ibu yang baru saja melahirkan memerlukan perhatian yang lebih. Tidak hanya dari suami, namun juga dari lingkungan sekitarnya. Jika tidak, kondisi ini akan mudah menjalar, menjadi Postpartum Depression.



Beberapa orang di lingkungan tempat tinggal saya mengalami ini. Belum diketahui secara pasti apa penyebab Postpartum Depression ini, namun ada beberapa faktor yang diketahui cukup berpengaruh, yaitu;

1. Perubahan hormon si ibu.
2. Tekanan menjadi ibu baru.
3. Ada sejarah keluarga terkait dengan depresi.
4. Kurangnya bantuan ketika melahirkan.
5. Merasa terisolasi.
6. Kelelahan.


Sampai saat ini, saya tak henti-hentinya bersyukur, karena saya memiliki keluarga yang sangat perhatian, meskipun ibu sudah tiada. Banyak yang bersedia membantu, bahkan kakak saya (Mbak Ita) khusus datang dari Semarang untuk menemani saya di hari-hari pertama. Mbak Ita juga lah yang mengajari saya bagaimana memandikan bayi, ketika Amay lahir empat tahun lalu



Alhamdulillah juga, dua kali menjalani persalinan, suami selalu berada di dekat saya. Meskipun di persalinan pertama suami tidak bisa masuk ke ruang operasi (saya menjalani persalinan secara caesar), namun saya tahu, di luar sana beliau sedang menunggu. Dan alhamdulillah, di persalinan yang ke dua, beliau senantiasa mendampingi dalam persalinan normal yang saya jalani.
Read More

Giveaway Menyambut Ramadhan

Monday, April 27, 2015

"Allahumma baarik lanaa fii rojaba wa sya'bana, wa ballighnaa romadhon." Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban ini, dan sampaikanlah umur kami pada Ramadhan. Aamiin.

Tidak terasa, bulan Rajab sudah tiba. Setelahnya bulan Sya'ban, kemudian bulan Ramadhan yang selalu dinanti oleh umat muslim sedunia. Semoga kita semua dapat menikmati suguhan pahala yang Allah SWT sediakan di bulan suci nanti.

Untuk menyambut bulan Ramadhan yang tinggal dua bulan lagi, saya ingin mengadakan sebuah giveaway. Terus terang, ini giveaway pertama saya, hehe..

Hadiahnya, sementara ini adalah sebuah mukena zakizakia, sajadah + tasbih untuk juara ke dua, dan jilbab kotak. Foto yang lain menyusul yaa... (Semoga bisa bertambah. Nanti akan di update lagi jika ada tambahan).

Oya, tentang mukena zakizakia pernah saya tulis disini.

hadiah giveaway. warna tergantung persediaan.
hadiah giveaway, juara ke 2

Syarat dan ketentuannya adalah sebagai berikut:
1. Peserta boleh perempuan atau laki-laki (kan hadiahnya bisa buat ibu, kakak, adik, bulik, tante, oma, nenek, istri, atau calon istri yaa..hehe), asalkan mempunyai alamat di Indonesia untuk pengiriman hadiah jika menang.

2. Untuk para blogger, follow blog ini. yaa...

3. Like fanpage Gerai Cantik Muslimah

4. Tuliskan pengalaman yang berkaitan dengan Mukena atau Bulan Ramadhan. Contoh pengalaman saya dengan mukena ada disini yaa.. 

5. Jika ada kata "mukena" di-link-kan ke fanpage Gerai Cantik Muslimah.

6. Posting tulisan di blog atau note facebook. Panjang tulisan bebas.

7. Postingan ditunggu sampai tanggal 25 Mei 2015 pukul 22:00.

8. Jika teman-teman menulis di blog, share tulisannya melalui twitter dengan hashtag #Mukena_Zakizakia, lalu mention saya di @arinta_arinta.

