Ada kata "jomblo", please, jangan pada baper yaa.. :D
Kata orang, jomblo itu nasib, sedangkan menjadi single itu pilihan. Nah, kamu yang masih sendiri, lebih memilih dibilang jomblo atau single? Hihihi..meskipun kayaknya dua istilah itu nggak jauh berbeda ya...
Tapi tenang. Jodoh itu sudah digariskan. Tidak ada yang terlalu cepat atau terlalu lambat. Semua sudah pas waktunya, menurut Allah tentunya. Jadi meski kamu jomblo, ngga perlu gundah gulana, ya? Insya Allah, manusia itu diciptakan berpasang-pasangan. Jadi sambil menunggu, isi hidupmu dengan aktivitas yang bermanfaat.
Jomblo itu hina? Kata siapa? Ada lho jomblo yang mulia. Yaitu yang bersedia menjaga sampai tiba masanya. :)
Seperti Mbak Husnul Khotimah, blogger kelahiran Jombang, 4 Januari 1990. Mbak Inuel, demikian ia biasa disapa, memilih untuk menjomblo dan menunggu seseorang yang berani "memintanya" dari orang tuanya. Ia menulis seperti ini, "Saya sering disebut ngga' laku tapi saya tetap percaya, emang belum saatnya aja. PD dan ngga' pernah minder, dan selalu berusaha berpikir positif. Bukannya jodoh di tangan Allah? Allah jauh lebih mengetahui apa yang tidak saya ketahui." Saluuut.. :)
Sejak 2009, Mbak Inuel mengabadikan kisah kejombloannya di jombloku.com. Tapi bukan berarti Mbak Inuel jadi jomblo abadi yaa... Mbak Inuel sudah menikah koq. Artinya, sekarang Mbak Inuel sudah jadi alumni jomblowati. Horeeee... Alhamdulillah. :)
Mbak Inuel dan keluarga kecilnya
Perjalanan Mbak Inuel melepas masa jomblonya cukup seru. Bagaimana ia berjumpa dengan imam keluarganya, ternyata berawal dari blognya ini. Dan ya, pasangan suami istri ini adalah pasangan blogger lho...
Kisah berawal di 2009. Mbak Inuel yang baru memiliki blog disapa oleh Mr. X dan akhirnya chatting via Yahoo Messenger. Mbak Inuel penasaran dan akhirnya googling tentang Mr. X ini. Karena menurutnya ganteng (bagi saya yang paling ganteng tetep Pak Yopie :p), Mbak Inuel pun mulai ---lagunya Mikha Tambayong, pleaseee...--- ada rasa, yang tak biasa, yang mulai kurasa, yang entah mengapaaaa.. Mungkinkah, ini pertanda, aku jatuh cinta... Cintaku yang pertaamaaa..
Tapi sayangnya Mr. X cuek. Wkwkwkwk, Mbak Inuel kejebak dalam friend zone. :v Meski begitu, mereka sempat berjumpa di tahun berikutnya, tepatnya di Juni 2010. Setelah pertemuan itu, mereka lost contact, sampai di tahun 2013, Mr. X yang disebut "Jooizzy" oleh Mba Inuel ini, menanyakan sesuatu yang serius, yang intinya adalah keinginan untuk meminang gadis Jombang ini.
Fyuuuh...
Ditanya, apakah ini berarti Mbak Inuel ini CLBK, ia menjawab, "Sebenernya ngga CLBK, soalnya masih sayang terus, hahaha.." Ehemmm, saya pun terus menggodanya, "Jangan-jangan disebut-sebut di dalam do'a nih. :p" lalu penyuka bakso ini membisiki saya, "Saya emang selalu berdo'a," katanya. "Setiap hari. Nggak tau, melekat banget gitu rasanya. Gak bisa kehilangan padahal gak tau gimana kepribadiannya."
Xixixi, jadiiii, tips biar bisa dapatkan target adalaaaaahhh, selalu menyebut namanya dalam do'a. Kalau jauh, dekatkan. Gitu. :D
Kenapa sih, Arin sukanya bahas masa lalu? Sssttt, kisah cinta Mbak Inuel ini hampir sama dengan saya, haha... CLBK, iya. Pak Yopie pedekate sejak saya kelas 3 SMP, tahun 2002. 3 tahun kemudian, kami resmi pacaran. Lama banget yak, pedekatenya? Tapi sayangnya, pacarannya cuma 7 bulan, haha.. Seperti Mbak Inuel, saya yang sudah berjilbab waktu itu, merasa bahwa hubungan seperti ini kurang baik dilakukan.
Tapi karena kata Mas Afgan, Jodoh Pasti Bertemu, ya alhamdulillah ketemu lagi. Tahun 2008, Pak Yopie datang saat ibu meninggal. 2009, beliau menemukan saya di facebook. Kami pun mengobrol lewat udara (sama kayak Mbak Inuel deh), lalu Juli 2009 beliau meminta saya pada bapak. September 2009 pertemuan keluarga, dan 2 bulan kemudian, kami menikah. Cepet ya? Hihi...
Dan akhirnya bisa ditarik kesimpulan, bahwa inti dari tulisan ini adalah, Jodoh Pasti Bertemu. Gitu aja. :D
Buat yang ingin berkenalan dengan Mamanya dek Kinza, bisa capcus ke social medianya yaa. Sampai jumpa di profil selanjutnya. :)
Lagi asik-asiknya bekerja, tiba-tiba laptop “pet”, mati.
Rasanya pengen menjeriiiiit ngga sii? Tentu selain kesal, sedih, rasa khawatir
juga ada. Khawatir kalau data-data yang ada di laptop tidak terselamatkan lagi.
Bahkan kadang kita berharap, biarlah si lapotop rusak, asal data-data di
dalamnya bisa kembali.
