Showing posts with label parenting. Show all posts
Showing posts with label parenting. Show all posts

Dini.id, Aplikasi untuk Memantau Perkembangan Bahasa Anak

Friday, January 24, 2020


Begitu melahirkan seorang bayi mungil dan secara otomatis predikat "ibu" disematkan pada diri kita, perhatian kita tentu tak lepas dari tumbuh kembangnya. Betul tidak, Ma? Proses tumbuh kembang anak setiap harinya memang selalu mendebarkan. Namun, tahukah, Ma, meski selalu berkaitan, pertumbuhan dan perkembangan adalah dua hal yang berbeda? Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif atau dapat di ukur, sedangkan perkembangan (development) adalah perubahan yang lebih menitikberatkan pada bertambahnya kemampuan (skill), struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks.

Ada beberapa aspek tumbuh kembang anak yang mesti kita perhatikan, Ma, yaitu;
1. Perkembangan fisik
2. Perkembangan motorik
3. Perkembangan kognitif
4. Perkembangan bahasa
5. Perkembangan psikososial

Seringnya kita lebih fokus pada perkembangan fisik motorik. Berapakah berat badannya, berapa tinggi badannya, kapan tumbuh giginya, kapan anak bisa duduk, kapan anak bisa berjalan, dan sebagainya. Ya, karena perkembangan fisik motorik adalah perkembangan yang paling mudah dilihat. 

Perkembangan bahasa, apalagi perkembangan psikososial, terkadang kurang diperhatikan. Saya seperti ini juga, dulu. Pembaca setia www.kayusirih.com atau www.mamakepiting.com mungkin tahu ya, saya pernah menceritakan tentang anak kedua saya, Aga, yang mengalami keterlambatan bicara.

Dulu saya sering membela diri,

"Ah, nanti juga bisa ngomong."

"Anak laki-laki beda sama anak perempuan, sudah kodratnya perempuan lebih cerewet."

Padahal ngga begitu juga. Pasti ada faktor lain yang menyebabkan seorang anak mengalami speech delay atau keterlambatan bicara.


Tahapan Perkembangan Bahasa pada Anak
Bagaimana Mengatasi Speech Delay pada Anak

 
Sebagai informasi, tahapan perkembangan bahasa pada anak, normalnya adalah seperti ini, Ma; 

1. Tahapan Pralinguistik

Pada tahap ini, bayi baru bisa menangis, menjerit, dan tertawa, sebagai cara untuk berkomunikasi atau merespon keadaan di sekitarnya.

2. Tahapan Linguistik

Ini adalah fase si kecil belajar bicara.

Usia 0-12 bulan 
Si kecil sudah dapat merespon suara, menunjukkan ketertarikan sosial terhadap wajah dan orang, babbling atau mengulang konsonan dan vokal, memahami perintah verbal, dan mampu menunjuk ke arah yang diinginkan.

1-2 tahun
Sebelum bisa berbicara lancar, bayi sebenarnya telah memahami kata-kata yang belum bisa mereka ucapkan, (Pan & Uccelli 2009). Seperti halnya ketika bayi sudah mampu mengetahui namanya sendiri pada usia 5 bulan.

Di usia 1-2 tahun, si kecil sudah bisa memproduksi dan memahami kata-kata tunggal, mampu menunjukkan bagian-bagian tubuh, dan juga sudah mulai memahami makna dibalik instruksi sederhana, seperti "ambil mainannya" atau "tepuk tangan". 

Perbendaharaan katanya akan meningkat pesat di usia 18 bulan sampai 2 tahun. Masa itu disebut dengan vocabulary spurt atau pertumbuhan yang terlewat cepat dalam pemahaman dan pengucapan kata oleh bayi. Di masa ini, anak bisa mempelajari kata-kata baru hingga 9 kata per hari. Jika di usia 13 bulan si kecil bisa memahami sekitar 50 kata, di usia 18-24 bulan, si kecil mampu mengucapkan 200 kata. 😍

2-3 tahun
Di usia ini, si kecil sudah mampu menggabungkan 2 kata. Misalnya, "mau pipis", "ndak mau", dan lain sebagainya.

3-4 tahun
Sejalan dengan meningkatnya keterampilan si kecil dalam bersosialisasi, kemampuan berbicaranya pun semakin meningkat. Ia mulai mampu memahami konsep warna, bentuk, ukuran, rasa, tekstur, juga bau. Rasa ingin tahunya juga semakin besar, jadi, siap-siap dengan pertanyaan tak terduga, ya, Ma! 😊

4-5 tahun
Di usia ini, kemampuan berbicaranya hampir sama dengan orang dewasa. Si kecil sudah mampu menyampaikan kritik, mengajukan berbagai pertanyaan, bahkan memberi nasihat. Hihi, semakin lucu, ya?

5-6 tahun
Semakin bertambah usia, perkembangan bahasa anak juga semakin kompleks. Di usia ini, si kecil sudah mampu menyatakan pendapat, mengekspresikan keinginan, perasaan, kekaguman, penolakan, dan juga menuangkan ide atau imajinasi.

Ya, begitulah seharusnya tahapan perkembangan bahasa pada anak. Namun, sedihnya, tak sedikit pula yang mengalami keterlambatan bicara. Sayangnya, banyak orang tua yang termakan mitos bahwa perkembangan berbicara anak bisa saja terlambat karena perkembangan di bidang lain lebih cepat. Ya, saya akui dulu saya juga begitu. Padahal, menurut Psikiater Konsultan Anak & Remaja, dr. Anggia Hapsari, Sp.KJ, tolak ukur perkembangan bicara dan bahasa juga merupakan tolak ukur perkembangan kognitif mereka, intelektual mereka, yang juga menentukan perkembangan pada tahap tahap selanjutnya.

Jadi, memang tidak seharusnya kita menyepelekan kondisi speech delay pada anak, karena mereka yang mengalami speech delay akan memiliki risiko terkena gangguan jiwa juga seperti depresi dan anxietas / kecemasan. Hiks... Ya, anak yang mengalami speech delay, ketika merasakan sesuatu yang tidak nyaman, ia bingung, tidak bisa menjelaskan, ini sedihkah, marahkah, kecewakah? 

