Showing posts with label Muhasabah. Show all posts
Showing posts with label Muhasabah. Show all posts

Runtuh

Sunday, December 12, 2021

 

Kuterbangun lagi, di antara sepi
Hanya pikiran yang ramai
Mengutuki diri, tak bisa kembali
Tuk mengubah alur kisah

    Ketika mereka meminta tawa
    Ternyata rela tak semudah kata

*

Tak perlu khawatir kuhanya terluka
Terbiasa tuk pura-pura tertawa
Namun bolehkah s'kali saja kumenangis
Sebelum kembali membohongi diri

Ketika kau lelah, berhentilah dulu
Beri ruang, beri waktu

    Mereka bilang syukurilah saja
    Padahal rela tak semudah kata

*

Tak perlu khawatir kuhanya terluka
Terbiasa tuk pura-pura tertawa
Namun bolehkah s'kali saja kumenangis
Sebelum kembali membohongi diri

*

Kita hanyalah manusia yang terluka
Terbiasa tuk pura-pura tertawa
Namun bolehkah s'kali saja kumenangis
Kutak ingin lagi membohongi diri

Kuingin belajar menerima diri

Runtuh - Feby Putri feat Fiersa Besari

~

Runtuh

Saya sedang menyukai lagu baru dari dua musisi hebat ini. Judulnya Runtuh, liriknya mewakili jiwa-jiwa yang sedang rapuh. Pemilihan katanya begitu dalam, menyuarakan luka-luka yang secara sadar selalu berusaha dipendam. 

Sejujurnya, saya tertohok pada baris ini: Ketika mereka meminta tawa, ternyata rela tak semudah kata. 

Saya menyadari satu hal. Ketika seseorang mempercayai kita sebagai tempat curhatnya, kadangkala tak ada yang bisa kita katakan selain "sabar, yaa, ikhlasin aja". Meski tahu bahwa merelakan atau mengikhlaskan itu sangat susah, tapi kalimat itu seolah sudah jadi template jawaban yang paling gampang. :(

Masih ada lagi: Mereka bilang syukurilah saja, padahal rela tak semudah kata.

Huhu, tertohok dua kali. Dari lirik ini saya langsung teringat dengan materi Arisan Ilmu KEB Solo hari Minggu, tanggal 5 Desember yang lalu. Saat itu dokter berkata, "Seseorang yang mengalami depresi, bukan berarti tidak bisa bersyukur. Mengalami depresi juga bukan berarti kurang iman atau kurang ibadah." 

Ya, depresi bisa terjadi karena peliknya permasalahan yang dialami, dan itu belum tentu terjadi karena dirinya sendiri. Ada faktor lain yang bisa jadi pemicunya, misalnya:

  • kondisi keluarga yang punya history dengan mental illness
  • trauma masa kecil
  • permasalahan ekonomi
  • permasalahan rumah tangga
  • pengaruh alkohol atau obat-obatan terlarang
  • kesepian, dll

Jadi, sepertinya kurang bijak kalau misalnya ada teman yang sedang mengalami permasalahan dan memberanikan diri cerita pada kita, lalu dengan mudahnya kita jawab: Syukuri saja. Bahagia itu sederhana, ada dalam hati yang bersyukur.

Meskipun begitu, saya sangat setuju bahwa ketika kita mengalami permasalahan hidup, hal pertama yang harus kita lakukan adalah mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa. Saat kita yakin penuh bahwa pertolongan-Nya akan datang, insya Allah masalah seberat apapun bisa kita lewati.

Baca:  7 Cara Efektif Menghalau Stres. Cobain!

Dan setelah saya renungi, iman itu berhubungan dengan pola pikir. Saat kita percaya pada sesuatu dan meyakininya, maka hal yang kita yakini akan benar-benar terjadi.

Aaah, saya pernah menulis di sini: Heart Field; Usaha Saya Mengganti Kecewa dengan Rasa Bahagia

Nah, lewat lagu yang dihasilkan dari kolaborasi antara Feby Putri dan Fiersa Besari ini, kita diajarkan untuk belajar mendengarkan tanpa perlu memberikan saran atau penghakiman. Kalau kembali ke Arisan Ilmu KEB minggu lalu, dari penjelasan Dr. Afinia Permanasari, Sp. KJ, yang diperlukan oleh orang-orang yang sedang tenggelam dalam kesedihan hingga depresi adalah ini:

Bagaimana menghadapi orang depresi?

