Showing posts with label lomba blog/giveaway. Show all posts
Showing posts with label lomba blog/giveaway. Show all posts

Wonderful Indonesia; Jalan-jalan ke Hutan Pinus Mangunan, Tempat Wisata di Jogja yang Cocok Dikunjungi Saat Tanggal Tua

Sunday, December 2, 2018

Hutan Pinus Mangunan, Bantul, Yogyakarta

Hari Sabtu tanggal 24 November yang lalu, akhirnya saya bisa menginjakkan kaki di Hutan Pinus. Alhamdulillah, setelah selama ini paling hanya melewati tepinya saja sembari membayangkan bagaimana rasanya berada di bawah teduhnya pepohonan yang rimbun dari balik kaca kendaraan.

Tempat ini kami tuju karena kebetulan kami mendapat undangan pernikahan di Jogja. Daripada nggak ke mana-mana setelahnya, ya sudah, jalan-jalan saja. Mumpung di Jogja. Maklum ya, meskipun jarak Solo-Jogja cuma sekitar 1 jam, tapi kami ini termasuk orang yang jarang jalan-jalan selain di musim liburan.

Awalnya kami berencana untuk mengunjungi Kebun Binatang Gembira Loka. Tapi karena tahun lalu anak-anak sudah pernah diajak ke sana, ditambah kondisi kantong lagi sekarat karena tanggal sudah sangat tua namun gajian masih lama, akhirnya kami putar haluan. 

"Oke, kita ke Puncak Mangunan!" 


Hutan Pinus Mangunan, Bantul, Yogyakarta. Foto oleh kayusirih.com.

Di perjalanan, anak-anak terlihat senang. Kami pun dibuat takjub saat melihat pemandangan dari atas. "Masya Allah!" berulang kali kalimat itu terucap.

Jalan yang berkelok-kelok berhasil mengalihkan keinginan Amay untuk memegang gadget. Thanks to Tante Siska, karena punya ide untuk membuat tebakan berapa jumlah belokan dari tempat Amay meminta gadget sampai tempat tujuan. Hihihi...

Dan alhamdulillah, pilihan kami tepat, karena jalan-jalan di sini benar-benar bisa hemat. Dengan membayar tiket masuk sebesar Rp 2.500,00 per orang dan parkir mobil sebesar Rp 5.000,00 saja, kami bisa menikmati sejuknya udara pegunungan, sekaligus berfoto ria sepuasnya.

Oh ya, untuk anak-anak di bawah usia SD, tidak perlu membayar tiket yaa.. Hemat banget memang, karena serombongan hanya menghabiskan Rp 20.000,00 saja. 


Spot Foto di Hutan Pinus Mangunan

Seakan mencoba memuaskan hasrat pengunjung untuk berselfie-ria, Hutan Pinus Mangunan pun bersolek sedemikian rupa. Ada pondok kecil yang terbuat dari bambu dan kayu, yang bisa kita jadikan tempat untuk mengabadikan kenangan, sebagai bukti bahwa kita telah sampai di Hutan Pinus Mangunan.

Bunga-bunga berwarna cerah pun ditanam di sana. Ada Bunga Celosia alias Jengger Ayam, yang mendominasi tempat ini. Warna merah dan kuningnya menggoda siapapun yang melihatnya. Senang sekali, akhirnya saya bisa memegangnya. Selama ini saya hanya mampu melihatnya melalui foto yang dibagikan teman-teman di media sosial.

"Ternyata bunganya basah ya, nggak kayak bunga kertas. Aku kira bunganya kering, soalnya kalau di foto kelihatan seperti bunga buatan." kata saya.

Selain Bunga Celosia, ada bunga kertas, bunga kenikir, bunga matahari juga ada. Sayangnya waktu kami ke sana, bunga mataharinya sudah kering, sebagian malah belum berbunga. Tapi tak apa, mungkin ini pertanda bahwa kelak kami harus kembali lagi ke sana, haha...






Lelah berkeliling?

Tenang, di sini ada banyak kursi dari kayu. Ada bebatuan untuk duduk sembari melepas lelah atau berfoto juga.




Oya, tak perlu khawatir saat membeli jajanan di dekat area parkir mobil, yaa... Harganya wajar koq, nggak "ngagetok" kalau kata orang Sunda mah.

Kami sempat membeli es krim cone yang harganya hanya Rp 6.000,00 untuk ukuran sedang, dan Rp 10.000,00 untuk ukuran yang lebih besar. Jajanan lain seperti pentol bakso, siomay, tahu bulat yang digoreng dadakan pun ada. Tapi kami nggak sempat mencicipi semua, karena perut masih cukup kenyang. Ya kan, sudah numpang makan siang di tempat pesta sebelumnya, hihi...

ada yang nyempil di antara kami :D

Nah, foto di bawah ini adalah pemandangan yang bisa kita lihat dari area gardu pandang. Waktu yang paling tepat untuk mengunjungi tempat ini adalah di pagi hari dan sore hari, karena di dua waktu ini teman-teman bisa menikmati sunrise dan sunset

Oh ya, untuk berfoto juga akan lebih syahdu, karena di pagi atau sore hari biasanya tempat ini dibalut kabut.

Bunga Celosia di Hutan Pinus Mangunan, Bantul, Yogyakarta

Nah, teman-teman yang akan mengunjungi Hutan Pinus Mangunan, tak perlu khawatir jika bosan. Di sekitar area ini, ada banyak bukit dengan pemandangan yang memesona. Ada Puncak Becici, Kebun Buah Mangunan, Hutan Pinus Pengger, dll.

Sayangnya, kemarin kami tak sempat mengunjungi yang lainnya. Semoga kelak kami bisa kembali ke sana, karena saya masih penasaran dengan Hutan Pinus Pengger yang konon katanya cantik sekali jika dikunjungi di malam hari.  

Ayo kita kunjungi tempat-tempat wisata di dalam negeri! Kita buktikan pada dunia how Wonderful Indonesia is. 

Wonderful Indonesia

Kalau teman-teman punya cerita tentang keindahan Indonesia yang lainnya, ayo ikutan lomba ini juga. Lumayan lho, hadiahnya! Klik link ini untuk info selanjutnya: https://goo.gl/forms/RJuGs5pjTXEj5ZpD3

Good luck, yaa...☺

Wonderful Indonesia Blog Competitions 2018

Read More

Momen Hebat Tahun Ini, Saya Bisa Masuk Tivi

Saturday, September 29, 2018



Saat ini, Opik (adik saya) sudah semester 7. Sejak 3 tahun lalu dia tinggal dengan saya di Solo. Melihat Opik yang (semoga sebentar lagi) hampir lulus kuliah, saya pernah berujar padanya, "Kayane anake bapak sing ora bakal ngrasakke wisuda ki aku thok (sepertinya anak bapak yang ngga akan pernah merasakan wisuda, hanya aku saja)." Tentu saja saya mengatakannya sambil menahan air mata. Ya, kakak laki-laki saya, bisa kuliah segera setelah dia lulus SMA. Mbak Ita (Ika Puspita, blogger pemilik bundafinaufara.com) akhirnya bisa kuliah saat usianya masuk kepala 3, dan bisa lulus tepat 4 tahun setelahnya. Sementara saya?

