Cilok Setengah Juta, Dimuat di Gado-Gado Majalah Femina

Sunday, July 3, 2016


Sebut saya norak. Hehe... Tapi saya memang sedang norak-norak bergembira. Apa pasal? Setelah perjuangan yang paaannnjjaaannggg dan laaammmmaaaa, akhirnya saya bisa menakhlukkan satu media besar itu. Iyap, tulisan saya akhirnya bisa nangkring di rubrik Gado-Gado Majalah Femina.

Majalah Femina, foto oleh Mbak Rien DJ

Selama ini saya hanya bisa iri, melihat tulisan teman-teman muncul di rubrik itu. Ini bukan soal honor yang memang cukup besar dibanding media yang lainnya ya, tapi ini soal mengukur kemampuan diri. Bisakah saya seperti teman-teman lain?

Memang, tulisan saya sebelumnya sudah pernah nangkring di beberapa media cetak seperti Jawa Pos dan Solo Pos. Ada yang mau baca? Ini tulisan saya di Jawa Pos untuk rubrik Gagasan: Bersahabat dengan Bumbu Dapur, dan ini salah satu cerita lucu saya yang dimuat di Rubrik Ah Tenane, Solo Pos, yang menggunakan tokoh utama bernama Jon Koplo.

Tak hanya itu, cerita lucu tentang Amay pun pernah saya kirimkan ke Majalah Reader's Digest Indonesia, yang masih satu grup dengan Majalah Femina. Sayangnya, sejak Oktober 2015 lalu, majalah ini hanya bisa kita baca dalam versi digital. :(

Haha Hihi di Reader's Digest Indonesia

Menulis untuk Majalah Femina ini cukup sulit bagi saya, karena hingga belasan kali mengirim tulisan, nyatanya saya kurang bisa menangkap selera Majalah ini. Belasan ide, belasan judul sudah saya kirimkan, namun tak satu pun berhasil memenuhi syarat. Padahal untuk media lain, terkadang 1-2 kali kirim saja, Alhamdulillah tulisan saya bisa sesuai dengan karakter mereka.

Baca Tiada Alasan Tak Menanam, tulisan saya yang dimuat di Majalah Ummi. Juga, Do'a yang Dinantikan, yang dimuat di Majalah Hadila.

Dan tibalah saat yang saya tunggu-tunggu. Saya dihubungi oleh Mbak Ratna dari Femina melalui SMS, yang menanyakan apakah tulisan saya berjudul "Cilok Setengah Juta" adalah karya asli saya dan belum pernah diterbitkan? Alhamdulillah, secercah harapan muncul. Saya tidak bisa berhenti tersenyum. Saya pun mengirimkan berkas-berkas yang diminta, via email dan via pos. 

Dan hari itu tiba. Hari dimana tulisan saya muncul di edisi 25 tahun 2016. Rasanya penasaran. Persis seperti seorang ibu yang hendak melahirkan, seperti apa rupa anakku?

Tapi rasa penasaran itu mesti ditahan, karena saya belum bisa menemukan majalah itu di tukang koran sekitaran Colomadu, Karanganyar. Hiks... Mau ke toko buku, tapi suami belum sempat mengantar. Iya, saya kemana-mana memang mesti sama beliau, hehe... Tapi Alhamdulillah, Allah menolong saya melalui tangan Mbak Saptorini alias Mbak Rien DJ yang bersedia mencarikan majalah itu di toko langganannya. Alhamdulillah Alhamdulillah.. :)

Hingga kini sebenarnya saya belum melihat secara langsung bagaimana penampakan tulisan saya, karena majalahnya masih di Mbak Rien. Tapi saya cukup puas, melihat judul besar yang terpampang disana, dan nama saya yang tertulis di ujung kanan bawah. :)

tulisan saya di Gado-Gado Femina


Buat yang penasaran, ini adalah tulisan saya, versi asli yang saya kirimkan tanggal 5 Januari 2016. 

Cilok Setengah Juta

“Mas, mau udang, boleh?” pinta saya.
“Tapi dirimu kan alergi udang. Jangan aneh-aneh, ah!” Jawab suami saya, tegas.
Tapi karena tak tahan melihat wajah saya yang begitu ingin menyantap makanan itu, suami saya akhirnya mengambilkan setusuk sate udang untuk saya yang sedang hamil muda, lengkap dengan segelas susu dan air kelapa muda. Dua minuman itu untuk penawar racun, katanya. 
Ajaib, kondisi hamil membuat saya tak pantang memakan makanan yang biasanya menimbulkan gatal di sekujur tubuh itu. Tanpa meminum susu dan air kelapa muda pun, tubuh saya tidak mengalami reaksi alergi. Anehnya, setelah bayi saya lahir, saya kembali alergi dengan udang, kepiting, dan makanan laut lainnya.