Nah, sekarang sudah semakin paham ya, betapa pentingnya memberikan stimulasi kemampuan bicara pada anak. Selain harus sering mengajak anak bicara dan bermain bersama, salah satu solusi yang bisa dipilih orang tua untuk melakukan stimulasi dan intervensi dalam tumbuh kembang anak adalah Dini.id.

Cek video di bawah, yaa.. 😊



Dini.id adalah start-up yang khusus dirancang untuk memberikan program stimulasi dan intervensi dalam tumbuh kembang anak dengan memadukan antara teknologi, ilmu psikologi, orang tua, dan tim ahli.

Beberapa program Dini.id adalah;

1. Sistem assessment online gratis di website www.dini.id yang dapat mengidentifikasi keterlambatan dan potensi dalam perkembangan anak

2. Kelas stimulasi dan intervensi sambil bermain yang dilakukan di playground playground mitra, yang dirancang untuk mengaktifkan neuron dalam otak, sehingga meningkatkan perkembangan kognitif dan menjadi dasar perkembangan tahap selanjutnya terutama untuk belajar.

3. Program asesment, observasi, dan investigasi berkala yang disupervisi oleh psikiater dan psikolog klinis untuk mengoptimalkan perkembangan anak yang berbeda-beda dan unik.


Dengan stimulasi dan intervensi dalam tumbuh kembang anak, diharapkan speech delay yang terjadi pada anak dapat teratasi dan anak jadi lebih lancar bicara.



Sumber Referensi:
- https://hellosehat.com/parenting/perkembangan-bayi/perkembangan-bahasa-pada-bayi/
- https://www.wyethnutrition.co.id/kenali-tahapan-perkembangan-bahasa-anak-usia-dini





Read More

Pentingnya Stimulasi dan Sentuhan Kasih Sayang untuk Perkembangan Anak Usia Dini

Sunday, September 8, 2019


Saya memiliki dua anak, yang pertama berusia delapan tahun dan yang kedua hampir lima tahun. Beberapa orang berkeyakinan bahwa usia mereka saat ini merupakan golden age yang tak akan terulang dan harus diisi semaksimal mungkin. Saya, menyadari bahwa masa kanak-kanak mereka tak akan kembali, akhirnya menjadi rajin menggali informasi, stimulasi seperti apa yang dibutuhkan untuk perkembangan anak usia dini.



Kaitannya dengan rentang usia, ada banyak sekali pendapat mengenai definisi anak usia dini. Pemerintah melalui UU Sisdiknas mengelompokkan anak dengan rentang usia 0-6 tahun sebagai anak usia dini. Namun, Soemiarti Patmonodewo mengutip pendapat tentang anak usia dini menurut Biecheler dan Snowman, yang berpendapat bahwa yang termasuk anak usia dini adalah anak usia prasekolah yaitu anak-anak yang berada di rentang usia 3-6 tahun.

Sementara itu, National Association for The Education of Young Children (NAEYC) berpendapat bahwa yang termasuk dalam “Early Childhood” atau anak usia dini adalah anak-anak yang baru lahir sampai dengan usia delapan tahun. Beberapa orang menyebut fase ini sebagai golden age karena masa ini sangat menentukan seperti apa mereka kelak, baik dari segi fisik, mental maupun kecerdasan. 

Dari berbagai definisi tadi, peneliti kemudian menyimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berusia 0-8 tahun yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun mental. Aspek pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini itu meliputi; aspek fisik, kognitif, sosioemosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi.



Pak Munif Chatib dalam bukunya yang berjudul “Sekolahnya Manusia”, mengatakan bahwa kecerdasan seseorang adalah proses kerja otak seseorang sampai orang itu menemukan kondisi akhir terbaiknya. Kondisi akhir terbaik ini bisa berbeda antara orang yang satu dengan lainnya. Beliau mencontohkan seorang penulis terkenal, J.K. Rowling, yang menemukan kondisi akhir terbaiknya di usia 43 tahun, yaitu pada saat beliau menulis novel Harry Potter.

Intinya, menurut beliau, seorang akan cerdas pada waktunya. Pendapat ini seolah bertolak belakang dengan istilah golden age pada anak usia dini. Namun demikian, beliau mengatakan bahwa dengan mengetahui multiple intelligence seawal mungkin, seseorang dapat menemukan kondisi akhir terbaiknya lebih cepat. Ini menegaskan bahwa stimulasi memang penting untuk diberikan sedini mungkin.

Tentu, dalam usaha untuk menemukan kecerdasannya, seseorang memerlukan bantuan dari lingkungannya, baik itu orangtua, guru, sekolah, maupun sistem pendidikan yang diimplementasikan di suatu negara. 


Hadir dalam Proses Perkembangan Anak Usia Dini


Sebuah fakta yang harus kita percaya, bahwa orang-orang yang terkenal dengan karyanya pun memiliki banyak kelemahan. Lingkungan yang tidak melihat kelemahan itu sebagai kendala untuk terus belajar dan meraih sukses, adalah lingkungan yang baik, yang bisa mendorong proses belajar seorang calon tokoh untuk menemukan kondisi akhir terbaiknya secara optimal.

Hal ini sejalan dengan prinsip MI atau Multiple Intelligence, bahwa setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Tugas kita sebagai orangtua adalah mencari apa yang paling disukai dan dikuasai oleh anak-anak, sedini mungkin.

Bu Septi Peni Wulandari yang merupakan pendiri Institut Ibu Profesional (IIP), memiliki sebuah prinsip yang mendukung Multiple Intelligence ini, yaitu “Meninggikan gunung, (bukan) meratakan lembah”. Artinya, kita harus fokus pada kelebihan anak-anak kita, bukan kelemahan mereka.

Kembali ke kedua anak saya. Dua anak yang terlahir dari rahim yang sama, nyatanya memiliki karakter yang berbeda. 