Saya lulus SMA di tahun 2005, saat kondisi keuangan keluarga sedang parah-parahnya. Saat itu kakak laki-laki saya masih berjuang dengan Tugas Akhir-nya di UNY. Alhamdulillah, banyak keluarga ibu yang membantu membiayai, sehingga kakak saya bisa lulus di tahun 2006.

FYI, saya lulus dari sebuah sekolah yang saat itu ranking 3 se-Jawa Tengah. SMA Negeri 1 Purworejo, SMA yang telah mencetak banyak sekali orang sukses. Teman-teman blogger pasti kenal Mbak Armita pemilik armitaconsultant.com, beliau adalah kakak kelas saya.. Dewi Ratnasari alias Ratna Dewi pemilik ratnadewi.me, adalah teman seangkatan saya. Dan Emanuella aka Nyonya Malas, adalah adik kelas saya. Hebat-hebat semua kan?

Lulus dari SMA yang terbilang keren, berada di lingkungan orang-orang beken, sempat membuat saya minder. Saya bahkan pernah menyesal mengapa saya sekolah di sana dulu. Cuma bikin malu diri sendiri, karena saya tidak berada di barisan yang sama dengan mereka. Hehe.. Kalau pinter banget sih ya, bisa nyari beasiswa. Sayangnya, saya termasuk anak yang tingkat kecerdasannya biasa-biasa saja, hehe...

Karena keadaan ekonomi keluarga pula, saya harus rela menganggur selama dua tahun, dan berpindah dari rumah Bulik yang satu ke rumah Bulik yang lain (dari Madura sampai Bogor). Di Bogor lah kemudian Allah menunjukkan jalan. Saya mulai mengajar (barangkali ada yang mengenal ibu Linda Satibi? Beliaulah kepala sekolah tempat saya mengajar pertama kali).

Dari mengajar itu akhirnya saya melanjutkan kuliah malam di Jakarta, tahun 2007. Jadi, pagi ngajar di Bogor, sore saya kuliah di Jakarta. Pulang tengah malam menjadi hal yang biasa. Alhamdulillah kakak laki-laki saya sudah bekerja, jadi bisa men-support saya juga.


Saat itu, ibu saya selalu menguatkan, "Sabar, aja gampang menyerah," pesannya.

don't lose hope


Tapi, akhir 2008 ibu saya meninggal. Di Purworejo. Jauhnya jarak antara Bogor dan Purworejo, membuat saya tak bisa ikut melepas kepergiannya. Kebetulan ibu meninggal di hari Jumat, dan kata bapak, untuk mengejar istimewanya hari Jumat, ibu harus segera dimakamkan. Bapak berpesan, saya harus bisa mengikhlaskan.

Saya mencoba ikhlas meski hati hancur. Saya jadi benci kota Bogor, benci kota Jakarta. Saya ingin sekali kabur dari semua rutinitas di sana, lalu pulang. Saya bahkan sempat membatin, andai bisa menarik waktu, biar saya di rumah saja merawat ibu. :(

Dan pada saat ibu meninggal itu, mantan kekasih yang hilang datang (ngga usah sambil nyanyi juga bacanya :p). Kami sudah putus hubungan sejak 3 tahun sebelumnya, saat saya mantap berhijab. Sang mantan itu adalah Pak Yopie.

Singkat cerita, setelah melayat ibu saat itu, Pak Yopie mencari saya di Friendster, lalu di Facebook, lalu tanya apakah saya sudah punya calon suami atau belum. Kemudian segala rangkaian proses itu berlangsung dan akhirnya saya menikah di tahun 2009. Saat itu saya baru semester lima.

Kenapa tidak menunggu sebentar lagi saja? Tiga semester lagi selesai lho... Jawabannya, saat itu saya sedang sholihah-sholihahnya. Hehe... Saya ingin menghindari zina, dan juga ingin lebih dekat dengan orang tua. Pak Yopie saat itu bekerja di Jogja, meski beberapa bulan kemudian kami memutuskan untuk pindah ke Solo, karena ada tawaran pekerjaan yang lebih baik.

Pilihan untuk menikah cepat-cepat ini sempat saya sesali, beberapa tahun lalu. Mungkin, mungkin lho ya, ini karena setiap hari saya hanya bergumul dengan bau ompol, bau bawang, sementara saya nggak punya teman (awal di Solo kami hanya berdua saja, tak punya teman, tak punya saudara). Saya makin rendah diri saat membuka facebook dan melihat teman-teman seangkatan sudah bertransformasi menjadi gadis-gadis yang cantik dengan karir yang baik.

Ya, semua gara-gara fesbuk memang. Haha...

Tapi alhamdulillah, semua kufur nikmat itu sudah berlalu, dan saya pun semakin paham bahwa semua ada masanya. Saya tak lagi menyesali pernikahan dan kuliah yang tak sempat terselesaikan. Rupanya, waktu itu, saya hanya butuh teman dan sedikit kesibukan. Ya, salah Pak Yopie memang, kenapa saya nggak boleh balik ngajar lagi dan melanjutkan kuliah lagi? Wkwkwk... Nggak ding, saya paham koq kenapa suami saya melarang ini itu. Alasannya masuk akal semua. Dan suami saya bukanlah orang yang tidak bertanggungjawab, karena tak hanya pandai melarang saja, tapi beliau juga mencarikan solusi untuk saya.

Saya mulai waras dan kembali menemukan pintu syukur saat tahun 2013 saya bergabung dalam komunitas menulis di facebook. KEB dan IIDN, adalah dua komunitas yang menemani saya sejak awal belajar. Facebook tidak lagi menyuburkan rasa dengki, karena sekarang saya bisa belajar di sini.

kopdar pertama IIDN Solo, Desember 2013

Saya mulai mengisi blog yang dibuatkan Pak Yopie ini, walau tulisan-tulisan saya masih sangat tidak layak untuk dibaca. Saya juga belajar menulis untuk media cetak, dan di 2014 alhamdulillah saya bisa memetik hasilnya. Tulisan saya berhasil nongkrong di Jawa Pos, Majalah Ummi, sampai Femina.

Beberapa kali kopdar dengan teman-teman di komunitas ini, membuat semangat menulis saya semakin berkobar. Sedikit demi sedikit, rekening saya mulai terisi. Dan dari uang itu, saya bisa menyisihkan untuk bapak, juga untuk kuliah Opik. Alhamdulillah lagi, suami saya selalu siap sedia mengantar dan menemani ke manapun saya pergi.

Saya mulai menemukan kebahagiaan-kebahagiaan yang sebelumnya saya pikir telah menghilang dari hidup saya. Sebentar, bukan berarti saya tak bahagia telah menikah dan memiliki anak-anak yaa... Tapi, seperti orang yang sakit, disuguhi makanan selezat apapun, rasanya tidak ada nafsu untuk menelannya, bukan? Dulu saya memang “sakit” karena rasa iri dan dengki menjangkit, tapi insya Allah sekarang sudah sembuh. : )


Kebahagiaan saya bertambah saat bulan lalu, saya diminta untuk mewakili IIDN Solo tampil di MTA TV. Mungkin orang lain akan berpendapat, “Heleh, Cuma MTA TV aja koq...” Tapi, buat saya ini tetap luar biasa rasanya.

Persiapan sebelum live. Foto dari Mbak Hana Aina.