9. Jika teman-teman menulis di note facebook, share tulisan dengan menandai saya.

10. Di akhir tulisan diberi kalimat:

"Tulisan Ini Diikutkan dalam Giveaway Menyambut Ramadhan"

11. Nama pemenang Insya Allah akan diumumkan pada tanggal 06 Juni di blog ini. 

12. Terima kasiiih, ikutan yaaa... :)

Read More

Mamah; Do'a Ibu yang Terijabah

Tuesday, April 21, 2015

Semoga saya tidak terlihat lebay dengan judul itu. Tapi demi mengingat ucapan ibu, kemudian disandingkan dengan kenyataan yang saya rasakan saat ini, sepertinya memang Allah telah menjawab do'a ibu.

Saat itu, saya masih belasan tahun, masih berseragam putih abu-abu. Ketika duduk santai berdua di teras, tiba-tiba ibu berkata sambil matanya menerawang jauh, "Semoga kamu nanti dapat mertua yang sayang sama kamu."

Beliau lalu melayangkan pandangannya pada saya yang saat itu masih merasa bahasan ini tabu. "Soalnya kalau mertuamu saja sayang, pasti suamimu lebih sayang lagi," katanya melanjutkan. Saya yang mendengar kalimat itu hanya mengucap aamiin sambil membatin, "Aduh bu, masih lama lah kalau soal kayak gitu."

Dan dari peristiwa itu saya langsung percaya bahwa ucapan ibu pada anak-anaknya adalah do'a yang tidak tertolak. Mamah, begitu saya memanggil ibu mertua saya, adalah sosok mertua yang baik pada menantunya. Mamah sering menelepon saya, hampir tiap hari kegiatan itu dilakukannya. Tidak hanya sekedar menanyakan kabar anak cucunya. Lewat telepon kami bertukar cerita, bertukar rencana. Kadang kami pun saling bertukar resep dan menu masakan.

Mamah, De Ine (adik ipar), dan Saya
Ada yang lucu dari kisah kami bertiga; saya, ibu dan mamah. Dibanding saya, ibu lebih dahulu mengenal mamah. Bukan, ini bukan karena saya dan suami bertemu karena perjodohan. Mamah dan ibu berjumpa ketika sama-sama mengambil raport. Sekali lagi, bukan antara raport saya dan suami, akan tetapi raport suami dan kakak saya. Iya, suami saya dahulunya adalah teman sekelas Mas Pepi, kakak kedua saya. Pertemuan pertama saya dengan suami adalah ketika di tahun 2002, suami (yang saat itu sedang menanti kelulusan SMA) bertandang ke rumah. Ehem ehem..

Nah, pertemuan pertama saya dengan Mamah adalah ketika Mamah, Adik ipar, dan suami, sedang mengantar Ayah untuk terapi di Purworejo, tiga tahun kemudian. Daripada bengong menunggu Ayah yang sedang diterapi, Mamah memutuskan untuk datang ke rumah. Dari situlah ibu saya mulai "jatuh cinta" pada calon menantunya. Jatuh cintanya ya karena suami memiliki ibu yang peduli pada anaknya, atau lebih tepatnya, perhatian. Hehe... Iya, saat itu kami sudah menjalin hubungan, yang pendekatannya 3 tahun namun berakhir dalam waktu 7 bulan saja, hahaha.. Keputusan itu saya ambil karena saat itu saya memutuskan untuk tidak pacaran.

Namun jodoh memang tak perlu dikejar. Saya kembali berjumpa dengan suami ketika ibu saya meninggal. Sedih memang jika mengingat bahwa kami dipertemukan dalam kondisi saya yang sedang berduka. Tapi saya yakin, ini adalah petunjuk dari Allah, setelah sebelumnya ibu saya mengatakan rindu pada Mas Yopie (nama suami). Dibanding calon-calon yang lain, ibu saya memang jatuh cinta pada menantunya yang satu ini, hehe..

Dan firasat ibu memang benar. Feeling-nya berkata bahwa Mas Yopie adalah laki-laki baik-baik, berasal dari keluarga baik-baik, dan saya telah membuktikannya.

Mamah, begitu perhatian pada saya. Sering sekali beliau membelikan saya baju, hihi.. (menantu macam apa ini? koq malah kebalik, bukannya mantu yang beliin mertua?) Ya tapi memang begitulah Mamah. Mamah yang fashionable berhasil mengubah saya yang agak cuek dalam berpenampilan.

