Showing posts with label Kesehatan. Show all posts
Showing posts with label Kesehatan. Show all posts

7 Cara Efektif Menghalau Stres. Cobain!

Friday, November 26, 2021

 

Namanya juga hidup, pasti banyak cobaan. Kalau banyak cucian, namanya laundry.
Kalimat yang viral di reels instagram ini bikin saya ketawa. Memang benar, yaa, menjadi orang dewasa itu rumit. Banyak hal yang harus dikerjakan, pun banyak yang juga harus dipikirkan. Namun, itulah dinamika kehidupan. Kita harus pandai-pandai menjalani dan mencari jalan keluar atas segala permasalahan. Kalau terlanjur stres, saya biasanya menerapkan beberapa tips dari Kemenkes RI berikut ini supaya stres tidak berlarut-larut dan menimbulkan masalah bagi kesehatan.

Cara Efektif Menghalau Stres
Cara Mengatasi Stres, Sumber: http://p2ptm.kemkes.go.id


Memangnya Arin pernah stres?

Pernah lah... Hanya saja, tidak semuanya saya luapkan di media sosial, karena buat apa? Toh, teman-teman di medsos banyak macamnya. Maka dari itu, untuk mengatasi stres yang saya alami, saya lebih suka melakukan beberapa tips berikut ini:

1. Meningkatkan Ibadah dan Mendekatkan Diri pada Tuhan

Klise banget memang. Tapi coba deh, saat banyak masalah datang, mendekatlah pada Sang Maha Penyayang. Insya Allah, hati akan jadi lebih tenang. Saya sering membuktikan sendiri soalnya. Dan saat kita benar-benar berserah, pasrah, pertolongan Allah akan datang bahkan dari arah yang mungkin tidak pernah kita sangka.

2. Berpikir Positif

You are what you think. Pikiran positif akan menghasilkan energi positif, dan sebaliknya, pikiran yang negatif akan menghasilkan energi yang negatif juga. Maka dari itu, kita perlu melatih diri untuk senantiasa berpikir positif, agar saat tertimpa masalah / musibah, jiwa kita tidak gampang goyah.

3. Bicarakan Keluhan dengan Seseorang yang Dapat Dipercaya

Kadang, kita mau curhat aja ngga sanggup, ya? Takut orang yang kita percaya kurang amanah, takut saat curhat malah di-judge, dll. Namun, jangan kejam pada diri sendiri. Kalau ngga sanggup cerita pada keluarga atau sahabat, coba ungkapkan perasaan lewat tulisan, siapa tau bebannya bisa berkurang. Jika memang butuh bantuan profesional, jangan malu. Sayangi dirimu.

Baca : Mencintai Diri Sendiri, Egoiskah?


4. Melakukan Kegiatan yang Sesuai dengan Minat dan Kemampuan

Saya pernah menuliskan di blog ini, bagaimana saya bisa pulih dari rasa rendah diri. Berawal dari cita-cita menjadi seorang penulis, saya pun bergabung ke dalam berbagai komunitas menulis mendapatkan teman baru, ilmu baru, pengalaman baru, dan juga sumber penghasilan baru. 

Baca di sini: Menjaga Kesehatan Jiwa dengan Menjadi Narablog


5. Kembangkan Hobi yang Bermanfaat

Kini, selain menulis, saya pun menjalankan hobi lain, yakni berkebun. Dari berkebun, saya mendapat banyak manfaat, yakni kepuasan, kesenangan, dan ketenangan.

Baca : Manfaat Berkebun untuk Kesehatan Mental Menurut Ben dan Rara Sekar


6. Relaksasi, Tenangkan Pikiran

Berkebun memang membuat relaks. Namun, saya hampir tidak pernah berkebun di siang bolong. Panas kan, hihi... Nanti kalau saya meleleh gimana? 😂 Dan memang, waktu paling nyaman untuk berkebun adalah di pagi dan sore hari.

Nah, supaya pikiran tetap rileks di siang dan malam hari, saya biasanya melakukan 2 hal ini: Menonton Drama Korea atau Bermain Game.

Untuk drakor, teman-teman pasti sudah tau ya, nontonnya di mana. Saya cuma mau berpesan, nontonnya di tempat yang legal aja, yaa, supaya lebih berkah. Modal dikit lah buat beli yang premium. Di e-commerce banyak kok yang menjual paket nonton premium dengan harga promo. 😁

Tapi kalau pengen yang free, main game di plays.org aja. Ada sekitar seribu permainan di situs ini, dengan banyak kategori seperti Education, Comic Games, Cartoon Games, Sport Games, dll. Semuanya gratis. 

Saya sendiri paling suka dengan Classic Solitaire: Free Online Klondike Solitaire Card Game karena game ini adalah game favorit saat remaja dulu. Kalau stres dengan tugas kuliah, hiburannya adalah Solitaire. 😁

situs game online gratis
Main Game Solitaire Gratis


Eh, kalau Emaknya main game, anaknya gimana? 

Ya tak ajak lah... Yang ini toh ngga perlu top up segala. 😁

Dan Solitaire memang cocok dimainkan siapa saja, baik anak-anak maupun orang dewasa.

Game Online Gratis untuk Anak-anak dan Dewasa
Main Solitaire Gratis di plays.org

Nah, tampilannya kira-kira seperti ini. Ada pilihan "undo" kalau mau membatalkan langkah, juga ada pilihan "new" untuk membuka permainan baru. 

Dan memang, permainan kartu seperti ini kadang keberhasilannya tergantung kocokan mesin, yaa... Hihi... Makanya, kalau sudah stucked, biasanya saya lebih memilih untuk klik "new" aja, daripada pusing.

Oya, di sini kita bisa pilih, mau draw 3 kartu atau 1 kartu saja. Saya lebih suka draw 1 kartu sih, karena peluang stucked-nya lebih kecil dibanding draw 3 kartu. 


Cara Efektif Menghalau Stres
I won, yeaaayy!