Sehari jelang live di TV tersebut, saya menelepon bapak. Saya bilang pada beliau, kalau besok insya Allah saya akan live MTA TV. Bapak langsung menjawab, “Ha? Ning TV? Yo sesuk tak tontone.. Jam piro?” Bapak semangat sekali. Alhamdulillah, di rumah bapak ada parabola, jadi MTA TV bisa dinikmati di sana.

Oya, tampil mewakili IIDN Solo, bukan berarti saya hebat lho yaa.. Waktu-lah yang hebat, karena ia yang membuat ibu-ibu hebat lainnya berhalangan hadir, hihi... Acara ini memang ditayangkan live di hari kerja, jadi saya yang pengangguran yang ketiban sampur-nya.

Pasca live di MTA TV.

 
Yang tak boleh terlupa, selfie. :)

Setelah acara itu berlangsung, bapak menelepon. Beliau tampak senang, dari banyaknya tawa yang terdengar. Dalam hati terucap, “Ini anakmu pak, yang nggak lulus kuliah, dan belum sempat mencicipi rasanya memakai toga.

By the way, foto-foto yang terpampang di sana adalah foto-foto dari HP Mbak Hana Aina. Saya sempat ambil foto pakai HP saya sih, tapi koq gelap fotonya. Hiks... Selain itu, problem lainnya adalah memori handphone saya ternyata udah penuh. Pas motret lokasi studio TV, tiba-tiba ada warning yang muncul, “Ruang Penyimpanan Hampir Habis,” gitu. Sedih banget deh...

Salah saya juga, saya lupa memindahkan foto-foto ke komputer sebelum berangkat ke sana. Biasanya, sebelum berangkat ke suatu acara, saya mengosongkan memori HP dulu, supaya bisa puas motretnya. Tapi waktu itu, karena buru-buru juga, saya lupa melakukannya.

Kejadian yang sama juga terjadi saat saya menghadiri BloggerGathering di Transmart Solo beberapa waktu lalu. Saat saya meminta Mak Wied (pemilik ibusegalatau.com) untuk memfoto saya dengan HP milik saya sendiri, Mak Wied nyeletuk, “Mak, ini koq ada tulisan 'ruang penyimpanan hampir habis'?” Iiiih, padahal baru beberapa jepretan doang. :(


Duh, jadi ingin ganti handphone deh. Bukan, bukan karena tidak bersyukur dengan yang ada saat ini. Tapi, handphone dengan performa yang bagus, tentu akan menunjang hobi saya nge-blog, kan? Apalagi kalau sedang ada event atau liputan, kan butuh foto-foto juga untuk dokumentasi. Jujur, saya ingin memiliki handphone dengan spec seperti Huawei Nova 3i.


STORAGE BESAR

Huawei Nova 3i, kata teman-teman blogger, memiliki storage HP paling besar di kelas smartphone mid end saat ini.

Berapa emangnya?  128GB, lhooo... Masya Allah... Dan kalau masih dirasa kurang, bisa ditambah microSD sebesar 256 GB. Luar biasa kaaan? Tanpa microSD aja, storage-nya udah 10 kali lipat dari storage HP saya sekarang. Wkwkwk...

KAMERA KECE

Huawei Nova 3i memiliki kamera yang diperkuat AI (Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan). Dengan teknologi AI ini, Huawei Nova 3i memiliki keunggulan, seperti mendeteksi obyek dengan lebih baik. Jadi, meskipun kita nggak jago motret, hasil fotonya nggak akan bikin sakit mata, hehe..

Buat temen-temen yang doyan selfie atau groufie (selfie-nya bareng-bareng gitu, segrup, wkwkwk), kamera depan Huawei Nova 3i ini saya rasa sangat lebih dari cukup. Bayangin, HP saya ada dua kamera, tapi depan dan belakang. Nah, Huawei Nova 3i ini kamera depannya ada dua, 24 MP + 2 MP. Bayangkan, bakal se-ahli apa selfie-mu nanti, hihi...

Memang, Huawei Nova 3i ternyata adalah pioneer-nya quad kamera. Jadi kameranya ada empat. Empat, kawan-kawan. Dua di depan (24 MP + 2 MP), dan dua di belakang (16 MP + 2 MP). Fitur Huawei Nova 3i ini memastikan bahwa foto yang kita ambil hasilnya akan mengesankan dengan kejernihan yang tinggi dan efek bokeh yang maksimal.

Huawei Nova 3i


DESAIN YANG KEREN

Siapa yang seperti saya, memilih handphone dari penampakannya? Huawei Nova 3i memiliki 3 warna cantik yang bisa dipilih; Black, Iris Purple dan Camaro.

Corak warnanya yang indah di kaca belakang dan bingkai metal yang terletak di tengah, juga layar 6,3 inch FHD+ (2340 x 1080) membuat Huawei Nova 3i tampak elegan sekali. Saya jadi ingin memegang benda ini.

Tak hanya punya 3 kelebihan di atas, buat teman-teman yang suka main game, seperti PUBG atau Mobile Legend, Huawei Nova 3i ini diperkuat dengan GPU Turbo untuk kemampuan gaming. GPU Turbo ini diklaim mampu meningkatkan efisiensi pemrosesan grafis hingga 60% dan mengurangi konsumsi daya hingga 30%. Jadi tak masalah meski dipakai untuk bermain game berat.

Huawei Nova 3i


Huwaaahhh, semoga tak lama lagi impian saya untuk bisa memiliki Huawei Nova 3i ini bisa terwujud. Aamiin YRA. Bantuin doa ya teman-teman... Yang ikut mendoakan, saya doakan pula semoga segala impiannya bisa terwujud. Aamiin YRA. ❤❤❤




Read More

Mudahnya Menjual dan Menemukan Produk Handmade yang Unik di Indonesia Lewat Qlapa

Sunday, April 29, 2018

handmade ; made by hand, not by machine, and typically therefore of superior quality. [Oxford dictionary] 

Jadi, handmade adalah sesuatu yang dibuat dengan tangan, bukan dengan mesin, dan biasanya memiliki kualitas ungggulan.

Setuju nggak kalau saya bilang, di dalam sebuah produk handmade, ada komposisi lain yang tidak bisa kita temukan di barang yang diproduksi massal, yakni “cinta dari para pembuatnya”?

Saya memiliki beberapa barang handmade di rumah. Ada yang sengaja saya beli karena saya suka, ada juga barang pemberian seorang teman. Umurnya, ada yang sudah 3 tahun, ada yang 5 tahun, dan semuanya masih bisa berfungsi dengan baik.

Kenapa saya menyukai produk handmade? Salah satu alasannya sudah saya kemukakan di atas, yakni;

1. Mengandung cinta dari para pembuatnya

Produk handmade bisa tercipta, tentu karena keterampilan sang pembuat. Bagaimana sang pembuat bisa terampil? Tentunya karena ia melakukannya terus-menerus. Mengapa ia melakukannya terus-menerus? Karena ia mencintai apa yang dilakukannya. Jika kemudian produknya diminati dan laku di pasaran, itu adalah bonus.

Tapi bisa terbayang kan rasanya, jika kita bisa mendapatkan pitih [Minang; uang] dari melakukan hobi? Tentu kebahagiannya berlipat-lipat. Dan bisa dibayangkan kan, jika sebuah benda dibuat dengan penuh kebahagiaan, tentu produk yang tercipta adalah produk yang istimewa.

