Showing posts with label Blogging. Show all posts
Showing posts with label Blogging. Show all posts

Belajar Tentang Toxoplasma Gara-Gara Rahayu Pawitri

Saturday, November 12, 2016

Hai.. Selamat Weekend..

Pada kemana nih weekend ini? Saya sih di rumah saja karena kebetulan Pak Yopie ke Bandung, hehe.. Lagipula hari Sabtu tadi ada Expo Pendidikan di sekolah Amay, dan hari Minggu besok insya Allah akan ada pertemuan parent's club yang diadakan rutin setiap minggu ke dua tiap bulannya. Jadi yaa, ga bisa jalan-jalan, hehe..

Oya, weekend ini saya mau menulis tentang Mbak Rahayu Pawitri. Saya mengenal Mbak Wiwit (begitu Mbak Rahayu Pawitri ini akrab disapa), setelah tergabung dalam arisan link Blogger Perempuan. Padahal sebenarnya saya dan Mbak Wiwit ini sama-sama anggota IIDN loh (komunitas kepenulisan pertama yang kami ikuti), hehe, tapi justru dekatnya setelah jadi anggota arisan. You know, gara-gara arisan ini saya jadi dekat dengan beberapa blogger? Kami mengobrol secara intens, bahkan kini kami mengadakan English Day setiap hari Jum'at. Asik 'kan? That's what friends are for. Jadi punya teman banyak seharusnya membuat kita berkembang, hehe.. Tapi berkembang disini bukan berarti memanfaatkan loh yaaa.. Itu sih big no! *Tapi saya memanfaatkan Mbak Wiwit dan Mbak Ria juga ding...biar ketularan jago bahasa Inggrisnya, xixixixi...*

Sudah kenal Mbak Ria kan? Itu lho, yang punya Chocolicious.

Oya, hasil bincang-bincang dengan Mbak Wiwit, saya jadi belajar satu hal. Tentang Toxoplasma. Kebetulan, Mbak Wiwit ini dulu pernah terinfeksi Toxoplasma ini. Ini yang membuatnya agak ragu memberi adik untuk Hana, putri se-matawayang-nya. 

Yah, saya maklum sih, karena untuk bisa mendapatkan Hana, Mbak Wiwit perlu waktu 4 tahun. Ia harus yakin bahwa parasit jahat itu benar-benar sudah enyah dari dalam tubuhnya. Karena, toxoplasma ini memang sangat berbahaya bagi ibu yang sedang hamil. Parasit Toxoplasma ini dapat merusak janin. Dampak yang umumnya terjadi adalah keguguran. Dan bila bayi terlahir maka ia akan megalami beberapa masalah kesehatan, seperti: cacat bawaan, pembengkakan hati dan limpa, penyakit kuning, hingga infeksi mata yang berat. Akibat lainnya adalah janin dengan ukuran kepala yang besar dan berisi cairan (hidrocephalus).

Awal mula Mbak Rahayu Pawitri mengetahui bahwa dirinya terinfeksi toxoplasma adalah ketika ia merasakan sesuatu yang tidak beres pada matanya. Seperti yang ditulisnya di id.theasianparent.com, beberapa jaringan saraf mata kirinya mengalami kerusakan permanen. 


Lalu, Apa Sebenarnya Toxoplasma Itu? 

Mengutip Wikipedia, Toxoplasma atau lebih tepatnya Toxoplasma gondii adalah spesies protozoa parasit pada genus Toxoplasma. T. gondii menyerang kucing, tetapi parasit dapat dibawa oleh semua mamalia. T. gondii menyebabkan penyakit Toksoplasmosis.

Jadi sudah jelas ya, penyakit yang disebabkan oleh parasit ini dinamakan Toxoplasmosis/Toksoplasmosis.


Benarkah Kucing Merupakan Penyebab Utama Infeksi Toxoplasma?

Sebenarnya, semua hewan berdarah panas dapat terinfeksi dan menularkan toxoplasma kepada manusia. Pada hewan-hewan selain kucing, toxoplasma berkembang biak dengan cara membelah diri (non seksual). Kucing, adalah inang definitif toxoplasma. Dalam tubuh kucing, toxoplasma dapat berkembang secara seksual (makro-gamet dan mikro-gamet) dan non seksual.


Bagaimana Cara Penularan Toxoplasma?

Kucing yang terinfeksi toxoplasma hanya menyebarkan ookista dalam jangka waktu tertentu, yaitu sekitar 10 hari sejak terinfeksi. Setelah 10 hari jumlah ookista yang disebarkan biasanya sangat sedikit dan mempunyai resiko penularan yang sangat kecil. Penyebaran ookista ini biasanya terjadi pada kucing muda. Penyebaran ookista biasanya tidak terjadi pada kucing dewasa karena sistem kekebalan tubuh kucing dewasa sudah lebih baik dan relatif dapat mengendalikan sendiri infeksi toxoplasma tersebut.


Pada Ibu Hamil, Langkah-langkah Apa yang Dapat Dilakukan untuk Mencegah Penularan Parasit Toxoplasma?

  • Hindari minum susu yang tidak dipasteurisasi. Ini juga berlaku pada produk-produk turunan susu seperti keju dan yogurt.
  • Hindari makan makanan mentah. 
  • Cuci dan kupaslah buah dan sayuran sebelum dimakan.
  • Cuci bersih peralatan dapur, meja dapur, meja saji, dan bahan makanan apapun sebelum mengolahnya. Pastikan membasuh tangan dengan air hangat dan sabun antiseptik setelah memasak daging mentah.
  • Jangan menyentuh mata, hidung, atau mulut ketika sedang menyiapkan makanan. Pastikan selalu mencuci tangan sebelum makan.
  • Usir serangga seperti lalat dan kecoa dari makanan.
  • Hindari minum air yang telah terkontaminasi. Konsumsi air minum dalam kemasan apabila bepergian ke daerah dengan sanitasi yang buruk.
  • Jika melakukan aktivitas berkebun, gunakan sarung tangan dan jangan menyentuh mata, mulut dan hidung sebelum tangan dibersihkan.


Hampir setengah dari penyebab toxoplasma disebabkan karena kebiasaan mengonsumsi daging mentah atau setengah matang. Kita juga harus berhati-hati ketika makan lalapan atau sayuran mentah. Memang banyak yang meyakini bahwa sayuran segar yang belum diolah, akan lebih mudah dicerna dan terjaga nutrisinya. Akan tetapi, kita toh tidak pernah tau apakah makanan yang kita konsumsi bebas dari parasit ini, karena faktanya, toxoplasma dapat bertahan di dalam tanah selama berbulan-bulan, terutama di tanah yang lembab. 

Parasit Toxoplasma yang mengontaminasi daging ayam, daging sapi dan daging kambing akan mati setelah dimasak dengan matang di atas suhu 67 derajat Celcius.

Belajar tentang toxoplasma, meskipun baru sekilas saja, sungguh membuat mata saya terbuka. Bahwa menjaga kebersihan itu wajib, selain karena kebersihan adalah sebagian dari iman. 

Masih banyak yang ingin saya ketahui tentang penyakit ini. Tapi tenang, Mbak Wiwit akan menuliskannya untuk kita di blognya. Kita tunggu saja yaa, sambil mamam batako dan minum mijon. *laah, ketularan Minceu Lambe_Turah.* 

Rahayu Pawitri: Blogger, Teacher, Content Writer, and also a Mother

Buat yang ingin mengenal Mbak Wiwit, atau ingin sekalian belajar bahasa inggris, atau ingin tanya-tanya tentang Toxoplasma (sebagai seseorang yang pernah terinfeksi Toxo), berikut link social media yang bisa dikunjungi:

Facebook: Rahayu Pawitri
Twitter: @rahayupawitri
Instagram: @rahayu_pawitri





Sumber bacaan tentang toxo: http://www.nutriclub.co.id/kategori/kehamilan/kesehatan-kehamilan/penyakit-toxoplasma-pada-ibu-hamil?p=1



Read More

Facebook "On This Day", Membantuku Menghapus Curhatan Geje

Friday, November 11, 2016

Menjadi seorang Mama sejak hampir 6 tahun belakangan, saya belajar banyak hal, meskipun belum semua ilmu parenting saya kuasai dengan benar. Saya belajar cara bernegosiasi, meski seringnya berakhir dengan nada yang meninggi. Saya belajar untuk bisa begadang, padahal biasanya saya tidur pulas saat malam menjelang. Saya belajar untuk jadi pemberani, padahal sebelumnya dengan kecoa saja takut setengah mati. Dan masih banyak belajar-belajar lainnya, yang saya tak sempat menuliskannya. Tak sempat atau tak ingat yaa.. Ya itulah pokoknya. 