General Computer, tempat service laptop dan printer terpercaya di Purworejo
Yah, beginilah problematika manusia modern, dimana teknologi
sudah seperti nasi. Kalau belum memakainya --mengonsumsinya, red--, belum makan katanya. :D
Jaman sekarang, kebutuhan manusia akan teknologi semakin
besar. Sebab apa? Sebab manusia ingin semua keperluannya bisa selesai dalam
waktu cepat.
Seperti kompor gas yang menggantikan kompor minyak, dan
kompor minyak yang menggantikan kayu bakar, juga handphone yang menggantikan telepon,
agar komunikasi bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja, komputer pun hadir
untuk menggantikan mesin tik.
Kini, komputer tak lagi merupakan benda mewah. Bahkan jika
dulu komputer hanya bisa diletakkan di satu tempat, kini kita bisa menggunakan
komputer jinjing alias laptop dan membawanya kemana-mana.
Seperti halnya televisi dan handphone yang hampir setiap
rumah memilikinya, komputer pun sedang menuju ke arah sana. Sekali lagi karena
kebutuhan dan perkembangan zaman yang menuntut kita untuk bergerak dan bekerja lebih cepat.
Bukan hanya karyawan kantoran atau para mahasiswa saja yang memerlukannya untuk
menyelesaikan pekerjaan mereka, siswa-siswi dari SD hingga SMA pun sama.
Apalagi jika sudah terhubung dengan internet, mau menggunakannya untuk bekerja
atau hanya untuk hiburan semata, komputer bisa digunakan oleh siapa saja.
Namun terkadang, disaat kita sedang dalam semangat yang
membara untuk menyelesaikan pekerjaan kita, tiba-tiba komputer yang kita
gunakan mengalami masalah. Kalau saya yang mengalaminya, tentu saya akan
menyerah pasrah, karena saya tidak tau seluk-beluk komputer seperti apa.
Satu-satunya cara, tentu dengan menyerahkan pada ahlinya.
Jeffri Arizman, ahli service komputer dan printer dari Purworejo
Adalah Jeffri Arizman, pria kelahiran Purworejo, 33 tahun
yang lalu, yang menjadi dewa penyelamat saat komputer sekarat. Lulusan Diploma
III Teknik Otomotif Universitas Negeri Yogyakarta ini memang tidak bekerja
sesuai dengan bidang yang dipelajarinya, namun mengotak-atik komputer adalah
passion yang kini ditekuninya. Bahkan sewaktu masih SMP dulu, dia sudah berhasil merakit barang-barang elektronik seperti radio dan bel rumah.
Sewaktu kuliah bahkan, ia mendapat hibah dua buah speaker dari kawannya, dan dengan bakat alaminya, speaker yang sudah menjadi barang rongsokan itu pun disulapnya hingga bisa berfungsi kembali. Beruntung, seorang kerabat membelinya. Jadi, dengan modal 2 ribu rupiah saat itu --untuk membeli komponen yang diperlukan--, ia mendapat SERATUS RIBU rupiah. "Lumayan, buat makan. Maklum, anak kuliahan." Ujarnya saat itu.
Pria bermata sipit yang juga hobi memelihara unggas ini telah memulai usahanya sejak 2O12
silam. Tak hanya menjual jasa service komputer/laptop dan printer saja, di
General Computer, ia juga menerima jasa foto copy dan pengetikan.
Jeffri Arizman, dokternya alat-alat elektronik
Suami dari wanita cantik bernama Ratna Yuli Mustika Sari ini
bisa dipanggil ke rumah lhoo.. Jadi, untuk warga Purworejo dan sekitarnya, yang komputer, laptop atau printernya mengalami kerusakan, atau ingin menge-print namun tidak sempat kemana-mana, bisa hubungi Mas
Jeffri ini disini:
Ada satu gaya hidup orang-orang di kampung asal saya, dan mungkin juga menjadi gaya hidup orang-orang di kampung lainnya, yaitu memelihara unggas seperti ayam dan menthog dengan tujuan agar
makanan yang tersisa tidak menjadi mubadzir. Seperti yang tertuang dalam Q.S.
Al-Isra’ ayat 27; “Sesungguhnya orang-orang yang mubadzir itu adalah saudara
setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.” Maka, memelihara ayam
adalah solusi yang memiliki dobel keuntungan. Keuntungannya tentu saja selain
makanan sisa jadi jelas akan diapakan, juga materi yang dihasilkan dari
memelihara unggas ini. Bisa dijual atau untuk konsumsi pribadi.
Nah, masalahnya sekarang, setelah lahan semakin sempit,
ditambah populasi manusia yang semakin banyak, gaya hidup ini jadi sulit untuk
dilakukan. Mau pelihara ayam, khawatir baunya akan mengganggu tetangga sekitar.
Mau pelihara menthog, khawatir kebiasaan pup-nya yang sembarangan, bisa mengancam
keharmonisan dengan tetangga sebelah. Hal ini yang membuat orang-orang sekarang
mulai meninggalkan kebiasaan memelihara unggas.
Lalu, apa yang bisa dilakukan untuk meminimalisir
kemubadziran?
1.Sisa nasi, keringkan. Memasak nasi seperlunya
saja. Jika sisa, keringkan. Seteah terkumpul banyak, bisa diberikan atau dijual
pada tetangga yang memelihara unggas.
2.Sisa sayur, hangatkan.
3.Sisa lauk, daur ulang.
4.Berbagi dengan tetangga. Ini juga sekaligus untuk menciptakan kerukunan antar tetangga. Saya jadi ingat pepatah, "Pagar mangkuk lebih aman dibanding pagar besi." Bukankah tetangga adalah saudara kita yang paling dekat?
Akan tetapi, jika kita kurang percaya diri dengan masakan
sendiri --ini pengalaman pribadi--, berbagi dengan tetangga terkadang bukan menjadi solusi.
Hehe, daripada malu, ya ‘kan? Jadi, solusi selanjutnya adalah menghangatkan
atau mendaur ulang.
Saya belum pernah mendaur ulang sayur, karena pada dasarnya
saya memang kurang kreatif, hehe.. Tapi kalau lauk atau sambal, sering.
