Jon Koplo di Rubrik "Ah Tenane" Solopos

Friday, October 28, 2016

Setelah sekian lama tidak menulis untuk media cetak, akhirnya minggu lalu saya melakukannya lagi, karena kerinduan untuk bisa mendapat uang dengan lebih cepat telah sampai di ubun-ubun. *Hihihi, mulai matre...* Pilihan saya tepat, karena dengan mengirim tulisan ke media Harian, maka kemungkinan tulisan itu untuk dimuat akan lebih besar.

Bersyukur sekali, tulisan yang saya kirim di hari Jum'at, dimuat satu hari berikutnya. Tepatnya, di Sabtu, 22 Oktober 2016. Padahal prediksi saya, jika dimuat, tulisan itu akan muncul di minggu berikutnya, entah Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum'at atau Sabtu. Dan syukur Alhamdulillah sekali, tulisan saya masih memenuhi kriteria Solopos. Itu cukup membuat bahagia dan mengobati rasa kecewa. Iya, ada sedikit drama yang terjadi sebelumnya, dan kabar dimuatnya Jon Koplo saya, sangat menghibur hati saya yang sedang lara.


Lalu, tulisan macam apakah yang saya buat? Ini hanya kisah lucu-lucuan saja sih. Kisah nyata yang terjadi sekitar 8-10 tahun yang lalu, saat saya masih di Bogor. Lady Cempluk ini adalah Bulik Anna (adik ibu saya yang baik hatinya, tempat saya menumpang selama kuliah dan bekerja di Bogor). Jon Koplo adalah Naufal, adik sepupu saya, yang juga akrab dipanggil Jo alias Paijo . Gendhuk Nicole adalah Fira, sepupu saya yang merupakan kakak dari Naufal.

Kisahnya kurang lebih sama, hanya saya edit bahasanya, karena tulisan ini menyesuaikan dengan karakter di rubrik "Ah Tenane" yang kerap menyisipkan dialog dalam Bahasa Jawa.

Jon Koplo di Rubrik "Ah Tenane", Solopos

Inilah kisah selengkapnya:

Berbagi

Jon Koplo meminta uang pada ibunya, Lady Cempluk, untuk membeli makanan ringan. Saat makan makanan tersebut, Gendhuk Nicole, kakak perempuannya, menghampiri.

Maem apa kuwi?" tanya Nicole pada adiknya yang baru duduk di kelas TK B itu.

Karena Jon Koplo tak menjawab, Nicole pun to the point saja. "Aku nyuwun," pintanya. Namun, Jon Koplo tak mau membagi makanannya itu, meski dia masih memiliki satu bungkus lainnya.

Karena tak ingin melihat pertengkaran, Cempluk pun menasehati Jon Koplo. "Mbak Nicole diparingi to, Le. Yen seneng berbagi, mengko rezekine tambah akeh."

Bagi Jon Koplo yang baru berusia lima tahun, rezeki artinya uang. Awalnya Jon Koplo tak percaya, tapi karena iming-iming rezeki berganda itu, akhirnya ia mau membagi sedikit makanannya. “Ibu, nggak bohong, to?” tanya Jon Koplo pada ibunya.

Yang ditanya ragu, dan akhirnya berkata, “Ya kalau nggak sekarang, akan diganti di masa yang akan datang.”

Merasa bahwa sang ibu seolah memperalatnya, dengan sedikit kesal Jon Koplo membuka satu bungkus makanannya yang lain.

Matanya kemudian berbinar, ada sesuatu di dalam bungkus makanan itu, yang dibungkus plastik dan dilapisi perekat.
“Ha, iki apa ya?” Jon Koplo penasaran.
“Wah, duit! Horeee...” Jon Koplo girang karena menemukan uang lima ribuan.

