Untuk Sebuah Kebahagiaan yang Dibuat-buat

Thursday, November 15, 2018

Di sebuah pertemuan, A terlihat sangat bahagia bertemu dengan kawan-kawannya. Sesekali dia melontarkan guyonan, yang membuat gengnya itu terbahak-bahak. Hening kemudian, setelah gelak tawa tumpah tak bersisa.

Seorang kawannya berbisik, "Are you okay? Kamu heboh banget hari ini, nggak kayak biasanya."

A memahami maksud sahabatnya. "Aku baik-baik aja, aku bahagia," katanya sambil menggelengkan kepala, dengan senyum yang tak pernah lepas dari bibirnya. Dia lupa, tatapan matanya tak bisa menyembunyikan apa-apa.

"Orang yang banyak ketawanya, biasanya banyak nangisnya juga," sahut sang sahabat lagi. "Tapi semoga kamu nggak termasuk di dalamnya."

"Kalau mau cerita, telingaku masih kusediakan untuk mendengarkan." ujar sang sahabat, sembari menatap A lekat-lekat.

A tersenyum. Dalam hati ia bersyukur memiliki sahabat seperti orang yang ada di hadapannya kini. Namun untuk saat ini, ia lebih memilih untuk menyimpan semuanya sendiri. Ia tak mau orang tahu duka apa yang sedang dijaganya. Ia hanya tersenyum, meski luka menjadi baju dan nafasnya. *pinjam potongan lirik Kerinduan - Payung Teduh
laugh a lot, hurt a lot. kayusirih.com

Cerita di atas hanya sebuah ilustrasi, terinspirasi dari kisah yang teman-teman saya alami. Apakah ada pembaca kayusirih yang mengalaminya juga? Kalian nggak sendirian. Ada banyak A di luar sana. Yang perlu kalian lakukan sekarang adalah mencari obatnya. Obatilah, sebelum lukamu semakin parah.

---

Banyak orang yang menyembunyikan luka di balik tawa. Mereka berusaha menyembuhkan perih di hati dengan caranya sendiri. Mereka tak ingin orang-orang di sekelilingnya merasakan sakit yang sama dengan yang dialaminya. Mereka pikir, kesedihan itu menular, jadi lebih baik kebahagiaan saja yang ia tularkan.

Seorang teman yang bernasib sama seperti A berujar, "Biar orang lihat bahagiaku aja, sedihku cukup aku aja yang tahu."

Walau dia sadar, kebahagiaannya hanya semu.

Palsu.

Karena muram yang masih membelenggu.


salah satu cara menyembunyikan kesedihan, pakailah topeng senyuman

Ingatan saya pun kembali ke tahun 2014. Saat itu, seorang komedian Hollywood, Robbin Williams, memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara mengerikan karena depresi yang dialaminya. Padahal dia kaya dan punya popularitas. Komedian pula. Seharusnya hidupnya penuh dengan canda tawa.

Atau jika kita mengingat apa yang terjadi pada Marshanda beberapa tahun lalu, kalau dipikir-pikir, Marshanda itu apa kurangnya? Dia cantik, kaya, karirnya bagus, saat itu sudah punya suami yang baik, ganteng, sholih dan setia, punya anak yang cerdas dan lucu juga. Kurang apa lagi?

Begitulah sebuah ironi. Sesuatu yang semestinya terjadi, justru bertentangan dengan realiti. Tapi kita bisa apa lagi, jika itu sudah kehendak Ilahi?
For indeed, happiness has nothing to do with money, beauty, or even popularity. 



"Hidup adalah kumpulan-kumpulan pilihan. Kalau bisa memilih untuk bahagia, kenapa harus tenggelam dalam derita? Kalau bisa bersyukur, kenapa harus menyesal?" Kata mereka.

Betul. Namun terkadang, kehidupan tak menawarkan pilihan dan hanya menuntut sebuah penerimaan. Seperti kita tidak dapat menolak turunnya hujan saat yang kita inginkan adalah kehangatan.

Jadi, untuk bahagia, tak ada cara lain selain menerima semuanya dengan lapang dada. Allah tak memberikan cobaan melebihi kemampuan hamba-Nya, bukan? 

Surrender, and you'll feel better

Untuk sakit yang kalian simpan sendirian, ayo lepaskan. Cari orang yang tepat, yang kalian percaya bisa membantu merawat luka yang kalian rasakan. Luka itu, sembuhkan. Jangan dibiarkan. Jangan sampai ia membunuhmu pelan-pelan.

Pada akhirnya, untuk kalian yang masih berjuang memaknai kebahagiaan, hanya do'a yang bisa kulangitkan... Dan satu yang harus kalian ingat: Kalian sangat berharga. Kalian berhak untuk bahagia. Bahagia yang sebenar-benarnya.

❤❤❤

Bersambung...





10 comments

  1. Aku suka berbagi cerita pada anak-anak dan suami. Mereka tempat mencurahkan segala rasa. Sedih dan gembiraku, mereka tahu semua.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, punya keluarga yang selalu ada ya, Bu.. :)

      Delete
  2. Iya memang ada orang-orang seperti itu, karena mereka kurang percaya dengan kehadiran keluarganya, sahabat-sahabatnya. Dan sebaik-baiknya penolong memang hanya Allah SWT.

    ReplyDelete
    Replies
    1. bukan kurang percaya sih, cuma mungkin karakternya emang nggak mau merepotkan aja..

      Delete
  3. Klo aku tipikal yg ga bisa nyimpen kesedihan, kekurangsregan, kedongkolan lama2, tetep kudu disalurkan soalnya ga enak di hati hihi
    Untung paksu selalu bisa jd temen tsurhat anywhere en everywhere

    ReplyDelete
    Replies
    1. alhamdulillah ya, tante.. aku selain paksu, ada #bloggerKAH juga, wkwkwk... grupnya isinya banyak curhatnya, wkwkwk

      Delete
  4. Klo aku klo lagi sediiiih banget...biasanya cari teman untuk cerita mba...

    Cerita aja, ntar rasanya udah mendingan. Tapi biasanya ceritanya ke tmn sih. Klo pak suami malah nggak...habis klo dicritani, cuma diem doang. Nggak langsung respon...

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihi, ngga apa-apa, Mbak, yang penting punya tempat untuk cerita..

      saya biasanya, selain sama suami, cerita sama bapak, sama tante juga.. soalnya ibu udah ngga ada, jadi ya ceritanya ke adiknya..xixi

      Delete
  5. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  6. Template-nya baru....sejak kapan? ��

    Setuju banget, hidup kadang nggak ngasih pilihan, selain "kamu harus terima". Dan saat diterima itulah, kebahagiaan akan datang sendiri. Sudah berkali-kali ngalamin momen ini. Sekarang Alhamdulillah, I can smile happily ��

    I removed the previous comment, some typos there, mianhe..... :) :)

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung. Silakan tinggalkan komentar yang baik dan sopan. Komentar yang menyertakan link hidup, mohon maaf harus saya hapus. Semoga silaturrahminya membawa manfaat ya...