Ini salah satunya. Sisa tempe goreng saya olah menjadi
kering tempe.
sisa tempe goreng
Aduh maaf yaaa... Kemarin kelupaan mau fotoin kering tempenya. Pas inget pas udah mau habis. >_<
kering tempe yang tinggal seuprit
Sisa sambal, biasanya saya pakai untuk menumis
kangkung, buncis, atau bahkan saya jadikan bumbu nasi goreng untuk sarapan pagi. Nasinya juga
biasanya dari nasi sisa kemarin. Hehe, lumayan kan bisa berhemat juga. Cabe kan
kadang kalo pas mahal, harganya kebangetan. :D
Tapiii, ngomong-ngomong tentang menghangatkan sayur, kita
mesti hati-hati loh yaa.. Kita harus tahu sayur apa yang tidak boleh dipanaskan
ulang, seperti bayam misalnya. --selain bayam, apa lagi ya? ada yang tahu?--
Minggu lalu, bapak saya jatuh sakit. Usut punya usut, rupanya ini bermula karena beliau
ceroboh dalam hal makanan. Mentang-mentang sayurnya enak dan masaknya banyak,
beliau setiap hari makan sayur yang dihangatkan itu. Yaa, maklum, bapak saya
tinggal sendirian di Purworejo sana karena ibu sudah tiada. Jadi, beliau memang
memasak makanannya sendiri, karena terkadang beliau kurang cocok dengan masakan
warung.
Nah, kebetulan beliau ini penyuka sayur gori. Gori atau
nangka mudanya bisa petik di samping rumah. Bisa dibayangkan kan, sebutir
nangka muda itu kalau disayur akan jadi sebanyak apa. Ditambah beliau tinggal
sendirian, jadi yang makan sayur itu ya hanya bapak saja seorang. Jadilah sayur gori itu tak
habis-habis dan harus dihangatkan sampai berhari-hari. Inilah yang bapak
konsumsi sebelum sakitnya itu.
Kemarin waktu saya pulang untuk menjenguk bapak, saya pun
mencereweti beliau. “Pokoknya kalau masak sedikit-sedikit aja. Kalau lagi malas
masak, beli sayur mateng. Jangan lupa makan buah juga. Makannya harus teratur,
oke?” begitu pesan yang terus menerus saya ulangi.
Kalau ingat bapak rasanya kasihan ditinggal sendiri. Tapi
saya juga punya kewajiban di Solo sebagai seorang istri. Bapak siii, ngga mau
disuruh nikah lagi. Ah, kenapa jadi curcol begini? >_<
Jadi, saya setuju dan sebenernya terinspirasi dengan tulisan Mak Maya Siswadi yang berjudul "Makanan Sisa, Diolah Lagi atau Dibuang?". Karena selain berhemat, mendaur ulang makanan juga menghindarkan kita dari berkawan dengan setan --serem yak?--. Selain itu, tidak membuang-buang makanan juga sebagai bentuk dari rasa syukur, bukan?
Baru tadi siang saya berdiskusi dengan suami, kira-kira
kemana Amay akan melanjutkan sekolahnya nanti. Amay kini sudah duduk di bangku
TK B, sehingga tahun depan dia akan masuk SD, dan enam tahun berikutnya akan masuk SMP, insya Allah. Saya sih inginnya,
Amay melanjutkan pendidikannya di sekolah yang berbasis agama. Alasannya agar
Amay memiliki pemahaman agama yang baik, karena bagi saya, anak yang sholih
adalah investasi untuk orang tuanya.
Nah, biasanya nih, berdasar pengalaman tahun lalu, pendaftaran
online sudah dimulai sejak bulan Oktober. It means, kurang dari dua bulan lagi
dong ya? Makanya, saya pun harus mulai rajin cari informasi mengenai SDIT [Sekolah Dasar Islam Terpadu] di
Solo Raya.
Hasil ngobrol-ngobrol tadi, kami belum bisa menyimpulkan SD
mana yang akan kami pilih. Ada beberapa hal yang kami pertimbangkan, yakni:
1.Lokasi, apakah mudah dijangkau, mengingat bahwa
urusan antar-jemput nanti akan melibatkan saya sebagai “Macan Ternak” alias
Mama Cantik tukang anTer aNak.Tsaahh.. :v
Masalahnya, saya kurang cakap membawa
sepeda motor sambil menggendong atau memboncengkan Aga. Aga yang usianya baru 21
bulan itu, belum mau duduk sendiri di kursi boncengan motor.
2.Jam belajar. Saya sih inginnya Amay sekolah di
sekolah yang hari Sabtunya libur. Jadi kalau kami ingin ke luar kota, nggak
harus menunggunya pulang sekolah di hari Sabtu. Hehe, emak banyak maunya yaa.. :D
3.Biaya. Nah, ini yang paling penting. Mengingat
bahwa tabungan kami belum banyak. Hiks, jadi sedih deh kalau mengingat betapa
selama ini kami lalai menyisihkan rezeki untuk biaya pendidikan anak-anak.
Jadinya, kalau sudah mepet waktunya begini, kami kelimpungan.
Tahun ajaran yang lalu, seorang tetangga dekat, mendaftarkan
putranya ke sebuah SMPIT di Solo, dengan uang masuk Rp 16 juta dan SPP Rp 65O
ribu per bulan, BELUM katering. Yak, memang sekolah ini bukan incaran kami sih, hehe.. Kenapa coba? Ya
karena biayanya yang mahal teuing itu
lah.. Tapi setidaknya kami jadi punya gambaran bahwa biaya sekolah di SMPIT di
Solo memang kurang lebih segitu. Untuk SDIT pun, biayanya tidak terlalu berbeda jauh dengan tingkat SMP-nya.
Mahal atau murahnya biaya pendidikan memang tidak menjamin kesuksesan anak kelak. Tapi tak ada yang salah dengan “mengupayakan yang terbaik untuk anak-anak”, kan?