Dalam hati Cempluk lega, karena Tuhan dengan cepat mengganti kebaikan anaknya, sehingga Jon Koplo percaya dengan nasihatnya. “Lho, rak tenan, yen seneng berbagi kuwi rezekine dadi akeh.”

~~~

tulisan di atas adalah naskah asli sebelum mengalami proses pengeditan di meja redaksi. 

Baca juga kisah Jon Koplo saya lainnya di: Aja Kesusu

Begitulah...

Ada yang ingin mencoba mengirim kisah seru ke Solopos juga? Caranya gampang koq. Untuk rubrik "Ah Tenane", tulislah kisah nyata sepanjang kira-kira 150 kata saja, lalu kirim ke email Solopos: redaksi@solopos.co.id atau redaksi@solopos.com

Ada imbalannya koq. Lumayan, buat beli bakso insya Allah cukup. 

Read More

Heart Field; Usaha Saya Mengganti Kecewa dengan Rasa Bahagia.

Wednesday, October 26, 2016


Mau curcol...

Bulan lalu, saya mendapat hadiah voucher sebesar Rp 200.000,-. Salah saya, saya tidak segera menggunakannya. Tiap ada kesempatan untuk berbelanja, saya bingung mau pilih barang yang mana. Ketika kemarin saya coba menggunakannya, kode voucher tersebut dinyatakan tidak valid

Saya mengirimkan email ke costumer service, kemudian mendapat jawaban yang sebenarnya kurang menjawab permasalahan saya ini. Saya meng-email untuk yang kedua kalinya, dan terjawablah pagi tadi, bahwa ketidakvalidan kode voucher tersebut dikarenakan telah melampaui batas waktu yang ada, yaitu 30 hari sejak pemberitahuan. Artinya, vouchernya sudah KADALUARSA.

Sempat sedih dan kecewa, karena saya tidak menemukan informasi bahwa kode voucher itu hanya berlaku dalam jangka waktu 30 hari, di email terdahulu. Tapi kemudian, saya menghibur diri sendiri, "Ya sudahlah, mau dikatakan apa lagi?" 

Lalu tibalah saat dimana saya kemudian bisa berdamai dengan diri sendiri.

Diba, salah satu Arsitek Akanoma, datang pagi-pagi (FYI, Studio Akanoma ada di rumah saya). Saya langsung teringat dengan status facebook-nya kemarin dan tertarik untuk membahasnya. Saya pikir, saya membutuhkan rumus untuk bisa kembali bahagia, setelah good-mood saya hilang pasca membaca email jawaban yang membuat sedih, kecewa dan menyesal tadi.

Ini dia statusnya:


Iya, saya ingin kembali bahagia. Makanya saya tanya-tanya si tante Diba itu, gimana biar bisa bahagia? Apalagi katanya, orang yang bahagia, detak jantungnya bisa memancarkan kebahagiaan ke sekelilingnya juga. 'Kan kalau ada orang yang bahagia, biasanya orang lain ikut merasakannya, atau paling tidak mendapatkan manfaat dari orang yang bahagia tadi, ya 'kan?

Nah, lalu, setelah bincang-bincang dengan Tante Diba tadi, gimana sih biar hati kita bisa bahagia?

Caranya adalah: ingat-ingat saat kita benar-benar sedang bahagia. Ingat semuanya! Kalau sudah, rasakan! (bukan dipikirkan). Saya tadi mempraktekannya, dan tanpa sadar, bibir saya mengucap, "Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah..." Begituuu terus. Sampai-sampai saya lupa dengan voucher yang hangus tadi. Bahkan saat tiba-tiba teringat pun, saya malah bisa bilang begini pada diri sendiri:
"Apa yang kamu miliki, sesungguhnya bukan milikmu. Bahkan sesuatu yang telah kamu genggam, bisa saja harus kau lepaskan."
Iya, apa yang selalu kita akui sebagai milik kita, sebenarnya adalah milik-Nya. Lalu ketika Dia berkehendak untuk mengambilnya, ngga usah sewot lah yaa... Itu 'kan hak-Nya.




Dari pengalaman voucher hangus tadi, kemudian saya bisa mengambil hikmah atau pelajaran:

1. Bahwa sebenarnya kita tidak punya apa-apa. Kenapa sombong? 
2. Seharusnya, rezeki yang sudah kita dapat, kita syukuri dengan sebaik-baik rasa syukur. Cara bersyukur, salah satunya adalah dengan menjaganya agar tidak hilang.

Seperti kisah dalam sebuah hadits. Pernah ada seorang sahabat datang menemui Rasulullah SAW. Dia datang dengan menunggang unta. Saat tiba, untanya dibiarkan di halaman rumah Rasulullah SAW, tanpa diikat. Kemudian dia menemui Rasulullah SAW. Sebelum menyampaikan maksudnya, Rasulullah bertanya, "Kamu sudah mengikat untamu?"

Dia menjawab, "Aku bertawakal kepada Allah."

Rasulullah SAW menegur, "Ikat dulu, baru engkau bertawakal kepada Allah."


Dalam kaitannya dengan voucher yang hangus, salah saya adalah, kenapa nggak segera belanja?  

Begitulah...

Singkat kata, setelah saya bisa memunculkan rasa bahagia dan melupakan rasa kecewa, saya bisa menjalani hari dengan tenang. Memasak pun lancar, padahal saya sendirian dan harus menjaga Aga juga. Alhamdulillah, semesta memang mengkondisikan semua berjalan seperti mau saya. Waktunya memasak, Aga mengantuk dan tidur tanpa rewel. Saat dia hampir terlelap, saya berbisik, "Adik tidurnya yang nyenyak yaa... Jangan nangis, jangan rewel. Nanti bangunnya setelah Mama selesai masak."