Setiap kali selesai memarahi si sulung, saya minta maaf, memeluk dan kemudian berjanji untuk lebih sabar lagi esok hari. Setiap kali tersadar telah mengabaikan si bungsu, saya sering menyesal, dan berjanji bahwa esok akan lebih memberi perhatian lagi. Dan yaa..janji terkadang tinggal janji saja. Esoknya saya masih susah mengontrol emosi, masih sibuk dengan jari-jemari mengetik sana sini. Mata memandang mereka tapi pikiran melayang entah kemana. Internet memang luar biasaaa pengaruhnya.

Saya terlena, hingga penyesalan selalu datang setelah semua terjadi. Saya terlupa, hingga harus diingatkan lagi, setiap hari.

Dan ketika Kopdar bareng ibu-ibu IIDN, Mba Ety Abdoel menyampaikan materi tentang "Internet Baik", saya seperti tertampar. Detik itu juga saya berjanji untuk berusaha "puasa digital". Saya mesti membagi waktu dengan benar, kapan boleh pegang HP, dan kapan harus pegang anak-anak.

Sekarang Amay sudah 6 tahun, sudah pandai membaca. Dia terkadang browsing tentang binatang-binatang yang ia ingin tahu populasinya, habitatnya, makanannya, dll. Dia juga sering meminta tolong pada saya untuk mencari kata ini-itu dalam bahasa Inggris, bahasa yang sedang digandrunginya selain bahasa Jepang. Dan begitu dia tahu bahwa google translate itu bersuara, dia terkekeh, takjub, dan makin penasaran dengan yang lainnya.

Saya tidak boleh lengah sekejap mata pun, jika Amay sudah memandangi layar, baik layar HP maupun layar monitor. Karena seperti mata pisau, internet bisa membantu kita, namun juga sekaligus bisa membuat celaka. Mencegahnya menggunakan internet saya rasa tidak benar juga, karena khawatirnya nanti dia penasaran dan mencobanya secara diam-diam. Membiarkannya berselancar tanpa pengawasan juga sama halnya dengan mendorongnya ke jurang. Jadi saya memilih untuk memperkenalkan internet yang BAIK. Bertanggungjawab - Aman - Inspiratif - Kreatif.

by Ety Abdoel

Saya lalu ingat lagi tulisan Mak Mutia Elisa Karamoy tentang Menghapus Jejak Digital. Kalau anak-anak bisa kita dampingi saat mereka bermain di dunia maya yang belum sepenuhnya dimengerti oleh mereka. Lha kalau kita? Kita ini terkadang permisif pada diri sendiri. (Meminta anak untuk bersabar, tapi kita sendiri sering kehilangan kesabaran. Kan bertolak belakang ya...) Termasuk ketika melarang anak-anak melihat yang tidak-tidak, tapi diri sendiri malah membuka yang tidak-tidak. Hayoo, siapa? Semoga yang baca tulisan ini TIDAK termasuk di dalamnya yaa..

Kalau udah terlanjur gimana? Salah satu saran Mak Mutia Karamoy adalah, clear history. Selanjutnya bertobat lalu tidak melakukannya lagi. Zina mata, woy!

Nah, beruntung juga di facebook ada facebook on this day yaa.. Yaitu penanda atau pengingat memori, bahwa di tanggal dan bulan ini, di tahun-tahun sebelumnya, kita telah menjejak di dunia maya. Adakah yang seperti saya, suka menghapus memori-memori yang tak penting? Ketika ketinggalan KRL saja jadi bahan curhat di dunia maya? Hihihi...

yeaayy udah dihapus memori facebooknya 


Jadi, mulai sekarang tahan diri yuk, contohkan pada anak-anak kita. Kalau terlanjur membuat "memori", pilih yang sekiranya bermanfaat, hapus yang sekiranya membawa mudharat. 

Sedekat apapun media sosial dengan kita, dia bukanlah teman baik yang pandai menyimpan rahasia.


Read More

5 Blogger Favorit Blogger Kayusirih

Sunday, October 30, 2016

Selamat Hari Blogger!!!

Meski sudah 3 hari lalu, tapi semoga euforianya masih terjaga yaa...

Jujur saja, kadang saya masih "ngga layak" menyebut diri sebagai blogger. Kalau sebagai pemilik blog kayusirih.com sih iya, hehe... Tapi definisi blogger sekarang ini kan ngga hanya sekedar penulis di blog ya? Entahlah...saya juga kurang paham. Hehe..

6 tahunan yang lalu, saat baru pindah ke Solo dan ngga tau mau ngapain, suami membuatkan saya blog ini dengan tujuan agar saya punya kegiatan. Maklum, sebelum menikah saya termasuk sibuk, hehe.. Pagi sampai siang mengajar di Bogor, sore sampai malam kuliah di Jakarta. Begitu menikah dan ikut suami di Solo, i do nothing. Dan ini bikin bete. Karena saya juga ngga punya saudara atau teman dekat disini. Teman ngobrol ya cuma suami.

Tapiii, dasar saya ini ngga pedean, saya baru terpikir untuk menulis di tahun 2013. Yup, butuh waktu 3 tahun untuk memunculkan rasa percaya diri. Saat itu saya berpikir, ya, "The journey of a thousand miles begin with one step". Kalau saya ngga mulai, kapan saya akan sampai? Kalau saya ngga berusaha, mana mungkin saya bisa melakukannya? Meski tulisan pertama saya agak kurang sedap dibaca, tapi saya tak menghapusnya. Biarlah semua proses itu menjadi kenangan, hehe...

Hingga akhirnya saya ada disini. Di lingkaran para blogger yang makin hari makin kreatif dan inovatif menggali potensi diri. Saya minder, kadang-kadang, hehehe.. Tapi saya berusaha untuk tetap menjadi diri saya, dengan semangat belajar yang "diusahakan" tetap membara.

Kalau saya bisa sampai di titik ini saat ini, tentu karena ada campur tangan orang-orang baik yang senantiasa mau membagi ilmunya. Iya, seperti lagu yang diputar setiap sore di televisi nasional saat saya kecil dulu,

Kita jadi pintar dibimbing pak guru, 
kita jadi pandai dibimbing bu guru, 
guru bak pelita, 
penerang dalam gulita, 
jasamu tiada taraaaa

Jadi 5 blogger yang saya favoritkan ini adalah blogger yang saya angkat jadi guru saya, hehe... Pokoknya dari mereka, dari tulisan-tulisan mereka, saya belajar sedikit demi sedikit. Iya, masih sedikit, karena waktu luang saya yang tak seberapa setelah terpotong tugas sebagai istri dan ibu rumah tangga. 

Udah, langsung saja lah yaaa.. Inilah 5 Blogger Favorit kayusirih:

1. Sary Melati
Mak Sary ini humble banget yaa.. Saya bisa menilai begitu karena beliau follow akun instagram saya, dimana biasanya blogger yang merasa udah nge-hits, ngga mau follow back orang yang follow dia, hehe.. Yaa..meski urusan follow-unfollow adalah urusan selera yaa..hehe.. Tapi Mak Sary ini berbeda. Dan beliaulah orang yang mengijinkan saya masuk ke komunitas blogger pertama saya, KEB (Kumpulan Emak-emak Blogger). Padahal saat itu tulisan saya baru sedikiiiit, dan tulisan saya juga masih mirip karangan anak SD. 

Sary Melati, Blogger

2. Ety Abdoel
Dari beliau, saya bisa belajar ngeblog secara langsung. Alhamdulillah, setidaknya sebulan sekali saya ketemu dengan beliau ini. Tulisan Mba Ety itu detail, informatif, runut, pokoknya saya suka saya sukaaa.. Saya jatuh cinta dengan tulisan Mba Ety itu, pertama kali waktu beliau menulis untuk lomba Memperingati 10 Tahun Tsunami Aceh. Dan di lomba itu, Mba Ety meraih juara 3. Luarrr biasaaa..