Si sulung, sejak kecil memiliki motorik halus yang baik. Anak laki-laki berhati lembut ini suka menggambar dan berimajinasi. Saya senantiasa memberikan dukungan setiap kali ia membuat karya. Alhamdulillah, tahun lalu, ia berhasil membuat sebuah buku yang ia karang sendiri ceritanya dan ia gambar ilustrasinya. Papanya hanya sedikit memberikan arahan, dan membantu dalam proses pewarnaan dan layouting saja.


Meninggikan gunung, bukan meratakan lembah. Fokus pada apa yang disukai dan dikuasai anak-anak kita.



Untuk si bungsu yang saat ini masih duduk di bangku TK A, kami menemukan bahwa ia adalah teman yang baik, yang selalu sedia membela teman yang tersakiti. Ia adalah pahlawan bagi teman-temannya yang lemah. Ia rela memasang badan di garda terdepan. Keberaniannya tak padam meski bahaya mengancam.

Kesimpulan itu saya ambil berdasarkan cerita ustadzahnya di sekolah suatu hari. Saat seorang kakak kelas (TK B) memukul teman sekelasnya tanpa alasan, ia dengan tegas berkata, “Jangan pukul-pukul temanku! Nggak boleh!” 

Selanjutnya bisa ditebak, sang kakak kelas beralih memukulnya. Meski pada akhirnya anak kami ikut menangis dan mengadu pada sang guru, namun kami bangga padanya. Ia sudah melakukan apa yang seharusnya ia lakukan.

Maka mari, sebagai orangtua, kita hadir di tengah anak-anak kita. Temani mereka dalam beraktivitas, iringi mereka dengan do’a, peluk mereka dengan penuh kasih sayang. Insya Allah, mereka akan tumbuh dan berkembang dengan baik, dan di masa depan, mereka akan menjadi orang yang bermanfaat bagi banyak orang. Aamiin aamiin YRA.




Read More

Belajar Menulis Tanpa Tangis

Tuesday, August 20, 2019



Tahun ini Aga, anak kedua saya, sudah jadi anak TK. Meski belum secara intens belajar menulis, membaca dan berhitung, tetapi sedikit demi sedikit saya mulai memperkenalkan kegiatan itu. Saya mulai mengenalkan Aga dengan huruf dan angka, karena dia mulai penasaran dan ingin bisa membaca. 

Aga memang berbeda dengan kakaknya, Amay. Amay lebih cepat mengenal huruf dan angka, karena dia suka menggambar. Dulu, saat berumur 3 tahun, Amay sering sekali tiba-tiba menulis sesuatu yang dilihatnya, entah huruf atau angka. Dari situlah ia bertanya, hingga kemudian hafal dengan sendirinya.

Hobi menggambar ini pula yang memudahkan Amay saat belajar menulis. Inilah beberapa hasil karyanya dulu;




Gambar di atas adalah gambar yang dibuat oleh Amay ketika berumur 2 tahun 6 bulan. Katanya, ini adalah buaya yang sedang makan ikan. Sudah agak berbentuk, bukan?




Yang ini adalah gambar ketika Amay berumur 5 tahun. Sudah tampak lebih rapi, juga ada beberapa huruf (namanya sendiri), dan angka. Saya sendiri ngga paham 5700/4k itu maksudnya apa.

Di sini ia menggambar Totoro, Spinosaurus, dan hantu No Face yang ada di film Spirited Away. Saat itu, selain sedang menggandrungi dinosaurus, dia memang sedang menyukai film-film produksi Ghibli.

Oya, Amay memang sudah terbiasa memegang pulpen atau spidol dari kecil. Dia pun selalu percaya diri saat menggambar, jadi tidak perlu penghapus. :)




Saat berumur 6,5 tahun, yaitu ketika sedang duduk di kelas 1 SD, Amay membuat Enikki atau buku harian bergambar yang umum dibuat oleh anak-anak Jepang. Seperti di bawah ini.


Enikki ala Amay


Melihat hobi menggambar Amay, dan belakangan diikuti juga dengan hobi menulis, saya dan suami hanya bisa men-support supaya kegiatannya ini bisa menghasilkan manfaat. Dan alhamdulillah, tahun lalu, Amay bisa menghasilkan sebuah buku yang kami cetak sendiri. Kami juga menjualnya kepada teman-teman, dan hasil dari penjualan, seluruhnya kami sumbangkan untuk korban gempa Lombok, Palu dan Donggala.

Sungguh, saya menulis ini tanpa ada maksud untuk riya'.



Kembali ke Aga, karena dari kecil ia tidak terlalu suka menggambar, dan kurang tertarik juga dengan alat tulis, tentu motorik halusnya tidak terlalu berkembang dengan baik. Ya, tiap anak kan memang beda-beda bakatnya, yaa..

Jadi, untuk Aga saya membelikan activity book yang bisa dihapus. Wipe Clean gitu lah, biar hemat kertas. Hehe.. Selain itu, bukunya juga menarik karena ada banyak gambar yang berwarna-warni. Karena buku ini, belajar menulis jadi lebih menyenangkan.


Wipe Clean Book untuk Belajar Menulis


Nah, kalau teman-teman mau memulai mengajarkan anak untuk menulis, bisa nih dengan tracing dot seperti ini. Kalau nggak sempat beli buku wipe clean, bisa nge-print sendiri worksheet-nya. Banyak kok printable worksheet yang tersedia di internet.

Kalau ngga punya printer, ya pakai kertas kosong. Mulailah dengan garis-garis lurus, lalu perlahan ditambah tingkat kesulitannya menjadi zigzag atau melengkung. Sekreatifnya kita saja. Ingat-ingat bagaimana orang tua kita mengajari kita menulis waktu kita kecil dulu. Zaman dulu, semua masih serba terbatas kan? Kalau orang tua kita saja bisa, masa kita engga? :)

Lalu, kalau anaknya belum mau, ya jangan dipaksa apalagi dimarahi. Nanti kalau anaknya trauma sama buku dan pensil, gimana? Lagipula, sesuatu yang dikerjakan dengan penuh keihklasan dan kegembiraan, hasilnya akan lebih maksimal. Ya kan?

Eh, memang ada ya, orang tua yang mengajarkan menulis sampai anaknya menangis dan trauma?