2. Unik

Namanya juga buatan tangan, tentu produk yang dihasilkan tak sebanyak buatan mesin. Makanya, jika membeli barang pabrikan kita akan punya banyak kembaran. Kalau ingin sesuatu yang unik, produk handmade adalah pilihan tepat.

3. Artistik

Artistik atau mengandung cita rasa seni. 

Sekarang sedang booming tulisan di dinding hasil karya hand lettering, yang dijual untuk mempercantik rumah. Di tempat lain, saya melihat banyak quotes untuk pajangan yang ditulis dengan font yang unik juga, tapi quotes itu ditulis dan dicetak computerized. Meski sekilas tampak mirip, tapi tetap kelihatan bedanya kok mana yang hand lettering dan mana yang computerized.

Lalu teman-teman pilih yang mana? Saya sih, lebih suka karya hand lettering dong pastinya. Menikmati sebuah karya seni memang ngga cukup hanya dengan melihat pakai mata, tapi perlu juga pakai rasa. *tsaaah

4. Awet

Sudah saya ceritakan di atas tadi, saya memiliki beberapa produk handmade yang usianya sudah bertahun-tahun, tapi masih berfungsi dengan baik. Salah satunya adalah tas Amay. Saya membelinya 4 tahun lalu di sebuah event Crafty Day di Bandung.

Solo - Bandung, lumayan jauh lho, xixixi...

Sekarang, tak perlu jauh-jauh dan tak perlu menunggu ada event seperti itu lagi untuk bisa membeli produk handmade, karena sudah ada qlapa.com.

Sejujurnya, saya belum lama mengenal Qlapa. Begitu melihat-lihat produknya, saya langsung mengincar sepatu ini. Semoga ada rezeki, biar sepatunya bisa segera saya miliki dan bisa saya pakai saat lebaran nanti. 

wedges idaman di Qlapa

Cantik ya? Sederhana tapi classy, harganya terjangkau pula.

Lihat sendiri kan, produk lokal pun tak kalah cantik dengan produk buatan luar. Benar bahwa sebenarnya produk lokal buatan anak negeri dapat berkembang baik dalam skala nasional bahkan internasional, asalkan mendapatkan dukungan dari masyarakat. Untuk itulah Qlapa hadir. ☺❤

Saat sedang “ngepoin” qlapa, tiba-tiba saya melihat kiriman seorang teman di WhatsApp story. Saya tertarik untuk melihatnya. Ternyata, ia sedang memamerkan tas hasil karya istrinya. Bagus lho, dan murah juga. Selama ini istrinya membuat tas-tas itu jika ada pesanan saja. Dan sekarang, ia sedang mulai membuat stocknya.

Obrol-obrol, saya pun menyarankan padanya untuk menjual produk istrinya itu di qlapa.com, supaya bisa menjangkau lebih luas lagi. Kan lewat qlapa.com orang-orang jadi lebih mudah menemukan produk handmade unik di Indonesia.

obrolan dengan teman

Mudah kok jika ingin menjual produk kita di qlapa.com, asal memenuhi syarat, antara lain;

1. Produk yang kita jual harus sesuai dengan standar kualitas dan target pasar Qlapa.

2. Jenis produknya misalnya; kerajinan, furnitur, pakaian, lukisan, produk antik, dan produk buatan tangan lainnya yang unik dan berkualitas.

3. Desain produk merupakan kreativitas sendiri. Pembuatan produk dapat menggunakan bantuan dari luar, tapi kita harus menggunakan desain produk sendiri, sehingga kita mengerti betul material dan teknik yang digunakan, dan bisa mempertanggungjawabkan kualitas produk kepada pembeli.

4. Qlapa tidak menerima produk impor, bahan baku atau peralatan untuk membuat produk kerajinan, produk bekas/produk yang sudah pernah digunakan sebelumnya, atau produk yang melanggar hak cipta intelektual pembuat lain atau hukum yang berlaku di Indonesia.

Tenang, tidak ada biaya yang harus dikeluarkan untuk berjualan di Qlapa. Qlapa menggunakan sistem bagi hasil, yakni 20% dari harga jual untuk setiap transaksi penjualan.

Dan yang harus dicatat, HANYA produsen saja yang boleh berjualan di sini. Reseller, Distributor, Agen dan semacamnya TIDAK DIPERKENANKAN untuk berjualan di Qlapa. Ini membuktikan bahwa Qlapa benar-benar menjunjung tinggi kejujuran dan menjamin kualitas produk handmade yang dijual di sini.

Jadi teman-teman, jika ingin mencari atau menjual produk handmade yang unik, sudah tau kan tempatnya di mana? Iya, carinya di Qlapa aja yaa.. Mari kita tebarkan semangat untuk #CintaProdukLokal agar produk-produk Indonesia bisa berkembang dan insya Allah, mendunia. ☺❤
Read More

Merencanakan Penjelajahan ke Sumatera Barat Lewat Skyscanner , Menyatukan Kepingan Masa Lalu

Thursday, April 5, 2018


"Papa nggak ada proyek di Padang ya? Kalau ada, Arin mau dong ikut ke sana..." Pertanyaan itu sukses membuat suami saya tertawa. Ada apa dengan Padang, sampai membuat saya begitu ingin ke sana?

Saya tidak ingat persis kapan mulanya saya menyukai Kota Padang. Mmm, mungkin bukan Padang-nya ya, tetapi Sumatera Barat-nya. Makanannya, budayanya, penulis-penulisnya, hampir semuanya membuat saya terpesona. Dan sejujurnya, belum banyak yang saya tahu dari provinsi ini.

Lalu bagaimana saya bisa suka?

Setelah dirunut, ternyata saya menyukai Sumatera Barat karena kenangan masa kecil. Bukan, bukan karena saya pernah tinggal di sana. Saya bahkan belum pernah menginjakkan kaki di Pulau Sumatera.

Teman-teman yang mengenal saya atau sering membaca tulisan saya, mungkin tahu bahwa saya adalah orang yang sangat menghormati masa lalu dan senang menyimpan kenangan. Saya bahkan bisa menceritakan detil suatu peristiwa, yang mungkin telah dilupakan pelakunya. Hahaha.. Tapi ingatan saya memang aneh, karena hanya mampu mengingat hal-hal yang remeh.

Dan beberapa penggalan masa lalu ini mungkin bisa menjelaskannya.

1. Iklan RCTI Jaman Dulu

 

Iklan RCTI Zaman Dulu

Anak yang tumbuh di tahun 9O-an pasti tidak asing dengan iklan ini. Di TV, biasanya setelah selesai suatu acara, ada jeda menuju acara selanjutnya kan ya? Jeda di RCTI, selain tentunya yang paling populer adalah iklan seorang nenek yang berjualan di pasar apung dan sebuah keluarga yang sedang menonton TV di tengah sawah, ada juga video di atas itu.
 
Nah, di antara ketiga jeda atau iklan RCTI jaman dulu itu, yang paling saya suka adalah iklan di video ini. Di situ terlihat pemandangan desa yang sibuk dan tampak rukun sekali. Setiap warga melakukan pekerjaannya masing-masing, dan yang tak kalah penting, warganya tak melupakan budayanya, yaitu tari piring

Tari Piring atau dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari Piriang adalah salah satu seni tari tradisional di Minangkabau yang berasal dari kota Solok, provinsi Sumatera Barat.
Pada awalnya, tari ini merupakan ritual ucapan rasa syukur masyarakat setempat kepada dewa-dewa setelah mendapatkan hasil panen yang melimpah. Setelah agama Islam masuk ke Minangkabau, tradisi tari piring ini tidak lagi digunakan sebagai acara ritual kepada dewa-dewa, namun digunakan sebagai sarana hiburan semata. [sumber: Wikipedia]

Sungguh, saya ingin sekali melihat secara langsung pertunjukan Tari Piring ini.
 