Ety Abdoel, Blogger

3. Pungky Prayitno
Nggak mungkin nggak kenal 'kan? Mak Pungky ini juga favorit saya. Tulisannya asik. Kadang bisa bikin ketawa ngakak, tapi paragraf berikutnya tiba-tiba bisa bikin nangis. Saya juga ngga pernah melewatkan satu huruf pun kalau sudah baca tulisannya. Kereeen pokoknya. Pantes lah kalau Mbak Pungky juga langganan jadi juara.

Pungky Prayitno, Blogger funky and gaul

4. Shinta Ries
Ngga ada alasan untuk ngga memfavoritkan beliau. Karena tergabung dalam grup yang digawanginya itu, saya akhirnya berkenalan dengan banyak nama. Karena Blogger Perempuan juga saya kemudian terdorong untuk membeli domain. Intinya, banyak ilmu yang saya dapatkan darinya. Pintar, cerdas, tapi nggak pelit ilmu. Jarang ada yang sepertimu, Mbak. 

Shinta Ries, Blogger

5. Pakde Cholik
Yeeeeayy.. Saluut sama Pakde. Kalau biasanya, pensiunan itu udah ngga mau ngapa-ngapain, tapi energi Pakde sepertinya nggak bisa membiarkan beliau diam saja. Pakde selalu menebar manfaat melalui tulisan-tulisannya. Selera humornya bikin kita betah baca blognya. Salut..Saluut..Saluutt lah..



Dan, benang merah dari ke-5 blogger favorit saya di atas, sesungguhnya adalah dua kata. Cerdas dan Humble

Sebenarnya masih ada beberapa blogger cerdas dan humble yang saya jadikan guru secara diam-diam, hehe... Tapi karena dibatasi 5 saja, jadi terpaksa hanya 5 nama yang saya tulis di atas.

Dan jika disuruh memilih salah satu saja, sungguh tak mudah untuk memilihnya. Tapi kemudian saya kerucutkan sesuka hati saya, hehe... Yang saya pilih adalaaaahh...yang pernah ketemu dengan saya. Yang pernah saya sentuh secara nyata. Dan iyaaa, pilihan saya adalah Ety Abdoel.


 Blog Ety Abdoel


Bukan, bukan karena yang lain kalah hebat... Nilai mereka berlima sama, tapi karena saya bingung memilihnya, jadi ya sudah, saya pilih Mba Ety saja yaa..hehe... Ini juga sebagai ucapan selamat karena tadi diumumkan bahwa Mba Ety kembali meraih juara untuk lomba blog Sunlife. 

Selamat ya Mba... 



Read More

Jawilan Blogger, Siapa yang Terjawil Berikutnya?

Sunday, October 23, 2016

Sudah sebulanan yang lalu saya dijawil sama Tante Mbul alias Gustyanita Pratiwi yang hobinya pamer makanan dan bikin perut keroncongan itu, untuk menjawab tantangan tentang "Jawilan Blogger". Kalau baru dikerjakan sekarang, itu bukan karena saya meremehkan, tapiii, kemarin-kemarin itu saya ada beberapa target tulisan. Hehe, alhamdulillah, bisa membantu satu orang teman penulis yang sedang sakit, untuk menulis outline calon bukunya. Teriring do'a, semoga beliau segera sehat dan kembali produktif menghasilkan karya-karya yang bermanfaat, aamiin...

Read More

Pilkada Jakarta, Jangan Bikin Tambah Dosa

Monday, October 3, 2016

election by pixabay

Beberapa hari terakhir, timeline facebook saya ramai dengan pemberitaan tentang Pilkada DKI Jakarta. Yang paling heboh tentu saja para mamah muda, karena tiba-tiba ada calon ganteng disana, hahaha... *awas, jangan sampai para suami jadi cemburu loh yaa.. :p

Saya bukan mau bahas salah satu calon saja yaa, karena ini ranah sensitif dan saya tidak punya kompetensi untuk berkomentar juga. Apalagi saya bukan warga Jakarta, jadi untuk apa ikut ngotot mau pilih siapa? Walaupun, jujur saja, saya juga pernah berandai-andai sih...lebih tepatnya, diskusi dengan suami, kira-kira jika kami adalah warga DKI, sebaiknya pilih yang mana? Karena memang cukup membuat bingung yaa, tiga-tiganya keren dan luar biasa. :D

Lalu, kira-kira kami pilih siapa? Ah, itu lahaciaaa.. :p

Menanggapi tulisan Mak Adriana Dian yang berjudul The Big No-No dalam Sebuah Pemilihan Umum, saya sih cuma mau titip pesan saja:

1. Siapapun pilihanmu, saya yakin kalian sudah punya pertimbangan masing-masing, ya kan ya kan? Terserah, ikuti saja kata hatimu. 3 calon gubernur DKI, semuanya baik-baik dan punya kemampuan yang luar biasa. Insya Allah, di tangan siapapun Jakarta kelak, Jakarta akan menjadi lebih baik lagi.

Kita catat saja janji-janjinya, supaya nanti kita bisa tagih sama-sama saat mereka berkuasa. :)

election by pixabay


2. Jangan memaksakan pilihanmu pada orang lain. Hei, mereka yang sudah punya hak pilih, tentu sudah cukup dewasa untuk menimbang dan memutuskan. So, jangan menganggap pilihan orang lain keliru, dan pilihanmulah yang paling benar.

Ini juga kalimat yang saya buat saat pemilu Presiden dua tahun lalu:

Cara pandang orang terhadap sesuatu bisa berbeda-beda, tak usah lah kita memaksakan cara pandang kita. Saya ingat betul kata-kata suami suatu hari, "Kita mungkin melihat sebuah pulpen sebagai benda yang panjang, tapi jika yang lain melihatnya dari atas maka sah-sah saja jika dia bilang pulpen itu berbentuk lingkaran, dan jika seseorang melihat dari bawah tak salah jika pulpen itu disebutnya runcing."


3. Tetap berprasangka baik. Sejak dimulainya kampanye pileg, hingga kampanye pilpres dua tahun lalu, rasanya prasangka kita mudah tersulut dengan pemberitaan-pemberitaan di media. Bukan prasangka baik, namun prasangka buruk lah yang meraja. Kemudahan mengakses dan menyebarkan berita dengan satu klik saja, membuat kita sering tak sadar dengan kehebatan Jari dan Jempol Tangan ketika Digoyang. Hati-hati. Kadang apa yang kita baca dan kita sebar, belum bisa kita pastikan apakah salah atau benar. Tahan diri, okay? :)


Saya teringat sebuah status yang dibagikan seorang teman.
"The first racist was Iblis. So anyone who thinks he's better than someone else because of his ethnicity etc. has a trait of Iblis." (Shaykh Yasir Qadhi via Muslim Speakers) 


Siapa saja yang merasa dirinya lebih baik dari orang lain (merasa paling benar), memiliki sifat dari Iblis. Yang menganggap bahwa etnisnya yang paling baik, ia pun memiliki sifat dari Iblis. Na'udzubillah min dzalik.




Read More

Grup Whatsapp dan Segala Rupa Tentangnya

Tuesday, September 13, 2016

whatsApp logo from whatsappbrand.com

Sekarang ini sepertinya sudah nggak jaman lagi SMS-an, ya? Isi kuota internet kesannya jadi lebih penting daripada isi pulsa untuk telepon atau SMS. Saya nih ya, misalkan beli pulsa 100 ribu rupiah, maka 70 ribu saya gunakan untuk beli kuota internet, dan sisanya baru digunakan untuk telepon atau SMS. Kalau kuota menipis, langsung bingung deh. Tapi, kalau pulsa habis, nggak terpikir untuk buru-buru beli, kecuali jika benar-benar penting harus menghubungi seseorang.

Nah, sebagai ganti SMS, ada beberapa aplikasi chatting yang umum digunakan, seperti; line, whatsapp, telegram, juga BBM. Tadinya saya hanya menggunakan WA dan BBM saja, tapi suami menyuruh untuk install telegram juga. Katanya, telegramnya itu khusus untuk saya, cieeeehh...

Diantara ketiga aplikasi itu, Whatsapp lah yang paling sering saya buka. Kenapa? Karena disana ada banyak grup yang selalu ramai setiap harinya. Ada grup keluarga, grup alumni, grup perumahan, grup sekolah Amay, grup bisnis, grup menulis, juga grup blogging.