Nah, biaya sekolah sekarang saja sudah ada di kisaran
belasan juta. Bagaimana dengan biaya sekolah Amay kelak? SD? SMP? SMA? Lalu kuliah? *pucingpalamama. Apalagi,
menurut survei yang dilakukan terhadap sejumlah sekolah swasta di kota Jakarta,
rata-rata biaya pendidikan di Indonesia naik sebesar 7% -15% per tahun. Jika
kita misalkan, uang pangkal masuk SMPIT adalah 15 juta rupiah di tahun ini,
maka 7 tahun lagi saat Amay masuk SMP, uang pangkalnya berada di kisaran 24-4O
juta rupiah. Wow banget ya?
Oya, ternyata kita bisa loh menghitung perkiraan biaya pendidikan dengan kalkulator financial. Morinaga Chil-Go! yang menyiapkannya. Keren kan? Kita tinggal masuk-masukkan angkanya saja. Begini contohnya, nanti di bagian bawah akan muncul total biaya yang diperlukan. Untuk Amay ini, totalnya adalah Rp 56 juta.
Maka sebagai orang tua yang baik, yang mengusahakan yang
terbaik untuk putra-putrinya, saya bertekad untuk mulai menyiapkan dana
pendidikan untuk Amay dan Aga. Karena, menurut Prita Hapsari Ghozie, SE, MCom,
GcertFinPlanning, CFP, QWP, seorang Perencana keuangan independen dari ZAP
Finance yang juga penulis buku “Menjadi Cantik, Gaya, & Tetap Kaya”, inflasi
pendidikan adalah sesuatu yang nyata. Maka dari itu, penting bagi para orang
tua untuk menyiasati dengan cerdas dan bijak dana pendidikan yang angkanya
sangat fantastis itu agar di kemudian hari, ongkos tersebut tidak menjadi beban.
Untuk mempersiapkan dana pendidikan anak, apa saja
langkah-langkahnya?
Pertama, orang tua sebaiknya sudah harus mulai
mendiskusikan pendidikan anak sejak sang anak masih dalam kandungan. Lakukan
survei dengan mendatangi sekolah-sekolah yang ada atau datang ke pameran
pendidikan yang mulai banyak diselenggarakan. *dan yak, poin 1 ini kami terlambat*
Kedua, berdasarkan pilihan favorit orang tua dan anak,
lakukan riset kebutuhan biaya pendidikan untuk tahun ini. Pahami bahwa biaya
pendidikan tahun ini kemungkinan besar akan meningkat setiap tahunnya, sehingga
saat anak masuk sekolah nilainya akan bertambah besar.
Ketiga, sesuai kebutuhan dana yang sudah dihitung, silakan
periksa tabungan atau investasi yang sudah disiapkan. Apakah sudah cukup? Jika
angkanya masih lebih kecil dari yang seharusnya, jujurlah pada diri sendiri
bahwa sekaranglah saatnya merevisi rencana dana pendidikan.
Keempat, periksa apakah keuangan keluarga sudah terlindungi.
Menabung dan berinvestasi akan terasa mudah dijalankan oleh keluarga yang masih
produktif dan mendapatkan penghasilan. Risiko kematian di usia produktif atas
pencari nafkah atau orang tua dapat terjadi kapan saja. Oleh sebab itu,
perlindungan asuransi jiwa sangat penting dalam perencanaan dana pendidikan.
Supaya tidak salah dalam perencanaan dana pendidikan, kita sebaiknya memahami bahwa fungsi investasi adalah membantu untuk
mencicil dalam jumlah kecil dan mengharapkan hasil keuntungan yang tinggi.
Sehingga, dalam 10 hingga 15 tahun kedepan, saldonya terkumpul sesuai dengan
kebutuhan. Sedangkan, asuransi jiwa, berfungsi untuk melindungi keluarga, jika
dalam perjalanan melakukan cicilan investasi, tiba-tiba terjadi kematian atas
pencari nafkah utama maka penghasilan yang biasa diberikan kedalam rumah tangga
dapat digantikan oleh dana tunai dari uang pertanggungan polis asuransi jiwa.
Idealnya, Ayah dan Bunda memang bisa melakukan perencanaan
sendiri dengan berinvestasi dan membeli asuransi jiwa secara terpisah. Namun,
berbeda dengan investasi, terkadang premi atas pembelian asuransi jiwa harus
dibayarkan sekaligus. Akibatnya membuat kacau arus kas keluarga di bulan
tertentu. Kendala premi minimum yang tinggi pun menghambat sebagian masyarakat
untuk membeli asuransi jiwa jenis tertentu.
Salah satu produk yang dapat membantu orang tua dalam
mempersiapkan dana pendidikan adalah asuransi pendidikan. Asuransi pendidikan
akan memberikan manfaat proteksi, yaitu perlindungan kepada pemegang polis
hingga berusia 99 tahun (tergantung jenis produk asuransi jiwa). Sehingga, jika
anak belum selesai bersekolah hingga sarjana dan terjadi risiko kematian pada
orang tua, maka anak akan tetap memiliki dana untuk meneruskan pendidikannya.
Sedangkan bonus manfaat investasi dari sebuah asuransi pendidikan akan
diperoleh jika porsi tabungan atau dana investasi yang dikumpulkan terus
berkembang dan memberikan hasil yang positif. Pahamilah bahwa investasi pasti
mengandung risiko, jadi tidak seperti produk tabungan, nilai investasi tidak
dijamin oleh perusahaan asuransi jiwa. Hasil keuntungan bisa jadi sesuai
harapan, atau diatas harapan, atau dibawah harapan.
Salah satu teman keluarga yang memahami kebutuhan orang tua
dalam mempersiapkan dana pendidikan adalah Morinaga. Oleh sebab itu, Morinaga
Chil-Go! memfasilitasi Ayah dan Bunda dalam mempersiapkan hal tersebut dengan
program Bekal Masa Depan Chil-Go!