Untuk cara permainannya, sama seperti permainan Solitaire pada umumnya. 

  1. Di sini tersedia 52 kartu yang harus kita susun ke bawah dari K - Q - J - 10 - 9 - 8 - 7 - 6 - 5 - 4 - 3 - 2 - A, dengan warna selang-seling. Hitam - merah - hitam - merah, atau merah - hitam - merah - hitam.
  2. Nah, di 4 kotak yang berada di atas, kita harus menyusunnya berurutan dari A - 1 - 2 - 3 - 4 - 5 - 6 - 7 - 8 - 9 - 10 - J - Q - K, akan tetapi di sini warna dan bentuknya harus sama.

Kira-kira seperti ini, yaa...

Game Online Gratis untuk Anak-anak dan Dewasa


Seru kan?

Permainan ini bisa melatih kita untuk lebih teliti dan berpikir strategis. Dan seperti yang saya katakan di atas, game ini tidak hanya orang dewasa yang bisa memainkan, anak-anak juga bisa. 😊

Baiklah, sekarang kita ke tips terakhir cara mudah mengatasi stres, yaa... Apa itu?

7. Olahraga

Mens sana in corpore sano. Di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat. Secara logika, kalau badannya sakit, mentalnya juga rawan tumbang, ya kan? Jadi, olahraga juga penting, karena saat berolahraga, tubuh akan mengeluarkan hormon endorfin yang dapat mengurangi rasa sakit dan juga dapat memberikan energi positif.

~~~

Baiklah, itu dia cara mengatasi stres yang mudah dan murah ala kayusirih. Untuk teman-teman yang sedang gundah karena banyaknya masalah, coba terapkan 7 tips menghalau stres di atas, dari yang pertama sampai yang terakhir. Bismillah, semoga berhasil, yaa... Jangan lupa bahagia. 😊



Read More

My Allergy Story

Monday, September 6, 2021

 

Selasa pagi di penghujung bulan Agustus, saya bangun tidur dengan gelisah. Sekujur tubuh saya terasa gatal, dan ketika saya periksa, kulit saya telah berubah menjadi kemerahan. Ada beberapa bagian yang berupa bentol, tetapi kebanyakan lebih serupa pulau-pulau besar berwarna merah. Gatal sekali.

Melihat saya yang bolak-balik garuk-garuk kulit dan terlihat panik, suami bertanya, "Dirimu kenapa?"

Saya cuma bisa menggeleng. I don't have a clue at all, karena saya tak pernah mengalami kejadian seperti ini sebelumnya.

ruam-kulit
ruam kulit via klikdokter

 

Lalu...

Tau ngga sih, apa yang ada di pikiran ketika gatal-gatal kayak gini? Iyes, alergi. Maka, dua jenis minuman inilah yang sekonyong-konyong melintas di kepala;

1. Bear brand

Wkwkwk, entahlah, walau udah tau bahwa bear brand sebagai penyembuh segala penyakit itu cuma mitos, tapi merek susu itu tetap nempel di otak. Kuat banget branding-nya, yaa.. 😄

2. Air kelapa muda

Ini juga, karena memang beberapa kali biidznillah khasiatnya langsung terasa. Misalnya, yang tadinya demam, kemudian setelah minum air kelapa, panasnya berangsur turun. 

Nah, dari dua minuman di atas, yang saya beli adalah air kelapa dalam kemasan. Saya garis bawahi ya, dalam kemasan. 🙈 Pengennya sih beli air kelapa beneran, tapi karena masih pagi, jadi belum ada penjual degan yang buka.

Minum air kelapa kemasan, ngefek ngga? Engga. Gatalnya masih terasa, ruam merahnya juga tidak berkurang.

Dugaan...

Saya masih menduga-duga penyebab munculnya gatal-gatal ini. Dugaan saya adalah:

1. Ada binatang di kasur

Ini dugaan paling lemah sih, karena jika memang ada binatang kecil di kasur, mengapa di antara kami bertiga (saya tidur dengan suami dan si bungsu), hanya saya seorang yang mengalami gatal-gatal? Namun, meski dugaan ini lemah, saya tetap bersih-bersih kamar. Sedot-sedot kasur dan bantal, juga mengganti sprei.

2. Alergi dingin

Pagi itu memang terasa dingin. Tapi jika ini memang alergi dingin, kenapa kemarin-kemarin saya baik-baik saja? Padahal suhu di hari-hari sebelumnya juga dingin, bahkan lebih dingin dari hari itu.

Walau ragu bahwa gatal-gatal ini disebabkan oleh alergi terhadap suhu dingin, saya tetap manut sama suami yang mengajak saya berjemur. Tapi, saat berjemur, saya malah makin tersiksa sebab rasa gatalnya malah jadi terasa berkali lipat, huhuhu... Karena ngga tahan, saya pun langsung masuk ke dalam rumah.

3. Alergi makanan

Pertama kali melihat kulit saya dipenuhi bentol-bentol besar, suami langsung menginterogasi, makanan apa yang saya makan kemarin. Saya sudah berusaha mengingat-ingat, tapi seingat saya tidak ada yang aneh. Bener deh. Saya memang punya alergi terhadap makanan laut, seperti udang, cumi-cumi, dll, tapi sudah lama sekali saya tidak mengonsumsi seafood

Baca: Alergi Udang


Karena capek menduga-duga, akhirnya suami ke apotek. Kenapa kok ngga langsung ke dokter? Sejujurnya, saya paling males ke dokter, gaes... Suami sudah ngajakin, tapi saya selalu menolak. Nah, dari apotek, suami membawa satu obat alergi dan satu bedak. Selain mengoleskan bedak, saya juga minum obat yang dibeli oleh suami itu. Tapiii, habis minum obat, dada saya malah sakit. Nafas saya juga sesak.

