#AyoHijrah Meski Istiqomah Bukan Hal Mudah. Bersama Bank Muamalat Indonesia, Bismillah Lebih Berkah.

Thursday, May 2, 2019

Istiqomah bukan hal mudah
#AyoHijrah

Hijrah menjadi kata yang akrab di telinga beberapa tahun belakangan. Secara harfiah, hijrah adalah berpindah. Namun, di kalangan para sufi dan ulama fiqih, hijrah tak hanya dimaknai sebagai perpindahan secara fisik, geografis, atau perilaku yang kasat mata saja. Lebih dari itu, hijrah merupakan kekuatan batin dalam menyisihkan segala sesuatu selain Allah dari dalam hatinya.

Dibandingkan saat memutuskan untuk berhijrah, sesungguhnya berjuang untuk istiqomah adalah hal yang lebih susah. Apalagi jika setiap hari kita menghadapi godaan di sana-sini. Namun, bukan berarti karena susah lantas kita boleh begitu saja menyerah. Bismillah saja, semoga Allah mempermudah.

Jika diminta untuk menuliskan pengalaman dalam berhijrah, barangkali tiga momen dalam hidup saya di lima belas tahun ke belakang ini layak dikisahkan.


Hijrah Pertama; Jual Perhiasan untuk Bisa Berjilbab


Momen hijrah yang pertama kali saya lakukan adalah saat kelas 3 SMA, saya mengganti seragam sekolah yang tadinya terdiri dari kemeja dan rok pendek, menjadi setelan panjang plus jilbab. Saat itu bulan Agustus 2004, beberapa hari menjelang Hari Kemerdekaan.

Perjalanan saya sampai akhirnya mantap berhijab, bisa dibilang cukup lama. Saya pernah sangat ingin berhijab saat menyaksikan video klipnya Haddad Alwi dan Sulis. Namun keinginan itu perlahan menghilang, dan salah satu penyebabnya adalah karena orang tua yang tidak terlalu men-support. 

Memang di masa itu masih jarang sekali ada anak sekolah yang menggunakan jilbab. Bahkan di kelas saya hanya ada 2 siswi berhijab. Orang tua saya pun beralasan, tak ingin jilbab dijadikan mainan. Khawatirnya, ketika nanti bosan lalu saya copot lagi jilbabnya. Begitu.

#AyoHijrah, source: Instagram Bank Muamalat Indonesia

Setelah melewati naik turunnya iman, keinginan untuk berhijab itu kembali muncul saat saya kelas 3 SMA. Apalagi, satu demi satu teman-teman saya di kelas pun mulai menutup aurat. Berhari-hari saya merayu ibu agar beliau mau membelikan seragam baru. Sampai akhirnya ibu berkata,

"Tanggung, Nduk, sedhela maneh wis lulus. Ibu durung kagungan duit."

Iya sih, memang serba tanggung. Saya sudah kelas 3 SMA dan itu berarti bahwa seragam sekolah hanya akan digunakan dalam beberapa bulan saja. Ini bisa menjadi sebuah  pemborosan di satu sisi, apalagi jika  mengingat bahwa ibu sedang tidak memiliki uang. Tapi karena niat saya sudah bulat, saya kembali bernegosiasi dengan beliau,

"Cincinku dijual wae, Bu, nggo tumbas seragam."

Melihat kesungguhan hati saya, ibu luluh juga. Cincin dan anting saya, saya lepas demi bisa membeli seragam baru. Untuk seragam putih abu-abu dan atasan seragam pramuka, ibu membeli setelan seragam yang sudah jadi. Rok pramuka dibuat dari kain yang sedianya akan dipakai untuk membuat celana bapak.

Adapun untuk seragam identitas sekolah, ibu membeli bahan dan langsung dititipkan ke penjahit. Alhamdulillah, seragam itu bisa selesai dalam waktu 3 hari. Nah, untuk seragam olahraga, kebetulan saya punya celana training pemberian Bulik Ning. Kaosnya saya kirim ke tukang jahit untuk diganti lengan panjang. Ini merupakan ide seorang teman yang juga baru berjilbab. Hihi, alhamdulillah, jadi lebih berhemat karena ternyata, mengganti lengan pendek menjadi lengan panjang saat itu cukup murah, hanya 15.000,- rupiah.