Bekal Masa Depan Chil-Go! merupakan salah satu langkah
Morinaga dalam mendukung gerakan #SiapCerdaskanBangsa yang ditujukan kepada
para orang tua untuk dapat berbagi stimulasi dan ide kreatif dalam
mengembangkan Kecerdasan Majemuk Si Kecil sehingga menjadi Generasi Platinum
yang multitalenta. Morinaga Chil-Go! akan memilih 9 orang pemenang hadiah utama
dan 3.035 orang pemenang hadiah hiburan selama periode program berlangsung.
Hadiah utama dari Bekal Masa Depan Chil-Go! ini adalah Dana
Asuransi untuk Pendidikan dengan total senilai 3 Milyar Rupiah dibagi menjadi 3
(tiga) kategori di masing-masing periode, yaitu :
a. Platinum:
Asuransi Pendidikan senilai Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)*
b. Gold:
Asuransi Pendidikan senilai Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah)*
c. Silver:
Asuransi Pendidikan senilai Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah)*
* berdasarkan perhitungan investasi hingga anak berusia 18
tahun
Bekal masa depan yang terbaik merupakan hak anak. Mari para
orang tua persiapkan dana pendidikan anak sedini mungkin, agar hak anak yang
menjadi tanggung jawab orang tua dapat terpenuhi.
Yuk Ayah dan Bunda, ikuti program Bekal Masa Depan Morinaga Chil-Go! Simak caranya disini yaa... Siapa tau, kita menjadi salah satu yang beruntung mendapatkan kemudahan dalam mempersiapkan dana pendidikan anak-anak kita. :D
Dwi Sariambarningsih, itulah nama panjangnya. Dwi atau Nining,
adalah nama panggilannya. Surabaya asalnya, dan Malang, adalah kota tempat tinggalnya. www.kisekii.com adalah blognya. Mengenai
blognya, mengapa bernama kisekii? Karena kisekii dalam bahasa Jepang berarti
“keajaiban”, katanya.
Sudah cukup ya pakai “nya-nya” nya... Ga ada ide lagi
soalnya :p :D
Bicara tentang blognya Mbak Nining, maka saya harus bilang
We O We. ~~Jadi inget Mba Vanti.. Mba
Vantiiii, apa kabar?~~ Kenapa We O We? Karena doi rajin banget nulisnya boook..
Lihat aja nih, setahun bisa kurang lebih seratusan judul. Cuma memang tahun
2O12 dan 2O13 kayaknya lagi rada males yaaa.. Kenapa Mbaaa? Hihihi.. Dan kalau dilihat dari postingan terdahulunya, Mba Nining ini sudah cukup cakap menulis. Jadi udah langsung hebat aja gitu, tulisannya enak dibaca, dan bermutu. Beda banget sama tulisan saya di awal kayusirih ada. Hehe... *emang tulisanmu sekarang udah bermutu, Rin? :p
arsip kisekii.com
Laluuu, prestasinyaaa.. Temen-temen lihat aja portofolionya.
1. Mba Nining pernah dapat juara 1 "food blogger competition", yang diadakan Stilroad Cafe Surabaya. Woooww..
2. Juara 3 "food blog competition" yang diadakan oleh Pancious Surabaya.
3. Masuk dalam 1O peserta yang mendapatkan tiket citilink gratis ke semua rute di kompetisi blog yang diadakan oleh traveloka. eleuh eleuh..
4. Termasuk dalam 1O Pemenang Hiburan 1, blog contest yang diadakan oleh OPPO Indonesia.
5. Dan masih banyak lagi.
Ssstttt, Mba Nining kayaknya suka kupu-kupu ya? Di bagian
headernya ada gambar kupu-kupunya, cantiiiik.. *kayak aku* *lalusemuamuntah* Penjelasannya
juga ada di bagian “about” sih. Katanya, “Even she lived in the world just for
a while, but she spreads the kindness through her beauty”. Di salah satu
tulisannya di tahun 2O12 pun, “Butterfly is Flutterby”, Mbak Nining
mengungkapkan kesukaannya pada serangga ini.
header cantiknya si kisekii.com
Oya, Mbak Nining ini membagi blognya dalam beberapa kategori, yaitu; foodie, travelling, moviegeek, lifestyle, dan lovembre.com. Pembagian ini menjadikan blognya tampak rapi, meski isinya gado-gado. Nah, bisa disimpulkan ya, selain suka banget nonton film, doi juga doyan makan.
Ini kelihatan sih dari beberapa reportasenya kalo habis makan di luar. Meski
begitu, kayaknya Mba Nining mah langsiiing yaa.. Bersyukurlah Mba.. Hihihi..
Dan dari blognya ini juga, saya akhirnya nemu resep pasta. Spaghetti Bolognese dan Fettucine alla Carbonara.
Mau masak, Rin?
Emm, enggak sih.. Soalnya lidah saya udah terlanjur
disetting buat suka mie ayam daripada spaghetti. >_< Tapi nge-save resepnya ngga apa-apa kan? Siapa
tau ntar bisa ke Eropa [aamiin aamiin aamiin], jadi lidahnya dilatih dulu biar bisa suka makanan
beginian. :D
Teman-teman ngga akan nyesel deh jalan-jalan ke blognya Mba Nining, karena disana ada banyak informasi yang mungkin teman-teman butuhkan, terutama buat yang bermukim di sekitaran Surabaya dan Malang. Oya, kalau ingin mengenal Mba Nining lebih dalam lagi, sila ke akun social medianya yaa... :D
Yeaayyy sudah tanggal 19, itu artinya Blogger KAH kembali datang. Kali ini kami menulis sebuah tema yang terinspirasi dari curhatan-curhatan kecil sehari-hari. Hehe, saya, Mbak Rani, dan Mbak Widut memang suka ngobrol dan curcol. Hingga kemudian lahirlah ide untuk membahasnya di sebuah postingan blog.
Tema kali ini adalah pengalaman horor. Oya, bulan ini kami kedatangan tamu yaa, Mami Susi, yang tampaknya suka banget dengan hal-hal mistis, kami undang untuk bercerita juga.