Validasi, seperti misalnya; Ini pasti berat buat kamu. Ngga apa-apa kok kalau kamu mau nangis. Dll

Self Esteem / Penghargaan, seperti dengan kalimat; Aku tau kamu kuat dan bisa melaluinya. Mungkin saat ini terasa berat, tapi aku yakin kamu kuat. Dll.

Support, seperti dengan mengucapkan; Kamu ngga sendirian, aku ada di sini buat kamu. Kalau butuh bantuan, jangan ragu untuk hubungi aku, yaa... Dll.

Bantuan agar tidak terlarut dalam kesedihan, dengan mengajak untuk berkegiatan, atau mencari bantuan dari profesional.

Yang pasti, saat kita mengalami sesuatu hal yang perih dalam hidup, ingat bahwa kita ngga sendirian mengalami ini. Yang diuji sama Tuhan tuh bukan cuma kita seorang. Jadi, ngga perlu malu mengakui kalau kita lemah, karena kita memang hanya manusia, bukan? Mau nangis? Monggo. Menangislah, karena menangis adalah salah satu cara mengungkapkan perasaan. Daripada dipendam, itu lebih baik daripada kita sok kuat.

Kalau dipikir-pikir lagi, sok kuat itu salah satu bentuk dari "membohongi diri sendiri". Ya ngga? Di sini, Feby dan Fiersa juga mengajak kita untuk berhenti membohongi diri sendiri. Setelah itu berhasil, kelak kita akan merasakan nikmatnya "menerima diri".

Saya jadi ingat pesan Bu Guru Ji Yoon-soo di drama Melancholia. Beliau berpesan pada Baek Seung-yoo: Jika terus tenggelam dalam kesedihan, pada akhirnya kamu akan mencapai titik terendah. Seperti keadaan kosong. Begitu melepaskan semuanya, kamu bisa memimpikan awal yang baru. Kamu bisa melihat hal-hal yang belum pernah terlihat

Membahas tentang persoalan hidup memang tak akan ada habisnya. Tapi kita bisa belajar dari lingkungan sekitar, dari orang-orang yang pernah mengalami masalah pelik dan berhasil bangkit, juga dari buku atau bahkan lagu. Lewat tulisan ini saya ingin berterima kasih pada Feby Putri dan Fiersa Besari, karena telah menciptakan syair seindah ini. :)



Read More

Hal-hal yang Saya Syukuri di Ramadhan Ini

Wednesday, May 12, 2021


Ini adalah tahun kedua kita melaksanakan ibadah puasa di tengah pandemi corona. Tahun lalu, saking stresnya karena ngga bisa mudik, saya sering nangis tanpa bisa dikontrol. Habis sholat, nangis. Lagi nyuci piring, nangis. Pokoknya tiba-tiba air mata turun aja, sampe suami dan anak-anak bingung. Tanda stres yang paling terlihat sih ketika saya ngga haid sampai 2 bulan. Berkali-kali dicek dengan berbagai merek test pack, tapi tetap saja hasilnya negatif.

Pernah, sambil nangis saya curhat sama suami, "Mbok ya kalau mau hamil ya hamil aja, jangan kayak gini, haid ngga datang-datang tapi hasilnya negatif melulu."

Suami cuma puk-puk dan peluk saya, karena ngga tau harus gimana juga kan...

Alhamdulillah, setelah (akhirnya) haidnya datang, saya merasa lebih baik dari hari ke hari. Eh, atau sebaliknya, ya? Setelah pikiran dan perasaan membaik, akhirnya haidnya datang lagi? Entahlah...

Itu cerita tahun lalu. Tahun ini, meski tetap ada ujian yang datang silih berganti, tapi tetap saja ada hal-hal yang wajib saya syukuri. Saya tulis di sini supaya ketika suasana hati saya sedang kurang baik, saya bisa baca-baca lagi agar hati bisa kembali bersyukur.

So, here are the things i am grateful for in this Ramadhan:

1. Bisa mudik ke kampung halaman

Kampung Halaman


Sebelumnya saya mau minta maaf dulu kepada teman-teman yang belum bisa mudik. Saya memang harus mudik karena kondisi bapak saya sedang sakit dan beliau tinggal sendirian di rumah. Biasanya bapak tinggal bersama kakak ipar, tetapi kakak ipar saat ini sedang berada di Madiun. 
 