Jujur, saya takut sekali. Saya khawatir ini covid karena hasil dari browsing sana-sini, katanya munculnya ruam merah pada kulit juga merupakan salah satu gejala covid. Namun, Alhamdulillah, suami dan anak-anak selalu menguatkan, dan meyakinkan saya bahwa saya kuat dan sebentar lagi sembuh.

Selagi saya istirahat di kamar, suami memesan air kelapa murni dari aplikasi pemesanan makanan. Begitu pesanannya datang, saya langsung disuruh minum air kelapa itu. Setelah minum air kelapa itu, dada saya tak lagi sakit, dan nafas berangsur lega. Hmm, mungkin saya ngga cocok dengan obat dari apotek itu, yaa...

Penyebab Alergi dan Cara Tepat Mengatasinya

Akhirnya ke Dokter

Karena gatal-gatal tak kunjung hilang, dan saya pun malah jadi demam, Rabu malam saya memutuskan ke dokter. *Hish, kenapa ngga dari kemarin ya?

Itulah, kadang-kadang kita ini sok pinter alias keminter kalo kata orang Jawa. Sukanya menduga-duga, dan efeknya malah jadi ngga karuan. Browsing di internet juga informasinya kadang ngga jelas dan bikin makin parno. Paling bener memang langsung tanya sama ahlinya. 

Jadi pelajaran ya, teman-teman, kalau sakit langsung ke dokter aja biar bisa mendapat penanganan yang tepat.

Nah, Rabu malam tanggal 1 September itu, saya periksa ke dokter keluarga. Setelah memeriksa kondisi saya, dokter menjelaskan bahwa alergi yang saya alami ini kemungkinan besar berasal dari makanan. Ini bisa dilihat dari lokasi ruam yang merata di sekujur tubuh, bukan di satu bagian saja. Artinya, alergen ini berada atau telah bercampur dengan darah, dan telah mengalir ke seluruh tubuh. Makanya, hampir bisa dipastikan kalau makanan yang saya konsumsilah yang telah mengakibatkan kekacauan alergi ini.

Lebih lanjut, dokter mengatakan bahwa makanan itu dulunya mungkin tidak menyebabkan alergi di tubuh saya, karena selama ini tubuh saya masih bisa mentolerir. Jika sekarang terjadi alergi, berarti tubuh saya sudah tidak mampu mentolerirnya lagi.

Mendengar penjelasan beliau, saya langsung mengingat-ingat lagi apa yang saya makan di hari Senin, 30 Agustus. Ada dua makanan yang saya jadikan "tersangka", karena makanan itu saya beli di pinggir jalan.

1. Rujak buah

Yang saya curigai adalah sambalnya. Mungkin gula merah yang dipakai bukanlah gula asli. Saya pernah membaca postingannya Mbak Siti Maryamah di facebook, tentang gula merah yang dibuat tanpa nira sama sekali, dan bahkan ada campuran obatnya juga. Atau, kalau bukan karena gula merahnya, mungkin karena cabenya. Memang saat makan rujak itu, tenggorokan langsung terasa sakit.

2. Ayam goreng tepung

Hari Senin itu, Amay tiba-tiba request ayam goreng tepung aka ayam kentucky KW. Ya sudah, saya pun menyuruh tantenya untuk beli ayam goreng tepung di dekat rumah. Kenapa ngga bikin sendiri? Hari Senin adalah hari yang riweuh, ciiin.. Jadi saya mau masak yang praktis aja.

Yakin penyebab alerginya adalah ayam goreng tepung?

Awalnya, saya tidak menganggap si ayam tepung ini sebagai penyebab alergi. Tapi, secara kebetulan di hari Jumat tanggal 3 September, Aga ingin makan ayam tepung seperti hari Senin lalu. Saya icip-icip juga, dan hasilnya, kulit saya kembali merah dan gatal. Jadi sepertinya memang ini penyebabnya, yaa... 

Pokoknya mulai sekarang harus hati-hati kalau mau jajan deh. Kita ngga pernah tau kebersihan makanan yang kita beli. Untuk ayam ini, kita ngga tau juga kualitas tepung dan minyak yang digunakan, dan apakah ayam yang digunakan adalah ayam segar atau tidak. Memang, meski repot, tapi masak sendiri insya Allah lebih sehat, aman, dan hemat juga. 

Baca: Bingung Mau Masak Apa? Nih, Bu, Daftar Menu untuk Seminggu

Kini, kondisi saya sudah lebih baik. Ruam merah dan gatalnya sudah hilang. Alhamdulillah. Doakan supaya sehat terus, yaa... Semoga yang membaca tulisan ini juga senantiasa diberi kesehatan dan kebahagiaan. Aamiin aamiin Yaa Robbal 'Aalamiin...
 



Read More

Memutus Stigma Sosial pada Penderita Kusta

Wednesday, June 2, 2021

Memutus Stigma Sosial pada Penderita Kusta
foto: BlogDokter, edited by: kayusirih.com via canva.com

Tentang Penyakit Kusta / Lepra

Saat SD dulu, saya pernah menonton sebuah film India, yang pada salah satu scene-nya terdapat sebuah adegan yang memperlihatkan tentang proses pengasingan seseorang yang menderita penyakit lepra. Saya ingat, pada ibu saya bertanya, apa itu penyakit lepra?

Ibu menjawab singkat dengan Bahasa Jawa, "Lepra ki penyakit kulit."

"Kenapa kok kudu (harus) diasingkan?" tanya saya lagi.

"Lha menular. Nek kena bisa dadi cacat (Kalau terkena bisa mengakibatkan kecacatan)." jawab ibu lagi.

Saya menghentikan tanya, kemudian kembali fokus pada jalan cerita di film itu. Sayangnya, saya kesulitan mengingat judul film tersebut. Yang saya ingat, seorang yang diasingkan itu adalah wanita yang sudah renta, dengan pakaian dan kain sari berwarna putih membalut tubuhnya. 