Adaaaa...

Waktu saya mengajar TPQ dulu (saya pernah mengajar TPQ, sebelum akhirnya mengajar TK selama 3 tahun), ada satu wali murid yang hobi banget nyentil anaknya kalau tulisannya ngga rapi. Huhuhu... Sedih lihatnya. Kepala TPQ juga beberapa kali mencoba meredakan emosi si ibu ini sih, tapi selalu terulang lagi dan terulang lagi. Sudah karakter kali yaa... Nah, kalau di TPQ saja, yang bisa dibilang ada orang lain di situ, si ibu tidak malu menyentil anaknya, gimana kalau di rumah ya? Duh, serem bayanginnya.

Mengajari menulis dan membaca memang tidak semudah membalikkan tangan. Kita harus ekstra sabar. Toh semua ada masanya. Kalau sudah waktunya bisa, insya Allah bisa. Tetap semangat, yaa.. :)





Read More

Balita Diajak Nonton Bioskop? Boleh, Asal...

Monday, March 25, 2019

Setelah menjadi orang tua, biasanya prioritas utama kita otomatis langsung berubah. Apa-apa yang penting anak dulu. Mau ngapain aja, mikirin anak-anak dulu. Mau nonton bioskop? Eits, tunggu dulu! Nonton bioskop sambil membawa anak-anak memang boleh-boleh saja. Tetapi, tentu ada hal-hal yang perlu diperhatikan.

Saya dan suami, terus terang, sudah lama sekali tidak menginjakkan kaki ke bioskop. Maklum, di Solo, saya dan suami sama-sama perantau. Jadi kami tidak punya keluarga yang bisa dititipi saat kami ingin jalan-jalan berdua saja.

Terakhir kali kami ke bioskop adalah di penghujung tahun 2013, saat si sulung berusia 2 tahun 9 bulan. Saat itu pun, film yang kami tonton adalah "Walking with Dinosaurs", bukan film romance, karena kami membawa anak. Kami belum ke bioskop lagi setelahnya, karena tak lama kemudian, si bungsu lahir ke dunia. Nah, karena saat ini si bungsu sudah berumur 4 tahun lebih, kami berencana mengajaknya menonton ke bioskop.

Wow, this is gonna be his first experience. Kami belum bisa membayangkan bagaimana perasaan Aga saat berada di dalam bioskop nanti. 

Poster Walking with Dinosaurs the Movie

Aga sih sudah sering menonton film, meski hanya lewat komputer. Tapi, kondisi di dalam bioskop kan sangat berbeda dengan di rumah.

Makanya, sebelum menonton film, saya mencoba menerapkan beberapa tips membawa anak ke bioskop berikut ini:

1. Pastikan Anak Benar-benar Siap

Ya, meski sudah sering menonton film di rumah, tetapi menonton film di bioskop adalah hal yang berbeda. Beritahu anak bahwa di bioskop, ketika film mulai diputar, maka lampu akan dimatikan. Suaranya pun akan sangat menggelegar, dan lagi, udara di dalamnya mungkin akan sangat dingin. Jadi, kita harus bersiap-siap dengan kondisi tersebut.

Oya, jika di rumah ia bisa bertingkah semaunya, di bioskop tidak demikian, karena di sana ada banyak orang. Jadi, beritahu anak-anak untuk berlaku sopan dan tidak berteriak-teriak karena bisa mengganggu orang lain.

2. Pilih Film yang Tepat

Ini wajib sih yaa.. Jangan sampai, demi memuaskan keinginan kita untuk menonton film di bioskop, kita mengabaikan hak anak untuk mendapatkan tontonan yang baik.

Cari film yang sesuai dengan usianya. Ya seperti kisah saya di atas, saya dulu memilihkan "Walking with Dinosaurs" untuk Amay, karena kebetulan dia sangat suka dengan dinosaurus. Padahal saat itu saya ingin menonton "99 Cahaya di Langit Eropa" dan suami ingin menonton film "Soekarno".

3. Pilih Tempat Duduk yang Dekat dengan Pintu Keluar

Ya, kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti kan? Bisa saja, karena anak tidak suka dengan film-nya, ia akan bosan lalu mengajak kita keluar. Atau, di tengah-tengah film ia mendadak ingin buang air. Bisa jadi kan? Karena udara di dalam bioskop yang dingin, biasanya membuat kita mudah beser.

Duduk di dekat pintu keluar, akan memudahkan kita membawa si kecil keluar, tanpa mengganggu pengunjung yang lain.

4. Sediakan Cemilan yang Cukup

Nah ini penting sekali. Untuk Aga, cemilan adalah salah satu hal yang bisa mengembalikan good mood. Hehe...

5. Ajak Si Kecil untuk Buang Air 

Sebelum masuk ke ruang teater, ajak si kecil untuk buang air terlebih dahulu.

6. Masuk Belakangan

Tidak perlu buru-buru masuk ke ruang teater, karena biasanya yang diputar adalah iklan dan trailer, yang mungkin akan membuat anak-anak bosan.

Yak, itu dia tips membawa anak ke bioskop.

Jadi, mau nonton apa besok?

Rencananya saya mau ngajak Mas Amay dan Dek Aga nonton Captain Marvel di CGV, sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke 8. Pesen tiketnya via traveloka.com saja, yang mudah, nggak perlu antri juga. Wah, can't wait. Kira-kira, anak-anak bakal suka nggak ya? :)
Read More

Rekomendasi Film Keluarga; The Good Dinosaur

Tuesday, March 13, 2018

The Good Dinosaur, picture from Disney Indonesia

Film The Good Dinosaur adalah film animasi produksi Disney-Pixar, yang dirilis pada tahun 2O15. Film ini diawali dengan adanya asteroid yang hampir menabrak bumi, tapi beruntung, asteroid itu tidak sampai mengenai bumi. Makanya million of years later, masih ada makhluk hidup yang menghuni bumi yaitu dinosaurus, karena dinosaurus tidak jadi punah.

Di film ini, dinosaurus memiliki peradaban seperti halnya manusia. Mereka bercocok tanam dan juga beternak.