Dan minggu selanjutnya, saya sudah tampil dengan penampilan baru, alhamdulillah.

#AyoHijrah, source: Instagram Bank Muamalat Indonesia

Ya, hijrah itu siap. Saat kita menyadari waktu akan terus berjalan dan dunia ini hanyalah persinggahan sementara. Saat memutuskan untuk berhijab itu memang saya sering merasa takut kalau-kalau saya tak punya waktu lagi untuk sekadar menutup aurat.


Hijrah Kedua; Merelakan Kekasih Pergi Demi Cinta yang Sejati

Memutuskan untuk berhijab membawa konsekuensi tersendiri bagi saya pribadi. Dari pakaian yang saya kenakan, seringkali orang memandang bahwa pengetahuan agama saya lebih tinggi. Padahal tidak begitu juga. Menutup aurat adalah kewajiban, adapun ilmu dan pemahaman agama, bisa kita pelajari pelan-pelan.

Namun, anggapan orang-orang ini membuat saya termotivasi untuk ikut kajian setiap hari Jumat sepulang sekolah. Bersama Isnaeni, sahabat saya sedari kelas 1 SMP, saya menimba ilmu agama lebih dalam lagi.

Dari kajian-kajian itu, saya menyadari satu kekeliruan. Saya masih pacaran. Batin saya berkata ini salah, tapi di sisi lain saya tetap ingin melanjutkan hubungan ini. Saya beralibi, toh kami tidak pernah bersentuhan. Kami juga tidak pernah jalan berduaan. Kami hanya bertemu saat dia ke rumah, dan itu pun selalu didampingi anggota keluarga yang lainnya.

Sampai akhirnya datanglah hari itu. Di sebuah hari di akhir tahun 2005, di usia saya yang ke 17 tahun, usia di mana seorang remaja biasanya sedang butuh perhatian dan pengakuan akan keberadaannya dari pihak lain selain keluarga, di situlah saya membuat sebuah keputusan yang berat. Hari itu saya melepaskan seseorang yang telah sekian lama menghuni hati ini. Saya merelakannya pergi demi membuktikan cinta saya pada Illahi.

Butuh waktu untuk tak mengingatnya kembali di hari-hari yang saya lewati. Butuh waktu untuk benar-benar merelakannya pergi. Meskipun terkadang saya tergoda untuk menyapanya kembali, tetapi saya selalu berusaha untuk menahan diri.

Kadang ada rasa iri saat melihat teman-teman punya gandengan. Seringkali pula terpikir, “Kenapa aku harus tahu kalau pacaran itu dilarang? Kenapa aku nggak bisa cuek saja jika menyadari sebuah kesalahan? Kenapa aku harus takut sama dosa?” Begitulah, pemikiran-pemikiran bodoh itu seringkali terlintas.

Tapi sesaat kemudian saya disadarkan bahwa itulah cara Allah menyayangi kita. Sesuatu yang baik menurut kita, belum tentu baik di mata Allah juga. Seorang sahabat memberi nasihat,
“Surga itu diliputi perkara-perkara yang dibenci (oleh jiwa) dan neraka itu diliputi perkara-perkara yang disukai syahwat.” (HR. Muslim)

#AyoHijrah, source: Instagram Bank Muamalat Indonesia

Ya, meski saya belum tentu layak untuk masuk ke surga-Nya, setidaknya saya sudah berusaha.


Hijrah Ketiga; Menyimpan Uang di Bank Syariah

Proses pencarian jati diri masih saya lakukan sampai hari ini. Dalam pencarian itu, saya terus berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari ke hari. Saya pernah merasa tak berguna karena saya tak melakukan apa-apa, tetapi perasaan itu perlahan menghilang setelah saya bergabung dalam beberapa komunitas menulis.