Puluhan tahun berlalu, masa itu terlintas kembali di ingatan. Gara-garanya, seorang teman membagikan info adanya Talkshow Ruang Publik yang diadakan oleh KBR, yang akan membahas tentang upaya pemberantasan kusta di tengah pandemi. Tak hanya membahas tentang upaya-upaya pemberantasan kusta, di talkshow tersebut juga dibahas mengenai inklusivitas penyandang disabilitas akibat kusta.

Omong-omong, teman-teman sudah tahu tentang kusta?

Kusta, yang juga dikenal dengan sebutan lepra, adalah infeksi kronis yang menyerang kulit, sistem saraf perifer, selaput lendir pada saluran pernapasan atas, hingga mata, yang penyebabnya adalah Mycobacterium leprae.


Banyak yang mengira bahwa penyakit kusta sudah punah dari bumi. Saya salah satunya. Namun, ternyata saya salah. Faktanya adalah, setiap dua menit, satu orang terdiagnosis menderita penyakit kusta, dan penyakit ini telah menyebabkan disabilitas permanen pada sekitar 4 juta orang. 

Dari talkshow kemarin, saya jadi tahu bahwa India menduduki puncak tertinggi untuk total kasus kusta di seluruh dunia. Sedihnya, Indonesia pun punya banyak kasus kusta, yang menjadikannya menduduki peringkat ketiga setelah Brazil.


Gejala Penyakit Kusta

Gejala umum yang sering muncul pada penderita kusta, di antaranya;

  • Adanya bercak pada kulit, dapat berupa hipopigmentasi seperti panu atau kemerahan, yang semakin lama semakin melebar
  • Mati rasa pada kulit yang mengalami bercak, baik terhadap perubahan suhu, sentuhan, tekanan, maupun rasa sakit
  • Tidak aktifnya kelenjar keringat pada daerah yang mengalami bercak
  • Terdapat pelebaran saraf, biasanya terjadi di area siku dan lutut
  • Deformitas pada anggota gerak (kelumpuhan pada otot kaki dan tangan) 
  • Hilangnya jari-jemari
  • Kerontokan pada alis dan bulu mata
  • Munculnya kelainan pada mata; mata menjadi kering dan jarang mengedip, serta terjadinya kebutaan
  • Terdapat benjolan-benjolan pada muka, yang disebut facies leomina (muka singa)
  • Kerusakan pada hidung yang mengakibatkan terjadinya mimisan, hidung tersumbat, atau kehilangan tulang hidung


Kusta Bukanlah Kutukan

Menyadari betapa mengerikannya gejala dan akibat yang ditimbulkan oleh penyakit kusta, wajar jika kemudian muncul ketakutan akan tertular di benak orang-orang sekitar. Namun, mengucilkan dan menganggap penyakit ini sebagai sebuah kutukan atau hukuman dari Tuhan, bukanlah hal yang bisa dibenarkan. Untuk itu, edukasi diperlukan baik pada penderita kusta, maupun pada masyarakat luas.

Pada penderita kusta, perlu diberikan edukasi bahwa jujur mengakui apa yang dideritanya adalah jauh lebih baik daripada terlambat memperoleh penanganan.

Selain itu, informasi atau fakta lain tentang kusta yang juga perlu disebarluaskan, di antaranya;

1. Penularan kusta tidak semudah yang kita kira. Menurut Center for Disease Control and Prevention, penularan penyakit kusta belum diketahui secara pasti. Namun, ada dugaan bahwa penularan bisa terjadi melalui droplet dari orang yang terinfeksi saat batuk atau bersin, serta kontak dekat dalam jangka waktu lama.

2. Kusta dapat sembuh dengan sempurna, asalkan belum timbul cacat dan penderita kusta mendapatkan pengobatan sedini mungkin. Pengobatan kusta dilakukan dengan cara MDT (Multi-Drug Therapy), dalam jangka waktu paling cepat 6 bulan, dan paling lama bisa mencapai 19 bulan bahkan 2 tahun.

3. Penderita kusta yang sedang dalam pengobatan, tidak berisiko menularkan kuman Mycobacterium leprae, karena satu kali saja mengonsumsi obat, kuman lepra akan kehilangan kemampuannya untuk menularkan kepada orang lain. Sehingga, tidak perlu khawatir, apalagi sampai mengucilkan penderita kusta.

4. Pengobatan dengan cara MDT memiliki tingkat keberhasilan hingga 99,9%. Obat-obatannya juga tersedia gratis di puskesmas.

Upaya Pemberantasan Kusta di Kabupaten Bone

Pada tahun 1942, di Indonesia terdapat tempat pengasingan para pengidap penyakit kusta di Gorontalo. Tempat itu merupakan gedung peninggalan penjajah Jepang yang disebut Bokuka. Setelah sempat berganti nama menjadi Rumah Sakit Kusta Toto (RSKT), kini rumah sakit tersebut dijadikan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Toto Kabila, Kabupaten Bone Bolango.

Stigma pada Penderita Kusta

 

Pada Talk Show Ruang Publik yang diadakan KBR Senin kemarin, hadir pula Bapak Komarudin S.Sos.M.Kes, selaku Wakil Supervisor Kusta Kabupaten Bone. Beliau menjelaskan tentang program-program pemberantasan kusta di Kab. Bone pada masa pandemi. Dan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kab. Bone antara lain;

  • Pemberian obat pencegahan kusta
  • Pemeriksaan penderita kusta
  • Survey / pemeriksaan kusta pada anak sekolah
  • Kampanye eliminasi kusta, dll

Upaya-upaya tersebut di atas tidak hanya melibatkan tenaga kesehatan, tetapi juga melibatkan kader-kader di desa-desa, baik yang terlatih kusta maupun yang tidak terlatih kusta. Tugas kader-kader tersebut antara lain mendata kasus kelainan kulit dan juga melakukan penyuluhan di lingkungan masing-masing. 

