Belajar Menulis Tanpa Tangis

Tuesday, August 20, 2019



Tahun ini Aga, anak kedua saya, sudah jadi anak TK. Meski belum secara intens belajar menulis, membaca dan berhitung, tetapi sedikit demi sedikit saya mulai memperkenalkan kegiatan itu. Saya mulai mengenalkan Aga dengan huruf dan angka, karena dia mulai penasaran dan ingin bisa membaca. 

Aga memang berbeda dengan kakaknya, Amay. Amay lebih cepat mengenal huruf dan angka, karena dia suka menggambar. Dulu, saat berumur 3 tahun, Amay sering sekali tiba-tiba menulis sesuatu yang dilihatnya, entah huruf atau angka. Dari situlah ia bertanya, hingga kemudian hafal dengan sendirinya.

Hobi menggambar ini pula yang memudahkan Amay saat belajar menulis. Inilah beberapa hasil karyanya dulu;




Gambar di atas adalah gambar yang dibuat oleh Amay ketika berumur 2 tahun 6 bulan. Katanya, ini adalah buaya yang sedang makan ikan. Sudah agak berbentuk, bukan?




Yang ini adalah gambar ketika Amay berumur 5 tahun. Sudah tampak lebih rapi, juga ada beberapa huruf (namanya sendiri), dan angka. Saya sendiri ngga paham 5700/4k itu maksudnya apa.

Di sini ia menggambar Totoro, Spinosaurus, dan hantu No Face yang ada di film Spirited Away. Saat itu, selain sedang menggandrungi dinosaurus, dia memang sedang menyukai film-film produksi Ghibli.

Oya, Amay memang sudah terbiasa memegang pulpen atau spidol dari kecil. Dia pun selalu percaya diri saat menggambar, jadi tidak perlu penghapus. :)




Saat berumur 6,5 tahun, yaitu ketika sedang duduk di kelas 1 SD, Amay membuat Enikki atau buku harian bergambar yang umum dibuat oleh anak-anak Jepang. Seperti di bawah ini.


Enikki ala Amay


Melihat hobi menggambar Amay, dan belakangan diikuti juga dengan hobi menulis, saya dan suami hanya bisa men-support supaya kegiatannya ini bisa menghasilkan manfaat. Dan alhamdulillah, tahun lalu, Amay bisa menghasilkan sebuah buku yang kami cetak sendiri. Kami juga menjualnya kepada teman-teman, dan hasil dari penjualan, seluruhnya kami sumbangkan untuk korban gempa Lombok, Palu dan Donggala.

Sungguh, saya menulis ini tanpa ada maksud untuk riya'.



Kembali ke Aga, karena dari kecil ia tidak terlalu suka menggambar, dan kurang tertarik juga dengan alat tulis, tentu motorik halusnya tidak terlalu berkembang dengan baik. Ya, tiap anak kan memang beda-beda bakatnya, yaa..

Jadi, untuk Aga saya membelikan activity book yang bisa dihapus. Wipe Clean gitu lah, biar hemat kertas. Hehe.. Selain itu, bukunya juga menarik karena ada banyak gambar yang berwarna-warni. Karena buku ini, belajar menulis jadi lebih menyenangkan.


Wipe Clean Book untuk Belajar Menulis


Nah, kalau teman-teman mau memulai mengajarkan anak untuk menulis, bisa nih dengan tracing dot seperti ini. Kalau nggak sempat beli buku wipe clean, bisa nge-print sendiri worksheet-nya. Banyak kok printable worksheet yang tersedia di internet.

Kalau ngga punya printer, ya pakai kertas kosong. Mulailah dengan garis-garis lurus, lalu perlahan ditambah tingkat kesulitannya menjadi zigzag atau melengkung. Sekreatifnya kita saja. Ingat-ingat bagaimana orang tua kita mengajari kita menulis waktu kita kecil dulu. Zaman dulu, semua masih serba terbatas kan? Kalau orang tua kita saja bisa, masa kita engga? :)

Lalu, kalau anaknya belum mau, ya jangan dipaksa apalagi dimarahi. Nanti kalau anaknya trauma sama buku dan pensil, gimana? Lagipula, sesuatu yang dikerjakan dengan penuh keihklasan dan kegembiraan, hasilnya akan lebih maksimal. Ya kan?

Eh, memang ada ya, orang tua yang mengajarkan menulis sampai anaknya menangis dan trauma?

Adaaaa...

Waktu saya mengajar TPQ dulu (saya pernah mengajar TPQ, sebelum akhirnya mengajar TK selama 3 tahun), ada satu wali murid yang hobi banget nyentil anaknya kalau tulisannya ngga rapi. Huhuhu... Sedih lihatnya. Kepala TPQ juga beberapa kali mencoba meredakan emosi si ibu ini sih, tapi selalu terulang lagi dan terulang lagi. Sudah karakter kali yaa... Nah, kalau di TPQ saja, yang bisa dibilang ada orang lain di situ, si ibu tidak malu menyentil anaknya, gimana kalau di rumah ya? Duh, serem bayanginnya.

Mengajari menulis dan membaca memang tidak semudah membalikkan tangan. Kita harus ekstra sabar. Toh semua ada masanya. Kalau sudah waktunya bisa, insya Allah bisa. Tetap semangat, yaa.. :)





4 comments

  1. Yang gambar umur 6 tahun film kesukaanku itu, fambarnya kyut banget huhuhu
    Pinter yak ma amay

    ReplyDelete
  2. Lucu juga nih Mbak gambarnya si kecil. Anakku juga masih suka coret-coret hihi

    ReplyDelete
  3. Pinter banget nih gambarnya juga bagus kok dek. Semangat nih ya buat dedeknya

    ReplyDelete
  4. Enniki yang dibuat dedek Amay tuh bagus banget hihi. Lucu aja gitu

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung. Silakan tinggalkan komentar yang baik dan sopan. Komentar yang menyertakan link hidup, mohon maaf harus saya hapus. Semoga silaturrahminya membawa manfaat ya...