 
Jujur, saya ngga bisa membayangkan jika bapak harus melewatkan momen Lebaran seorang diri di rumah. Beliau mengalami saraf kejepit sejak 2 tahun terakhir. Jangankan untuk memasak, untuk berjalan saja susah. Saya ngga berani membayangkan bagaimana jika dari dapur tetangga kanan kiri menguar bau harum opor, sedangkan di rumah bapak cuma ada air putih. :(

Alhamdulillah, semua bayangan-bayangan buruk itu tidak harus terjadi. Alhamdulillah lagi, saya punya suami yang pekerjaannya bisa dibawa ke sana sini. Alhamdulillah, alhamdulillah...

2. Bisa tadarus bareng bapak selepas sholat shubuh dan maghrib, meski kami sampai di juz yang berbeda.

tadarus saat Ramadhan

Jaraaang banget saya dapat momen seperti ini. Biasanya, hari-hari terakhir Ramadhan sampai Lebaran hari kedua atau ketiga, saya berada di rumah mertua. Tahun ini, saya ngga mudik ke rumah mertua karena adanya penyekatan mudik. Mertua pun ngga bisa pulang ke Majalengka dan saat ini masih berada di Makassar. 

Jadi, saya bersyukur sekali bisa kembali merasakan momen tadarusan bersama seperti ini. Saya selalu berdoa, semoga di tahun-tahun yang akan datang, Allah memberi kesempatan yang sama. Semoga bapak diberi kesembuhan dan kesehatan, agar kami bisa tadarus bersama-sama lagi.

3. Anak kedua saya, Aga, berhasil puasa sampai maghrib hingga satu bulan penuh.

Lebaran 2021

Anak kedua saya ini punya hobi makan. Pada awalnya saya sempat ragu, apakah anak yang doyan makan ini bisa menahan lapar dan haus hingga sehari penuh? Saya sih tidak berekspektasi lebih, yang penting dia mau latihan berpuasa dulu. Namun, ternyata saya sudah meremehkan anak sendiri.

Aga baru berumur 6 tahun saat ini. Tahun lalu, saat TK A, ia sudah berhasil puasa maghrib hingga 22 hari. 8 hari di awal, itung-itung masih latihan. Nah, jelang Ramadhan kemarin, saya tinggal mengingatkan bahwa tahun lalu ia sudah berhasil puasa sampai maghrib, dan selanjutnya saya hanya memotivasinya agar ia bisa melakukan hal yang sama lagi. Alhamdulillah ia berhasil puasa satu bulan penuh tanpa rewel. Bahkan, saat perjalanan mudik pun dia merasa biasa-biasa saja.

Anakku, kalian luar biasa. Semoga Allah meridhoi kalian selalu, anak-anakku. Aamiin aamiin Yaa Robbal 'Aalamiin...

Baca: Melatih Anak Berpuasa

Itu dia 3 hal yang sangat saya syukuri di Ramadhan ini. 3 nikmat yang priceless banget. Alhamdulillah alhamdulillah alhamdulillah, terima kasih banyak, Ya Allah... Tentu saja masih buanyaaak nikmat-nikmat lainnya yang tak bisa saya tuliskan di sini. Nah, teman-teman, kalau kalian, apa yang paling kalian syukuri saat ini?



Read More

Bagaimana Cara Menjadi Versi Terbaik Dirimu Sendiri?

Wednesday, February 17, 2021

 

"Belajar dari cabe, tak perlu menjadi manis untuk banyak disukai. Jadilah versi terbaik dirimu sendiri." 

Quote di atas saya dapat dari seorang teman di komunitas IIP, saat saya masih menjadi salah satu mahasiswa matrikulasi. Kutipan yang sederhana, tapi kalau dipikir-pikir, dalam sekali maknanya. Benar sekali bahwa kita diciptakan dengan keunikan masing-masing, jadi seharusnya tak perlu mengikuti standar penilaian orang. 

Bayangkan kalau semua yang ada di dunia ini terasa manis, ngga ada sambel atau rujak atuh. 

Nah, yang jadi pertanyaan, seandainya kita adalah rasa, kita ini sebenarnya manis, kecut, pahit, asin, atau pedas sih?

~

Di tulisan sebelumnya, saya menulis tentang bagaimana menemukan "Konsep Diri". Tentu saja konsep diri di sini adalah konsep diri yang positif, yaa, bukan konsep diri yang negatif, baik itu underestimated maupun overestimated. Konsep Diri diperlukan agar kita bisa menemukan versi terbaik diri sendiri. 

Sebelum membangun Konsep Diri, yang pertama harus kita lakukan adalah mengenali diri sendiri. Jadi urutannya; kenali dirimu --> tentukan self ideal-mu --> bangun Konsep Diri Positif --> jadi the best of you.