Selama ini saya sih asik-asik saja dengan grup yang ada saya di dalamnya. 
*Grup keluarga bisa mengobati kangen, grup alumni juga.
*Grup perumahan dan grup sekolah Amay, tentunya untuk update informasi dong yaa. 
*Grup bisnis untuk mempermudah komunikasi dengan supplier dan sesama agen, yang alhamdulillah dan semoga bisa kompak selalu. 
*Grup menulis dan grup blogging, sebenarnya hampir sama, menjadi wadah bagi saya untuk tetap belajar dan memperbarui ilmu setiap harinya. Dari grup di facebook, komunikasi jadi lebih mudah jika melalui WhatsApp. 

Memang sih pernah ada friksi yang terjadi. Tapi alhamdulillah bisa teratasi, meski kini di salah satu grup, anggotanya sudah tidak sekomplit dulu lagi. Dari pengalaman itu, kemudian saya belajar satu hal. Di dalam sebuah grup yang berisi orang-orang yang kita kenal sekalipun, sebaiknya kita saling menghargai, dan tetap mengedepankan tepa selira atau toleransi. Karenaaa...kita ini manusia dengan isi kepala yang berbeda-beda. Tak ada gunanya merasa diri paling benar. Begitu.

Dan ternyata, friksi seperti ini tak hanya terjadi di grup WA saya. Di grupnya suami pun sempat terjadi juga. Penyebabnya, karena guyonan yang kelewatan. 

So, menurut pengalaman dan pengamatan saya, ada beberapa hal yang mesti ditahan, jika kita merupakan anggota sebuah grup Whatsapp. Note to Myself banget ini mah. 

1. Tahan diri untuk "ngotot" dengan pendapat sendiri. 
Beda pendapat itu wajar gaes, jangan terlalu egois ya... Tidak ada yang sepenuhnya salah, juga tidak ada yang sepenuhnya benar. Semuanya tergantung cara pandang saja. Suami saya pernah bilang; "Kita mungkin melihat sebuah pulpen sebagai benda yang panjang, tapi jika yang lain melihatnya dari atas maka sah-sah saja jika dia bilang pulpen itu berbentuk lingkaran, dan jika seseorang melihat dari bawah tak salah jika pulpen itu disebutnya runcing."



2. Tahan diri untuk membagikan gambar yang kurang sopan. 
Ini pernah nih, di grup suami. Mirisnya, pernah saya dapati, yang membagikan itu perempuan. Dalam hati, "Hih, kamu koq mempermalukan drimu sendiri sih, Mbakyu?" Dan karena hal itu, salah satu temannya left the group. 
Bukan mau sok suci atau gimana yaa... Cumaaa..kami ini (juga teman-teman yang lain) kan punya anak yang masih kecil dan hobi banget mainan pake Hp. Kalau tiba-tiba mereka lihat gambar yang mengerikan itu, piye coba? Kalau anakmu udah biasa lihat gambar begituan sih terserah, tapi tolong, kami sudah susah payah menjaga anak kami dari penglihatan yang tidak-tidak.
Iya, memang, kita bisa men-setting agar gambar tidak otomatis ter-download. Tapi daripada nyuruh orang lain untuk mengantisipasi, lebih baik kitanya menahan diri dan nggak jadi biang keladi, iya kan?

3. Tahan diri untuk tidak membahas isu SARA. Sekali lagi, meski kita berada dalam satu grup, tapi "iklim" kita tidak selalu sama. Beberapa kali di grup saya, ada yang mendiskreditkan ras tertentu. Saya kurang suka. Karena apa? Hei, kita ini diciptakan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa supaya kita saling mengenal. Benar kan? Ngga ada yang bisa memilih untuk dilahirkan sebagai suku apa, betul? Jadi berhentilah memandang rendah suku atau bangsa tertentu. Kita nggak tahu kan, barangkali mereka yang derajatnya lebih mulia dibanding kita, yang diam-diam suka menghujat mereka. 

4. Tahan diri untuk membagikan info yang "kurang atau tidak penting". Kadang yang demen share-share begini suka saya lewati sih. 

5. Jika ingin meninggalkan grup, sebaiknya pamit dulu yaa, agar tidak meninggalkan kesan yang kurang enak di hati anggota yang lain. :)

6. Kalau poin 1 sampai 5 adalah catatan untuk para anggota, maka yang ke 6 ini adalah catatan untuk si pembuat grup. 
Weh, ada catatannya juga to?
Ada.
Yaitu, sebelum memasukkan seseorang ke dalam suatu grup, sebaiknya ditanya dulu kesediaannya. Jangan tiba-tiba langsung dimasukkan, khawatir dia kurang berkenan, tapi pakewuh alias nggak enak hati jika harus left group segala. 
Ini utnuk menghindari keadaan "yang muncul, dia lagi dia lagi. yang silent tetap silent" seperti Balada Grup WhatsApp yang ditulis Mak Ade Delina Putri

So, be wise, ya teman-teman (saya juga). Kita udah tua dewasa 'kan? :)

Read More

Dibuang Sayang, Makanan Sisa Diapakan?

Friday, September 2, 2016


Ada satu gaya hidup orang-orang di kampung asal saya, dan mungkin juga menjadi gaya hidup orang-orang di kampung lainnya, yaitu memelihara unggas seperti ayam dan menthog dengan tujuan agar makanan yang tersisa tidak menjadi mubadzir. Seperti yang tertuang dalam Q.S. Al-Isra’ ayat 27; “Sesungguhnya orang-orang yang mubadzir itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.” Maka, memelihara ayam adalah solusi yang memiliki dobel keuntungan. Keuntungannya tentu saja selain makanan sisa jadi jelas akan diapakan, juga materi yang dihasilkan dari memelihara unggas ini. Bisa dijual atau untuk konsumsi pribadi.

Nah, masalahnya sekarang, setelah lahan semakin sempit, ditambah populasi manusia yang semakin banyak, gaya hidup ini jadi sulit untuk dilakukan. Mau pelihara ayam, khawatir baunya akan mengganggu tetangga sekitar. Mau pelihara menthog, khawatir kebiasaan pup-nya yang sembarangan, bisa mengancam keharmonisan dengan tetangga sebelah. Hal ini yang membuat orang-orang sekarang mulai meninggalkan kebiasaan memelihara unggas.

Lalu, apa yang bisa dilakukan untuk meminimalisir kemubadziran?
1.       Sisa nasi, keringkan. Memasak nasi seperlunya saja. Jika sisa, keringkan. Seteah terkumpul banyak, bisa diberikan atau dijual pada tetangga yang memelihara unggas.
2.       Sisa sayur, hangatkan.
3.       Sisa lauk, daur ulang.
4.       Berbagi dengan tetangga. Ini juga sekaligus untuk menciptakan kerukunan antar tetangga. Saya jadi ingat pepatah, "Pagar mangkuk lebih aman dibanding pagar besi." Bukankah tetangga adalah saudara kita yang paling dekat? 

      Akan tetapi, jika kita kurang percaya diri dengan masakan sendiri --ini pengalaman pribadi--, berbagi dengan tetangga terkadang bukan menjadi solusi. Hehe, daripada malu, ya ‘kan? Jadi, solusi selanjutnya adalah menghangatkan atau mendaur ulang.

Saya belum pernah mendaur ulang sayur, karena pada dasarnya saya memang kurang kreatif, hehe.. Tapi kalau lauk atau sambal, sering.

Ini salah satunya. Sisa tempe goreng saya olah menjadi kering tempe.

sisa tempe goreng
Aduh maaf yaaa... Kemarin kelupaan mau fotoin kering tempenya. Pas inget pas udah mau habis. >_<

kering tempe yang tinggal seuprit

Sisa sambal, biasanya saya pakai untuk menumis kangkung, buncis, atau bahkan saya jadikan bumbu nasi goreng untuk sarapan pagi. Nasinya juga biasanya dari nasi sisa kemarin. Hehe, lumayan kan bisa berhemat juga. Cabe kan kadang kalo pas mahal, harganya kebangetan. :D




Tapiii, ngomong-ngomong tentang menghangatkan sayur, kita mesti hati-hati loh yaa.. Kita harus tahu sayur apa yang tidak boleh dipanaskan ulang, seperti bayam misalnya. --selain bayam, apa lagi ya? ada yang tahu?--

Minggu lalu, bapak saya jatuh sakit. Usut punya usut, rupanya ini bermula karena beliau ceroboh dalam hal makanan. Mentang-mentang sayurnya enak dan masaknya banyak, beliau setiap hari makan sayur yang dihangatkan itu. Yaa, maklum, bapak saya tinggal sendirian di Purworejo sana karena ibu sudah tiada. Jadi, beliau memang memasak makanannya sendiri, karena terkadang beliau kurang cocok dengan masakan warung.