Sudah 6 tahun saya menulis di blog, dan 3 tahun ini saya menjalani hobi ini secara profesional. Dari kegiatan ini, alhamdulillah saya mendapatkan teman, wawasan, dan penghasilan. Jika Andrea Hirata dalam buku Padang Bulan-nya mengatakan bahwa “Time heals every wound”, bagi saya, bisa menulis dan bertemu dengan teman-teman baru juga merupakan self healing.

Belakangan, tak hanya komunitas menulis saja yang saya ikuti. Awal tahun ini saya tergabung dalam sebuah komunitas bernama Institut Ibu Profesional (IIP). Tujuan utamanya adalah untuk meng-upgrade ilmu kepengasuhan. Alhamdulillah, dari sini saya bertemu dengan teman-teman baru. Salah satunya adalah Mbak Dian Safrina.

Suatu hari, Mbak Dian memesan buku pada saya. Ya, selain menjadi blogger, usaha sampingan saya adalah berjualan buku. Kegiatan ini bermula karena saya ingin menghadirkan buku bacaan untuk anak-anak, tapi jika terus-terusan membeli, ini berbahaya untuk kantong saya dan suami. Jadi, saya pun ikut berjualan deh, hehe...

Nah, saat Mbak Dian membayar bukunya, Mbak Dian mengajak saya untuk berhijrah. Hijrah apa? Hijrah rekening, hehe... Ke mana? Ke Bank Muamalat Indonesia (BMI). Memang, ketika Mbak Dian menjadi Star of The Day di IIP beberapa waktu lalu, Mbak Dian memperkenalkan dirinya sebagai seorang bankir di bank syariah pertama di Indonesia, yaitu Bank Muamalat.


Nah, gambar di atas adalah tangkapan layar saat Mbak Dian mengajak saya untuk hijrah ke Bank Muamalat.

Jika dua kisah hijrah saya sebelumnya dilakukan dengan "memaksakan diri" (Ya, terkadang kita harus memaksakan diri untuk melakukan sebuah kebaikan, bukan?), hijrah yang satu ini tak perlu dipaksa-paksa lagi. Dengan senang hati saya menyambut tawaran Mbak Dian, dan akhirnya kami pun berkencan.



Mbak Dian menawarkan, "Mau buka rekening apa, Mbak Arin? Ada Mudharabah dan Wadiah. Kalau Mudharabah, ada bagi hasil dan ada biaya administrasi. Nah kalau Wadiah, artinya titipan, jadi tidak ada biaya administrasi, tapi Mbak Arin tidak akan mendapatkan bagi hasil juga."

Mendengar penjelasan tersebut, saya memutuskan untuk memilih Wadiah saja.

Sempat ada sedikit kejadian lucu, karena saya tidak memiliki SIM, juga tidak memiliki NPWP. KTP pun bukan KTP Solo, karena saya masih belum bisa move on dari Purworejo. Mbak Dian sampai gemes, xixixi... Tapi alhamdulillah saat itu saya membawa Kartu Keluarga. Dengan menambahkan NPWP suami, akhirnya rekening saya di BMI pun sudah jadi.

Dengan Mbak Dian Safrina, teman di IIP

Setelah rekening selesai, Mbak Dian membimbing saya untuk mengunduh aplikasi mobile banking Bank Muamalat. Dengan penuh kesabaran, Mbak Dian juga mengajari saya cara mengoperasikannya. Alhamdulillah, jadi nggak bingung deh.


Tentang Bank Muamalat dan #AyoHijrah 

Oya, sejak 8 Oktober 2018 yang lalu, Bank Muamalat Indonesia telah melangsungkan Grand Launching kampanye Ayo Hijrah. Apa sih #AyoHijrah itu dan apa tujuannya?

#AyoHijrah adalah gerakan yang mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk bersama-sama selalu meningkatkan diri ke arah yang lebih baik dalam segala hal. Islam bukan hanya agama yang mengatur hubungan kita dengan Sang Pencipta, tapi juga merupakan jalan hidup (way of life) sehingga #AyoHijrah juga mengajak untuk menjalani hidup sesuai tuntunan Islam, agar hidup kita semakin baik dan berkah.