2. Lagu Kampuang Nan Jauh Di Mato, Chiquita Meidy


Kampuang Nan Jauah di Mato


Teman-teman yang satu generasi dengan saya, tentunya tak asing dengan centilnya Chiquita Meidy saat bernyanyi. Dan dari sekian banyaknya lagu yang saya hafal di masa itu, lagu ini lumayan sering saya dendangkan di kamar mandi.
 
Meskipun saya belum pernah sama sekali ke Sumatera Barat, tapi sedikit-sedikit saya paham tentang isi dari lagu berbahasa Minang itu. Syairnya dalam, benar-benar menggambarkan suasana kampung halaman yang saya idamkan, terutama di bait ini;

Panduduaknyo nan elok
Nan suko bagotong-royong
Sakik sanang samo-samo diraso
Den takana jo kampuang

Eh, kalau dilihat lagi memang, bait itu seperti mencerminkan iklan RCTI itu ya.. :D
 
3. Sitti Nurbaya

Dulu tiap kali ibu melihat Gusti Randa di TV, ibu menyebutnya Samsulbahri, haha... Saya yang waktu itu masih SD, tentu tak paham lah siapa Samsulbahri itu.
 
Nah, baru kemudian saat SMA saya membaca novel berjudul "Kasih Tak Sampai" yang ditulis oleh Marah Rusli itu, demi bisa mengerjakan tugas pelajaran Bahasa Indonesia. Saat membacanya, saya memang langsung membayangkan Gusti Randa sebagai Samsulbahri dan Him Damsyik sebagai Datuk Meringgih.
 
Tentu semua tahu kalau novel ini berlatar budaya Minang, berbahasa Melayu dan bersetting Kota Padang.
 
Oke, 3 penggalan masa lalu di atas saya rasa cukup ya untuk dijadikan alasan mengapa saya ingin sekali pergi ke Sumatera Barat. Meski tak ada darah Minang, meski di sana pun tak akan saya jumpai handai tolan, tapi tak apa. Saya meyakini bahwa setiap perjalanan akan memberikan kita sesuatu yang baru. 
 
Quote about travelling from "adventure in you"

Ya, jangan katakan bahwa keinginan ini hanya mimpi, tapi katakanlah bahwa ini adalah sebuah rencana.

Untuk itu, saya memberanikan diri untuk membuat sebuah rencana penjelajahan ke Sumatera Barat bersama suami dan anak-anak, dengan dibantu oleh skyscanner, sebuah situs pencarian global terkemuka, tempat di mana orang terinspirasi untuk merencanakan dan memesan langsung dari jutaan opsi perjalanan dengan harga terbaik.
Kalau sudah sampai di Sumatera Barat sana, saya ingin mengunjungi beberapa tempat, seperti;
 
1. Jembatan Sitti Nurbaya, salah satu ikon wisata di Kota Padang, Sumatera Barat. Jembatan yang berdiri di atas Sungai Batang Arau ini menghubungkan kota tua Padang dengan Taman Siti Nurbaya, tempat Siti Nurbaya dimakamkan.
 
Jembatan Siti Nurbaya, sumber: wisatasumatera.com


2. Istana Pagaruyung,
atau dikenal juga dengan nama Istano Basa, sebuah istana yang terletak di kecamatan Tanjung Emas, kota Batusangkar, kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.
 
Ternyata istana yang sekarang berdiri adalah replika dari yang asli. Istano Basa yang asli terletak di atas bukit Batu Patah dan terbakar habis saat terjadi kerusuhan di tahun 18O4.
 
Istana Pagaruyung, sumber: Wikipedia

 
3. Nagari 1OOO Rumah Gadang, Solok Selatan.


Nagari 1OOO Rumah Gadang, Solok Selatan

Tempat ini mengingatkan saya pada iklan jadul RCTI. Mirip kan ya? Lihat jalanannya, deh. Jangan-jangan memang syutingnya di sini. :D

 
4. Jam Gadang, Bukittingi

Jam Gadang, Bukittinggi
5. Kepulauan Mentawai

Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat
Setuju nggak sih kalau saya bilang Kepulauan Mentawai ini indah banget? Ya Allah, pengen banget ke tempat ini. Kalau udah sampai Sumatera Barat, tempat ini nggak boleh dilewatkan deh. Surga dunia banget ya... ❤
 
Dan sebenarnya masih ada banyak tempat lainnya yang ingin saya kunjungi, seperti Lembah Harau, Danau Kembar, Lembah Anai, Danau Maninjau, dll. Benar kata Dedek Awin, teman dari Padang yang saya kenal lewat Arisan Link Blogger Perempuan, "Sumbar gak cukup dikelilingin seminggu." Hahahaha, ya udah, makanya saya mau stay di sana sebulan deh.
 
Tapi tapi, butuh budget berapa nih? Sedangkan lewat Skyscanner saya lihat Tiket Pesawat Garuda Indonesia dari Solo ke Padang aja segini:
 

Iya itu per orang, sedangkan saya kan butuh 4 tiket buat saya, suami, dan anak-anak. Eh tapi, karena Skyscanner itu benar-benar bantuin kita untuk dapat harga terbaik, ketemulah ini. Cuma memang jadwalnya harus digeser.



Selisihnya lumayan ya... Tapi memang kenyamanan Garuda mah nggak bohong. Saya pernah sekali pakai Garuda waktu ke Makassar dari Jogja. Waktu itu dapat harga promo, hihi... Makanya bener, kalau udah ada dana untuk travelling, rajin-rajin cari tiket murah deh. :D

Asiknya lewat Skyscanner, kita nggak bakal bingung cari hotel yang sesuai dengan budget juga.




Serius, gara-gara memandangi layar Skyscanner, keinginan saya untuk bisa menginjakkan kaki di Tanah Minang semakin tak terbendung. Duh Gusti, mohon lancarkan rezeki kami, supaya kami bisa mewujudkan penjelajahan ini. Aamiin... Do'akan juga ya teman-teman... ☺


Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh ID Corners dan Skyscanner

Read More

Bakmi Mewah, Sajian Pas untuk Kehangatan di Dalam Rumah

Wednesday, January 18, 2017


Beberapa hari terakhir, Solo selalu diguyur hujan setiap sore. Kalau langit sudah mendung, angin bertiup kencang, gordyn beterbangan, apa lagi yang bisa saya ingat selain jemuran dan suami yang belum pulang atau masih di jalan?