Daaan, Aga bangun tepat saat saya meletakkan mangkuk sayur ke bawah tudung saji, tanpa tangisan! 

Oke, itu baru 1.

Yang ke 2. Siang setelah Amay pulang sekolah, Amay dan Aga bermain bersama. Kebetulan ada Arka juga yang datang ke rumah. Aga, masuk ke rumah tetangga yang punya bola. Yup, anak itu memang hobinya main bola. DI RUMAH TETANGGA, PULA. Padahal di rumah pun ada bola, tapi dia lebih suka bolanya Mas Ivan.

Saat di rumah Mas Ivan itulah saya buka-buka koran. Solopos tepatnya. Kebetulan hari Jum'at lalu, saya mengirimkan satu kisah kesana. Bukan kisah yang gimana-gimana, cuma Jon Koplo saja. Memang, saya sebelumnya memprediksi bahwa tulisan saya jika dimuat akan muncul di hari Senin, Selasa, Rabu atau Kamis. Ternyata, hari Selasa kemarin adalah harinya Bu Ima, salah satu teman IIDN Solo. Jadi, saya berharap hari ini atau besok adalah giliran Jon Koplo saya yang muncul disana.

Saya sempat kembali kecewa waktu melihat koran itu ternyata terbitan Sabtu, tanggal 22 Oktober kemarin.  

Tapiii...

Tiba-tiba mata saya tertumbuk pada sebuah judul di kolom "Ah Tenane". BERBAGI... Itu judul yang saya buat Jum'at lalu. Ketika saya cek nama penulis di belakang, yak, Arinta Adiningtyas tertulis disana.

Jon Koplo saya di rubrik "Ah Tenane" Solopos

Tuh kan... Skenario Allah itu selalu penuh kejutan. Kalau semua mulus-mulus saja, rasanya jadi kurang greget. Betul tidak? Saat nonton film saja, kita maunya film yang ceritanya menghentak, ngga monoton dan membosankan, ya nggak?

So, mungkinkah ini karena saya "mengaktifkan" Heart Field tadi? Bahwa rasa bahagia bisa kita hadirkan sewaktu-waktu. Dan saat kita mengingat-ingat momen bahagia kita, sejatinya kita sedang mengingat-ingat nikmat dari Allah SWT. Saat kita menghadirkan memori yang membuat tertawa itu, sebenarnya kita sedang menghadirkan rasa SYUKUR.

Lalu ingatlah, bahwa bahagia kita, jauuuuh lebih banyak daripada sedih kita. Ingat itu selalu. :)






Read More

Jawilan Blogger, Siapa yang Terjawil Berikutnya?

Sunday, October 23, 2016

Sudah sebulanan yang lalu saya dijawil sama Tante Mbul alias Gustyanita Pratiwi yang hobinya pamer makanan dan bikin perut keroncongan itu, untuk menjawab tantangan tentang "Jawilan Blogger". Kalau baru dikerjakan sekarang, itu bukan karena saya meremehkan, tapiii, kemarin-kemarin itu saya ada beberapa target tulisan. Hehe, alhamdulillah, bisa membantu satu orang teman penulis yang sedang sakit, untuk menulis outline calon bukunya. Teriring do'a, semoga beliau segera sehat dan kembali produktif menghasilkan karya-karya yang bermanfaat, aamiin...

Read More

Saya dan Si Tante; Beda Hobi, Saling Melengkapi

Saturday, October 22, 2016

Kali ini saya mau bicara tentang hobi. Tapi sebelumnya saya mau tanya dulu, kira-kira Emak-emak lebih suka pekerjaan yang mana;
1. Mencuci baju
2. Mencuci piring
3. Menyapu + mengepel
4. Memasak
5. Menyetrika

Hayo pilih yang mana? 

Saya pilih nomor 6, ongkang-ongkang kaki. Eh, ngga ada pilihannya ding ya.. 

Pasti jawabannya beda-beda yaa.. Ada yang hobi makan, jadinya suka memasak. Ada yang hobi nonton drakor, jadi pilih menyetrika saja, karena bisa disambi 'kan ya? Yahahaha... Ini kemarin diantara teman-teman blogger ada yang bilang kalau nonton drakor itu ngga terasa tiba-tiba satu keranjang setrikaan udah ludes. Yeaayyy..siapa yang bilang begini? Mba Rahayu Pawitri kayaknya. Lalu Mami Susi Susindra menambahi, "Supernatural 1 season dapat 1 lemari baju." Wow yah..haha... Berarti memang ada yang hobi menyetrika, meski syaratnya harus ditemani artis korea.

Kalau saya nih ya, selama masih bisa menghindar dari panasnya api setrika, saya mending mengerjakan yang lainnya. Hehe...

Iya, saya ini wetonnya pon, dan cocoknya kayaknya di air. *apa hubungannya,coba?* Ya, saya lebih suka cuci baju dan cuci piring. Memasak pun, kalau bisa didelegasikan ke Tante Opik, maka dia yang wajib memasak. Kan sudah dibilang, saya ngga suka dekat-dekat sama panas, hehehe..

Kebetulan. Kebetulan banget, si Tante lebih suka memasak dibanding cuci piring. Lha hobinya juga makan, lihat deh bodinya, wkwkwk... Jadi klop yaa, tugas sudah terbagi dengan sendirinya, tanpa perlu saling iri. Kami ini kadang kompak koq, saling melengkapi, gitu. Sayangnya, Si Tante bisa bantu masak hanya hari Jumat-Minggu saja. Selebihnya, Senin-Kamis, saya yang jadi koki. Tapi, meski saya ngga hobi masak, rasa masakan saya bisa dipertanggungjawabkan di hadapan Pak Yopie koq, hehe.. Kalo di hadapan yang lain si, embuh yaa..