Setelah menentukan seperti apa kita akan menjadi nanti, tujuan hidup kita akan menjadi lebih jelas. Kita tahu bahwa kita sedang berjuang menuju diri yang kita harapkan. Dan dalam perjalanan menuju diri kita yang sesungguhnya, kita akan menemukan bahwa menjadi cantik adalah ketika kita menjadi diri sendiri, menyayangi diri sendiri, dan percaya pada diri sendiri.

Baca: Look I'm Very Beautiful

loving yourself isn't vanity, it's sanity
 
Memang, menemukan jati diri adalah sebuah pencarian yang sulit. Ada yang bisa menemukan di waktu mudanya, ada yang saat sudah tua seperti saya. Hehe...

Kalau teman-teman sudah baca di tulisan di atas, teman-teman akan menemukan bahwa Self Ideal saya, yaitu harapan saya terhadap diri saya, adalah menjadi seorang blogger yang pecinta lingkungan dan penghafal Al-Qur'an. Meski masih jauh panggang dari api, tetapi setidaknya saya tahu, hari-hari saya akan saya penuhi dengan sesuatu yang saya cintai.

Mengapa saya tidak menetapkan standar yang lain? Jadi Arinta yang gelarnya berderet-deret misalnya? 

Justru karena saya tahu kapasitas saya, maka saya tidak menetapkan standar tersebut untuk menjadi tujuan hidup. Saya pernah merasa minder / underestimated karena ini soalnya, jadi saya tak mau menyiksa diri saya terlalu lama. Saya harus mencintai diri saya, dengan apa yang saya bisa saat ini.

Baca curhatan panjang saya di sini supaya tahu apa yang pernah membuat saya "sakit" dan "jauh dari bahagia"; Momen Hebat Tahun Ini, Saya Bisa Masuk Tivi

Sekarang, apakah saya sudah lebih bahagia? Alhamdulillah, much better. Setelah perjalanan yang sangat panjang dan berliku-liku, alhamdulillah saya sudah menemukan alasan untuk mencintai diri sendiri.

Omong-omong, intronya panjang amat, yaa.. Padahal mau nulis bagaimana cara menjadi versi terbaik dirimu sendiri aja. Wkwk..

So, How To Become the Best Version of Yourself?

 
How to Become the Best Version of Yourself?

Saya sudah merangkum beberapa artikel, dan menyimpulkan beberapa hal yang kita perlukan agar kita bisa menjadi versi terbaik diri sendiri. Perlu dicatat bahwa ketika saya merangkum, artinya saya juga masih belajar, yaa... Jadi, jangan menganggap bahwa Arinta yang sekarang adalah Arinta di versi terbaiknya. No. Bukan. Di atas pun saya sudah mengakui bahwa self factual saya masih jauh dari self ideal. Namun begitu, setidaknya saya sudah tahu apa tujuan hidup saya, dan kini saatnya berusaha menjadi versi terbaik diri sendiri. 😊

Hayuk kita sama-sama belajar! So, how to become the best version of yourself?

I. Know Your Purpose

Mengetahui apa tujuan hidup kita, apa yang bisa membuat kita bahagia, akan membuat hidup kita lebih terarah dan dipenuhi dengan semangat. Mungkin ada yang tahu kalau saya termasuk salah satu yang mengidolakan Isyana Sarasvati? Ya, saya menyukai Isyana sebagai musisi yang bertalenta dan ngga neko-neko. 

Dari berbagai wawancara yang sudah saya tonton, saya jadi tahu bahwa Isyana kecil bisa menghabiskan waktu lebih dari 6 jam sehari untuk bermain musik. Dia sudah tahu sejak awal bahwa dia ingin menjadi seorang musisi, maka, dia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mempelajari apa yang menjadi tujuannya. Hasilnya? Ya, dia menjadi musisi sehebat sekarang.

Nah, sekarang, tentukan tujuan hidup kalian. Jangan ragu untuk memulai dari awal, dan ketahuilah bahwa versi terbaikmu haruslah lahir dari visimu sendiri, bukan visi orang lain. Jadi, jangan membuang energi untuk mencoba memenuhi keinginan orang lain.

II. Control Your Mind

Kita tidak bisa mengontrol orang lain, bukan? Jadi yang perlu kita lakukan adalah mengontrol pola pikir kita sendiri. Untuk bisa menjadi versi terbaik diri sendiri, kita harus lebih dulu mencintai diri kita apa adanya. Jadi;

1. Berhenti membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Apalagi jika yang kita bandingkan adalah hasil pantauan dari media sosial saja. Mereka yang "tampak" selalu bahagia, mungkin saja adalah mereka yang paling pandai menyembunyikan luka.