Henry, seekor Apatosaurus, dan Ida, istrinya, membuka lahan untuk bercocok tanam. Henry menyiapkan lahan untuk ditanami jagung dan istrinya menyebar biji-biji jagung dengan peralatan sederhana. Oya, mereka tinggal di kaki pegunungan Clawtooth

Hari berganti bulan, Henry dan istrinya menanti 3 anaknya yang belum menetas dari telur. Saat sedang menyirami kebun jagungnya dengan mulut yang terisi air, istrinya memanggil. Ya, anak-anaknya sudah siap menetas.

Ada tiga butir telur yang sudah siap menetas. Dua berukuran kecil, dan 1 berukuran sangat besar. Telur pertama diberi nama Libby. Dia amat lincah dan terlihat cerdik. Telur kedua, Buck. Buck ini agak rough gitu karakternya. Ya, badannya juga lebih besar dari Libby sih.

Nah, telur yang terakhir ukurannya sangat besar. Henry dan Ida menduga bahwa isinya juga lebih besar dibandingkan dua telur sebelumnya. Namun ternyata, anak yang lahir dari telur yang paling besar itu justru adalah anak yang terkecil ukurannya. Namanya adalah Arlo. 

Yup, Arlo menjadi tokoh utama di film ini.


And the story begins...

Henry dan istrinya membagi tugas untuk ketiga anaknya. Libby mendapatkan tugas untuk menyirami kebun jagung yang luas. Nah karena Libby adalah anak yang cerdik, suatu hari dia mengerjai Buck sehingga justru Buck lah yang menyiram kebunnya.

Buck sendiri mempunyai tugas untuk mengangkat kayu. Tugas ini sesuai dengan ukuran badannya yang paling besar diantara anak-anak lainnya. Sedangkan Arlo, dinosaurus yang paling kecil itu, tugasnya cukup ringan, yakni memberi makan hewan piaraan seperti ayam-ayam purba. Meski terlihat ringan, tapi tugas itu cukup berat untuk Arlo.

Arlo yang tubuhnya ringkih, seringkali tidak percaya diri. Untuk itu, Henry sang ayah sering mendampingi dan menyemangati.

Sebagai penyemangat, Henry dan Ida membuat sebuah tanda cap kaki di Silo, tempat mereka menyimpan jagung-jagung hasil panen. Ketiga anak itu boleh membubuhkan tanda yang sama, asalkan mereka sudah menyelesaikan tugas mereka, seperti Buck misalnya, ia harus bisa mencabut pepohonan dan membersihkan lahan. Dan setelah Buck berhasil menyelesaikan tugasnya, ia pun berhak membubuhkan cap kakinya.

Libby, dia harus menyiapkan lahan pertanian dan menaburkan benih benih jagung. Ia pun berhasil melakukannya sehingga Libby sudah diizinkan untuk membubuhkan cap kakinya. 

Nah, si kecil Arlo masih belum juga berhasil memberikan makan untuk hewan-hewan piaraan. Akhirnya, Henry sang Ayah, memberinya tugas baru yaitu menangkap hewan pengganggu yang wujudnya sebenarnya lebih mirip manusia. Hewan pengganggu ini suka sekali mencuri hasil panen. 

Dan saat mereka ingin menangkap hewan pengganggu inilah, Henry meninggal karena terpeleset dan terbawa arus sungai yang sedang meluap karena badai dari atas.

Sepeninggal Henry, keluarga ini menjadi rapuh karena kehilangan sosok sang ayah. Arlo pun berjanji untuk menangkap hewan pengganggu itu. Ketika suatu hari Arlo menjumpai hewan pengganggu itu, ia pun berniat untuk membalas dendam atas meninggalnya sang ayah. Ia mengejarnya sampai ia terjatuh dan terbawa arus sungai.

Arus sungai membawa Arlo semakin jauh dari rumah. Di saat itulah justru hewan pengganggu itulah yang menemani hari-harinya. Arlo kemudian melupakan dendamnya. Mereka kemudian bersahabat hingga kemudian Arlo menamai hewan pengganggu itu dengan nama Spot.

Petualangan Arlo dan Spot sangat berwarna. Mereka melewati badai bersama-sama, hingga dikejar-kejar oleh kawanan Pterodactyl, dinosaurus yang bisa terbang. Disaat mereka berlari menyelamatkan diri itu, mereka justru bertemu dengan 3 ekor T-Rex. Badannya yang besar dan wajahnya yang menyeramkan, membuat Arlo dan Spot khawatir T-Rex itu akan memakan mereka. Tetapi ternyata T-Rex itu adalah dinosaurus yang baik, yang justru membantu mereka saat diserang Pterodactyl.

Kelak, Arlo belajar tentang bagaimana menjadi seorang pemberani, dari pimpinan T-Rex ini.

The Good Dinosaur, picture from variety.com

Arlo dan Spot berpisah dari ketiga sahabat barunya. Arlo harus pulang, ke rumah ibu dan dua saudaranya. Tapi naas, mereka kembali bertemu dengan kawanan pterodactyl itu.

Nah, seperti apa petualangan Arlo dan Spot selanjutnya? Apakah kemudian Arlo bisa kembali ke rumahnya? Apakah Spot dan Arlo kemudian hidup berdampingan selama-lamanya?

Film The Good Dinosaur ini sangat layak ditonton bersama keluarga. Amay dan Aga suka sekali dengan film ini. Film ini dulu dikenalkan oleh Tante Ninis, 2 tahun yang lalu. Tante Ninis bahkan menghadiahkan buku berjudul sama untuk Amay.

The Good Dinosaur mengajarkan kita untuk selalu percaya diri bahwa sebenarnya kita memiliki kekuatan, yang mungkin tidak kita sadari sebelumnya.

The Good Dinosaur juga mengajarkan kita untuk tidak mudah menyerah. Kita bisa jika kita berani mencoba. Arlo yang tadinya berbadan kecil dan kurang percaya diri, kini menjadi sosok yang kuat, yang pemberani, yang berhasil melewati berbagai tantangan.