Nah, kalau ada Tante Opik, tugas saya adalah menyapu + mengepel, dan cuci piring. 

pilih cuci piring deh, daripada harus memasak

Entahlah, saya suka aja main-main dengan air, dengan busa sabun. Tangan juga wangi, ngga bau bawang. 
Kalau jaman dulu waktu saya kecil, saya cuci piring pakai sabut kelapa dan abu gosok, dikasih sabun colek. Nah, sekarang kan susah juga cari abu gosok dan sabut kelapa yaa.. Apalagi sekarang spons untuk mencuci piring juga mudah sekali ditemukan bahkan hingga di warung-warung kecil. Dengan sedikit sabun cair, spons itu bisa membantu menciptakan busa. Tempat mencuci piring juga jadi bersih, KUKU TANGAN juga bersih, ngga ada sisa kotoran abu gosok itu. Jadi saya mah pilih yang praktis saja. 

Tapi, meski spons untuk mencuci piring ini tersedia dimana-mana, saya masih tetap selektif koq. Saya sudah sejak lama memakai Scotch-Brite. Kenapa? Ini alasan saya, berdasarkan pengalaman selama bertahun-tahun:

1. Murah
   Harganya hanya sekitar Rp 3000-an saja kalau di warung dekat rumah. Memang ada yang lebih murah, tapiii... Lihat poin nomor 2 ya..

2. Awet 
   Nah ini dia, Scotch-Brite ini awet. Yang harganya lebih murah memang ada, tapi biasanya antara bagian kuning dan hijaunya (warna umum yang biasa kita temukan di pasaran), akan mudah terlepas. Biasanya mereka bisa terpisah hanya dalam waktu dua-tiga hari pemakaian. Lagi-lagi ini berdasar pengalaman saya yaa... Kalau Scotch-Brite, sepanjang pengalaman saya, saya belum pernah melihat bagian kuningnya terlepas dengan bagian hijau.

3. Hasil cucian lebih bersih
   Spons yang lebih murah, biasanya ketika diperas, dia akan terasa tipis. Kurang mantap gitu deh. Kalau begini rasanya jadi ngga yakin apakah hasilnya bersih atau tidak, ya 'kan? Karena ringkihnya itu pula, terkadang saya mesti mengulang lagi cucian saya.

Merek spons yang jadi andalan saya ya Scotch-Brite itu. Ukurannya pas, ngga terlalu besar atau terlalu kecil. Sponsnya pun bervolume, ngga terlalu tipis, tapi juga ngga terlalu tebal yang malah bisa membuat repot saat memegangnya. Saya selalu re-stok tiap bulannya, untuk jaga-jaga. Dan biasanya saya mengganti spons setiap 1 bulan sekali. 

Spons pencuci piring yang umumnya kita lihat, warnanya kuning-hijau 'kan ya? Ternyata, ada yang berwarna pink juga loh. Bedanya apa? Nah ini, ini juga saya baru memperhatikan kemarin.

1. Sabut Spons Hijau (ID-30)
    Ini yang biasa saya pakai. Ternyata fungsinya adalah untuk mencuci alat masak. Pokoknya untuk peralatan makan atau peralatan memasak yang boleh digosok dengan kuat. Misalnya, wajan/penggorengan, piring yang terdapat kotoran nasi kering yang susah bersih dengan spons biasa, dandang/kukusan, dll. Salah saya, saya biasa memakainya untuk semua cucian, termasuk teflon atau alat masak anti lengket lainnya.

Mencuci wajan dengan Sabut Spons Hijau

2. Sabut Spons Anti Gores (ID-37)
   Nah, yang ini seratnya berwarna pink. Sebenarnya ada yang berwarna kuning dan orens juga sih, tapi kebetulan saya punyanya yang berwarna pink ini. Fungsinya adalah untuk mencuci alat makan atau alat masak anti gores. Setelah mengetahui hal ini, saya menggunakan spons berwarna pink untuk mencuci piring, gelas, juga teflon anti lengket. 

Sabut Spons Anti Gores Berwarna Pink untuk Mencuci Piring, Gelas, dan Teflon Anti Lengket

Meski di pasaran banyak sekali merek spons yang ditawarkan, tapi karena keunggulannya yang Murah, 3x Cepat Bersih dan 3x Tahan Lama, saya sih tetap pilih Scotch-Brite sebagai merek andalan saya. Apalagi dia juga mengandung serat dan mineral berkualitas, serta dibuat dengan teknologi yang ampuh untuk membersihkan kotoran. So, ngga ada alasan untuk ganti pilihan. 

Read More

Ria Tumimomor; Blogger Chocolicius

Namanya ada dua. Ria Mathilda Rotua, yang diberi oleh sang Mama, dan Tumimomor, nama dari pihak sang Papa. Namanya banyak, karena itu adalah kebiasaan keluarga yang pasti memberikan lebih dari satu nama. 

Ria Tumimomor, begitu saya mengenalnya, adalah keturunan BatMan. Bukan manusia kelelawar loh ya. BatMan yang dimaksud adalah suku Batak dan Manado. Memang lucu-lucu singkatan dua suku di Indonesia. Janda misalnya, adalah singkatan dari Jawa dan Sunda. Yah, Amay Aga termasuk lah..wkwkwk... 