Tujuan kampanye #AyoHijrah ini adalah, dengan #AyoHijrah diharapkan ada peningkatan kualitas diri, baik secara individu maupun organisasi, untuk semakin kaffah menjalankan syariat Islam, khususnya dalam konteks layanan perbankan syariah. Bank Muamalat juga bercita-cita untuk menyetarakan pertumbuhan nasabah bank syariah agar setara dengan kondisi rakyat Indonesia yang mayoritas muslim.

Lalu mengapa masyarakat Indonesia harus hijrah ke Bank Muamalat? Nah, beberapa alasan ini bisa menjawab apa saja yang melatarbelakangi hijrah saya;

1. Bank Muamalat adalah bank pertama murni syariah di Indonesia yang berdiri sejak 1992

2. Bank Muamalat tidak menginduk dari bank lain, sehingga terjaga kemurnian syariahnya

3. Pengelolaan dana di Bank Muamalat didasarkan pada prinsip-prinsip ekonomi syariah yang dikawal dan diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah

4. Bank Muamalat memiliki produk dan layanan keuangan lengkap yang ditunjang dengan berbagai fasilitas seperti Mobile Banking, Internet Banking Muamalat dan jaringan ATM dan Kantor Cabang hingga ke luar negeri

Pada tahun 2009, bahkan Bank Muamalat mendapatkan izin untuk membuka kantor cabang di Kuala Lumpur, Malaysia. Hal ini menjadikan Bank Muamalat sebagai bank pertama di Indonesia yang mewujudkan ekspansi bisnis di Malaysia. Hingga saat ini, Bank Muamalat telah memiliki 325 kantor layanan, termasuk 1 kantor cabang di Malaysia. Operasional Bank juga didukung oleh jaringan yang luas berupa 710 unit ATM Muamalat, 120.000 jaringan ATM Bersama dan ATM Prima, serta lebih dari 11.000 jaringan ATM di Malaysia melalui Malaysia Electronic Payment (MEPS).

Tentang Bank Muamalat Indonesia

Nah, sejalan dengan kampanye #AyoHijrah ini, produk Bank Muamalat juga berubah nama, seperti:
Tabungan iB Hijrah
Tabungan iB Hijrah Haji dan Umrah
Tabungan iB Hijrah Rencana
Tabungan iB Hijrah Prima
Tabungan iB Hijrah Prima Berhadiah
Deposito iB Hijrah
Giro iB Hijrah
Adapun Pembiayaan Rumah iB Hijrah Angsuran Super Ringan dan Fix and Fix, masih dalam proses pengajuan kepada Regulator / OJK

Nah, semoga dengan kampanye #AyoHijrah ini, Bank Muamalat Indonesia bisa menjadi pusat dari Ekosistem Ekonomi Syariah, dan cita-citanya untuk turut membangun industri halal di Indonesia bisa terwujud. Aamiin YRA.


70 comments

  1. Hebat ya Mbak berani melepaskan perasaan kepada manusia padahal masih usia 17 tahun...semoga selalu istiqomah

    ReplyDelete
    Replies
    1. aamiin YRA. makasiiih, Mbak.. mohon doanya selalu. :)

      Delete
  2. Arin, saya baru tahu kalo Bank Muamalah udah ada aplikasinya. Jadi praktis kalo pengen ngecek saldo, hahaaa... suka banget cek transferan. Oiya, banyak ya bank syariah yang lahir dari bank konvensional dan aku masih ragu dengan yang ini. Kalo Bank Muamalat ini udah syariah sejak lahir dan menjadi bank pertama dengan label syariah ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak Wati, alhamdulillah kemarin langsung pasang aplikasinya, hihi.. Dibantu juga sama Mbaknya.

      Nah itu, karena ini juga aku jadi semakin yakin pas diajak #AyoHijrah. BMI sejak awal sudah syariah, jadi bukan dari bank konvensional yang disyariahkan..