Iya, sebulan terakhir, kami memang sudah terpisah dengan kantor Akanoma. Enam tahun menjadi satu dengan studio, kami harus beradaptasi dengan keadaan sekarang ini. Positifnya, suami jadi lebih disiplin dalam bekerja, ngga pake acara lembur sampai malam karena sekarang mah pergi pagi pulang petang. Selain itu, pekerjaan dapat dilakukannya dengan baik tanpa gangguan Amay dan Aga yang seringnya meminta sang papa berbagi layar. Iya, suami saya sering “momong” anak-anak sambil bekerja, jadi separo layar untuk memutar film, separo lagi untuk AutoCAD. Hahaha... Tapi sekarang mah udah jelas, mana rumah mana kantornya. :D

Lalu, dampak negatifnya apa? Ya paling kalau pas hujan begini, kan kasihan kalau pulang kehujanan ya... Kalau biasanya datang dan pulang kantor mah ngga berasa apa-apa, lha wong di rumah aja, sekarang, kendalanya cuaca. Ngga boleh nyalahin hujan juga sih, karena hujan adalah rahmat. Ya ‘kan? Harus disyukuri. Kalau kedinginan? Ya dihangatkan lah. Hehe...

Makanya, saat hujan kemarin, setelah memastikan bahwa beliau sudah akan pulang ke rumah, saya pun menyiapkan seteko teh hangat dan mmm...bakmi mewah.



Bakmi? Emang bakmi ada yang mewah? Bakmi kan identik dengan masakan Jawa yang ndeso to?

Hehehe... Yang ini bedaaa... Sekarang kita bisa membuat Bakmi ala resto, di rumah. Bikinnya cepet dan ngga pakai ribet.

Sini aku bisikin yaa... Bakmi Mewah itu beda dengan bakmi biasa. Mie-nya kenyal, tipis, lembut tapi tidak mudah putus. Rasanya pas, ngga keasinan seperti mie instan yang biasa kita makan. Potongan daging ayam dan jamurnya pun enak lho. Ini menurut lidah saya sih, silakan dicoba deh biar ngga penasaran, lalu beri penilaian. :D

Kalau soal harga, tentu tidak bisa disamakan dengan mie instan biasa. Lha wong di dalam Bakmi Mewah ada tambahan daging ayam dan jamurnya juga koq, ya wajar kalau sedikit lebih mahal. Ya ngga?

Nah kemarin ceritanya pas hujan-hujan itu saya bikin 2 versi. Yang satu versi anak-anak, satunya lagi versi orang dewasa. Yang membedakan adalah, untuk Amay-Aga, saus sambalnya tidak saya campurkan. Soalnya, Amay itu sensitif banget sama rasa pedas. Aga pun baru 2 tahun kan, belum bisa makan pedas.

Bakmi Mewah punya Amay Aga, non pedas

Buat kami yang dewasa, selain tambahan sayur, yang tak boleh ketinggalan adalah cabe. Biar kata cabe lagi mahal, tapi makan pedes mah tetep jalan, hihi...

Saya sempat mencicipi mie-nya Amay-Aga. Walau tanpa saus, rasanya ngga eneg. Daaan, mengingat bahwa Amay-Aga ini ngga sabaran kalau udah lihat mie instan, Bakmi Mewah ini bisa ready dalam waktu 2-3 menit saja. *Hihi, lalu terbayang Bakmi Jowo langganannya Pakde di Jogja yang bikinnya pake arang dan luamaaaa banget jadinya. Inget banget waktu itu saya harus menahan lapar karena menunggu hampir sejam. :D

Untuk kami yang dewasa, agak lebih ribet memang. Tapi demi rasa pedas yang nampol, ya ayuklah kita bikin kreasinya.

Kemarin pakai cara mudah saja.
1. Siapkan bawang merah dan bawang putih secukupnya. Iris tipis.
2. Siapkan cabe sesuai selera. Saya pakai 3 buah cabe rawit dan 2 buah cabe keriting. Pedas banget memang, tapi jadi kemepyar kalau kata orang Jawa.
3. Siapkan sayuran yang ingin ditambahkan.
4. Rebus Bakmi Mewah, tiriskan.
5. Siapkan bahan tambahan yang diinginkan. Saya pakai yang ada di kulkas, yaitu telur puyuh. Bisa juga ditambahkan udang, tapi karena saya alergi udang, jadi saya skip saja, toh sudah ada ayam dan jamurnya. Hehe...


Bumbu membuat Bakmi Mewah ala rumahan

Cara memasaknya mudah, sama seperti saat kita membat Bakmi Jowo ala-ala. 
Tumis bawang merah dan bawang putih sampai harum, masukkan irisan cabe, tumis hingga layu. Masukkan sayur dan telur puyuhnya. Masukkan juga mie-nya. Bumbunya sih, dituang di mangkuk saja lah kalau saya mah, hehe.. Kalau ingin lebih asin, tambahkan garam seukupnya. Tapi untuk saya, bumbu yang sudah tersedia di bungkus Bakmi Mewah sudah passs rasanya. Sudah? Aduk semuanya, dan Bakmi Mewah Pedas siap disantap.

Nah, seperti ini jadinya.

Bakmi Mewah Versi Pedas

Teman-teman yang suka memasak, pasti langsung ke-ide-an untuk berkreasi pakai Bakmi Mewah ya? Hihi...share dong, sukanya bikin apa saja kalau pakai mie instan?


Read More

Resolusi Saya di 2017

Friday, December 16, 2016

Bismillahirrohmaanirrohiim...

Tahun 2016 hampir usai. Ada banyak berkah dan keseruan yang saya rasakan di 2016 ini. Jika saya menghitung berkah-Nya, rasanya tak akan habis saya tulis disini. Alhamdulillah...

Tahun 2016 jadi tahun pertama saya mencicip rasanya berada di udara saat perjalanan ke Makassar Maret lalu. Tahun 2016 pula akhirnya alhamdulillah saya dan suami diberi titipan tempat tinggal baru. Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah... Keduanya terwujud karena saya memiliki mertua yang baik hati. ☺✌

Benar kata Allah, "Maka nikmat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan?"

Di dunia yang saya tekuni, dunia menulis, alhamdulillah untuk pertama kalinya pula tulisan saya dimuat di Gado-Gado Majalah Femina. Rasanya luarrr biasa. Mohon do'anya ya, agar tulisan-tulisan berikutnya juga layak nampang kembali disana ☺. Alhamdulillah juga tahun ini pertama kalinya saya mendapat rezeki sebagai buzzer, hihi.. Ya gitulah, selalu excited dan bersyukur untuk setiap pencapaian pertama. Dan semoga selalu tetap bersyukur untuk yang kedua, ketiga, dan berikutnya. Ya mungkin bagi beberapa orang, fee-nya ngga seberapa, tapi alhamdulillah bagi saya ini rezeki dari Allah yang tak pantas jika tidak saya syukuri. 

Nah, untuk #Resolusiku2017, ada beberapa hal yang ingin saya capai, diantaranya:

1. Menghafal Juz 30

Keinginan ini kembali muncul beberapa hari lalu, saat Amay ujian tahfidz Surah Al-Ghosyiyah. Kalau surah-surah sebelumnya insya Allah saya hafal sedikit-sedikit, tapi untuk surah ini saya perlu menghafalnya dari awal. Saya menghafal bersama-sama dengan Amay. Disitu saya juga berpikir, mosok saya menyuruh Amay menghafal sedangkan saya sendiri ngga hafal. Mana contoh keteladanan yang sering saya koar-koarkan? #jitakkepalasendiri

Target di sekolah Amay, lulusan TK-nya memang hafal juz 30. Semoga sampai semester depan saya bisa mendampingi dan menemani Amay dalam menghafal juz 'amma ini. Aamiin...