Nah, kebetulan beliau ini penyuka sayur gori. Gori atau nangka mudanya bisa petik di samping rumah. Bisa dibayangkan kan, sebutir nangka muda itu kalau disayur akan jadi sebanyak apa. Ditambah beliau tinggal sendirian, jadi yang makan sayur itu ya hanya bapak saja seorang. Jadilah sayur gori itu tak habis-habis dan harus dihangatkan sampai berhari-hari. Inilah yang bapak konsumsi sebelum sakitnya itu.

Kemarin waktu saya pulang untuk menjenguk bapak, saya pun mencereweti beliau. “Pokoknya kalau masak sedikit-sedikit aja. Kalau lagi malas masak, beli sayur mateng. Jangan lupa makan buah juga. Makannya harus teratur, oke?” begitu pesan yang terus menerus saya ulangi.

Kalau ingat bapak rasanya kasihan ditinggal sendiri. Tapi saya juga punya kewajiban di Solo sebagai seorang istri. Bapak siii, ngga mau disuruh nikah lagi. Ah, kenapa jadi curcol begini? >_<

Jadi, saya setuju dan sebenernya terinspirasi dengan tulisan Mak Maya Siswadi yang berjudul "Makanan Sisa, Diolah Lagi atau Dibuang?". Karena selain berhemat, mendaur ulang makanan juga menghindarkan kita dari berkawan dengan setan --serem yak?--. Selain itu, tidak membuang-buang makanan juga sebagai bentuk dari rasa syukur, bukan? 




Read More

ASI atau Tidak ASI, Masihkah Perlu Diperdebatkan?

Wednesday, August 17, 2016



breastfeeding Mom from pixabay

Alhamdulillah, saya bersyukur diberi kemudahan oleh Allah SWT sehingga bisa menyusui anak-anak saya dengan lancar. Amay menyusu sejak usia 4 hari (karena saya melahirkan Amay secara caesar, dan mengingat kondisi saya yang kurang memungkinkan untuk menyusui, maka untuk Amay kami memberikan susu formula di hari-hari pertama kelahirannya) hingga 2 tahun. Aga, merasakan nikmatnya ASI sejak usianya baru beberapa menit. Syukur Alhamdulillah, saya diberi kekuatan untuk melahirkan Aga pervaginam. Menyusui Aga tak menemukan banyak kendala, alhamdulillah.

Tapi, disini saya tidak hendak membandingkan, mana ibu yang paling baik; yang mampu memberi ASI atau yang memberi anaknya dengan susu formula. Iya, dulu saya memang pernah "sesempit" itu. Saya pasti akan bertanya-tanya dengan (maaf), agak memandang rendah, "Mosok menyusui aja nggak bisa? Aku lhooo, meski penuh pengorbanan, tapi aku mau berusaha." Tapi itu dulu, hingga suatu hari saya diingatkan, bahwa iya, ibu saya pun dulu hanya bisa memberi adik saya (Opik) ASI, hingga usia Opik 7 bulan. Selanjutnya, nanti akan saya ceritakan.

Jadi, saya sependapat dengan tulisan Mak Istiana Sutanti, pemilik blog http://istiana.sutanti.com/. Who am i to judge? Saya dan Mak Istiana Sutanti pun ternyata sama-sama sebagai ibu yang "bertaubat" karena pernah melakukan hal ini.

Bahkan disini, beliau menulis begini:
Awalnya sih, saya termasuk di pihak yang ngejudge. Di pihak yang berpikir semua ibu bisa koq ngasih ASI asal dianya punya keinginan keras dan emang berusaha banget untuk itu. Malah ngejudge juga yang akhirnya nyerah itu ya ibu-ibu yang emang gak mau cari tau lagi, gak mau dapet ilmu lagi gimana biar bisa tetap ngasih ASI gimanapun kondisinya.
Persis banget sama saya. Dan saya, pasti akan menambahi; "Dulu puting saya kecil, mendlep, tapi setiap hari saya susukan ke Amay. Pokoknya saya berusaha biar Amay bisa menghisap susu dari puting saya yang kondisinya begini, dan lama-lama payudara saya keluar sendiri tuh putingnya," pada ibu-ibu yang mengeluh bahwa puting mereka kecil.

Pada ibu-ibu yang mengeluh bahwa ASInya tidak keluar pun, saya masih akan meng"agung"kan kehebatan saya yang tak pernah menyerah, meski di hari ke empat pasca melahirkan Amay, ASI saya hanya keluar setetes. Intinya adalah, saya mengatakan pada mereka bahwa semakin diisap, ASI akan semakin banyak keluar. Seperti kampanye ASI gitu deh...

Iya, bisa menyusui memang dipandang sebagai sebuah prestasi. Tapi "merasa" berprestasi, tak menjadikan kita layak untuk menghakimi, bukan? Ada kondisi dimana seorang ibu memang tidak bisa menyusui. Ini yang mesti kita pahami. Bahwa setiap orang ditakdirkan memiliki keadaan yang berbeda satu dengan lainnya. Bukankah ukuran sepatu kita pun berbeda? Tak perlu lah kita memaksakan hal-hal yang bukan ranah kita sebenarnya.

Sesuai janji saya di atas, saya akan ceritakan mengapa ibu saya hanya bisa menyusui Opik hingga kurang lebih tujuh bulan saja.

Saat hamil Opik, usia ibu saya 38 tahun. 11 bulan mengandung, Opik pun lahir. 11 bulan? Iya, 11 bulan. Mungkin kalau jaman sekarang, ibu udah dikejar-kejar dokter untuk dilakukan operasi. Kenapa bisa sampai 11 bulan? Entahlah... Yang saya ingat, saat itu saya sering bertanya, kenapa sudah sembilan bulan, adik nggak lahir-lahir? Dan ibu menjawab kurang lebih begini, "Sama kayak orang pengen pup, kalau belum kerasa mules ya nggak akan keluar."

Kondisi kesehatan ibu saya di tahun-tahun sebelumnya memang tidak terlalu baik. Ini pula yang mendorong ibu untuk melepas KB nya hingga kemudian muncullah Opik. Saya kurang bisa mengingat secara detail, apa hubungan KB dengan kesehatan ibu saat itu. Yang jelas, saat hamil itu ibu saya sering sakit-sakitan sehingga harus mengkonsumsi obat-obatan.

Alhamdulillah, Opik lahir dengan berat 2,8 kg dan sehat (meski saat itu kulitnya kuning). Dan hal yang dikhawatirkan ibu saya, bahwa obat-obat yang dikonsumsinya akan membuat Opik (maaf) cacat, alhamdulillah tidak terjadi. Opik sehat hingga sekarang usianya sudah 18 tahun.

Namun, pasca melahirkan, ada hal lain yang jadi perhatian ibu. Ibu mampu menyusui, Opik juga mau minum ASI, namun setelah 6 bulan, badan Opik semakin kecil. Apakah ini efek samping dari obat-obatan yang ibu konsumsi? Entahlah... Sampai pada akhirnya ibu memutuskan untuk berhenti memberi Opik ASI.

Mudahkah itu semua? Sama sekali tidak. Saat itu saya melihat perjuangan ibu mengompres payudaranya yang bengkak karena penuh dengan ASI, namun tidak bisa disusukan. Ibu harus membuangnya. Saya sempat bertanya, "Kenapa dibuang, Bu?" dan beliau menjawab, "Karena susu ibu ini nggak bagus." (Semoga Allah menghadiahi ibu surga yang indah untuk perjuangannya ini, karena saya masih ingat betul ekspresi wajahnya yang menahan sakit saat mengompres payudaranya yang bengkak, dan memerah isinya keluar).

Untunglah ibu tidak hidup di jaman sosial media, yang setiap perbedaan pendapat dijadikan alasan untuk berdebat. Kalau dulu sudah ada facebook, mungkin ibu sudah dibully berkali-kali. Dari "ketenangan" saat kehamilan mencapai usia 11 bulan, dari "kecerobohan" minum obat-obatan, juga dari keputusan untuk menghentikan ASI. Bahkan mungkin kalau netizen tau ibu saya memberi Opik madu saat usianya kurang dari 1 tahun, ibu akan kena bully juga. :D

Tapi untunglah yaa, di jaman itu orang-orang masih punya "pakewuh" alias "rasa nggak enak hati". Orang-orang juga masih pandai menahan diri, untuk tidak berkata-kata yang bisa melukai.