Dari film ini kita belajar untuk tidak mudah putus asa. Dan pengalaman buruk ternyata menyimpan hikmah, yang bisa membuat kita lebih kuat dari diri kita yang sebelumnya. Benar jika ujian itu sebenarnya membuat kita naik kelas. Bahwa cobaan demi cobaan itu, membuat kita menjadi pribadi yang kuat.

Jadi, nilai film ini berapa? Bagi saya, nilainya 5 dari 5. Sempurna. Baik itu animasinya, alur ceritanya, karakter tokohnya, hingga musik pengiringnya. Yuk, cari filmnya dan tonton bersama keluarga! ☺❤
Read More

Born To Be Genius; Webinar Parenting Bersama Tigaraksa

Sunday, November 5, 2017



Pada tanggal 12 Oktober lalu, saya mengikuti sebuah Webinar yang diadakan oleh PT. Tigaraksa Satria. For your information, PT. Tigaraksa Satria adalah sebuah perusahaan perdagangan yang memiliki divisi untuk mengembangkan cara menstimulasi otak balita agar tumbuh optimal.

Saya mengetahui adanya Webinar ini dari seorang teman semasa SMP, Endah Ediyati namanya. Kebetulan beliau bekerja di perusahaan ini. Hhmmm, pantas saja ya, Mbak Adhwa putrinya kelihatan cerdas. Pasti stimulasi yang diberikan oleh orang tuanya juga optimal.

Stimulasi. Kata ini menjadi salah satu faktor penentu, agar anak-anak kita bisa tumbuh menjadi anak yang cerdas. Jangan lupa, cerdas itu tidak hanya pandai Matematika saja ya... Masih ingat dengan 8 jenis kecerdasan menurut Howard Gardner yang terkenal dengan sebutan Multiple Intelligence?

Nah, mendukung pernyataan tadi, Dr. Thomas Armstrong mengatakan bahwa, "Every child is genius." Sayangnya, lingkungannya lah yang terkadang melumpuhkan kejeniusan ini. Banyak anak yang tumbuh di rumah yang meredam kualitas jenius. Faktor-faktor di rumah seperti kemiskinan, depresi dan kecemasan, tekanan pada anak-anak untuk tumbuh terlalu cepat, dan ideologi kaku berdasarkan kebencian dan ketakutan, secara aktif menundukkan kualitas kejeniusan di masa kecil seperti bermain, kreatif, dan rasa ingin tahu.

Pak Jerry Darmawan Atega, praktisi dan pemerhati pendidikan anak yang menjadi pembicara di webinar ini, memberikan contoh beberapa stimulasi yang kurang tepat. Misalnya; meletakkan bayi di box, membatasi geraknya dengan bantal dan guling di segala sisi. Contoh lainnya adalah menaruh bayi di stroller. Menurut beliau, lebih baik menggendong, karena dengan menggendongnya, kita bisa melakukan kontak mata, kontak fisik, dan mengajak ngobrol.

Untuk lebih lengkapnya, saya lampirkan saja screenshot materi yang Pak Jerry sampaikan yaa... Sengaja saya screenshot supaya saya tidak ketinggalan materinya, hehe...



Nah, ini pentingnya stimulasi pada anak di usia emasnya. Semakin banyak stimulasi dan dukungan yang diberikan, semakin banyak pula sel-sel kecerdasan yang tersambung.


Dalam 1 hari, anak yang tidak mendapatkan stimulasi yang berarti dari lingkungannya, maka sel otaknya akan rontok sekitar 10.000 - 100.000 per hari. Membaca fakta di atas, saya jadi ngeri. Kasihan dong ya anak yang kebutuhan stimulasinya tidak terpenuhi. 






Salah satu bentuk stimulasi adalah, mengembangkan apa yang dikenalkan. Misal nih, kita sedang berjalan-jalan dan menemukan kupu-kupu yang sedang terbang. Kita bisa sampaikan bahwa kupu-kupu terbang dengan sayap, mengenalkan warnanya, makanannya, juga dari mana dia berasal. Nah ini, kita mesti kreatif. Makanya, ada baiknya juga ya jadi ibu yang cerewet, hihihi... Cerewet dalam arti positif tapi yaaa...


Membaca dengan kata. Mungkin dari seluruh materi yang Pak Jerry sampaikan, hanya ini yang tidak saya sepakati. 

Pak Jerry mengacu pada teory Glenn Doman, bahwa kita membaca kata, bukan huruf. That's why meskipun kata-katanya seperti di bawah ini, kita tetap bisa memahaminya. Ini contohnya.

Jkia kmau bsai mmebcaa tiluasn ini braerti kmau mmlieiki pikarin ynag kaut.

Apaliba bsia, salihkan lunjat mmebcaa tlisaun diawabh ini, sabeb drai 100 oarng hnaya 55 ynag brehsial.



Silut diprecyaa syaa bsia mhamemai tlisaun ini. Fenemona kekautan fkirian munaisa, mnuerut hisal peniletain di Cambride University, tdaik mapmarmelasahken bgaainama tilusan dlaam sbeuah ktaa disuusn. Kaerna ynag mnejdai knuci aladah penmetapan hruuf premata dan trehakir ynag baner dlaam ktaa terbesut. Mkipesun tlisaun itu dcaiak –aack sracea tak brutarean, ktia aakn tatep bsia mmebacayna tnapa maaslah. Ini dikabesban kreana firikan munaisa tadik hnyaa fukos memcaba saebuh ktaa, menailkan scarea kahuluresen. Manekbjukan bakun? Ya dan sanagt dinaketkan bwaha pangejaen itu pinteng.


Jujur, saya kurang setuju dengan beliau. Ya, ini cuma pendapat pribadi saja, yaa... Mengajarkan membaca dengan teknik Glenn Doman memang bisa membuat anak lebih cepat bisa membaca dibanding dengan cara mengeja. Namun, cara ini memiliki kelemahan. Anak yang belum mengenal huruf tetapi sudah diajarkan membaca kata, biasanya tidak akan mengenal huruf yang membentuk kata itu.
 