Ria Tumimomor

Mengulik blog Mbak Ria, saya sih oke-oke saja lah.. Lha wong saya aja gaptek, masa' mau mengomentari blog orang lain. Apalagi Mbak Ria ini sudah ngeblog sejak 2003. Wah, 2003 saya baru kenal MIRC, dan mesti ngumpulin uang jajan dulu buat pergi ke kantor pos yang ada warnetnya..hehe...

Seperti yang Mbak Inuel tulis, blog Mbak Ria ini berlatar putih, dan menegaskan kesan simple. Memang kalau blogger mature mah begitu kan ya, nggak neko-neko. Oya, kenal Mbak Inuel kan? Itu loh, yang punya jombloku.com. 

Bicara soal mature, Mbak Ria memang sangat terlihat matang di usianya yang memasuki kepala 4. Eits, mature engga ada hubungannya dengan usia loh ya.. Banyak koq yang usianya matang tapi masih kekanak-kanakan. Kalo kata Dik Doank, itu karena masa kecilnya dia kurang main, hehe.. 

Kedewasaan Mbak Ria terlihat dari tulisan-tulisannya di blog riatumimomor.com. Bahasanya enak, engga terkesan menggurui meski topik yang ditulisnya bersifat informatif. Pantas saja lah kalau tulisan-tulisannya pernah dimuat di Majalah Cosmopolitan, Cosmo Girls, Femina dan Reader's Digest Indonesia. Betewe, tulisan saya pernah dimuat di dua majalah terakhir juga, hehe... 


Tentang blog Mbak Ria lagi, satu hal yang saya bingung ketika mencarinya adalah, arsip tahunan. Hehe, saya nggak tau ini penting atau tidak sih... Tapi di blog saya sih ada. Oya, dulu, atas saran Mbak Ria juga, saya mengubah template saya. Dari yang semula kolom-kolom arsip dan lain sebagainya saya letakkan di sebelah kiri, kini mereka sudah saya pindahkan ke kanan. Thank you Mbak Ria.. :)

Mbak Ria ini pecinta cokelat dan buku. Tagline blognya bahkan, Ria The Chocolicius. Aih, sama ya kita.. Tapi koleksi buku Mbak Ria jauh lebih banyak dan lebih keren-keren dibanding punya saya. Huhuhu.. Memang bener yaa kata quote di bawah ini.. :D

quote about chocolate

Kalau orang-orang menanyakan kenapa postingan tentang cokelat atau tentang makanannya hanya sedikit, mengingat tagline "The Chocolicicus" itu, saya justru mengartikan "The Chocolicius" ini sebagai sebuah filosofi. *heleh, sok-sokan berfilosofi kayak Mbak Rani*  Blog Mbak Ria yang gado-gado alias punya banyak bahasan seperti Foto, Culinary, Review, Fashion, Travel, Life, dll itu, adalah sebuah gambaran hidup bahwa hidup perlu memiliki warna. Tak ada hidup yang selalu berjalan mulus. Tak ada orang yang selalu bahagia, tertawa, tanpa merasakan sedih dan air mata. Selain kebahagiaan-kebahagiaan yang dibagi Mbak Ria lewat tulisan-tulisan di label "fashion", "travel", dan "culinary"-nya, ada juga tulisan di label "Life" (terutama saat Mbak Ria kehilangan sang Papa) yang menunjukkan bahwa Mbak Ria tetaplah manusia. *hehe, lha emang apa? batman? #eh*

Yah, barangkali seperti quote ini:
"Life is like a Chocolate Box. Each Chocolate is like a portion of life. Some are crunchy, some are nutty, some are soft, but All Are Delicious."

 Yuk, kenal lebih dekat Mbak Ria;
Blog: www.riatumimomor.com
Facebook: Ria Tumimomor
Instagram: https://www.instagram.com/riamrt/
Twitter: https://twitter.com/riatumimomor

Read More

Dengan Tempra, Liburan Asik Tanpa Terusik

Sunday, October 9, 2016

Setelah Amay resmi menjadi anak sekolahan, waktu liburan kami memang menjadi sedikit terbatas. Untuk pergi ke tempat yang jauh, kami harus menunggu libur panjang. Padahal dulu, kapanpun kami mau, kami bisa mengikuti kemana Papa Amay pergi. Misalnya, ketika beliau ada janji dengan klien di Malang, kami ikut sekaligus menyempatkan mengunjungi Jatim Park 2.

Sekarang, kami bahkan hampir tak pernah pergi jauh. Apalagi kemudian lahir Aga, makin rempong jadinya. Tapi, itu bukan berarti kami tak pernah kemana-mana yaa... Jika ada libur panjang, kami biasanya pergi ke rumah kakek dan neneknya anak-anak. Pokoknya, tujuan liburan kami adalah antara Purworejo dan Majalengka, meski di bulan Maret yang lalu kami sempat mengunjungi Aki dan Nin yang sedang dinas di Makassar juga.

Pantai Losari, Makassar
Car Free Day di Pantai Losari


Tapiii...masa iya harus nunggu libur panjang hanya untuk sekedar having fun? Setelah Senin hingga Jumat hari-hari kami dipenuhi dengan sibuk dan penat, tentu kami memerlukan mood booster agar kami tetap sehat secara jasmani dan rohani.

Ngga perlu jauh-jauh koq. Biasanya, kami menghabiskan akhir minggu kami dengan berenang di kolam renang umum dekat rumah. Sambil berenang, sambil menunggu makanan yang kami pesan terhidang di hadapan. Surgaaaa, meski mungkin bagi orang lain terlihat sederhana. :)