Oya, ada satu hal yang sedang berusaha saya teladani dari Mamah, yaitu kedermawanannya. Mamah senang berbagi, pada siapa pun, dalam kesempatan apapun. Mirip dengan almarhumah Ibu. Ahh, mereka berdua itu; Mamah dan Ibu, dua orang tercantik dalam hidupku. Semoga Allah senantiasa mencurahkan kasih sayang-Nya pada mereka berdua. Aamiin.


#K3Bkartinian

Read More

Saat Kaki Mas Amay Keseleo

Saturday, April 11, 2015

Hari Minggu, 5 April 2015 lalu, kami kedatangan tamu dari Bandung. Cici Sharon, Cici Joyce, Ibu Ming Tjen, dan Pak Paul. Sharon dan Joyce, anak-anak manis yang sudah seperti kakak sendiri bagi Amay.

Ceritanya, Amay sangat bahagia karena kedatangan mereka. Sore itu, dia lari-larian sambil tertawa-tawa. Duh, kelihatan banget cerianya. Sampai menjelang maghrib tiba, mendadak Amay tak sanggup berjalan. Awalnya kami kira itu hanya acting belaka mengingat hari-hari sebelumnya ia selalu bertingkah seolah-olah sedang sakit.

Kami minta dia meluruskan kaki, dan bisa. Tapi ketika kami menyuruhnya berdiri, ia melipat lututnya sambil menangis, "Sakit loh, Ma..." Tangisannya berhenti ketika dia tertidur. Namun tak berapa lama ia kembali meringis. Kami sudah berusaha memijat bagian lututnya yang memang terasa kaku, tapi ternyata tak cukup menolong.

Esok paginya ketika bangun dari tidur, Amay meminta saya menggendongnya. Ia masih takut untuk berdiri. Kami bingung harus bagaimana. Suami sempat mencari tahu dimana tukang urut terdekat, bahkan terpikir untuk membawa Amay ke rumah sakit orthopedi.

Namun Allah sungguh Maha Penyayang. Allah mengirimkan penolong di tengah-tengah kami, yaitu Tante Diba. Beberapa saat setelah Diba masuk kantor (kantor Akanoma memang menggunakan rumah kami untuk sementara), kami menceritakan kronologi kejadian padanya. Rupanya, Diba pernah belajar tentang pijat refleksi. Anak itu memang cerdas, hehe, bisa mempelajari semuanya hanya dengan membaca.

Akhirnya, saat pemijitan pun tiba. Amay memberontak, tapi Diba dan saya berusaha mengendalikannya. Saat itu saya tahu, ini benar-benar sakit ternyata, karena Amay menjerit-jerit begitu kerasnya. Dan ya, kami salah. Salahnya adalah, meskipun titik sakit yang ditunjuk Amay adalah di bagian lututnya, titik refleksinya bukanlah disana. Jadi, sakit di belakang lutut itu adalah akibat dari otot yang terpelintir, dan menurut Diba, titik itu berada di sisi luar punggung kaki. Diba juga memberi tahu saya beberapa titik refleksi yang lain, misalnya sela-sela jari jempol dan telunjuk untuk pencernaan, dan lain sebagainya.

titik yang dipijat jika nyeri lutut

Alhamdulillah, setelah diurut dari titik itu ke atas sampai lutut sebanyak tiga kali, Amay langsung pulih. Iihh, beneran lho, dia bisa berdiri (Meskipun niat awalnya mau menendang tante Diba karena sudah membuatnya sakit. Hmm..tapi sakitnya sih karena sedang diobati..). Kami pun langsung mencandai Amay, "Wah, Alhamdulillah sudah bisa berdiri. Mas Amay sudah sembuh..." Dan ini semua berkat pertolongan tante Diba.

Oya, setelah itu, Amay saya bimbing untuk mandi. Tak berapa lama ia sudah kembali bisa berlari. Duh, kami sangat berterima kasih pada Diba. 

Terima kasih ya tante Diba... :)




Read More

Ketika Gading Tak Boleh Retak

Thursday, April 9, 2015

Karena saya pernah sekolah dan belajar bahasa Indonesia, tentu saya tak asing lagi dengan peribahasa yang berbunyi "tak ada gading yang tak retak" yang artinya tak ada manusia yang sempurna.