"Merasa" berprestasi tak lantas menjadikan kita layak untuk menghakimi. Seorang ibu tak bisa menyusui, pasti ada hal yang melatarbelakangi. Dan saat bersyukur, jangan sampai membuat orang lain merasa tersungkur. :)
                              
Read More

Ikut Lomba Bikin Saya Tahu Cara Embed Video ke Blog

Tuesday, May 24, 2016

Duh, judulnya...

Ketahuan deh, gapteknya... >_<

Tapi ngga apa-apa, saya mah ngga malu mengakui kekurangan, hehehe...


Jadi gini, ingat kan, beberapa waktu lalu saya ikutan lomba MatahariMall? Belum baca? Ini lho judulnya: Tanggal Tua Mati Gaya? No Way Lah Ya...

Nah, memang saya termasuk nekad. Saya mah bagai anak bawang diantara blogger-blogger kondang. Tulisan-tulisan mereka, wuih jangan tanya. Keren semua!!!

Minder ngga?

Ho oh lah, jangan bolak-balik ditanya...

Tapiii, kalau saya ngga mencoba, saya ngga berkembang dong ya? Minimal, mengembangkan otak gitu, biar mikir dikit. Ya maklum, tiap hari urusannya sama isi diaper, warung sayur, Amay dan Aga, ni otak udah agak mengkerut kali yaa, hihi... Jadi waktu bikin blogpost tentang lomba itu, saya belajar dikiiit, dikit aja karena kalau langsung banyak-banyak malah jadinya lupa.

Memang sih, ada yang bilang, ngapain ikut lomba yang udah pasti kamu kalah? Hihi... Apalagi kalu harus pake like-like-an atau vote-vote-an. Yang nggak populer, mending ngga usah coba-coba deh.. >_<

Ya, seperti yang saya bilang tadi, niatnya beneran bukan ingin menang. Lah, tulisan yang lainnya jauuuuh lebih bagus dari punya saya. Apalagi ditambah infografis yang kreatif-kreatif. Beuh, Arin mah apa atuh, belum bisa bikinnya.

Tapi Alhamdulillah, bersyukur, karena dengan kenekadan ini akhirnya tambah ilmu saya. *siap-siap diketawain.
Iya, saya jadi tau cara embedding video ke dalam blog.


Awalnya, saya mau minta bantuan suami. "Pa, embed video itu gimana sih?" tanya saya. Eh, suami malah jawab, "Embed masa' ngga bisa? Gampang koq. Pasti bisa lah..."


Yee..orang beneran ngga ngerti, udah dipasti-pastiin bisa aja. :(

Ya akhirnya saya tanya google dong, habis Pak Yopie gitu sih. Huuu... Lalu dimulailah sesi belajar dengan metode "Cara Belajar Istri Aktif".

Hasil googling itu saya praktekkan. Jadi, embed itu artinya: 1. menanamkan, 2. melekatkan, 3. menyimpan.
Jadi, kita ngga perlu download video lalu mengupload ke dalam blog post. Tapi cukup melekatkan saja.

Contoh yaa...

1. Saya pergi ke link youtube yang dimaksud

2. Saya klik Share, kemudian Embed 




3. Di bawah kata Embed, ada sebuah link disana. Itu bisa di copy. Tapi sebelum itu, klik show more, dan kita bisa memilih ukuran video yang akan kita tampilkan. Kalau sudah dipilih, misalnya 560 x 315, link yang tadi bisa di copy.


4. Paste link tadi di postinganmu. Pilih mode HTML nya yaa.. Untuk membuat rata tengah, tambahkan kode <center></center> diantara link tadi.


5. Selesaaaii.. Tinggal klik publish, lalu videomu akan muncul sendiri. 

Hehe, buat emak-emak macam saya, ini cukup bikin ngos-ngosan, tapi puass.. 

Besok lagi, ikut lomba lagi, lalu belajar apa lagi ya? :D



Read More

14 Hari Menjadi Selebriti

Wednesday, May 4, 2016

Judulnya lebay ya?
* Memang iya. Masalah buat loe? (haduh, songong banget lah, kayak Soimah)
Tapi bener lho, saya merasa jadi selebriti. Soalnya 14 hari itu, blog saya dikulik, Instagram diacak-acak (lebay lagi), twitter difollow dan nama saya disebut-sebut di postingan para blogger kece.

Cerita bermula saat 2 April 2016 yang lalu, nama saya keluar sebagai pemenang arisan link yang diadakan teman-teman member Blogger Perempuan di grup V. Nggak nyangka, nggak nyangka banget nama saya yang keluar. Saya tadinya berharap keluar di akhir-akhir aja deh, karena saya mau "renovasi" blog saya dulu, sambil cari inspirasi dari blogger yang lain. Tapi ternyataaaa...

Ya udah, saya pasrah aja. Ibarat kedatangan tamu, saya bener-bener nggak punya suguhan yang layak. Mungkin gambarannya begini; sebagai tuan rumah, rambut saya masih acak-acakan, belum mandi dan masih dasteran, eee...ada tamu yang datangnya rombongan. Kondisi rumah berantakan, lantai belum dibersihkan, debu juga beterbangan. Halah, komplit.

Dan benar saja. Tamu pertama langsung beraksi. Mbak Susi iniii, udah wanti-wanti, "Nggak terlalu pedes koq, cabenya cuma tiga". Karena saya suka pedes, jadi ya asik-asik aja. Saya langsung bebenah, sesuai dengan yang beliau instruksikan. Meskipun mungkin hasilnya belum maksimal.

Lega?

Beluuum.. Tamu yang lain masih banyaaak. 20an lho jumlahnya. Rata-rata mereka menanyakan kenapa blog ini dinamakan kayu sirih. Saya, terus terang, nggak ngerti juga. Blog ini bikinan suami tahun 2010 lalu, dan baru saya isi 3 tahun setelahnya. Waktu ditanya kenapa namanya kayu sirih, beliau sih bilangnya karena kayu dan sirih itu lekat dengan wanita. Kembali lagi, mungkin yang dimaksud suami adalah wanita jadul (mungkin karakter saya memang agak jadul ya? >_< ), yang masak pakai kayu bakar dan suka "nginang" pakai daun sirih. Bukan, bukan berhubungan dengan ilmu kejawen yaa... Hadeuh, kepikir tentang kejawen pun enggak lhoo...

Tapi saya terkesan deh, sama penerawangan Mbak Rani, katanya begini: Sesuai namanya, kayu dan sirih. Sesuatu yang memang identik dengan wanita, karena sirih hidup bersandar dan berdampingan pada batang kayu dan itulah kira-kira penjabaran arti kehidupan Mbak Arinta sebagai seorang wanita yang diharapkan dapat berguna untuk sesama wanita lain juga sebagai kekasih yang bersandar pada kekasih hatinya. Saya aminkan ya Mbak, semoga setelah ini, saya bisa menebar lebih banyak manfaat lagi.

Mbak Rani ini, pas nama saya yang keluar, bakat jadi cenayangnya tiba-tiba muncul, hihi.. Katanya, saya ini blogger sekuat naga. Kenapa? Cuma karena saya ber-shio naga. Hahaha... Tapi saya tersanjung sih..hihi..meski cuma sebentar. Kemudian saya mencoba menangkap makna sebenarnya; mungkin loh yaa, maksud Mbak Rani adalah karena saya tetap bertahan belajar menulis, meski hasilnya belum terasa. Pokoke sinau ora leren-leren. :D

Lalu Mbak Alfa, yang udah wawancara saya, xixixi... *berasa keren ^_^
Ngobrol sebentar sama Mbak Alfa, saya jadi sepakat dengan satu hal. Tak akan lari jodoh (rezeki) dikejar. Slow saja, yang penting sehat. Kan kata Mak Indah Julianti Sibarani juga, "blogging with heart, money will follow." 

Trus ada juga tulisan Mbak Esther yang bikin saya nggak ngerti mesti komen apa. Kenapa? Soalnya pake bahasa inggris, haha..ngga ngerti deh gimana ngomongnya. 