Saya dan suami tak pandai berenang. Jadi, mengajak Amay dan Aga "nyemplung" ke kolam yang tak terlalu dalam, tak akan membuat aib kami terbongkar. Hihihi...iya, tulisan inilah yang kemudian membongkar semuanya. :D 

Sejujurnya, terkadang kita butuh berteriak untuk melepaskan beban, bukan? Dengan hanya saling mencipratkan air, kami serasa ada di puncak bahagia, karena beban pikiran yang pekat dan penat telah mengangkasa. Menguap ke udara. 

Berenang di kolam renang umum juga mengajarkan anak-anak untuk berani dan berbagi. 

Bertemu dengan orang-orang yang tidak kita kenal kemudian berkumpul dalam satu tempat tertentu (kolam renang, red), terkadang membuat rasa tak nyaman. Tapi disinilah anak-anak belajar. Bahwa anak-anak tak perlu takut dengan keberadaan mereka, karena posisi kita sama, sebagai pengguna. Selain itu, berenang di kolam renang umum juga sekaligus mengajarkan mereka untuk berbagi kenyamanan. Iya, 'kan kita tidak bisa mengklaim suatu wilayah tertentu sebagai wilayah kita saja. Ada hak orang lain disana.

Tapi mengajarkan mereka untuk berani, bukan hal yang mudah lho...

Aga misalnya, dia masih sering merasa takut saat kami mengajaknya "nyemplung". Aga memang berbeda dengan kakaknya. Amay, sang kakak, suka sekali berenang. Di usia yang sama dengan Aga, Amay bahkan sudah berani meluncur di perosotan, tapi tentu tetap ditemani orang dewasa di belakangnya.

Amay kecil, berenang di kolam renang Marcopolo Bogor

Proses dari takut menuju berani Amay pun lebih cepat dibanding Aga.

Lalu, apakah bujuk rayu kami berhasil? Nah, ini adalah beberapa hal yang kami lakukan agar Aga berani "nyemplung" ke air;
1. Mengatakan bahwa ia tak perlu takut, karena kami ada untuk menjaganya -- "Aga nggak usah takut, kan ada Mama, ada Papa."
2. Mengenalkan air dari pinggiran kolam. Bersikap santai dan selalu menunjukkan bahwa bermain air itu menyenangkan.
3. Menggendongnya selalu agar ia merasa aman dan nyaman. Setelah Aga tak lagi tegang, gendong, lalu perlahan-lahan masuk ke dalam air. Dijamin, ia akan tegang lagi, hahaha.. Iya lah, kan masih ngeri. :)
Kira-kira seperti yang terlihat dalam foto ini: 
 
Amay kecil berenang di kolam renang Marcopolo, Bogor


Baca: Marcopolo, Kolam Renang Mewah di Kota Hujan Bogor

4. Ajak ia bercanda, sambil terus meyakinkan bahwa ia tak perlu takut karena ada Mama dan Papa yang menjaganya. Teruuus saja katakan itu.

5. Nah, lama-kelamaan, Aga mulai berani. Ia bahkan meminta duduk sendiri di pinggir kolam. Tak ada tangis yang mengiris karena rasa takut yang akut. :D

Karena berenang seolah menjadi sebuah rutinitas di akhir minggu, terkadang Amay "menagih" kami untuk melakukannya lagi, lagi, dan lagi. Ngga masalah sih, selama kondisi badan fit. Tapi, akhir-akhir ini, cuaca 'kan sering berubah drastis. Di Solo, seminggu terakhir ini bahkan hujan turun setiap hari. Hal ini membuat kondisi anak-anak kurang sehat. Amay bahkan sempat demam hingga 2 hari.
 
Kalau anak demam, apa yang saya lakukan sebagai seorang ibu?

Nah ini... Para ibu biasanya jadi bersusah hati jika anak-anak jatuh sakit. Pasti lah... Jika biasanya rumah selalu penuh dengan teriakan-teriakan "gembira bercampur marah", kini berganti menjadi tangisan. 
Amay ketika badannya panas, sering mengigau. :(

Saya biasanya memberikan Paracetamol ketika Amay demam. Paracetamol (acetaminophen) adalah pereda nyeri dan pereda demam. Paracetamol digunakan untuk mengobati berbagai kondisi seperti sakit kepala, nyeri otot, arthritis, sakit punggung, sakit gigi, pilek, dan demam.

Informasi Penting Seputar Paracetamol


Ada banyak merek dan bentuk paracetamol yang tersedia di pasaran. Saya biasanya memberikan paracetamol yang memiliki rasa buah-buahan, sehingga anak-anak tidak "takut" dengan rasanya. Dan Tempra, adalah pilihan yang tepat, karena Tempra cepat menurunkan demam. Tempra bekerja langsung di pusat panas. Kelebihan Tempra inilah yang membuatnya banyak direkomendasikan secara turun-temurun.

Jangan menggunakan dosis berlebih dari yang direkomendasikan, karena overdosis paracetamol dapat menyebabkan kerusakan serius pada hati. 

Jumlah maksimum paracetamol untuk orang dewasa adalah 1 gram (1000 mg) per dosis dan 4 gram (4000 mg) per hari. Untuk anak-anak, gunakan dosis sesuai anjuran yang tertera pada kemasan. Bila perlu, berikan satu dosis setiap 4 jam, namun tidak boleh lebih dari 5 kali sehari.