Ini terjadi pada anak saya. Amay belajar membaca dengan AISM di sekolah TK-nya dulu. Jadi, seperti iqro', anak langsung belajar membaca per suku kata, dan tidak lagi mengeja seperti zaman kita sekolah dulu. Tidak ada be a - ba, ce a - ca, dst. Hasilnya, di awal-awal belajar membaca dulu, Amay lupa dengan huruf /em/ karena yang dia ingat adalah /ma/. Dia tidak ingat huruf /zet/ karena dia taunya /za/. 

Seperti iqro' juga begitu. Rata-rata, anak yang tidak diajari mengenal huruf hijaiyah terlebih dulu, namun langsung belajar membaca iqro', mereka tidak tau huruf alif, karena yang mereka tau hanya a, i, dan u. Mereka tidak tau huruf nun, karena yang mereka pelajari adalah na, ni, dan nu, dan seterusnya.

Tapi, AISM dan Iqro' menawarkan jalan tengah, tidak terlalu cepat, tapi juga tidak terlalu lama. Masih ingat tidak, bagaimana dulu kita belajar membaca al-qur'an dengan turutan? 

Ro dhomah ru
Mim waw sin sukun dhomah mus
Ru Mus

Hihi, jadi ingat Pak Ismu, guru Fisika saya waktu SMP.

Ya, cara belajar Al-qur'an dengan membaca turutan memang lama, tapi kita jadi mengenal konsep. Seperti ketika belajar membaca dengan mengeja, kita jadi paham bagaimana sebuah huruf konsonan bisa berbunyi setelah bertemu huruf vocal. Begitu.

Oya, dulu waktu SMA, di berbagai bimbingan belajar pasti diajarkan rumus cepat dan praktis untuk mengerjakan soal ujian. Tapi, bagaimana jika soal yang diberikan adalah soal uraian? Pasti jadinya gelagepan. Makanya guru saya dulu bilang, boleh saja mengerjakan soal dengan rumus cepat dan pintar itu, tapi paling tidak kita harus tau dulu bagaimana rumus itu bisa ada.

Kesimpulannya, bagi saya sah-sah saja mengajarkan anak membaca dengan teknik Glenn Doman, tapi sebelumnya kenalkan dulu pada huruf. Meski begitu, step by step juga lebih baik, dari pengenalan huruf, membaca suku kata, meningkat ke membaca kata, frasa, kalimat, paragraf, cerita, dan buku pada akhirnya.

Yang paling penting dari semua itu kan BUKAN seberapa cepat anak membaca, AKAN TETAPI bagaimana anak bisa memahami apa yang ia baca.




Selama hampir satu setengah jam mengikuti Webinar ini, cukup banyak ilmu yang saya dapatkan. Sebenarnya acara belum selesai, tapi sayangnya baterai handphone saya sudah habis karena saya sudah "on" sejak setengah jam sebelum acara ini dimulai.

Sedih sebenarnya, karena kesempatan untuk mendapatkan hadiah terlewat sudah. Memang di acara ini banyak sekali doorprize yang dibagikan, seperti misalnya ada projector lamp yang diberikan pada peserta Webinar yang bisa menjawab pertanyaan. Di sini kekuatan sinyal dan kecepatan mengetik amat berpengaruh yaa, hihi... Beberapa kali saya menjawab pertanyaan dengan benar, tapi karena kalah cepat, jadi hadiahnya ngga dapat, hiks..

Oya, berdasarkan pengalaman saya, ada 3 hal yang harus kita persiapkan sebelum mengikuti Webinar ini.
1. Kuota internet. Jangan sampai di tengah jalan buffering melulu, eee pas dilihat kuotanya habis. Xixixixi... Pastikan juga sinyalnya kencang yaa... Memang kadang faktor cuaca juga berpengaruh terhadap kecepatan internet. Nah, mungkin bisa sedia pawang hujan juga, hihihi... Becandaaaaa...

2. Baterai handphone. Isi full yaa, jangan lupa sediakan power bank juga bila perlu. Jangan sampai kejadian seperti saya, ngga ada power bank dan baterai ngedrop, jadi harus berhenti di tengah jalan. Begitu mau masuk Webinar Room lagi, udah ngga bisa. Huhuhu...

3. Masuk Webinar Room sebelum acara dimulai. Karena waktu itu Webinar dimulai dari jam 9:30 wib, saya sudah stand by sejak pukul 9. Ini penting, karena pesertanya banyak sekali, dan terkadang suka ada trouble, entah itu di suara yang kurang jelas, entah itu karena kita ngga bisa masuk ke Webinar Room tadi... Nah, dengan masuk lebih awal, kita bisa mengantisipasi kendala-kendala teknis yang mungkin saja terjadi. Di webinar kemarin, jumlah pesertanya mendekati 150 orang lho. Wowww, banyak yaaa, jadi maklum saja kalau agak crowded yaa..

Oya, ini ada tips tambahan. Kondisikan anak-anak. Hihi, ini sih berlaku untuk saya karena saya ngga punya asisten rumah tangga. Kadang kita sedang semangaaat banget belajarnya, tapi anak-anak butuh perhatian. Ya begitulah.. Kalau bisa dititipkan ya dititipkan, kalau engga ya ngga apa-apa.. Insya Allah niat kita untuk mencari ilmu sudah dicatat oleh malaikat yaaa.. aamiin..

Saya sih penasaran dengan webinar berikutnya, kira-kira mau bahas apa lagi yaaa.. Saya juga pingin  lah dapetin projector lamp-nya, hihi... Katanya projector lamp ini kalau dinyalakan, di dalam rumah bisa terlihat seperti ruang antariksa. Waaah, pasti Amay Aga suka ini.

Dan barusan dapat informasi kalau tanggal 7 November nanti akan ada Webinar dengan Pakar Matematika. Wow.. Simak ini yaa..



Nah, yang mau ikutan seminar parenting online juga, pantengin aja fanpage Tigaraksa Educational. Tanggal 16 November nanti ada Orientation Digital Training juga untuk Ayah-Bunda yang ingin bergabung menjadi konsultan Tigaraksa Educational. Cek infonya di bawah ini!