2. Khatam Qur'an Minimal 4x Setahun

Sejak punya balita, lebih tepatnya sejak melahirkan anak pertama, saya jadi kurang disiplin membaca Al-Qur'an. Adakah yang seperti saya? Sediiih... :( Jangan ditiru yaa... Kalau ditanya kenapa bisa begitu, emak-emak pasti punya banyak alibi untuk membela diri. Jadi ngga usah ditulis disini yaa...

"Tapi koq masih bisa nulis?"

Nah itulah... #plaklagi #jitakkepalasendirilagi


3. Mencicil Hutang

Alhamdulillah selama ini saya jarang memiliki hutang. Saya dan suami bukan tipe yang jika ingin membeli sesuatu, dipaksakan berhutang sana-sini. Tapi sejak membeli rumah beberapa bulan lalu, hutang kami jadi banyak sekali. 

Kenapa kami nekad beli rumah dengan KPR, alasannya karena jika tidak beli sekarang, harganya makin tidak terjangkau untuk kami. Rasanya memang seperti tidak percaya dengan rezeki Allah ya? Tapi ada beberapa pertimbangan lainnya sih yang mungkin tak dipahami orang lain, dan tentu saja kami juga selalu berusaha agar kami bisa lepas dari jerat hutang ini. Mohon do'anya yaa.. ☺


4. Mulai Menabung untuk Pendidikan Anak

Ini juga akan jadi prioritas kami. Kalau kata Mbak Rani R Tyas, biarlah kita makan pakai tahu tempe setiap hari, yang penting dana pendidikan anak terjamin. Jujur saja saya merasa terlambat mempersiapkannya. Saya baru sadar saat akan mempersiapkan Amay ke SD. 


5. Menambah Jumlah Sedekah, Menambah Kualitas Ibadah

Untuk urusan ibadah, saya merasa beberapa tahun ini kurang sekali. Semoga Allah masih memberi saya waktu untuk memperbaiki. Aamiin... 


Sudah itu saja. Kalau terlalu banyak takutnya malah terbebani dengan resolusi sendiri, hehe... 



Tulisan ini diikutkan dalam Hidayah-Art First Giveaway "Resolusi Tahun 2017 Yang Paling Ingin Saya Wujudkan"


Read More

Pengalaman Mama di #UsiaCantik; Stroke Bisa Sembuh, Asal...

Tuesday, November 22, 2016


Tentang Mama Mertua

Euis Sursilawati atau oleh teman-teman sekolahnya akrab dipanggil dengan nama Euis Begy, adalah mama mertua saya. Kami bertemu pertama kali di tahun 2005. Saat itu saya kelas 3 SMA, dan sudah dekat dengan Mas Yopie, yang kini menjadi suami saya. Kesan pertama, tentu selain deg-degan dan salah tingkah yang saya rasakan, yaitu bahwa Mama adalah orang yang friendly. 

Pertemuan pertama kami waktu itu berlangsung singkat. Ketika itu, Mama yang sedang mengantar Ayah terapi di Purworejo, tiba-tiba datang ke rumah kami yang sederhana. FYI, dulu Mas Yopie dan keluarganya masih tinggal di Wonosobo. Mas Yopie, yang waktu itu ikut mengantar Ayah, sempat SMS saya, apa boleh main sore-sore? Saya jawab, "tentu saja boleh." Lalu dibalasnya lagi, "Tapi ini saya (dulu Mas Yopie masih pakai kata 'saya') sama Mama. Kebetulan Ayah lagi diterapi, jadi daripada nunggu lama, Mama ngajak ke rumah dirimu." 

Kaget dong yaa.. Tapi masa' ada orang mau bertamu malah kita tolak? Jadi dengan penampilan dan keadaan yang benar-benar apa adanya saat itu, kami menyambut Mas Yopie, Mama dan De Onie. Karena pertemuan itu juga, ibu saya (almarhumah) saat itu jadi makin jatuh cinta sama Mas Yopie, hehe...

Saya pernah menuliskan do'a ibu saya pasca pertemuan itu, di Mamah; Do'a Ibu yang Terijabah


Mama Mertua di Tanjung Bira

Ketika Mama Diuji...

Oya, tadi saya menyebutkan tentang Ayah (mertua) yang sedang terapi. Memangnya kenapa dengan Ayah sih? 

Ceritanya begini. Tahun 2005, Ayah terserang gejala stroke. Beliau sempat dirawat beberapa lama di Rumah Sakit tertua di Yogya, Bethesda. Saat Ayah sakit itulah, Mama yang saat itu sudah memasuki #UsiaCantik, 40 tahun, diuji kekuatan dan kesabarannya. 

Selain harus merawat Ayah yang sakit, Mama juga harus membagi pikirannya untuk ketiga anaknya yang tinggal berpencar-pencar; De Onie, De Ine, dan Mas Yopie. Mas Yopie sih waktu itu sudah kuliah tingkat 3 di Jogja ya, jadi sudah cukup mandiri. De Onie waktu itu masih SMP di Wonosobo, sedangkan De Ine masih SMA di Purworejo. Kebayang 'kan bagaimana stress-nya Mama saat itu?



Tapi, Mama itu luar biasa... Kenapa?

Yang saya salut dari Mama adalah, cara beliau merawat Ayah -pasca keluar dari Rumah Sakit- yang saat itu kesulitan menggerakkan beberapa bagian tubuhnya. Untuk berjalan susah, untuk bersalaman dengan orang pun, tangan kanannya harus dibantu digerakkan oleh tangan kiri. Kata Mama, "Pakai sandal aja Ayah masih suka lepas-lepas." 

Tapi, Mama tidak pernah malu membawa Ayah pergi kemanapun. Bahkan beberapa kali, Mama menyengaja pergi dengan menggunakan transportasi umum, meski ada mobil di rumah. Mama tidak memanjakan Ayah seperti orang lain pada umumnya. Iya, biasanya 'kan (yang sering saya lihat ya...) orang yang sakit stroke, dibiarkan saja tiduran di ranjang atau duduk-duduk di kursi roda tanpa melakukan apa-apa. Tapi Mama tidak begitu. Mama mengajak Ayah berjalan-jalan, memenuhi undangan pernikahan, dan kegiatan-kegiatan lainnya.

Lalu untuk apa itu semua? Tentu saja itu untuk kebaikan Ayah sendiri. Selain agar Ayah semakin sehat dengan sering bergerak, juga agar Ayah semakin percaya diri. Dari itu 'kan Ayah jadi yakin bahwa Mama selalu siap sedia di samping Ayah, bagaimanapun kondisinya saat itu. Ini juga saya jadikan catatan, bahwa hakikat pernikahan adalah bersedia menjalani masa-masa suka dan duka, bersama-sama. 



Ada Pelangi Setelah Hujan...

Life begins at forty, kata orang. Banyak yang meyakini, bahagia-tidaknya kehidupan kita ditentukan di #UsiaCantik itu, yaitu usia 40 tahun. Tentu ada kekhawatiran jika mengingat kembali bahwa di usia ini Mama justru sedang diuji. Rasa khawatir bagaimana dengan masa depan anak-anaknya nanti (yang masih membutuhkan banyak biaya) ketika melihat kondisi Ayah yang seperti itu, seringkali mengganggu pikiran. Tapi Mama adalah Mama, yang kuat tirakatnya.