Untuk Amay yang usianya 5 tahun, dosisnya adalah 7,5 ml. Dalam 5 ml Tempra Syrup, terkandung 160 mg paracetamol. Untuk Aga yang usianya kurang dari 2 tahun, saya harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. 

Berikan paracetamol dengan sendok takar khusus, dan bukan dengan sendok makan. Pada Tempra Syrup sudah tersedia gelas takar dengan dosis yang tepat di dalam kemasan. (Lihat foto, gelas takarnya berwarna bening, ada di tutup botol)

Tempra, paracetamol untuk anak-anak

Berhentilah menggunakan paracetamol dan segera hubungi dokter, jika: 
- Masih mengalami demam setelah 3 hari penggunaan
- Masih memiliki rasa sakit setelah 7 hari penggunaan (pada anak, setelah 5 hari penggunaan)
- Keluar ruam-ruam pada kulit, sakit kepala yang terus berlangsung, mengalami kemerahan pada kulit atau muncul pembengkakan
- Gejala bertambah buruk, atau muncul gejala baru

Selanjutnya, yang harus diingat adalah, simpan paracetamol di suhu kamar (25 dercel - 30 dercel), dan hindarkan dari sinar matahari langsung. Jauhkan juga dari jangkauan anak-anak.


Sekarang, Alhamdulillah Amay sudah sehat. Untuk berenang lagi, mari kita tunggu hingga cuaca bersahabat. :)




Sumber bacaan; 

https://www.drugs.com/paracetamol.html


Read More

Pilkada Jakarta, Jangan Bikin Tambah Dosa

Monday, October 3, 2016

election by pixabay

Beberapa hari terakhir, timeline facebook saya ramai dengan pemberitaan tentang Pilkada DKI Jakarta. Yang paling heboh tentu saja para mamah muda, karena tiba-tiba ada calon ganteng disana, hahaha... *awas, jangan sampai para suami jadi cemburu loh yaa.. :p

Saya bukan mau bahas salah satu calon saja yaa, karena ini ranah sensitif dan saya tidak punya kompetensi untuk berkomentar juga. Apalagi saya bukan warga Jakarta, jadi untuk apa ikut ngotot mau pilih siapa? Walaupun, jujur saja, saya juga pernah berandai-andai sih...lebih tepatnya, diskusi dengan suami, kira-kira jika kami adalah warga DKI, sebaiknya pilih yang mana? Karena memang cukup membuat bingung yaa, tiga-tiganya keren dan luar biasa. :D

Lalu, kira-kira kami pilih siapa? Ah, itu lahaciaaa.. :p

Menanggapi tulisan Mak Adriana Dian yang berjudul The Big No-No dalam Sebuah Pemilihan Umum, saya sih cuma mau titip pesan saja:

1. Siapapun pilihanmu, saya yakin kalian sudah punya pertimbangan masing-masing, ya kan ya kan? Terserah, ikuti saja kata hatimu. 3 calon gubernur DKI, semuanya baik-baik dan punya kemampuan yang luar biasa. Insya Allah, di tangan siapapun Jakarta kelak, Jakarta akan menjadi lebih baik lagi.

Kita catat saja janji-janjinya, supaya nanti kita bisa tagih sama-sama saat mereka berkuasa. :)

election by pixabay


2. Jangan memaksakan pilihanmu pada orang lain. Hei, mereka yang sudah punya hak pilih, tentu sudah cukup dewasa untuk menimbang dan memutuskan. So, jangan menganggap pilihan orang lain keliru, dan pilihanmulah yang paling benar.

Ini juga kalimat yang saya buat saat pemilu Presiden dua tahun lalu:

Cara pandang orang terhadap sesuatu bisa berbeda-beda, tak usah lah kita memaksakan cara pandang kita. Saya ingat betul kata-kata suami suatu hari, "Kita mungkin melihat sebuah pulpen sebagai benda yang panjang, tapi jika yang lain melihatnya dari atas maka sah-sah saja jika dia bilang pulpen itu berbentuk lingkaran, dan jika seseorang melihat dari bawah tak salah jika pulpen itu disebutnya runcing."


3. Tetap berprasangka baik. Sejak dimulainya kampanye pileg, hingga kampanye pilpres dua tahun lalu, rasanya prasangka kita mudah tersulut dengan pemberitaan-pemberitaan di media. Bukan prasangka baik, namun prasangka buruk lah yang meraja. Kemudahan mengakses dan menyebarkan berita dengan satu klik saja, membuat kita sering tak sadar dengan kehebatan Jari dan Jempol Tangan ketika Digoyang. Hati-hati. Kadang apa yang kita baca dan kita sebar, belum bisa kita pastikan apakah salah atau benar. Tahan diri, okay? :)


Saya teringat sebuah status yang dibagikan seorang teman.
"The first racist was Iblis. So anyone who thinks he's better than someone else because of his ethnicity etc. has a trait of Iblis." (Shaykh Yasir Qadhi via Muslim Speakers) 


Siapa saja yang merasa dirinya lebih baik dari orang lain (merasa paling benar), memiliki sifat dari Iblis. Yang menganggap bahwa etnisnya yang paling baik, ia pun memiliki sifat dari Iblis. Na'udzubillah min dzalik.




Read More

Belajar Jadi Ibu Kreatif dari Mbak Anis Khoir

Thursday, September 29, 2016