Orientation Digital Training - Tigaraksa Educational
Read More

Ketika Saya Menjadi Seorang Ibu; Antara Ekspektasi dengan Realita

Saturday, October 21, 2017

Dulu, waktu Amay masih dalam penantian, saya pernah bikin status seperti ini di Facebook.


Idealis banget ngga sih? Hihihi...

Idealis banget sepertinya, jika melihat kenyataan yang ada sekarang. Dulu, waktu  belum ada anak-anak, bayangan saya, saya akan menjadi seperti ini:

1. Bangun paling pagi, lalu beres-beres, dan ketika anak-anak bangun, saya tinggal menyediakan energi full buat mereka

Itu ekspektasi, realitinya?

Bangun kadang-kadang kalah pagi sama Amay. Wahaha, emak macam apaaa saya ini? Jadi, waktu yang "dalam bayangan saya" seharusnya bisa buat main, nemenin mereka belajar atau apalah, malah jadi buat ngelarin pekerjaan rumah tangga yang seolah tidak ada hentinya.

Hari Rabu yang lalu, saya bahkan sampai buat status di facebook.  *wakaka, status lagi. *biarin, kerjaan emak kan emang curhat di status. Statusnya panjaaaang lho, menandakan bahwa saya sedang pengen curhat banget, hahaha...
Pagi ini. Aga teriak-teriak minta makan. Padahal bangun tidur tadi udah disuapin sama tantenya, makan sepiring berdua sama Mas Amay yang sudah 3 hari ngga sekolah karena terkena cacar air.
Mama yang lagi cuci piring dan berbagai perkakas bekas memasak, terpaksa mendiamkan, karena kalimat, "Sabar, nasinya belum matang.." udah ngga mempan. Karena merasa dicuekin, Aga sakit hati, lalu masuk ke kamar. Nangis dia.
Mama minta Mas Amay temani adeknya, ajak main kek, ajak nggambar kek, tapi Mas Amay sibuk sendiri membuat gambar Pancasila di laptop. Dia memang lagi suka nggambar di sana.
Selesai cuci piring, Mama ke kamar. Peluk si baby yg nangis, gendong. Setelah Aga agak tenang, Mama mulai ngomong. Amay, entah dapat wangsit darimana, dia ke kamar, nyusul Mamanya.
"Mas Amay, adek Aga, lapar ya?" Keduanya kompak mengangguk. "Tapi tadi kan sudah makan, sekarang sabar dulu sebentar tunggu nasinya matang."
"Tangan Mama kan cuma dua, Mama masih harus nyapu, ngepel, beresin tudung saji yang dikasih bantal terus tadi kalian jadiin mobil-mobilan, benerin kasur papa yg tadi kalian jadiin perosotan, nyetrika, ambil cucian di jemuran, belum nyuci baju juga.. Kira-kira Mama harus mulai dari mana nih? Ada ide ngga?" Dua-duanya diam.
"Tolong ya, bantu Mama. Jangan pada rewel dulu. Mainnya bareng-bareng." Tambah saya, sambil bergegas menuju tumpukan buku yang udah jadi entah apa.
Tiba-tiba Amay nongol. "Mama sapu tebah dimana?"
"Mau buat apa?" Mama udah positive thinking dong, wah kayaknya dia mau rapiin kasur deh.
"Mau buat pukulin lalat." Jawabnya dengan muka lempeng. Yaaah, kirain mau bantuin. Mama kuciwa.
*Karena nasehat ngga selalu didengar saat itu juga.
*Akhirnya Mama putuskan untuk nulis status dulu aja. 😝😝😝😝
Tuh, dibaca lagi yaa, xixixi... Ini biasanya saya teriak-teriak lho, tapi karena kebetulan hari itu saya warasbanget, jadi cuma didiemin. *astaghfirullah

2. Nggak Mau Marah-Marah, Harus Penuh dengan Kelembutan, Biar Dikenang Tutur Katanya

Itu ekspektasi. Realitinya? 

Seperti yang saya tulis di poin pertama, kalau lagi warasbanget, saya bisa becandain mereka yang sedang in bad mood. Tapi seringnya Mama kelepasan, dan teriakannya ngalahin Nicky Astria. Hahaha...

Maafkan Mama ya Mas Amay dan Dek Aga, Mama bukan ibu peri yang senyumnya selalu berseri-seri, juga bukan malaikat yang bisa bertahan dengan tumpukan penat. *meweklagiiii

when mommy is screaming. picture taken from chilldad.com


3. Ingin Dikenang Masakannya

Ekspektasinya begitu, realitinya, saya ngga pinter masak. Saya memang jarang beli, tapi masakan saya buat keluarga, terus terang selalu amat sangat sederhana. Entahlah apakah masakan saya bisa dikenang sebagai masakan terlezat di dunia oleh anak-anak saya, seperti ketika saya mengenang masakan almarhumah ibu saya.

4. Ingin Dikenang Belaiannya

Saya sering sih membelai-belai mereka. Menciumi mereka pun bisa puluhan, bahkan ratusan kali sehari. Meski untuk Amay, karena dia sudah agak besar, laki-laki pula kan, jadi intensitasnya sudah agak berkurang. 

Tapi kalau kelelahan, Amay biasanya cari saya, koq. Dia akan minta dipijit kakinya. Yah, semoga yang begini begini dikenangnya juga yaa.. Semoga yang diingatnya dari saya bukan hanya marah-marahnya saja. Karena sedih ih, Amay pernah bilang gini, "Kalau Mas Amay kan hobinya 2,  membaca sama menggambar, kalau Mama hobinya ada 3; nyanyi, nulis, sama marah-marah."

Kejujuran terkadang memang menyakitkan, ya kan?


Kayaknya ekspektasi Vs realiti versi saya  itu dulu deh ya, sama kayak Mbak Rani R Tyas, ntar kalau ingat tak tambahin lagi. Hahaha... Kalo soal ingin melahirkan secara normal tapi malah harus Caesar, saya anggap itu bagian dari takdir. Hehe..

Baca Ekspektasi Vs Realiti punya Mbak Ran di sini dan punya Mbak Widut di sini yaa..

Read More