Silakan baca tulisan Mami Susi Susindra dengan "Wanita Berwajah Rata"nya disini, dan Mbak Rani dengan Hantu Genit-nya disini.
~~~
Sebelumnya saya pernah menulis sebuah kejadian yang menegangkan di rumah bude di Jogja, berjudul "Jangan Baca Ayat Kursi". Waktu itu saya memang tidak merasa apa-apa, karena memang pada dasarnya saya kurang peka dengan keberadaan makhluq astral. Akan tetapi, Amay, yang kala itu belum genap dua tahun, terlihat agak sensitif.
Saat Amay kecil, beberapa kali saya mengalami hal yang kurang menyenangkan terkait hubungannya dengan makhluq dari dunia lain. Pernah, Mamah mertua saya memarahi "dia yang tak kasat mata". Ceritanya, Amay minta disuapi di dalam mobil. Memang biasanya dia makan sambil memainkan setir mobil. Tapi saat itu, baru saja saya membuka pintu mobil, Amay tiba-tiba berteriak dan langsung memeluk saya erat. Eraaattt sekali. Dia juga selalu menghadap ke belakang seolah tak ingin memandang ke arah mobil. Mamah paham ada yang salah. Beliau kemudian memukul kap mobil, sambil berteriak, "Tong ngagangguan cucuku!" Mamah lalu menyuruh saya keluar dari garasi, dan Amay pun berangsur tenang.
Masih di rumah Majalengka, alias di rumah mertua saya. Suatu hari saat bulan Ramadhan, saya bersiap untuk berbuka puasa. Iya, saya tetap berpuasa meski saat itu sedang menyusui Amay yang usianya sekitar 3-4 bulan. Jelang maghrib, Amay tidur, nyenyak sekali. Kata orang-orang memang sebaiknya bayi kita dibangunkan, karena tidur saat adzan maghrib memang kurang baik kan ya? Tapi karena Amay masih saja pulas, saya memutuskan untuk menggendongnya saja. Tiba-tiba, saat adzan dan saya sedang membatalkan puasa, Amay berteriak kencang, menangis seperti ada yang menjahilinya. Dan benar, kata Omah (neneknya suami), ada yang nggak suka lihat Amay tidur maghrib-maghrib begini, jadi Amay "dicubit".
Dari tadi cerita tentang Amay terus, tentang Arin kapan? Hehe..seperti yang saya katakan di awal, alhamdulillah saya tidak diberi "kepekaan" untuk melihat atau merasakan keberadaam makhluq ghaib. Allah Maha Tahu kalau hamba-Nya yang satu ini memang penakut, hehehe.. Tapi, pernah ada kejadian yang bikin saya jadi percaya kalau suara ketawa mbak kunti memang "hihihihi" seperti yang biasa terdengar di tivi.
Ceritanya, suatu hari pas jaman SMA, saya ke Jogja untuk mengantar sebuah barang ke kost Mas Pepi (kakak laki-laki saya satu-satunya). Sebelumnya saya sudah sering dengar cerita aneh-aneh di kost tusuk sate itu. Kadang ada yang tiba-tiba berubah mirip Mas Yopie (iya, Mas Pepi dan Mas Yopie memang teman SMA dan mereka kost bareng-bareng saat kuliah di Jogja) tapi saat disapa Mas Yopie diam saja, lalu tak berapa lama orang yang sama muncul dengan baju yang sama, mengaku bahwa dia baru datang. Nah, yang terakhir datang ini beneran Mas Yopie, kalau yang sebelumnya, nggak tau deh. :D
Singkat cerita, saya minta diantar ke belakang oleh Mas Pepi untuk ambil wudhu dan shalat ashar. Kost sudah sepi, karena beberapa anak pulang kampung di hari minggu itu. Jadi, di kost itu hanya ada 3 orang (Mas Pepi nggak bilang 3 orang itu siapa aja). Nah, tepat saat melewati sebuah kamar (yang sengaja dikosongkan), Mas Pepi menutup pintu kamar yang sebelumnya terbuka itu. Sambil ketawa bercanda dia bilang, "Nha iki lho, Rin!" dan disaat yang bersamaan ada yang tertawa keras di telinga saya "hihihihihi", gitu. Tapi anehnya saya ngga merinding. Jadi saya pikir ada yang bercanda, karena teman-teman Mas Pepi memang suka iseng, termasuk Mas Yopie. Tapi dulu sih Mas Yopie masih jaim banget sama saya, hahaha..
Setelah wudhu dan shalat di kamar, saya tanya Mas Pepi, "Mau sapa sing ngguyu? Mas Ari yo?" Saya langsung menuduh Mas Ari, karena dia memang terkenal jahil, menurut cerita-cerita Mas Pepi.
Mas Pepi jawab, "Ari kan mulih. Sing ning kene kan mung wong 3; aku, Yopie, Mas Anton. Mas Anton isih metu."
"Lha mau sing ngguyu hihihihi gitu sapa?" tanya saya. Saya beneran kaget. Tapi Mas Pepi mengira saya bercanda.
"Ngguyu apa? Kapan?" tanya Mas Pepi lagi.
"Mau kae lhoo pas kowe nutup pintu kamar, pas aku arep wudhu kae lho. Lha tak pikir Mas Ari sing meden-medeni." jawab saya gamblang. Mas Pepi dan Mas Yopie saling pandang. Awalnya saya pikir ada yang meng-iseng-i saya, tapi mereka berdua malah mengira bahwa saya mengada-ada.
Dan kisah sore itu ditutup dengan, akhirnya saya dengar suara asli mbak kunti. Dan saya nggak mau lagi ke kamar mandi kostnya Mas Pepi. :p
Cuma itu? Ada lagi...