2. Jangan berusaha menyenangkan setiap orang. Kita tidak harus membuat semua orang menyukai kita. Now, it's time for you to live your life, and to please yourself.

3. Berhenti mengkritik dan menghakimi orang lain. Untuk menjadi versi terbaik diri sendiri, kita perlu menyingkirkan semua energi negatif. Saat kita membuang energi negatif pada orang lain (mengkritik dan menghakimi), kita berpotensi merusak harga diri kita sendiri, juga harga diri orang yang kita hakimi.

4. Jangan menunda-nunda pekerjaan. Asli, menuliskan ini bagaikan menampar diri sendiri. Arinta masih suka menunda-nunda pekerjaan soalnya, hiks.

5. Berhentilah berpura-pura mengetahui hal-hal yang tidak benar-benar kita ketahui. Bahasa sederhananya, jangan sok tahu. Kita tidak akan belajar apa pun jika berpura-pura sudah mengetahui segalanya.

6. Stop the negative self-talk. Self-talk adalah proses normal yang kita semua alami. Namun, ketika self-talk berisi hal-hal negatif, maka hal-hal negatiflah yang akan benar-benar terjadi.

III. Jangan Takut Gagal

Klise, yaa... Tapi bener sih, takut akan kegagalan malah membuat kita ngga melakukan apa-apa. Dan saya setuju banget dengan ungkapan bahwa nahkoda yang hebat tidak terlahir dari lautan yang tenang. You can't become the best version of yourself by playing it safe.

Jadi, kalau kalian punya impian, kejarlah dan jangan takut akan kegagalan apalagi takut jadi bahan omongan orang. Terkadang, pembunuh impian itu bukan kegagalan itu sendiri, melainkan rasa takut jadi bahan ghibahan ketika gagal. Ada yang sama?


Read More

Look I'm Very Beautiful

Saturday, February 6, 2021

 

Look, I'm Very Beautiful! 

Eits, jangan sirik dulu. Ini adalah judul buku karya Mbak Afifah Afra yang sudah saya miliki sejak beberapa tahun silam. Saya ingin mengulas sedikit isinya, karena kebetulan isinya ngga jauh-jauh dari "Self Love", sebuah topik yang sedang ramai diperbincangkan.

Btw, ada yang pernah mendapat bully-an karena fisik yang (menurut para pem-bully) ngga sesuai standar kecantikan di dunia? Entah kulit yang hitam lah, rambut keriting lah, gigi yang ngga rapi lah, whatever it is?

Saya pernah. Paling sering karena gigi saya yang ngga rapi. 

Karena kata-kata "gigi maju mundur", "untune jegang", yang sering orang lain ucapkan itu, saya pernah merasa jelek, lho. Ngga sempurna, begitu. Terbukti bahwa segala sesuatu yang dilakukan secara berulang-ulang dan terus-menerus, tanpa kita sadari bisa membentuk pola pikir dan kepribadian kita. Termasuk omongan orang.

Untuk kalian yang saat ini sedang menerima bully-an seperti itu, jangan diambil hati. Ingat kata Christina Aguilera, "You are beautiful, no matter what they say." Dan yang jelas, mengejek diri sendiri sebagai makhluk jelek, adalah salah satu tindakan kufur kepada Allah.

Coco Chanel mengatakan; "Beauty begins the moment you decide to be yourself."

Jadi sebenarnya, pertanyaan "gimana ya biar aku bisa jadi cantik?" itu, jawabannya mudah sekali. Cukup dengan menjadi diri sendiri.

Nah, untuk bisa menjadi versi terbaik dirimu sendiri, sebelumnya kamu harus paham tentang "Self Concept".

Look I'm Very Beautiful
Look I'm Very Beautiful, gambar diambil dari www.tokoafifahafra.com


Sekarang, ayo kita belajar tentang Konsep Diri / Self Concept!

Konsep diri itu apa?

Konsep diri atau self concept merupakan penggambaran tentang diri kita, serta apa yang kita inginkan tentang diri kita, yang sumbernya bisa berasal dari apa yang kita pikirkan maupun yang orang lain katakan. Tuh kan, konsep diri kita bisa dipengaruhi oleh omongan orang terhadap diri kita.