      Delete
  3. Saya belum punya rekening di Bank Muamalat Indonsia, karena di sini jauh Mbak. Tapi pernah baca seprtinya bisa ya, membuka rekening di BMI secara online gitu?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Untuk pembuatan rekening secara online, kebetulan saya belum tahu, Mbak.. Tapi menurut saya, sebaiknya secara langsung saja sih, supaya akadnya lebih jelas.

      Semoga Bank Muamalat semakin memperluas layanannya ya, Mbak, supaya bisa menjangkau tempat tinggal Mbak Astin. Aamiin YRA.

      Delete
  4. Banyak yang udah buka rekening di Bank Muamalat yaa? jadi pengen buka juga deh tapi belum sempat-sempat ke banknya nih

    ReplyDelete
    Replies
    1. #AyoHijrah Mbak Ira.. Sempatkan untuk buat rekeningnya, hehe..

      Delete
  5. Bank Muamalat merupakan pelopor bank syariah pertama di Indonesia, pelayanannya juga bagus banget. Beberapa teman pernah merekomendasikan bank ini mbak. Sukses ya mbak dalam segala jalan untuk hijrah :)

    ReplyDelete
  6. Bank Muamalat adalah bank pertama yang memprakasai sistem perbankan syariah. Semoga dengan kemudahan ini kita semua bisa memanfaatkannya dengan baik.

    ReplyDelete
  7. Wah Hijrah untuk berjilbabnya lebih duluan keren nih mamanya Ms Amay & Dek Aga tahun 2004 aku baru mau nikah :) Waktu itu aku ke Mal di Jawa Tengah kaya orang asing bisa dihitung jari yang pakai jilbab.

    Allhamdulillah dikasih izin ibu juga ya untuk jalan yang baik Insya Allah gpp jual perhiasan semoga bisa terus hijrah sampai menyimpan uang pun pakai syariah Islam ya di Bank Muamalat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak Lidya, dulu di kelas saya masih jarang yang pakai jilbab, lama-lama alhamdulillah semakin banyak.

      Sekarang malah banyak yang pakai jilbab, yaa.. Alhamdulillah.. Semoga dengan semakin banyak yang berhijab, semakin banyak yang bersemangat untuk mempelajari agama juga dan mengamalkannya. :)

      Delete
  8. Hijrah itu butuh perjuangan dan istiqomah. Dulu sih pernah iri sama temen soal ini itu. Tapi sekarang gak lagi. Dan aku juga kepikiran buat nabung di bank syariah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihi, iri kenapa, Mbak? Kalau sama orang yang lebih 'alim, lebih taqwa, lebih rajin ibadahnya, kita kan memang harus iri. Artinya, kita termotivasi untuk menjadi lebih baik lagi dari hari ke hari. :)

      Delete
  9. Jadi pengen ikut nabung di bank Muamalat mba....membaca cerita hijrahnya bikin salut..inspiring mbak....semoga tetap Istiqomah dalam berhijrah ya mba....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin YRA, terima kasih banyak do'anya, Mbak. :)

      Delete
  10. Akutu percaya banget, bahwa pahala hijrah itu terletak di beratnya ujian.
    Semakin berat ujiannya, in syaa Allah pahalanya semakin banyak.

    Dan kak Arinta, mashaAllah...

    Aku gak seperti kak Arinta walau sama-sama mengubah penampilan dari SMA.
    Kedua orangtuaku langsung "Iyes.." aja...

    Semoga beralih ke Bank Syariah seperti Bank Muamalat, menambah ghirah berhijrah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gitu ya, Kak? Aamiin YRA, walau memang untuk istiqomah itu sangat berat yaa.. Kadang suka muncul rasa malas untuk ibadah, Kak.. Astaghfirullah.. Huhuhu...

      Delete
  11. Duh, bikin kepengen hijrah total jadinya. Terutama soal tabungan. Biar tenang dan berkah ya. Semoga kita semua bisa segera hijrah :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo, Teh... Buka tabungan untuk umroh/haji juga bisa.. Atau untuk anak-anak gitu. Hehe..