Kejadiannya di rumah ini. Suatu malam, Mas Yopie lembur, tapi saya memutuskan untuk tidur. Beberapa waktu kemudian, saya belum sepenuhnya lelap, saya lihat Mas Yopie ke kamar. Dia cium Aga, lalu rebahan di samping saya. Biasanya dia bawa HP untuk sekedar balas WA, tapi kali itu tidak. Menyadari yang di samping saya itu Mas Yopie, saya peluk dong... Ihiiiirrr.. Tapi lalu saya berbalik untuk melanjutkan tidur.
Beberapa waktu kemudian, Mas Yopie masuk lagi, kali ini sambil gelar kasur. Iya, setelah beranak dua, Mas Yopie harus mengalah untuk tidur di bawah. Saya pun bertanya, "Lha Papa balik ke depannya lagi kapan? Koq Arin ngga terasa?"
"Maksudnya? Lha Papa aja baru masuk koq." kata Mas Yopie.
"Enggak lho, maksud Arin tadi kan Papa masuk kamar to.. Cium Aga trus tidur disini (saya menunjuk kasur). Nah, habis itu Papa ke depan laginya kapan? Koq Arin ngga terasa?"
"Lha Papa aja baru masuk ini lho... Dari tadi Papa di depan komputer."
"Terus yang tak peluk tadi siapa? Lha wong Papa masuk kesini, trus nyium Aga, trus tidur di samping Arin, trus tak peluk. Papa jangan becanda gitu ah!"
"Siapa yang becanda? Papa ini beneran baru masuk!"
Tapi ekspresi Mas Yopie memang kayak serius gitu deh. Besok-besoknya juga dia nggak bahas hal ini tuh, maksudnya nggak bahas ini dalam becandaan. Berarti beneran bukan dia yang tak peluk. Lalu siapa dong yang tak peluk itu? :o
Alhamdulillah, saya bersyukur diberi kemudahan oleh Allah SWT sehingga bisa menyusui anak-anak saya dengan lancar. Amay menyusu sejak usia 4 hari (karena saya melahirkan Amay secara caesar, dan mengingat kondisi saya yang kurang memungkinkan untuk menyusui, maka untuk Amay kami memberikan susu formula di hari-hari pertama kelahirannya) hingga 2 tahun. Aga, merasakan nikmatnya ASI sejak usianya baru beberapa menit. Syukur Alhamdulillah, saya diberi kekuatan untuk melahirkan Aga pervaginam. Menyusui Aga tak menemukan banyak kendala, alhamdulillah.
Tapi, disini saya tidak hendak membandingkan, mana ibu yang paling baik; yang mampu memberi ASI atau yang memberi anaknya dengan susu formula. Iya, dulu saya memang pernah "sesempit" itu. Saya pasti akan bertanya-tanya dengan (maaf), agak memandang rendah, "Mosok menyusui aja nggak bisa? Aku lhooo, meski penuh pengorbanan, tapi aku mau berusaha." Tapi itu dulu, hingga suatu hari saya diingatkan, bahwa iya, ibu saya pun dulu hanya bisa memberi adik saya (Opik) ASI, hingga usia Opik 7 bulan. Selanjutnya, nanti akan saya ceritakan.
Jadi, saya sependapat dengan tulisan Mak Istiana Sutanti, pemilik blog http://istiana.sutanti.com/. Who am i to judge? Saya dan Mak Istiana Sutanti pun ternyata sama-sama sebagai ibu yang "bertaubat" karena pernah melakukan hal ini.
Awalnya sih, saya termasuk di pihak yang ngejudge. Di pihak yang berpikir semua ibu bisa koq ngasih ASI asal dianya punya keinginan keras dan emang berusaha banget untuk itu. Malah ngejudge juga yang akhirnya nyerah itu ya ibu-ibu yang emang gak mau cari tau lagi, gak mau dapet ilmu lagi gimana biar bisa tetap ngasih ASI gimanapun kondisinya.
Persis banget sama saya. Dan saya, pasti akan menambahi; "Dulu puting saya kecil, mendlep, tapi setiap hari saya susukan ke Amay. Pokoknya saya berusaha biar Amay bisa menghisap susu dari puting saya yang kondisinya begini, dan lama-lama payudara saya keluar sendiri tuh putingnya," pada ibu-ibu yang mengeluh bahwa puting mereka kecil.
Pada ibu-ibu yang mengeluh bahwa ASInya tidak keluar pun, saya masih akan meng"agung"kan kehebatan saya yang tak pernah menyerah, meski di hari ke empat pasca melahirkan Amay, ASI saya hanya keluar setetes. Intinya adalah, saya mengatakan pada mereka bahwa semakin diisap, ASI akan semakin banyak keluar. Seperti kampanye ASI gitu deh...
Iya, bisa menyusui memang dipandang sebagai sebuah prestasi. Tapi "merasa" berprestasi, tak menjadikan kita layak untuk menghakimi, bukan? Ada kondisi dimana seorang ibu memang tidak bisa menyusui. Ini yang mesti kita pahami. Bahwa setiap orang ditakdirkan memiliki keadaan yang berbeda satu dengan lainnya. Bukankah ukuran sepatu kita pun berbeda? Tak perlu lah kita memaksakan hal-hal yang bukan ranah kita sebenarnya.
Sesuai janji saya di atas, saya akan ceritakan mengapa ibu saya hanya bisa menyusui Opik hingga kurang lebih tujuh bulan saja.
Saat hamil Opik, usia ibu saya 38 tahun. 11 bulan mengandung, Opik pun lahir. 11 bulan? Iya, 11 bulan. Mungkin kalau jaman sekarang, ibu udah dikejar-kejar dokter untuk dilakukan operasi. Kenapa bisa sampai 11 bulan? Entahlah... Yang saya ingat, saat itu saya sering bertanya, kenapa sudah sembilan bulan, adik nggak lahir-lahir? Dan ibu menjawab kurang lebih begini, "Sama kayak orang pengen pup, kalau belum kerasa mules ya nggak akan keluar."