Saya juga terpesona dengan tulisan Mbak Inuel yang katanya mencoba meraba-raba saya, wkwkwk.. Juga tulisan Mbak Widut (Widi Utami), Mbak Vanti, Mbak Inay, Mbak Yurma, Mbak Dwi Sari, Mbak Retno, Mbak Rahayu, Mbak Mutia, Bu Mutia, Mbak Ria, Mbak Tian, Mbak Awin, Mbak  Nunk, Mbak Anis, , Mbak Rahmah, Mbak Rian, juga Mbak Sofy. (maaf kalau ada yang kelewat, emak siweur matanya...xixixi)

Alhamdulillah, alhamdulillah.. Dari arisan link ini, saya jadi punya teman baru. Teman ngobrol semi tsurhat, yang asik-asik, hihi.. Semoga lain waktu kita bisa bertemu yaa.. aamiin..

Nah, berikut ini adalah link tulisan teman-teman grup V (Pokoknya kalau nanti saya kangen, tulisan-tulisan ini akan saya baca lagi :D) ;


1. Susi : http://www.susindra.com/2016/04/arinta-adiningtyas-penulis-dari-purworejo.html
2. Inuel : http://www.jombloku.com/2016/04/meraba-dengan-mata-tertutup-arinta.html
3. Dwi Sari : http://www.kisekii.com/2016/04/tips-emak-ala-kayu-dan-sirih.html
4. Inay: http://www.innnayah.com/2016/04/arinta-adiningtyas-profil-blogger.html?m=1
5. Yurma: http://www.yurmawita.com/2016/04/7-fakta-tentang-kayusirih-blog.html?m=1
6. Alfa: http://pojokmungil.com/menjadi-mommy-blogger-kenapa-enggak/
7. Rahayu: http://www.rahayupawitriblog.com/2016/04/belajar-parenting-dari-arinta.html?m=1
8. Ria : http://www.riatumimomor.com/2016/04/bw-bp-arinta-adiningtyas.html
9. Rani : http://www.ranirtyas.com/2016/04/arinta-adiningtyas-sosok-di-balik-kayu.html
10. Mutia : http://www.elisakaramoy.com/2016/04/mengenal-sisi-sisi-menarik-mbak-arinta.html?m=1
11. Tian : http://www.tianlustiana.com/2016/04/agar-ide-tidak-buntu.html
12. Muthz : http://www.turiscantik.com/2016/04/atasi-malas-ngeblog-ala-si-kayu-sirih.html
13. Vanti: http://ayunovanti.com/tips/semangat-menulis-jangan-kau-pergi-belajar-dari-pengalaman-mbak-arinta/
14. Esther : http://estherariesta.com/mom-blogger-arinta-adiningtyas/
15. Awin : http://alivia-awin.blogspot.co.id/2016/04/kayu-sirih-mbak-arinta.html
16. Retno: http://lemaripojok.blogspot.co.id/2016/04/dibalik-nama-kayusirih.html?m=0
17. Nunk: goo.gl/4Jx4dA
18. Anis:  http://achmianisa.blogspot.com/2016/04/blogger-cantik-yang-doyan-bisnis.html
19. Rahmah: http://chemistrahmah.com/cerita-kayu-sirih-arinta-dalam-semangkuk-pallu-basa.html
20. Rian: https://superduperlebay.wordpress.com/2016/04/20/menjadi-multitasking/
21. Sofy: http://www.sofy-hidayati.com/2016/04/menebar-manfaat-lewat-blog.html
22. Widut: http://www.widut.co/2016/04/arinta-adiningtyas-being-full-time.html

Terima kasih dari blogger Kayu Sirih :)


Read More

3 Hal Ini Telah Menghambat Produktivitas Saya

Wednesday, April 20, 2016

Beberapa hari ini saya merasa kurang produktif. Iya, tidak ada satu judul pun berhasil saya tulis. Sampai akhirnya semalam saya mengevaluasi diri. Dan saya menemukan tiga hal yang membuat waktu saya berlalu sia-sia.

Menyesal? Pasti lah... Apalagi kalau ingat pesan ini;



Untuk mengurangi kesia-siaan, saya pun berjanji pada diri sendiri untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, dan tidak menghabiskan waktu untuk 3 hal yang telah membuat saya jadi kurang produktif. 3 hal itu antara lain;

1. Banyak Tidur
Entahlah, tidur terlalu banyak justru membuat saya lemas dan malas. Ini berawal ketika siang itu saya meninabobokan si bungsu, yang kemudian membuat si sulung dan saya sendiri ikut terbawa mimpi. Padahal saya dan si sulung tuh jaraaaang sekali tidur siang. Dan sekalinya tidur siang kenapa jadi malas begini, ya?

2. Nge-game
Nah ini nih... Beberapa hari lalu saya iseng banget meng-install satu buah game di handphone. Niatnya beneran iseng doang. Dan keisengan saya ini ternyata berhasil membuat saya dan si sulung berebut memainkannya. Apaaaa??? *getokkepalaemak
Benar, game itu "nyandu" banget yah... :'(

3. Ngerumpi
Ada yang asik di perumahan tempat tinggal saya. Lingkungan yang cuma diisi 20an KK karena sistem perumahan yang dibuat cluster memang membuat saya dan para tetangga memiliki hubungan yang dekat, satu dengan yang lainnya. Setiap sore, sambil mengawasi anak-anak yang sedang bermain, kami para mahmud pun berkumpul bersama. Adaaa saja bahan obrolan kita. Dari kesehatan anak-anak, resep masakan, sampai tempat belanja sayur dan pakaian yang murah meriah tapi berkualitas pun kami perbincangkan. Tapiiii...mungkin karena saya ngobrolnya sambil nggendong si bungsu (yang kalau udah kecapean jalan trus maunya digendong), malamnya saya jadi kelelahan. Padahal sih, pas ngerumpi rasa capenya nggak berasa. >_<
Karena kelelahan itulah, "nafsu" menulis pun hilang. Tidak hanya pekerjaan menulis saja yang terabaikan, tapi pekerjaan rumah lainnya juga terlantar. Oohhh... :(

Dan mulai besok, saya akan nimbrung dalam rumpian jika pekerjaan saya telah tunai. :)
Jadiii..pekerjaan oke, hubungan dengan tetangga juga insya Allah tetap terjaga. ;)

Lalu kembali lagi saya menancapkan pesan Ibnu Qayyim rahimahullah, dalam ingatan:
Keuntungan terbesar di dunia adalah engkau menyibukkan dirimu setiap saat dengan sesuatu yang paling utama dan bermanfaat untuk kehidupan akhirat. Bagaimana dikatakan berakal seseorang yang menjual Surga dan kenikmatan di dalamnya dengan syahwat yang hanya sesaat? 


Read More

Ini Cara Saya Mengatasi Ide yang Buntu

Tuesday, April 12, 2016

Saya mungkin termasuk blogger yang jarang nulis. Hehe.. Sudah ada yang menilai begitu sih, soalnya postingan di blog saya baru segini. Padahal, usia blog ini udah 3 tahun lebih loh. Kalau blogger lain, mungkin udah punya 300 lebih blog post. Hihihi...

Kenapa ya? Salah satu alasannya sih karena waktu. Saya punya 2 anak; 5 dan 1,5 tahun. Walaupun saya bukan working mom, tapi saya nggak punya asisten rumah tangga yang membantu pekerjaan rumah. Jadi dimaklumi saja ya kalau kadang nulis kadang enggak. Wkwkwk... Iya sih, banyak yang memberi contoh bahwa untuk menghasilkan tulisan, dia harus tidur paling akhir dan bangun paling awal. Saya juga pengen meniru, tapi kadang untuk memulainya itu susah. Malas dan lelah membuat semangat kalah. Padahal mah, kalau udah nulis, rasanya capeknya hilang semua. Nah, setelah selesai nulis, capeknya muncul lagi. >_<

Lalu, alasan kedua. Kadang nih ya, udah stand by di depan komputer, tapi ide mendadak hilang. Oh my goodness.. Mau jadi blogger yang nggak malu-maluin aja susah benerrr...