      Delete
  12. Membaca kisah hijrah mba Arinta bikin merinding aja, kalau saya memang sudah lama jadi nasabah bank muamalat karena dulu kantor gajiannya lewat bank mualamat, lalu rekening tutup karena sudah resign, jadi pengen buka rekening lagi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, sayang sekali, Mbak.. Ayo Mbak, dibuka lagi. :)

      Delete
  13. Aamiin YRA.. Bank Muamalat memang sejak awal berdirinya sampai sekarang tetap jadi rujukan bank syariah pertama ya.. program-programnya juga semakin berkembang.. sangat mungkin Bank Muamalat Indonesia bisa menjadi pusat dari Ekosistem Ekonomi Syariah, dan csemoga cita-cita mulianya dapat terwujud ya untuk membangun industri halal di Indonesia

    ReplyDelete
  14. Iya ya harus hijrah totalitas bila ingin bahagia dunia akhirat..

    ReplyDelete
  15. Maa syaa Allaah pengalaman hijrahnya menginspirasi sekali Mbak. Hijrah pertama (penampilan) dan kedua (lepas dari hubungan tak halal) memang tidak cukup ya Mbak, karena memang kita dituntut masuk islam secara kaffah (menyeluruh) jadi hijrah financial itu juga penting apalagi kita sudah tahu hukum segala hal yang berkaitan dengan Riba adalah Haram.

    ReplyDelete
  16. Masha Allah pengalaman hijrah Bener-bener memberikan dampak positif sekaligus pelajaran juga keep istiqamah ya mbk

    ReplyDelete
  17. Barokallah ya Mba Rin, dengan muamalat kita lebih lega
    lebih kayaknya sesuai dengan menjalankan apa yang diperintahkan dalam syariat
    apalagi kampanye ayo hijrahnya susah buat nolak

    ReplyDelete
  18. Pengalaman hijrahnya menginspirasi sekali mba :"") Aku ikut terharu. Mungkin aku juga waktunya berhijrah ya. Tapi masih takut omongan sana-sini. Godaan dunia masih banyak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak, memang harus benar-benar niat. Hihi, dan ini memang agak susah. :)

      Delete
  19. Bank Muamalat ATMnya susah gak sih Mbak? Kalo buat ambil uang gitu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Memang ngga sebanyak bank konvensional lain yang ATM-nya ada di mana-mana sih, Mbak.. Tapi ini justru jadi memudahkan saya untuk menabung. :)

      Tapi untuk transfer-transfer kan sekarang gampang, Mbak.. Ada mobile banking kan.. :)

      Delete
  20. Semoga kita trus istiqomah untuk hijrrah menuju yg lebih baik selalu.. Aamiin. Selamat hijrah ke BMI Mba

    ReplyDelete
  21. Ah jd ngingetin kisah aku pakai kerudung, sama cuma dua org di kelasku yang berhijab :D
    Alhamdulillah ya skrng sudah ada bank Syariah kyk Muamalatii yang bantu kita tenang menyimpan uang, insyaAllah berkah ya mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kan Mbak, dulu masih jaraaang banget yang pakai jilbab. :)

      Delete
  22. Alhamdulillah aku udah 6 tahun jadi nasabah Bank Muammalat, hehe hijrah menggunakan bank syariah memang perlunya, selain hijrah dalam hal lain juga

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waaah, alhamdulillah ya, Mbak.. Udah hijrah rekening dari dulu. :)

      Delete
  23. Y allah sampai jual emas segala demi pakai jilbab ya. Mantap mbak. Aku jg jadi ingin berhijrah ke muamalat nih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo Mbak, buka tabungan haji atau umroh di Muamalat. :)

      Delete
  24. Salah satu istiqomah kita terhindar dari riba ya pakai bank syariah muamalat ini ya.. Yang terpercaya..