Namun akhir-akhir ini, banyak yang menginginkan kesempurnaan dari sosok bernama manusia. Siapa yang menginginkannya? Manusia juga. Tanpa menyadari bahwa dirinya sendiri juga mempunyai kekurangan, seseorang terkadang berharap lebih terhadap orang lain.

Tak usah jauh-jauh. Lihat saja pendidikan kita, yang menuntut setiap orang menguasai banyak bidang "dengan baik". Kalau tidak, resikonya tidak naik kelas. Bahkan beberapa tahun lalu lebih sadis, tidak akan lulus jika nilai ujian nasionalnya dibawah standar. Alhamdulillah, tahun ini peraturan itu ditiadakan. Saya termasuk "korban" loh, hihi.. Di tahun kelulusan saya dulu, saya sempat deg-degan, khawatir tidak lulus.

Kembali ke soal di atas. Banyak sekali manusia yang menganggap dirinya lebih baik dari manusia lainnya. Yah memang sih ya, gajah di pelupuk mata selalu tak tampak sedangkan kuman di seberang lautan selalu mudah terlihat. Eh, kita belajar peribahasa lagi ini, hihi.. :D

Padahal kalau mau diingat-ingat, Pak Habibie saja punya kekurangan. Meskipun beliau sangat ahli dalam membuat pesawat, kecerdasannya pun tak payah diragukan lagi, tapi beliau ini polos dalam berpolitik. Ya you know lah, orang-orang macam apa yang doyan ngurusi politik. Kebanyakan, kebanyakan loh yaaa, kebanyakan dari politikus itu ya bermental TIKUS. Dan itulah kekurangan Pak Habibie.

Mau contoh lain lagi?

Raja Dangdut Rhoma Irama, siapa yang tak kenal? Dari kata "lari pagi" saja bisa jadi lagu yang indah lewat tangannya. Beliau itu, meskipun lihai dalam menggubah nada, tapi ada kurangnya juga. Kurangnya apa? Hehe, bagi saya sih, kurang setia. :p

Manusia itu tempatnya khilaf, salah, lupa. Yang Maha Sempurna hanyalah Allah Ta'ala. Jadi stop lah menghina-hina orang lain, apalagi sampai memojokkan orang yang kamu benci. Ayo belajar mengevaluasi diri sendiri, sudah sebermanfaat apa kita bagi orang lain?

Dan kembali lagi, tak ada gading yang tak retak. Maklumi sajalah.






Read More

Saat Mas Amay Mengeluarkan Alibi

Tuesday, March 31, 2015

Hari ini, Alhamdulillah dapat rezeki diskonan sebesar 500 rupiah di warung. :)

Ceritanya, selepas ashar saya hendak pergi ke warung untuk membeli diapers, mumpung Aga masih tidur. Saya ambil selembar seratus ribuan dari dalam dompet. Ketika melihat uang sepuluh ribuan, lima ribuan, dan seribuan di meja, saya pun menyambarnya. Lumayan, buat pegangan.

Nah, ikutlah Amay bersama saya. Anak itu nggak bisa nggak lihat ibunya walau sebentar. Mau ke warung aja diikutin. Lalu, meluncurlah kami berdua dengan sepeda motor.

Begitu turun dari motor, langsung deh anak sholih itu mengambil es krim. Hhmmm... Kepada pemilik warung saya minta diapers. Kemudian ketika melihat beras, teringat beras di rumah yang tinggal beberapa butir. :D

Belum selesai, ingat lagi minyak goreng yang tinggal beberapa tetes, minyak telonnya duo krucils, dan shampoo. Eeeaaa, ini tanggal tua sih yaa.. Dan tepat sekali, semua sudah pada habis. :p

Saya masih pede, insya Allah uangnya cukup deh. Eee, tiba-tiba Mas Amay nyeletuk. "Mas Amay mau nyariin makanan buat Mama, ah.." kemudian saya tanggapi, "Tapi Mama ngga pengen makanan tuh, Mas."

Anak itu menjawab lagi, "Haai (pakai nadanya upin ipin dan boboiboy), Mas Amay cuma mau ngambilin makanan buat Mama koq. Kasihan Mama... (Maksudnya kasihan kenapa nih, Mas? Kasihan Mamanya ngga pernah makan? Haha...)"