Tapi, sekarang saya punya cara. Apapun yang terlintas, saya tulis, gimana pun bentuknya, gimana pun bahasanya. Nanti kalau mood-nya muncul, tinggal kembangkan lalu edit deh. Dan cara ini agak berhasil sih. Buktinya, tulisan yang nongkrong di draft ada belasan tuh. :p

Lalu, untuk memperkaya ide, apa saja yang sekarang saya lakukan?
1. Menonton Film
Ini termasuk hobi baru karena sebelumnya saya kurang suka dengan kegiatan ini. Ya kali, duduk berjam-jam dan melihat ke satu titik, kayaknya membosankan yaa... Tapi ternyata setelah beberapa kali menemani Amay dan suami, saya mulai menyukai kegiatan ini.
Dan yang lebih penting, setelah menonton film, setidaknya saya punya 1 produk tulisan. Apa lagi kalau bukan review film? Hehe... Kadang bukan review sih, tapi sinopsis. :D
Dan percaya atau tidak, dari film Grave of The Fireflies, saya jadi ke-ide-an untuk membuat sebuah cerita anak yang salah satu tokohnya adalah kunang-kunang. :)

 Film Totoro
Totoro

2. Membaca Buku
Sama halnya dengan menonton film, setelah membaca buku, saya pasti punya satu ide tulisan. Yup, review buku. Hehe.. So simple. Yang penting mah blog post nya nambah. Biar nggak dibilang blogger angot-angotan. :p

Padang Bulan

3. Blogwalking
Saya sering melakukan blogwalking. Untuk apa? Untuk memperkaya wawasan lah. Jujur aja, niat saya bukan untuk menaikkan alexa atau apalah apalah. Karenaaa...biasanya saya cuma blogwalking ke blog yang dari judulnya udah menarik. Hehe... Meskipun begitu, saya tidak selalu meninggalkan komentar disana, karena terkadang saya nggak tau mesti komentar apa.
Dengan blogwalking, berhasilkah saya mendapat ide?
Sssttt...tulisan tentang Nostalgia Penyanyi dan Lagu Anak Tahun '90an adalah hasil dari blogwalking lho. Waktu itu saya membaca sebuah tulisan yang mengulas tentang film silat mandarin yang diputar di tahun '90-an. Dan terpikir lah untuk menulis (dengan survey kecil-kecilan) tentang lagu anak-anak dan penyanyi yang nge-hits di era itu.

Nah, 3 cara di atas cukup bagi saya untuk memperkaya ide. Cukup 3 cara saja dan ide sudah membludak. Sekarang tinggal atur waktu saja supaya kumpulan draft itu segera terselesaikan.

Cemunguuuddhhh eeaaa.. ^_^
Read More

Arisan Ilmu Perdana KEB Solo Bersama Mak Indah Julianti Sibarani

Monday, March 28, 2016

"Nah, ini Arinta, kadang nulis kadang enggak," kata Mak Indah Julianti Sibarani saat mengisi acara Arisan Ilmu di Solo tanggal 25 Maret 2016 lalu. Terus terang, saya merasa tertampar. Huhuhu..iya iya... Saya memang suka angot-angotan kalo nulis.

Mak Indah Julianti Sibarani, co-founder KEB, saat menyampaikan materi di Arisan Ilmu bareng KEB SOLO


Mak Indah Julianti Sibarani atau yang akrab disapa Mak Injul hadir di Solo dalam acara yang digelar oleh KEB Solo. KEB Solo sendiri baru terbentuk, atas inisiasi dari Mak Ety Handayaningsih, yang "iri" akan keseruan dan kekompakan KEB di kota lain, terutama Jogja. Alhamdulillah ya, untung Mak Ety iri. Kalau nggak, acara seseru ini nggak akan pernah terjadi. :D

Tapi, dari kalimat Mak Injul tadi, saya sesungguhnya juga bahagia. Beliau bisa bilang begitu, berarti karena perhatian pada saya. Eh iya, meskipun beliau ini termasuk Seleb Blogger, tapi beliau follow blog saya lho. Ini bukti bahwa beliau adalah Seleb Blogger yang rendah hati. Saya akan meniru sifat beliau yang satu ini. :)



Saya saat memperkenalkan diri

Lalu, ilmu apa saja yang dibagikan Mak Injul kemarin? Banyaaakkk... Saya semangat menyimak meskipun sambil beredar kesana kemari karena harus "momong" Aga. :p


Beneran, itu saya nggak lagi disetrap. Itu saya lagi jagain Aga. :D

Karena temanya tentang "How to Write Creative Content" jadi kemarin kita ngomongin tentang cara membuat konten yang kreatif. Gimana caranya?

Content is The King
Mak Injul pernah menjabarkan hal ini di blognya. Kata beliau, "Konten adalah salah satu kekuatan motivasi di dunia maya." Semua orang bisa menjadi penulis, tetapi tidak semua orang bisa menjadi content creator.

Lalu, apa sih ciri-ciri konten kreatif itu? Sebuah tulisan dikatakan sebagai konten kreatif jika memenuhi tiga syarat;

a. Read-able. Artinya, tulisan itu mengundang orang untuk membaca keseluruhan isinya. Tidak hanya berhenti di judul, atau di paragraf pertama, kemudan ia ditinggalkan.

b. Like-able. Setelah sebuah tulisan selesai dibaca, apakah lantas orang-orang tertarik untuk bereaksi terhadap tulisan itu? Sekarang ini di facebook sudah ada beberapa macam reaksi terhadap tulisan, tidak melulu "like", tapi ada beberapa ekspresi seperti; love, angry, sad, dll. Jadi sebenarnya peluangnya makin besar, lho.

c. Share-able. Setelah orang-orang memberi "like" atau menyukai sebuah tulisan, apakah kemudian tulisan itu bisa mempengaruhi seseorang untuk membagikannya? Nah, ini yang paling sulit. 


Untuk membuat tulisan yang read-able hingga share-able, apa sih yang harus kita lakukan? Jawabannya tentu, buatlah konten yang dicari dan diinginkan pembaca. Seperti apa konten yang dicari itu?
1. Unik
2. Menarik
Kalau dua syarat itu terpenuhi, maka kemungkinan tulisan kita menjadi viral semakin besar.

Meskipun begitu, ini pesan saya sih, jangan lantas demi membuat sebuah tulisan yang viral, kita malah jadi mengesampingkan norma ya... Tetap, buatlah tulisan yang bermanfaat. Jangan bangga jika tulisan kita justru membuat perpecahan dan pertikaian dimana-mana. Oke? Percaya deh, tulisan kita bisa mengubah pikiran seseorang. ^_^


Selanjutnya, apa sih enaknya nge-blog?

Mak Injul bercerita, lebih tepatnya mengabarkan alias memberi tau kami, tentang Content Creative 2O16.

1. Content is the new ad
Jaman sekarang, karena masyarakat lebih sering menatap layar handphone dibanding layar televisi, maka para pemilik brand-brand itu berpikir, lebih baik menyewa jasa blogger dibanding membuat iklan di televisi. Inilah, maka sekarang peluang berpenghasilan melalui blog semakin besar. *wew, jadi makin cemungudth.. tapi kapaaann ya job review itu datang? :P

2. Content is the new creative
Kalau tadi disebutkan bahwa tulisan bisa mengubah pikiran orang, maka ada hal lain yang juga memiliki pengaruh yang sama. Apa itu? Gambar dan Video. Dan Blog, bisa menggabungkan 3 hal sekaligus;
- Tulisan
- Image
- Video
pe-er untuk saya, belajar membuat video. :D

3. Content is the new SEO
Nah, kalau udah ngomongin tentang SEO segala macam, saya nyerah dulu deh, hehehe... 

Memang sih, ngomongin tentang peluang penghasilan dari blog itu bisa bikin mata ijo. Tapiii, Mak Injul juga berpesan, "Blogging with Heart, Money will Follow." Makanya, nulis aja terus, nanti juga pasti menghasilkan. Setidaknya, ya menghasilkan tulisan itu sendiri. :D


Haaaahh...kalau udah ngomongin soal hobi, rasanya waktu yang terlewat terasa amat cepat. Beneran, Mak Injul itu asik banget orangnya. Seperti ilmu padi yang makin berisi makin merunduk, begitulah kira-kira pembawaan Mak Injul. Semoga kita bisa berjumpa lagi di lain kesempatan ya, Mak. 

Dan akhirnya selesai sudah acara yang seru banget itu. Kami kemudian mengambil foto sebelum berpisah. ^^

ps: semua foto diambil dari teman-teman KEB Solo. Saya ngga bisa ambil gambar karena repot sama Aga, hehe.. *alesyan

KEB Solo yang unyu-unyu berbalut baju ungu

Read More