Tak cukup di situ, penderita kusta pun diberikan edukasi untuk selalu menjaga kelembaban kulit agar kulit tidak mudah terluka. Caranya dengan merendam kaki di dalam wadah (baskom) yang sudah diisi dengan air. Tak lupa, penderita kusta juga disarankan untuk selalu menggunakan alas kaki, untuk mencegah terjadinya luka pada kaki.

Intinya, masyarakat di Kabupaten Bone senantiasa diingatkan untuk mengamalkan sebuah Peribahasa Bugis, yaitu;

ya tutu ya upe' ya capa' ya cilaka (yang berhati-hati akan selamat, yang lalai akan celaka)

Oya, saya sempat mengajukan satu pertanyaan pada Bapak Komarudin, dan alhamdulillah pertanyaan saya dibacakan. Silakan simak di sini:


OYPMK Hidup dalam Stigma 

OYPMK atau Orang Yang Pernah Menderita Kusta, hidup dalam stigma. Pandangan-pandangan negatif masyarakat sekitar, tak henti membayang. Belum lagi jika OYPMK tersebut terlanjur mengalami kecacatan. Diskriminasi pun terkadang tak terelakkan. 

Baiklah, kita urai satu per satu beban mereka, lalu kita buka mata dunia.

Dekat dengan OYPMK Bisa Tertular, Lebih Baik Menghindar?

Sedihnya jadi penderita kusta, bak orang yang sudah jatuh tertimpa tangga. Sudah sakit, dikucilkan pula. Betul bahwa kusta menular, akan tetapi tentang penularan kusta, dunia harus tahu bahwa kusta tidak menular melalui cara berikut ini;

  • Berjabat tangan atau berpelukan
  • Duduk bersebelahan
  • Duduk bersama saat makan
  • Juga tidak diturunkan kepada janin, apabila ibu hamil menderita penyakit kusta

Difabel Kurang Kredibel?

Setelah mengetahui bahwa kusta merupakan penyakit menular yang sulit menular, semoga para OYPMK tidak lagi kesulitan dalam mencari penghidupan yang sesuai dengan kapabilitas mereka. Saat ini, belum banyak perusahaan yang menerapkan inklusivitas pada penyandang disabilitas. 

Salah satu perusahaan yang sudah menerapkan inklusivitas pada penyandang disabilitas adalah Jawa Pos. Menurut DR. Rohman Budijanto, S.H., M.H., Direktur Eksekutif The Jawa Pos Institute of Pro-Otonomi-JPIP, lembaga nirlaba Jawa Pos yang bergerak di bidang otonomi daerah, di Jawa Pos tidak ada diskriminasi terhadap penyandang disabilitas. Jawa Pos pernah mempekerjakan orang dengan half blind, bibir sumbing, kerdil / cebol, dll. 

Kita tentu berharap isu inklusif disabilitas dapat diimplementasikan lebih luas, sehingga teman-teman penyandang disabilitas mendapat hak yang sama dalam berprofesi. Karena jika memang kompeten di bidang yang ditekuni, mengapa harus dipandang dari segi fisik saja, ya kan?


 

 

Sumber bacaan:

- https://www.klikdokter.com/penyakit/lepra
- https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3621728/cara-penularan-kusta-yang-perlu-anda-tahu
- https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3636848/mengenal-penularan-penyakit-kusta-yang-sering-dikira-kutukan
-  https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3622119/mengapa-kusta-bisa-bikin-anggota-badan-copot
- https://www.halodoc.com/artikel/bukan-diasingkan-ini-cara-mengobati-kusta



Read More

Ketika Ariel Noah Bicara tentang Vaksin Covid 19

Sunday, March 7, 2021

 

Sebenarnya, saya bukan orang yang hobi menonton channel YouTube-nya para artis, karena channel YouTube favorit saya adalah channel-channel tentang kehidupan countryside. Namun, hal itu bukan berarti saya tidak pernah menonton channel-nya para artis, yaa... Ketika ada topik yang menarik, biasanya saya langsung tergerak untuk menontonnya juga. Seperti ketika Ariel Noah diundang oleh Sule di podcast-nya.

Ariel Noah di Sule Podcast

Pasca Sulpod episode Ariel Noah, social media memang langsung dipenuhi dengan potongan-potongan percakapan mereka. Saya yang melihat potongan-potongan itu muncul di explore instagram, seketika langsung penasaran dengan apa yang mereka perbincangkan seutuhnya. Yang paling menarik memang tentang penjelasan Ariel soal vaksin covid 19 sih. Ya, Ariel memang merupakan salah satu artis/influencer yang mendapat kesempatan memperoleh vaksinasi tahap pertama, seperti halnya Raffi Ahmad dan Risa Saraswati.

Nah, di tayangan tersebut, Ariel menjelaskan tentang bagaimana vaksin covid 19 bekerja, dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh masyarakat awam, seperti saya. Ariel juga mengatakan bahwa pasca divaksin, ia tidak merasakan keluhan yang berarti. Hanya kliyengan biasa selama kurang lebih 10 menit dan rasa kantuk yang menyerang saat malam setelah vaksin, itu saja.

Jadi, tak perlu khawatir ya, teman-teman... Tentang informasi yang beredar, yang mengatakan bahwa vaksin covid 19 ini dapat menyebabkan perubahan pada DNA manusia dan dapat mengakibatkan infertilitas, itu semua adalah hoaks. Namun, apabila pasca vaksinasi tubuhmu mengalami gejala yang mencurigakan, segeralah hubungi dokter. Agar lebih praktis, pakai aplikasi halodoc saja.