Setelah bolak-balik-bolak, dia ternyata tidak menemukan makanan yang dia maksud. "Tapi ngga ada Ma, makanannya." Wooo, langsung dong saya komentari, "Lha itu apa? Ini makanan, itu makanan."

"Ngga ada koq, Ma..." katanya keukeuh. "Oh, ya udah, Mama juga lagi ngga pengen beli makanan koq." lanjut saya.

Tapi itu tidak berlangsung lama. Ketika Mas Amay mendongak ke atas lalu melihat sesuatu yang pating nggrandul, matanya langsung berbinar. "Nah, itu ada Ma. Mama suka itu kan?" katanya sambil menunjuk makanan tertentu.

"Hmm, bilang aja kalau Mas Amay yang pengen. Kamu mah pakai atas nama Mama segala." kata saya.

"Tapi Mama suka 'kan?" ledeknya. "Iya sih," kata saya dalam hati.

Mendengar obrolan saya dengan Mas Amay, si bapak pemilik warung senyam-senyum. "Kamu lucu ya..." katanya sambil melihat pada si ganteng.

Lalu tibalah saat berhitung. Diapers, minyak telon, minyak goreng, shampoo, es krim, makanan ringan, dan beras. Tetooot, seratus tujuh belas lima ratus.

Mendadak saya teringat uang di kantong. "Waduh, cukup nggak ya uangnya?" Huuu, kepedean sih, apa-apa diambil.

Dan ternyata uang saya cuma seratus tujuh belas ribu. "Yaah, kurang lima ratus pak. Apa ini aja ngga usah deh."

Si bapak dan istrinya senyum-senyum, "Sudah mbak, wong belanjanya banyak. Biar aja." Aduh, jadi ngga enak hati sebenarnya. Tapi Alhamdulillah ya, dapet rezeki. Untung cuma kurang lima ratus yaa..hihi..
Read More

Sego Wiwit

Sunday, March 22, 2015

Jika Anda berasal dari desa yang punya banyak sawah, khususnya di sekitaran Jawa Tengah, kemungkinan besar Anda tahu apa itu Sego Wiwit. Kenapa mesti desa yang punya sawah? Karena Sego Wiwit ada hubungannya dengan kegiatan bertani.

Sego Wiwit biasanya dibuat untuk mengawali panen. Ada juga yang membuat Sego Wiwit untuk mengawali musim tandur atau tanam padi. Di daerah saya, sebuah desa kecil di Purworejo, Jawa Tengah, Sego Wiwit lebih dikenal dengan nama Wiwitan.

Wiwit sendiri mempunyai arti “memulai” atau “mengawali”. Sedangkan Sego berarti “nasi”. Makna yang lebih luas dari dibuatnya Sego Wiwit ini sebenarnya adalah pengungkapan rasa syukur bahwa panen telah tiba, atau sebagai pengharapan akan hasil panen yang lebih baik di musim tanam kali ini (jika Sego Wiwit dibuat di awal musim tandur).

Sego Wiwit biasanya memiliki beberapa menu sebagai pelengkap, yaitu; urap atau klubanan (orang Solo menyebutnya gudangan), gereh (ikan teri, bisa juga diganti peyek teri), irisan telur rebus, dan tempe goreng.

sego wiwit

Sayangnya, sudah banyak petani yang meninggalkan tradisi ini. Di tanah kelahiran saya kini, hanya beberapa orang saja yang masih membuat sego wiwit untuk dihantar ke tetangga sekeliling setiap panen atau tandur.

Untuk mengobati kerinduan akan rasa sego wiwit, Alhamdulillah kini sudah ada tempat makan asik yang pas di lidah dan ramah di kantong.

alamat lesehan sego wiwit
Kebetulan, kemarin keluarga Akanoma berkunjung kesana sebagai ungkapan rasa syukur atas kemenangan Akanoma di National Holcim Award 2014.



Tempatnya yang asik, membuat pengunjung betah berlama-lama. Bahkan, bayi Aga pun sampai tidur nyenyak dibelai semilirnya angin yang bertiup sepoi-sepoi. :)






Read More