Konsep diri ada yang bersifat positif, ada juga yang besifat negatif. Untuk mengetahui apakah konsep diri kita positif atau negatif, kita perlu identifikasi dulu self ideal, self factual dan self esteem kita. Wah, apa lagi itu self ideal, self factual, dan self esteem?

Self Ideal, Self Factual, dan Self Esteem

Self Ideal adalah gambaran ideal tentang diri kita, yakni citra seperti apa yang kita inginkan atau kita harapkan. Biasanya, self ideal sangat dipengaruhi oleh sosok panutan kita, meski tidak selalu begitu juga.

Misalnya nih: Arinta yang saya harapkan adalah Arinta yang seorang blogger, pecinta lingkungan sekaligus penghafal Al-Qur'an. Wow yaa... 😂 Mari kita lihat kenyataannya.

Self Factual adalah diri kita yang sebenarnya. 

- Apakah Arinta sudah jadi seorang blogger? Sudah
- Apakah Arinta sudah benar-benar mencintai lingkungan? Sedang menuju ke arah sana. Saat ini sedang membiasakan diri untuk mengolah sampah dapur menjadi kompos, juga sedang berusaha untuk diet plastik meski sulit sekali karena masih suka lupa.
- Apakah sudah hafal Al-Qur'an? Beluuummm... Tapi sedang berusaha ikut menghafal surat-surat yang sedang dihafalkan oleh anak-anak.

Jadi, sudah bisa disimpulkan ya, bahwa self factual saya masih jauh dari self ideal yang saya patok sendiri. Meski begitu, saat ini saya cukup percaya diri dengan apa yang ada di dalam diri saya. Di tulisan selanjutnya, saya akan menulis cara menjadi versi terbaik dirimu sendiri.

Self Esteem

Self ideal dan self factual akan sangat mempengaruhi dosis self esteem (harga diri --> seberapa besar kita menghargai diri sendiri). Semakin dekat self factual dengan self ideal, berarti semakin besar self esteem kita. Rasa percaya diri pun akan terbangun semakin kokoh, dan kita akan pandai mencintai diri kita (Self Love). Inilah yang disebut dengan Konsep Diri Positif.

Jika self factual masih jauh dari self ideal, maka kita akan memiliki self esteem yang rendah. Kita jadi "membenci" diri kita, dan terbitlah rasa minder (underestimated). Berkebalikan dengan underestimated, ada overestimated, yaitu kondisi di mana seseorang merasa self factual-nya mendekati self ideal, padahal sebenarnya belum. Dia memiliki self esteem yang tinggi, meski kenyataannya palsu. Dengan kata lain, orangnya "kepedean".

Baik underestimated maupun overestimated, keduanya merupakan Konsep Diri Negatif.

Di halaman 29, Mbak Afifah Afra menuliskan; "Self Ideal yang ideal, mestinya adalah sesuatu yang digali dari diri kita sendiri. Kelebihan kita. Kita harus menjadi diri sendiri. Be yourself. Kun anta tazdada jamala."

Mungkin ada yang bertanya, apa artinya kun anta tazdada jamala? Kun anta tazdada jamala artinya kurang lebih begini; Jadilah dirimu sendiri, niscaya kamu akan menjadi cantik dengan sendirinya. Ini sejalan dengan pesan dari seorang Thich Nhat Hanh;

To be beautiful means to be yourself. You don't need to be accepted by others. You need to accept yourself. 

Pertanyaannya sekarang, bagaimana cara membangun konsep diri yang positif? Untuk membangun konsep diri yang positif, harus diawali dengan "Mengenal Diri Sendiri". Jadi, sudahkah kamu mengenal dirimu sendiri?


Read More

Bukti Nyata Kehadiran Allah untuk Hamba yang Membutuhkan-Nya

Saturday, November 21, 2020


Tulisan ini dibuat karena untuk ke sekian kalinya, saya merasakan pertolongan Allah yang benar-benar nyata. Saya  sampai tergugu, betapa baiknya Allah pada kami semua. Allah menyediakan semua hal yang kami butuhkan, bahkan lewat jalan yang tak pernah kami sangka sebelumnya.

Baca: Heart Field; Usaha Saya Mengganti Kecewa dengan Rasa Bahagia

~

Pandemi corona memang berdampak pada mayoritas penduduk dunia. Termasuk juga pada suami saya. Tapi saya tak ingin mengeluh, karena saya tahu di luar sana masih banyak yang mengalami hal lebih buruk dari kami. Maka dari itu, ketika kami membutuhkan sesuatu, kami jadi lebih intens berharap akan pertolongan-Nya. 