Kita bisa berkonsultasi lebih dulu, via aplikasi halodoc. Jika kemudian memang membutuhkan rujukan ke rumah sakit, kita bisa membuat janji dengan dokter, via aplikasi ini juga. Jadi tidak ada ruginya men-download aplikasi ini, karena insya Allah akan mempermudah kita berkonsultasi dengan dokter dan memperoleh penanganan yang tepat.

Yang jelas, seperti yang dikatakan oleh Ariel, "Jangan bohong pas ditanya punya penyakit apa, karena itu adalah data penting. Kadang-kadang ada orang-orang yang tidak masuk kualifikasi vaksinasi kalau misalnya punya penyakit tertentu, seperti TBC, HIV, saluran pencernaan kronis, diabetes."

Ariel Noah divaksin

Sebagai informasi, berikut adalah kriteria orang-orang yang boleh divaksin:
1. Berusia di atas 18 tahun
2. Tekanan darah tidak melebihi 180/110 mmHg
3. Jika pernah terkonfirmasi covid-19, boleh divaksin setelah sembuh lebih dari tiga bulan
4. Untuk orang-orang yang telah mendapatkan vaksinasi pertama dan mengalami alergi berat pasca vaksinasi, maka tidak bisa diberikan vaksinasi kedua
5. Untuk ibu hamil, pemberian vaksin harus ditunda. Namun, ibu menyusui sudah bisa mendapatkan vaksin (jika aturan sebelumnya ibu menyusui masuk dalam kategori orang-orang yang tidak boleh divaksin, di aturan terbaru sudah dibolehkan)
6. Orang-orang yang mengidap penyakit kronik seperti asma, jantung, gangguan ginjal, penyakit hati, atau sedang menjalani terapi kanker, maka vaksinasi tidak bisa diberikan, kecuali membawa surat keterangan layak untuk mendapat vaksinasi dari dokter yang merawat
7. Penderita gangguan pembekuan darah, defisiensi imun dan penerima produk darah/transfusi, vaksinasi harus ditunda. Vaksinasi covid 19 bisa diberikan setelah melakukan konsultasi dengan dokter yang merawat.

Sebenarnya, tidak hanya saat vaksin covid 19 saja kita perlu jujur kepada petugas tentang riwayat penyakit yang kita derita. Semua vaksin pun begitu. Maka dari itu, bagi kita yang sehat dan memenuhi kualifikasi, jangan ragu untuk melakukan vaksinasi, yaa. 

Dengan melakukan vaksinasi covid 19, sesungguhnya kita tidak sedang melindungi diri sendiri saja, tetapi juga membantu melindungi orang-orang di sekitar kita dari virus corona. Utamanya untuk orang-orang yang menderita penyakit kronis, yang tidak masuk kualifikasi untuk mendapatkan vaksin ini. 😊



Read More

Indomilk Susu Bubuk, Susu Bubuk untuk Anak yang Tinggi, Tangguh, dan Tanggap

Thursday, November 26, 2020

 

Minggu ini Mas Amay menjalani masa-masa UAS atau yang sekarang diberi nama PAS / Penilaian Akhir Semester 1. Nah, di masa ujian seperti ini, ingatan saya sering kembali ke masa sekolah dulu. Mengapa? Karena saat ujian, almarhumah ibu selalu menyiapkan menu spesial; roti tawar + susu Indomilk. Saya sebut menu spesial, karena untuk keluarga kami yang ekonominya pas-pasan, roti dan susu adalah menu mewah yang tidak bisa sewaktu-waktu kami konsumsi.

Dari segelas susu cokelat Indomilk dan setangkup roti tawar yang diolesi margarin dan ditaburi gula pasir, saya merasakan betapa besar kasih sayang seorang ibu. Ya, tentu beliau berusaha keras menyisihkan rupiah demi rupiah demi bisa membeli susu dan roti tawar, bukan? Bagi beliau, menu ini adalah menu kaya gizi yang nantinya bisa membantu mengencerkan otak anak-anaknya. Ibu berharap, setelah anak-anaknya sarapan dengan "menu bule", kami bisa sepintar orang-orang bule juga, sehingga soal-soal ujian dapat kami kerjakan dengan mudah.

Lucu sih. Namun, begitulah ibu. Caranya menunjukkan kasih sayang selalu all out, ngga setengah-setengah.

Baca juga: #KarenaIbu Seperti Kepiting; Keras di Luar, Gurih dan Lembut di Dalam

Kini, saya telah menjadi seorang ibu dengan dua orang putera. Saya pun ingin menunjukkan kasih sayang kepada kedua anak saya, dengan memberikan asupan yang bergizi untuk mereka berdua, seperti yang ibu lakukan pada saya dulu.

Indomilk Susu Bubuk Kemasan Sachet

Alhamdulillah, kondisi ekonomi saya saat ini sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi ekonomi ibu saya dulu. Jika ibu harus pandai-pandai menyisihkan uang belanja demi bisa membeli roti dan susu 3x dalam setahun (saat saya sekolah dulu, ujian sekolah disebut dengan UUC / Ulangan Umum Caturwulan, dan diadakan setiap 4 bulan sekali), kini saya tak harus melakukannya. 

Alhamdulillah, saya bisa membelikan susu pertumbuhan untuk Mas Amay dan Dek Aga kapanpun saya mau. Susunya pun masih sama, yaitu Indomilk. Bedanya, jika yang saya sediakan untuk anak-anak saat ini adalah Indomilk Susu Bubuk sachet, yang dibeli oleh ibu saat itu adalah kental manis Indomilk kemasan kaleng. 

Mungkin ada yang bertanya, memangnya Indomilk Susu Bubuk untuk Usia Berapa? Indomilk Susu Bubuk cocok untuk anak usia 5-12 tahun. Pas banget dengan usia Amay yang saat ini 9 tahun, dan Aga 6 tahun.

Baca juga: Hello, Salam Dari Saya, Ibu yang Tak Sempurna

Barangkali ada yang kepo juga, kenapa sih kok suka kemasan sachet? Salah satu alasannya adalah karena kemasan ini sangat praktis, sehingga anak-anak pun bisa membuatnya sendiri. Seperti ini;