    ReplyDelete
  25. aku udah buka rekening di muamalat juga, lebih tenang rasanya. ibuku tadinya ga mau nabung di muamalat, setelah kena tipu jaringan investasi (pdhal udh bolak balik dikasi tau suru tarik uangnya tapi beliau ogah), baru mau nabung di muamalat. insha Allah lebih berkah :)

    ReplyDelete
  26. Pas banget deh aku kemarin datang ke kajian hijrah finansial. Tadinya mau tutup tabungan muamalat karena jarang dipakai langsung pengen aktifkan lagi dan beralih seterusnya. Semoga Istiqomah aamiin..

    ReplyDelete
  27. Mba sama kayak aku dulu pas mau berjilbab itu aku baru masuk SMA kelas 1 sementara mendiang ibu udah beli baju pendek dan memang uangnya pas-pasan tapi karena aku udah mantap alhamdulilah justru teman-teman rohis yang support sampai akhirnya aku dibelikan kerudung warna hitam jilbab pertamaku yang dibelikan ibu kala itu sampai skearang masih kusimpan kenangan sekali :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak, dulu tu sempat nyesel pas kelas 1, kenapa belinya seragam pendek.. Tapi setelah itu jadi nggak terpikir untuk pakai jilbab lagi. Baru setelah kelas 3, keinginan untuk berhijab muncul kembali.

      Delete
  28. Saya sudah mulai hijrah ke bank syariah beberapa waktu lalu. Mudah-mudahan dalam hal lain mulai tertib.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, Mbak.. Semoga dimudahkan selalu, ya.. Aamiin YRA.

      Delete
  29. wahh proses berhijabnya mba, subhanallah :)
    Aku juga udah denger tentang programnya bank muamalat, sodaraku juga udah mulai buka rekening disana..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, Mbak.. Penuh perjuangan, hehe.. Ayo Mbak, buka rekening di Bank Muamalat juga. :)

      Delete
  30. Untuk buka rekening, KTP nya harus sesuai dengan kantor cabang tujuan membuka rekening ya mbak? Saya domisili malang, tapi KTP masih klaten hehe... Masih males ngurus pindah-pindah karena ortu masih berharap saya bisa mutasi ke daerah dekat-dekat klaten

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebaiknya iya, mbak.. Tapi kemarin saya bisa KTP Purworejo, bikinnya di Solo. Cuma memang harus bawa KK, Mbak..

      Delete
  31. Keren programnya bank muamalat. Semoga istiqomah hijrahnya..

    ReplyDelete
  32. Aku jadi berfikir mau hijrah dalam keuangan dulu nih, karena kalau hijrah tuh kudu proses makanya harus dibuat listnya termasuk hijrah dari bank konvensional ke syariah. Mau ah meluangkan waktu untuk membuat rekening di bank Muamalat.

    ReplyDelete
  33. Perjalanan hijrahnya begitu luar biasa, memang kerap ada pengorbanan yg dilakukan untuk menuju ke arah yg lebih baik. Dan saat ini nampaknya proses mengolah keuangan pun tak lepas dengan berhijrah menerapkan yg berbasis syariah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak, perlu niat yang kuat banget memang.. Dan setelah hijrah itu, belum selesai perjuangannya, karena berjuang untuk istiqomah itu lebih berat.

      Delete
  34. Setujuuu, istiqamah itu jauh lbh ssh dibanding hijrah, tp klu ad nIat dan tekad insya Allah pasti bisa

    ReplyDelete
  35. Perjalanan panjang untuk hijrah ya mbaa.. dan kinindilengkapi dengan hijrah finansial ya mba

    ReplyDelete
  36. Semua butuh pengorbanan dan perjuangan ya. Aku dulu jual komik buat bisa berhijab di sekolah. Wlau abis itu masih buka pasang.

    Aku sudah nasabah bmi ini alhamdulillah pelan2 hijrah 😍😍

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung. Silakan tinggalkan komentar yang baik dan sopan. Komentar yang menyertakan link hidup, mohon maaf harus saya hapus. Semoga silaturrahminya membawa manfaat ya...