Saya teringat pesan dari Ustadz Yusuf Mansur; Ketika kita butuh sesuatu, langsung ingat Allah. Jangan langsung cari pertolongan kepada manusia! Malu! Kita punya Allah yang lebih punya segala-galanya.

Kalimat itu senantiasa saya pegang, sehingga berhutang pada manusia adalah pilihan terakhir. Jadi, saat membutuhkan biaya untuk ini itu, saya cuma minta pada Allah. Tak hanya berdoa setelah selesai sholat, tetapi saya melangitkan pinta setiap saat saya teringat. Entah sambil mencuci piring, memasak, beberes rumah, apapun.

Selain itu, tentu teman-teman sudah banyak yang tahu, saat punya hajat, sholatlah. Ingin dicukupkan rezekinya, sholat adalah salah satu sarananya (dhuha, hajat, tahajud). Jangan lupa baca Al-Qur'an juga sebagai penenang. Jika hati tenang, pikiran juga jadi lebih positif, tak menyisakan ruang untuk berprasangka negatif. Ini penting, karena Allah itu sebagaimana prasangka hamba-Nya, bukan?

Manfaat membaca Surat Al-Waqi'ah

Baca ini deh: Lelah Jadi Sobat Misqueen? Ini Bacaan Agar Kita Bisa Jadi Orang Kaya

Oya, mungkin teman-teman penasaran, momen Allah sebagai "penyelamat" itu bagaimana ceritanya?

Jadi begini... Karena pandemi corona, penghasilan suami mengalami pemangkasan. Tidak hanya uang makan dan uang pulsa - internet - listrik saja yang dihilangkan, tetapi bonus di tiap proyek pun ditiadakan. Artinya, setiap bulan kami harus bertahan dengan gaji pokok saja.

Tak cukup di situ, saat lebaran tiba, uang THR pun tak ada. Iya sih, kami tidak mudik, tetapi kebutuhan lebaran tak hanya sekadar mudik saja to? Bukan baju, bukan pula kue-kue, tapi ada pos lain yang tidak bisa di-skip. 

Nah, saat dapat kabar bahwa THR dari kantor ditiadakan, saya hanya terdiam. Saya tidak ingin mengomel panjang lebar, karena suami pun tentu tidak menginginkan hal ini. Lagipula, mengomel untuk hal seperti ini hanya buang-buang energi. Apalagi saat itu sedang Ramadhan, saatnya kita berlatih untuk "menahan".

Sembari menyelesaikan target khatam, saya pun memohon keluasan rezeki dari-Nya. Dan di suatu hari, selepas dhuha, suami menghampiri saya. Ia berbisik, "Alhamdulillah, Papa dapat transferan dari X untuk proyek yang ini (proyek di luar kantor), segini."

Dengan masih mengenakan mukena, saya menangis. Menangis karena semakin tersadar betapa Allah sangat mengetahui kebutuhan hamba-Nya. Ya Allah, terima kasih, terima kasih banyak... Jika mengingat peristiwa itu kembali, saya pasti langsung merinding.

Baca juga: Kapan Do'a Dikabulkan?

Setelah itu masih banyak momen lainnya yang akan sangat panjang jika ditulis satu per satu. Yang terbaru adalah saat kami membutuhkan biaya untuk Aga masuk SD. Ceritanya, kami sengaja mendaftar jauh-jauh hari, demi mendapatkan diskon Uang Gedung sebesar 50%. Potongan biaya ini berbatas waktu, tentu saja.

Jujur, tabungan kami masih kurang, sampai akhirnya Allah memberi pertolongan. Allah mendatangkan klien yang baik hati, yang membayar tagihan tepat waktu. Padahal sesungguhnya, saat itu kami mengharapkan pemasukan dari klien lama, tetapi yang diharap-harap justru tidak tanggap. Namun, peristiwa ini justru membuat kami menjadi semakin yakin bahwa Allah adalah penggerak segalanya. Semua terjadi atas kehendak-Nya.

Q.S. Al-Baqarah: 216
Q.S. Al Baqarah: 216

Setelah semua terkuras sementara kami masih memiliki beberapa keperluan, nikmat Allah kembali datang. Allah menangkan suami saya di sayembara desain logo Kopi Purworejo. Alhamdulillah, tsumma alhamdulillah... Pertolongan Allah memang selalu tepat waktu. Semoga dengan ini kami semakin beriman dan bertakwa pada-Nya. Aamiin.