Indomilk Susu Bubuk untuk anak tinggi, tangguh, tanggap


Selain itu, bagi emak-emak penganut prinsip ekonomi, harga Indomilk Susu Bubuk sachet ini sangat ekonomis, yaitu Rp 3.000,- per sachetnya. Hmm, murah kan?

Ah, ibu-ibu mah mikirnya cuma asal praktis - ekonomis aja!

Eh, ngga gitu juga dong. Saat memilih susu bubuk untuk anak, saya juga mempertimbangkan kandungan dan manfaat susu bubuk yang saya pilih. FYI, Indomilk Susu Bubuk ini dilengkapi dengan Optinutri, yang dapat membantu anak Tinggi secara fisik, Tangguh menghadapi tantangan, dan Tanggap menyerap pelajaran. Jadi, kalau ingin anak tumbuh tinggi, tangguh, tanggap, Indomilk Susu Bubuk bisa dijadikan pilihan. 

Tinggi, tangguh, tanggap, adalah 3 hal penting, terutama di masa PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) seperti sekarang ini. Anak-anak harus tanggap mencerna materi yang diberikan oleh bapak/ibu guru meski pembelajaran dilakukan secara online. Mereka juga harus tangguh, tak mudah menyerah meski tugas dari guru seakan tiada habisnya. Ya, anak jaman now ngga boleh loyo!

Tinggi? Penting juga dong, apalagi Amay dan Aga adalah anak laki-laki.

Kandungan Indomilk Susu Bubuk

Oya, mungkin ada yang masih penasaran, Optinutri itu apa sih dan apa saja manfaatnya? Jadi, Optinutri adalah nutrisi optimal yang terkandung di dalam susu bubuk Indomilk. Optinutri terdiri dari Omega 3, Protein, dan Kalsium Tinggi. Apa saja manfaatnya?

1. Omega 3

Omega 3 berasal dari minyak ikan laut dalam. Banyak sekali manfaatnya, terutama untuk membantu perkembangan sel-sel otak. Kandungan inilah yang membuat Indomilk Susu Bubuk diyakini dapat membantu mencerdaskan anak, dan membuatnya tanggap dalam menyerap pelajaran.

Sebenarnya masih banyak manfaat lain dari Omega 3, termasuk di antaranya yaitu untuk menjaga kesehatan jantung dan kesehatan mata. Duh, cocok banget deh untuk kondisi saat ini di mana anak-anak sekolah melalui HP. Tentu saja kesehatan mata tak boleh diremehkan.

2. Sumber Protein

Selain berfungsi sebagai sumber energi, protein dalam tubuh kita juga bisa diibaratkan sebagai "batu bata", karena ia berperan besar dalam menyusun hampir semua bagian tubuh kita, seperti otot, tulang, jantung, paru-paru, otak, kulit, dan rambut. Selain itu, protein juga membantu tubuh dalam membentuk imunoglobulin yang kita kenal dengan sebutan antibodi. Antibodi berperan penting untuk melawan infeksi bakteri atau virus. Bisa dibilang, dengan mengonsumsi Indomilk Susu Bubuk, anak-anak kita bisa tumbuh menjadi anak yang tangguh.

3. Kalsium Tinggi

Kalsium dibutuhkan untuk membantu pertumbuhan tulang dan gigi. Untuk anak-anak seusia Amay dan Aga yang masih dalam masa pertumbuhan, kebutuhan kalsiumnya harus terpenuhi dengan baik agar mereka tumbuh kuat dan tinggi. Beruntung, Indomilk Susu Bubuk yang mereka konsumsi setiap hari memiliki kandungan kalsium yang tinggi, sehingga Mama tak perlu khawatir lagi dengan kecukupan asupan kalsium mereka. 

Jadi, semakin percaya kan, jika manfaat susu bubuk untuk anak tinggi, tangguh, tanggap, bisa kita temukan di Indomilk Susu Bubuk?

Ingat, Indomilk Susu Bubuk untuk usia berapa? Indomilk Susu Bubuk cocok untuk anak usia 5-12 tahun, dan ada dua varian yang bisa dicoba yaitu instant Cokelat dan Full Cream (bebas gula). Keduanya bisa didapatkan dengan harga Rp 3.000,- saja per sachetnya.

Indomilk Susu Bubuk Instant Cokelat

Baca juga: Tidak Sebabkan Batuk, Ini Lho Manfaat Es Krim yang Baik Bagi Tubuh

Nah, setelah mengetahui kandungan dan manfaat susu bubuk Indomilk, tentu Mama tak ragu lagi untuk memberikannya pada anak-anak, bukan? Jangan lupa, minum Indomilk Susu Bubuk setiap hari agar anak tumbuh tinggi, tangguh, serta tanggap.


Read More

Manfaat Berkebun untuk Kesehatan Mental Menurut Ben dan Rara Sekar

Saturday, August 29, 2020

 

Saya sedang sangat menyukai segala hal tentang Isyana Sarasvati, terutama setelah ia menelurkan albumnya yang berjudul Lexicon. Dari situ, saya mulai mencari tahu segala sesuatu yang berhubungan dengan Isyana termasuk tentang suaminya yaitu Rayhan Maditra yang ia panggil dengan sebutan Mako.

Rayhan Maditra adalah seorang dokter yang punya ketertarikan terhadap kesehatan mental. Belum lama ini dia membuat sebuah channel di YouTube dengan nama Mako Talk.

Nah, beberapa waktu lalu, ia dengan sang kakak ipar yaitu Rara Sekar, dan juga suami dari Rara Sekar yaitu Ben Laksana, berbincang soal berkebun. Kalau teman-teman mengikuti kegiatan Rara Sekar dan suaminya di media sosial, pasti teman-teman tahu bahwa mereka berdua ini mempunyai hobi berkebun. Hobi ini mulai mereka jalani ketika mereka tinggal di Selandia Baru selama kuliah.

 

Manfaat berkebun untuk kesehatan mental
Kebun Ben dan Rara via instagram Rara Sekar

 

Lalu, menurut Ben dan Rara, apakah kegiatan berkebun yang mereka lakukan berpengaruh pada kesehatan mental?