Memiliki dua orang anak, Amay dan Aga, menuntut saya untuk menjadi ibu yang kreatif. Apalagi sejak Amay kecil, dia suka "mengerjai" mamanya ini, sehingga mamanya harus mau belajar, belajar, dan belajar lagi. Padahal, saya ini sebenarnya agak pemalas. Saat Amay berumur dua tahun dan sudah pandai bicara (baca; memerintah mamanya), dia suka sekali meminta saya menggambar benda-benda yang disebutnya. Lebah, kuda, robot, dan lain-lain, padahal yang saya bisa cuma menggambar gunung, awan, matahari dan bunga. :D

Pernah suatu kali saya menggambarkan lebah yang dimintanya, tapi Pak Yopie bilang, lebah yang saya gambar malah mirip kutu -_-. Kan saya mutung-kasarung jadinya. Herannya itu anak, sudah tau kalau papanya lebih jago menggambar, tapi tetep keukeuh nyuruh mamanya yang menggambar. Ngga ada kata yang lebih tepat dari "mengerjai" 'kan?

Robot by Mama, atas perintah Tuan Amay

Sejak kecil Amay memang sudah menyukai spidol dan buku. Dia suka sekali dibacakan buku. Ini yang membuat saya semangat mendongeng sebelum tidur. Amay juga hobi berpura-pura  membaca buku sejak kecil. Ketertarikannya pada buku, kadang membuat buku-buku yang saya belikan untuknya sobek-sobek, wkwkwk... Ini karena dia over excited kayaknya. :D

Buku menambah besar rasa ingin tahunya. Ini juga yang membuat dia lebih mudah belajar membaca, karena keinginan untuk bisa membaca buku-buku kesukaannya, lahir dari dalam dirinya sendiri. Hobi menggambar Amay juga memudahkannya dalam belajar menulis. Iya, terkadang dia bertanya bagaimana cara menulis benda yang sudah digambarnya. Dari situlah dia belajar mengenal huruf, merangkainya menjadi suku kata, kemudian dari suku kata itu dia belajar menyusun kata, hingga menjadi sebuah kalimat.


Amay saat berumur 6 bulan, bergaya di depan buku

Hobi Amay tidak hanya menggambar dan menulis. Tangannya yang tidak bisa diam, terkadang menghasilkan sesuatu yang menakjubkan. Umur dua tahun kurang dua bulan (Januari 2013), dia sudah pandai menyusun lego dan menamainya. Dari bentuknya sih, masuk akal untuk anak seumuran dia. 


Pesawat Amay

Kuda by Amay

Mamanya ini mesti dipaksa sedikit kreatif supaya Amay betah di rumah. Untuk itulah, kadang kami bermain-main seperti membuat Puzzle Sederhana untuk Anak 3 Tahun.

Dari tadi ngomongin Amaaaaayy terus. Kapan dong ceritain tentang Aga?

Maaaafff, anak ke dua saya ini ternyata agak berbeda dengan kakaknya. Dia belum menunjukkan ketertarikan pada buku. Kalau kakaknya mainan lego pun, dia jarang sekali nimbrung. Aga paling suka main bola. Para tetangga pun hapal, Aga lebih sering menendang bola dengan kaki kiri. Kebiasaannya yang agak bikin malu mamanya adalah masuk rumah tetangga yang punya banyak bola. Nggak tanggung-tanggung, dia suka banget ngambil bola "beneran" yang cukup berat. *Ntar yaa..kapan-kapan Mama beliin bola yang kayak gitu, wkwkwk... Gantian sama kebutuhan yang lainnya dulu >_<

Saya sampai bingung mau ngajak main apaaaa ya? Baca buku ngga mau, menggunting ngga suka, menggambar apalagi. Tapiii, suatu hari saya nemu ide. Dari www.aniskhoir.com yang dipunyai oleh Mba Anis Khoir, saya jadi pengen mainan Ublek. 


Di blog yang ber-tagline Jejak, Makna, dan Inspirasi itu, Mbak Anis memberikan banyak tips-tips parenting. Kegiatan yang dilakukannya untuk menstimulasi baby Wan, menunjukkan bahwa Mbak Anis adalah seorang ibu yang kreatif. Lulusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Gresik yang katanya tidak menyukai Matematika ini, mungkin lebih cocok jadi guru TK ya? Xixixixi...

Oya, kalau kita mampir ke blognya lalu meng-klik label Parenting di sisi kanan atas, maka tulisan yang akan kita temui mungkin sama dengan yang kita temukan di label Kid atau Keluarga. Mbak Anis rupanya mengalami kebingungan yang sama dengan yang saya rasakan, xixixi.. Beberapa tulisan saya pun ada yang double categorized. Ini karena saya merasa bahwa suatu tulisan bisa masuk ke dalam kategori ini, itu dan ono. :v

Yuk Mbak Anis, kita pilah-pilih lagi dengan detail, supaya pengunjung lebih nyaman mampir ke blog kita. Yah, walaupun content is still the king sih yaa.. Apalagi tulisan-tulisan Mbak Anis kan memang sukses menjejak, memberi makna dan menginspirasi kita semua (terutama para ibu), sesuai dengan harapan manis Mbak Anis akan blognya. :)

Untuk teman-teman yang ingin berkenalan dan sama-sama belajar bareng Mbak Anis, bisa banget kunjungi sosial medianya disini: 
Blog: www.aniskhoir.com
IG: @anis_khoir01
twitter: @anis_khoir01
Facebook: Anis Khoir
Read More