Baca juga: 5 Hal yang Menyebabkan Do'a Tak Kunjung Dikabulkan

Lalu, setelah semua Allah penuhi, apakah sholat dhuha dan mengajinya berhenti? Jangaaan. Kalau behenti, namanya kurang ajar, masa datang pas sedang butuh doang? Sholat sunnahnya harus tetap dilakukan, sebagai bentuk terima kasih karena Allah selalu mencukupi kebutuhan kita. So, teman-teman, yuk, ingat pesan Ustadz YM. Allah dulu, Allah lagi, Allah terus. :)



Read More

Jadi Kuntilanak karena Tak Mau Sholat

Wednesday, October 14, 2020


Bagaimana perasaan kalian jika mengetahui salah satu anggota keluarga kalian yang sudah meninggal, berubah menjadi hantu? Sedih pasti. Inilah yang terjadi pada Risa Saraswati dan keluarganya. Salah seorang kerabat mereka (masih bisa dipanggil nenek), berubah menjadi sesosok kuntilanak yang menyeramkan. Konon penyebabnya adalah karena ia tak pernah mau beribadah (sholat).

Teman-teman yang suka membaca blog ini pasti tahu kalau saya adalah penyuka konten horor. Saya bahkan pernah menulis tentang 3 Channel horor favorit di YouTube, dan salah satunya adalah channel Jurnalrisa.

Baca: 3 Channel Horor di YouTube Favorit Kayusirih

Di episode #TanyaRisa kemarin, tepatnya tanggal 13 Oktober 2020, terungkap sebuah kisah yang menyeramkan sekaligus menyedihkan. Seram, karena ternyata, dari tayangan ini tuh kita seperti diberikan gambaran bahwa siksa kubur itu bukan sekadar ancaman kosong belaka. Sedih, karena saya jadi membayangkan jika saya berada di posisi anak cucu sosok "dia yang tak boleh disebutkan namanya" itu. Mau menolong pun tidak bisa, karena kembali lagi, pada akhirnya kita sendiri lah yang akan mempertanggungjawabkan apa yang telah kita perbuat selama di dunia.

episode paling menyeramkan jurnalrisa
episode Jurnalrisa paling menyeramkan

Biar ada sedikit gambaran, saya ceritakan sedikit, yaa...

Jadi, Risa punya kerabat yang masih bisa disebut nenek, dan sebenarnya beliau ini adalah seorang yang baik. Namun, satu kekurangannya adalah, beliau tidak mau mengerjakan shalat. Semua saudara sudah menasehati, bahkan nenek Risa (Mak Uwat) sampai menghadiahi beliau mukena dan sajadah, dengan harapan agar beliau mau mengerjakan shalat. Sayangnya, ajakan untuk beribadah ini ditolak. Bahkan beliau ini berkata kurang lebih begini: Kalian aja yang ke surga, saya mah mau ke sawah lega aja.

Suatu hari, beliau meninggal dunia. Teror pun bermula. Sehari setelah beliau dimakamkan, malamnya beliau "mengunjungi" seluruh keluarga dengan menggedor-gedor pintu dan menampakkan wujudnya yang terlihat sangat memprihatinkan. Teror ini berlangsung hingga beberapa hari, sampai seluruh keluarga sudah merasa terganggu, bahkan trauma. 

Kakek Risa pun mengajak sosok ini untuk berbicara dengan cara mediasi (tontonlah Jurnalrisa hingga beberapa episode, supaya paham mediasi itu seperti apa). Nah, dari mediasi itu, si nenek ini bercerita bahwa beliau disiksa oleh entah siapa (malaikat mungkin ya), dengan mukena dan sajadah pemberian Mak Uwat.

episode terseram Jurnalrisa

Huhu, seram yaa... 

Sungguh, tayangan Jurnalrisa episode ini membuat saya belajar banyak hal. Pertama, bagaimana kehidupan kita di akhirat nanti, tergantung pada amalan kita di dunia ini. Kedua, ketika nyawa sudah terpisah dari badan, tak akan berguna semua penyesalan. Ketiga, tidak semua bisa dibantu dengan doa, terutama bagi mereka yang tidak ada setitik pun iman di dalam hatinya.

Pelajaran terbesarnya adalah bahwa hablum minannas saja tak cukup. Kita harus memperhatikan hubungan kita dengan Allah (hablum minallah) juga. Memang, shalat tidak menjadi jaminan apakah kita akan menjadi ahli surga nantinya. Namun, setidaknya kita punya ikhtiar untuk mendapatkannya. Apalagi shalat merupakan ibadah mahdhah yang pertama kali dihisab, bukan?


Read More