Ini dia jawabannya! 


1. Berkebun dapat Melatih Fokus

Perkembangan teknologi yang sedemikian pesat, terkadang membuat pikiran cepat lelah. Pikiran yang lelah dan bertumpuk-tumpuk bisa berdampak buruk pada kesehatan mental kita. Berkebun adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menjernihkan pikiran.

Menurut Rara, saat-saat berkebun merupakan kesempatan untuk menikmati keheningan. Dan dari keheningan itu kita bisa lebih memperhatikan apa yang ada di sekitar kita. Apa yang disampaikan oleh Rara diamini oleh Ben. Ben menambahkan bahwa kegiatan berkebun juga melatih fokus kita pada satu hal.

Manfaat berkebun untuk kesehatan mental
kebun Ben dan Rara, via instagram Rara Sekar

Seperti yang kita ketahui, anak-anak zaman sekarang, apalagi yang sedari kecil sudah akrab dengan gadget, rata-rata memiliki kesulitan dalam hal konsentrasi. Ya, mereka memang cenderung terbiasa untuk melakukan hal secara multitasking, tetapi justru inilah efek samping dari multitasking tersebut, yakni; tidak bisa fokus pada satu hal secara mendalam karena attention span-nya yang sangat singkat.

Kegiatan berkebun merupakan salah satu cara untuk melatih fokus, sehingga kegiatan ini sebaiknya diperkenalkan kepada anak-anak kita yang sehari-harinya sudah terpapar dengan gadget.

Baca: Tips Menanam untuk Pemula

 

2. Berkebun Menjadi Sarana untuk Practicing Acceptance (Belajar legowo)

 

Manfaat berkebun untuk kesehatan mental
Hasil panennya... 😍

Memiliki sifat perfeksionis atau selalu mengharapkan kesempurnaan, dapat menyebabkan frustrasi. Hobi berkebun, secara tidak langsung dapat melatih acceptance atau penerimaan, karena kegiatan ini sangat memungkinkan kita untuk menghadapi kegagalan. 

Tidak peduli seberapa baik kita melakukan perencanaan dan perawatan terhadap tanaman-tanaman kita, sesuatu yang unpredictable bisa saja terjadi, entah itu karena invasi serangga, cuaca buruk, hewan pengerat, dll. Maka dari itu, kata Rara, "Berkebun membuat kita belajar untuk lebih rileks terhadap ekspektasi."

Lambat laun, alih-alih mengatakan bahwa kita mengalami kegagalan (gagal tanam), kita justru memandangnya sebagai pelajaran.

Ah, jadi ingat sebuah lirik lagu yang ditulis oleh Isyana...

Jika kau tak dapatkan yang kau impikan

Bukan berarti kau t'lah usai

Jujur, di poin ini saya jadi merasa bahwa petani mungkin merupakan profesi yang paling "legowo", karena di dalam setiap benih yang ia tanam, ada kepasrahan terhadap "maunya" alam. Lalu saya membayangkan jika di kegagalan pertama petani-petani itu langsung kapok, kita-kita mau makan apa?

 

3. Berkebun dapat Melatih Fisik

Ah, ini mah ngga perlu dijelaskan panjang lebar, yaa... Saat berkebun, otomatis kita melakukan gerakan fisik. Dari sini, tubuh kita bisa memproduksi keringat. Melalui keringat-keringat itu, racun-racun dalam tubuh kita pun ikut keluar.

Selain itu, saat berkebun kita pun bermandikan cahaya matahari, bukan? Nah tuh, dapat vitamin D juga deh. 😊

Baca: Tanaman Hias Ini Ternyata Bisa Menyerap Polutan Juga, Lho! Apa Sajakah Itu?


4. Berkebun dapat Mengurangi Stres

Seperti yang sudah ditulis di atas, berkebun dapat menjadi sarana untuk menjernihkan pikiran. Saat berkebun kita merasakan hangatnya sinar mentari, sejuknya angin yang berhembus, juga tekstur tanah yang seolah menjadi terapi untuk indra peraba kita. 

Apalagi kalau hasil panennya seperti ini... Waaa, dijamin stres hilang, hati senang.

Manfaat berkebun untuk kesehatan mental
#rarabenhomegarden


5. Filosofi Pruning

Pruning adalah pemangkasan beberapa bagian tanaman yang tidak esensial, yang jika dibiarkan justru dapat menghambat pertumbuhan tanaman itu sendiri. Filosofinya, jika diterapkan pada diri kita sendiri, kita pun perlu melakukan pruning atau pemangkasan di beberapa bagian yang dapat merusak kesehatan mental kita. Misalnya, memangkas ingatan masa lalu yang membuat kita kecewa pada diri sendiri, memangkas rasa dendam, rasa malas, dll.

Wow...

Ternyata bisa sedalam itu, yaa...

Manfaat berkebun untuk kesehatan mental
#rarabenhomegarden via instagram Ben Laksana

 Di luar itu semua, tentu berkebun dapat menjadi sarana untuk memperkuat ketahanan pangan keluarga. Jadi ingat kampung halaman di Purworejo sana. Hampir setiap rumah punya tanaman sendiri, entah itu cabai, terung, tomat, ketela pohon, pisang, tanaman rimpang seperti jahe, kunyit, kencur, lengkuas, dll. Untuk lauk pauk pun mereka memelihara unggas untuk diambil telurnya, dan sesekali disembelih untuk diambil dagingnya. Sehingga tidak aneh bila orang-orang desa bisa bertahan hidup meski penghasilannya minim, karena tanaman pangan dihasilkan dari kebun mereka sendiri. 

Ahh, semoga suatu hari nanti kami bisa balik kampung lagi dan kembali berkebun. Untuk saat ini kami harus bersyukur dengan tetap mengoptimalkan sisa lahan sempit di depan rumah. 😊


Read More