Kondisi kesehatan ibu saya di tahun-tahun sebelumnya memang tidak terlalu baik. Ini pula yang mendorong ibu untuk melepas KB nya hingga kemudian muncullah Opik. Saya kurang bisa mengingat secara detail, apa hubungan KB dengan kesehatan ibu saat itu. Yang jelas, saat hamil itu ibu saya sering sakit-sakitan sehingga harus mengkonsumsi obat-obatan.
Alhamdulillah, Opik lahir dengan berat 2,8 kg dan sehat (meski saat itu kulitnya kuning). Dan hal yang dikhawatirkan ibu saya, bahwa obat-obat yang dikonsumsinya akan membuat Opik (maaf) cacat, alhamdulillah tidak terjadi. Opik sehat hingga sekarang usianya sudah 18 tahun.
Namun, pasca melahirkan, ada hal lain yang jadi perhatian ibu. Ibu mampu menyusui, Opik juga mau minum ASI, namun setelah 6 bulan, badan Opik semakin kecil. Apakah ini efek samping dari obat-obatan yang ibu konsumsi? Entahlah... Sampai pada akhirnya ibu memutuskan untuk berhenti memberi Opik ASI.
Mudahkah itu semua? Sama sekali tidak. Saat itu saya melihat perjuangan ibu mengompres payudaranya yang bengkak karena penuh dengan ASI, namun tidak bisa disusukan. Ibu harus membuangnya. Saya sempat bertanya, "Kenapa dibuang, Bu?" dan beliau menjawab, "Karena susu ibu ini nggak bagus." (Semoga Allah menghadiahi ibu surga yang indah untuk perjuangannya ini, karena saya masih ingat betul ekspresi wajahnya yang menahan sakit saat mengompres payudaranya yang bengkak, dan memerah isinya keluar).
Untunglah ibu tidak hidup di jaman sosial media, yang setiap perbedaan pendapat dijadikan alasan untuk berdebat. Kalau dulu sudah ada facebook, mungkin ibu sudah dibully berkali-kali. Dari "ketenangan" saat kehamilan mencapai usia 11 bulan, dari "kecerobohan" minum obat-obatan, juga dari keputusan untuk menghentikan ASI. Bahkan mungkin kalau netizen tau ibu saya memberi Opik madu saat usianya kurang dari 1 tahun, ibu akan kena bully juga. :D
Tapi untunglah yaa, di jaman itu orang-orang masih punya "pakewuh" alias "rasa nggak enak hati". Orang-orang juga masih pandai menahan diri, untuk tidak berkata-kata yang bisa melukai.
"Merasa" berprestasi tak lantas menjadikan kita layak untuk menghakimi. Seorang ibu tak bisa menyusui, pasti ada hal yang melatarbelakangi. Dan saat bersyukur, jangan sampai membuat orang lain merasa tersungkur. :)
Jujur, waktu nulis ini, saya baru berteman dengan Mbak Tia di facebook. Hadeeeh, padahal udah ngobrol ngalor ngidul di WhatsApp yak? Tapi, jangan salahkan saya. Salahkan Mbak Tia, wkwkwk.. Habisnya, friend request dari saya mosok baru di-confirm coba? :(
Mbak Tia sama Choky Sitohang
Saya sih maklum koq, karena memang sepertinya Mbak Tia jarang membuka facebook. Nggak seperti saya, yang seorang Jupe alias Jurig Pesbuk, haha... Tau kan maksudnya Jurig Pesbuk? lol. Mbak Tia ini perlu ditiru. Beliau memang kurang eksis di medsos, tapi karyanyaaa, beuh, eksis dimana-mana, bahkan hingga ke layar kaca. *Apa kabar kamu Arin? Karya baru selembar, eh udah koar-koar. :p
Nih ya, Mbak Tia itu ternyata penulis skenario loh... Hah? Apah? Iya, kamu ngga salah baca. Jadi jangan main-main, jangan asal nulis status, lebih-lebih lagi bikin masalah sama Mbak Tia ini. Karena bisa-bisa, statusmu, atau kelakuanmu itu jadi ide cerita yang akan ditulisnya, lalu disinetronkan. Hahaha... Mending kalo kamu yang main sinetronnya, ya kan? Kalau cuma dapat sindiran doang? Mbak Tia mah aman, karena biasanya di end of the story suka ada kalimat "cerita ini hanya fiktif belaka. bila ada kesamaan nama, tempat dan sifat (eh ini mah aku karang yaa), maka jangan salahkan si pembuat cerita". :v
Lalu, apa saja karyanya di layar kaca? Nih, disimak...
1. Bro and Bray yang saat ini tayang setiap hari Sabtu dan Minggu jam 14:30 wib di Trans TV.
2. Sitkom Kos-Kosan Jogja. Lagi-lagi di Trans TV. Tapi yang ini sudah tayang Desember 2015 lalu.
3. Lovepedia. Tayang di Trans TV juga setiap Minggu jam 17:30 wib.
Dan yaaa, saya suka setiap kutipan-kutipan kalimat indahnya. Misalnya:
"Tak perlu banyak kata-kata romantis, tapi satu kata yang membuat tersenyum, itu sudah cukup sederhana, bukan?"
atau
"Dicuekin sama kamu rasanya lebih sakit dari hukuman apapun."
Selain itu, apalagi?
Buku.
Yap, Mbak Tia punya banyak buku yang sudah diterbitkan. Itu sebabnya, profile picture di facebooknya kebanyakan adalah cover buku-bukunya, hihi...
Kreasi Buket Bunga, salah satu buku Mbak Tia Marty
Cireng Forever, salah satu antologi Mbak Tia Marty
Melihat karya-karyanya yang bertebaran, baik di media elektronik maupun media cetak, saya sih nggak heran. Karena apa? Karena Mbak Tia Marty ini adalah anggota FLP. As we know lah ya, jebolan FLP mah oke semua. :)
tuh kan, bener.. Mbak Tia Marty ini anak FLP. :)
Nah, buat yang mau belajar nulis sama Mbak Tia, ini akun sosmednya yaa, kepoin aja semua, biar ketularan bakatnya. *eh, emang bisa? :D