Dengan rutin menjalani terapi, dengan kesabaran dan kekuatan Mama yang tak bertepi, juga atas kehendak Illahi, Ayah pun pulih kembali. Beliau bisa beraktivitas seperti sedia kala. Alhamdulillah. Bahkan 3 tahun pasca Ayah sakit, yaitu tahun 2008, Ayah dan Mama diundang oleh Allah untuk berhaji ke tanah suci. Usia Mama saat itu menginjak 43 tahun.

Berdasarkan pengalaman yang Ayah dan Mama jalani sendiri (selain tetap memperhatikan petunjuk dokter dan juga rutin menjalani terapi), stroke bisa disembuhkan, dengan dukungan dua hal: 

1. Motivasi internal --> Ada keinginan untuk sembuh dari dalam diri sendiri. Ingin sembuh dan yakin bisa sembuh, itu penting.
2. Motivasi eksternal --> Motivasi dari orang-orang terdekat, terutama istri dan anak-anak. Mereka harus jadi penyemangat agar pasien bisa melawan sakitnya.
Mama diserang badai di #UsiaCantik, tapi di #UsiaCantik itu pula Mama menemukan pelangi... Seperti janji Allah; Setelah kesulitan, ada kemudahan. Tentunya, itu berlaku bagi orang-orang yang bersabar.

Sekarang, Ayah dan Mama memiliki hobi baru, yaitu travelling. Saat ada waktu, Ayah Mama sering melancong ke beberapa daerah, seperti Tanjung Bira, Tana Toraja, Bali, hingga ke Singapore dan Malaysia. Entah setelah ini beliau berdua ada rencana kemana lagi. Yang pasti, mantunya ini pengen diajak juga lah, xixixixi... *ngarep. 


Ayah Mama di Bali
Ayah Mama di Bedugul 
Melihat romantisme Ayah dan Mama di usia mereka yang tak lagi muda, siapa yang menyangka bahwa beliau berdua pernah melewati masa yang sulit? Lihatlah, Ayah Mama kembali muda, ya 'kan? Anak-anaknya aja kalah, xixixi... 

Ada satu lagi yang membuat "iri". Ayah suka menyuruh bahkan mengantar Mama ke salon kecantikan untuk perawatan. *Huwaaa, mau lah disuruh nyalon juga, xixixi...* Selain itu, Ayah juga mengijinkan Mama untuk membeli produk-produk perawatan harian, meski harganya tak bisa dibilang murah. Iya, kecantikan 'kan mesti dijaga. Itu juga salah satu cara bersyukur, to?

Tak lupa, Mama selalu mengonsumsi sayuran dan buah-buahan setiap hari. Mama juga rajin berpuasa. Puasa, selain bisa meningkatkan ketaqwaan, juga bisa untuk menjaga kesehatan sekaligus mengontrol berat badan. Tahu 'kan, puasa itu juga mendetoksifikasi racun dalam tubuh kita? Makanya Mama masih kuat momong cucu. ☺☺ 


Mama, De Ine, Saya (kiri). Mama saat menggendong Aga (kanan).


Semua Ada Masanya...

Sebenarnya, selain ujian yang datang di usia Mama yang ke-40 tadi, Mama sudah kenyang dengan segala keterbatasan. Mama dilahirkan di bulan Mei tahun 1965, dan persis di tanggal dan bulan yang sama tahun berikutnya, Oma melahirkan Bi Yati, adik Mama. Karena Mama masih kecil, ditambah dengan adiknya yang baru lahir, Oma sedikit repot mengasuh Mama dan Bi Yati, hingga akhirnya Mama diasuh oleh Mbah Buyut (neneknya Mama) di Majalengka.

Sejak kecil tinggal terpisah dengan orang tua kandung (Oma dan Opa tinggal di Bekasi), menempa Mama menjadi pribadi yang mandiri. Pernah beliau cerita, saat sekolah dulu, jika ingin punya sepatu dengan warna baru, beliau mengandalkan pewarna Wenter, sehingga sepatu satu-satunya itu bisa terlihat baru lagi. Lucu sekaligus miris. Tapi itulah Mama, pandai mengemas duka menjadi tawa.

Apa yang Mama alami sejak kecil hingga usianya memasuki #usiacantik, telah membentuk Mama menjadi pribadi yang kuat. Ah, jadi ingat sebuah nasehat; ketika engkau meminta kekuatan, Allah mengirimkan ujian agar kamu menjadi kuat. 

Ingat juga pesan kakek Jamil Azzaini, yang pernah saya dengar di sebuah acara televisi beberapa tahun lalu. Biji jagung, untuk bisa tumbuh dan menghasilkan buah (yang nantinya akan bermanfaat sebagai bahan pangan), perlu dikubur dengan tanah lalu diinjak-injak.

Tere Liye pun pernah menuliskan, "Sepotong intan terbaik dihasilkan dari dua hal, yaitu suhu dan tekanan yang tinggi di perut bumi. Semakin tinggi suhu yang diterimanya, semakin tinggi tekanan yang diperolehnya, maka jika dia bisa bertahan, tidak hancur, dia justru berubah menjadi intan yang berkilau tiada tara. Keras. Kokoh. Mahal harganya. Sama halnya dengan kehidupan, seluruh kejadian menyakitkan yang kita alami, semakin dalam dan menyedihkan rasanya, jika kita bertahan, tidak hancur, maka kita akan tumbuh menjadi seseorang berkarakter laksana intan. Keras. Kokoh."

Seperti kata peribahasa, "Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian." Keterbatasan, kesedihan, juga tempaan oleh keadaan yang Mama alami sejak kecil berbuah kekuatan dan kebahagiaan pada akhirnya. Yang penting kita jalani hari-hari yang kita lalui dengan sebaik-baiknya, karena masa depan kita sedikit banyak adalah hasil dari kita di masa lalu dan masa sekarang. 

Sekarang, mau berganti sepatu sehari 3x, insya Allah Mama bisa. Mau beli baju tiap hari juga insya Allah ada dananya. Saya ingat sekali pesan Mama suatu hari, "Mbah Buyut itu ngajarkan, kalau mau hidup bahagia, kita harus bersyukur, bersabar, dan jangan bohong (jujur). Itu, tiga itu Mama ingat-ingat terus." Dan apa-apa yang diajarkan Mbah Buyut pada Mama, diingat dan dilakukannya, sehingga beliau bisa jadi seperti saat ini.
Penuh syukur menjalani hari-hari, bersabar ketika diuji, dan jujur sebagai penyelamat hati.

Ayah Mama di Art Science Mueseum, Singapore
Ayah Mama di Tana Toraja







Ayah-Mama telah berhasil melewati hampir 33 tahun kebersamaan, dengan derai tawa, juga basah air mata. Kini Ayah-Mama tinggal menikmati masa tua dengan sebaik-baik impian masa muda. Semoga anak-cucu Ayah-Mama mampu meneladani kebaikan-kebaikan yang Ayah-Mama contohkan. Semoga kami bisa memetik pelajaran, karena tak ada perjalanan yang mulus tanpa gelombang ujian. Semoga kami bisa menikmati hari-hari yang masih penuh dengan perjuangan, demi cita-cita kami; 
"Bahagia, tanpa jeda."



"Lomba blog ini diselenggarakan oleh BP Network dan disponsori oleh L'Oreal Revitalift Dermalift"



Read More