Kebanyakan ibu-ibu yang sedang hamil muda memang mengalami yang namanya ngidam. Bahkan pertanyaan “ngidam apa nih?”, termasuk yang paling sering dilontarkan.
Orang ngidam itu macam-macam. Ada yang ingin melakukan sesuatu yang biasanya terdengar aneh, ada juga yang ingin makan makanan yang tak biasa.
Tetangga saya, saat hamil hanya ingin makan sayur nangka muda (sayur gori) saja. Dan jika dia sudah memasaknya, orang lain tidak boleh ada yang ikut mencicipi. Haha, lucu sih kedengarannya, timbang sayur gori doang. Tapi itu nyata, dan dia selalu tertawa jika mengingatnya.
Salah satu orang tua murid di sekolah anak saya lain lagi, saat hamil dia tidak suka memakai alas kaki. Entah itu sandal atau sepatu. Dan kini anaknya berperilaku persis seperti sang ibu. Kalau kami sedang menjemput anak-anak saat pulang sekolah, biasanya anak ini langsung berlari ke arah ibunya sambil menjinjing sepatu dengan kedua tangannya. Malah pernah, disaat anak-anak lain sedang berdo'a di dalam kelas, dia berlari keluar sambil menjinjing sepatunya menuju sang ibu yang menunggunya, kemudian dia kembali lagi ke kelasnya dan melanjutkan berdo'a sebelum pulang.
“Yang paling awet dari anak ini tuh, sepatunya. Gimana enggak, dipakainya cuma pas berangkat aja.” Kata si ibu sembari tertawa. Terkadang memang kebiasaan kita saat hamil terbawa oleh anak kita.

Berbeda dengan tetangga dan ibu dari teman anak saya tadi, saya pun mengalami ngidam yang aneh saat hamil anak pertama. Selain jadi kebal terhadap udang, tiba-tiba saya merasa sangat ingin makan cilok. Ini gara-gara sebuah tayangan televisi yang sedang menayangkan makanan-makanan lezat berbahan aci. Hmmm, tampaknya ibu hamil mesti berhati-hati ketika menonton televisi, karena bisa-bisa perasaan ngidam muncul tiba-tiba setelah melihat sebuah tayangan. J
Maka ketika mama mertua telepon dan bertanya kondisi kehamilan saya, saya mengatakan bahwa saya ingin sekali makan cilok. Demi calon cucunya, beliau sampai menelepon kenalannya di Solo untuk menanyakan dimana kira-kira penjual cilok berada, karena saat itu saya dan suami memang baru dua bulan tinggal di kota Bengawan itu, sehingga belum paham tempat-tempat jajanan. Dan sialnya, saat itu bulan puasa sehingga pedagang cilok yang biasa mangkal di sekolah-sekolah libur berjualan.
Akhirnya, karena hasrat makan cilok tak kunjung terpenuhi, mama mertua datang mengunjungi kami. Beliau bersama dua adik ipar datang ke Solo dengan menumpang travel dari Purwokerto. Kebetulan saat itu ayah mertua sedang dinas di Bumiayu.
Ketika datang, beliau membawakan saya cilok, lengkap dengan bumbu kacang, saos dan kecap.
Sambil menyuruh saya menyantap oleh-oleh paling spesial itu, beliau berkata, "Ini cilok istimewa ya, Rin, soalnya harganya setengah juta." Haha..seketika itu kami semua tertawa. Iya, harganya setengah juta karena ongkos travel dari Purwokerto ke Solo untuk 3 orang hampir setengah juta. Ada-ada saja. J


*tulisan yang terdapat di Majalah Femina, telah mengalami sedikit pengeditan. :)


Read More

Wajah Bersih Tanpa Perih dengan Cetaphil

Wednesday, June 29, 2016


Beberapa waktu lalu saya dikirimi sebuah produk bermerek Cetaphil. Sejujurnya, saya belum tahu Cetaphil itu apa dan bagaimana. Boro-boro memakainya, nama Cetaphil saja baru saya dengar (baca, pen) saat itu. 
Cetaphil Gentle Skin Cleanser

Excited, tentu saja, dan saya pun tak sabar mencobanya. Hingga hari ini, berarti saya telah memakainya selama kurang lebih 10 hari.  Apa yang saya rasakan?

1. Cetaphil itu tak berbau
Tidak seperti pembersih wajah yang saya gunakan sebelumnya, Cetaphil sama sekali tidak ada bau harumnya. Sebenarnya ini sudah tertulis di kemasannya sih, kalau Cetaphil itu fragrance free, jadi memang ngga wangi. Penyakit saya adalah, kalau lihat sesuatu yang baru, suka buru-buru mencoba tanpa lebih dulu membaca. >_<

Lalu, sebenarnya, apa sih keuntungan dari fragrance free?
- Produk yang fragrance free, aman untuk orang-orang yang alergi dengan bebauan. Jadi bagi penderita asma yang biasanya sensitif dengan wewangian yang menyengat, ini aman. Saya tau banget deh, gimana susahnya penderita asma ketika mencium bau wangi yang menyengat. Almarhumah ibu saya pun dulu begitu, hingga kami tak diijinkan memakai parfum di dekatnya, karena ini bisa memicu kambuhnya penyakit asmanya. Kebetulan, saya pun sempat menderita asma juga, namun alhamdulillah sekarang sudah jarang kambuh lagi. Dan iya, jika asma saya kambuh, mencium bau harum pun benar-benar bisa mengganggu pernapasan.



2. Cetaphil tidak berbusa
Kenapa pasta gigi ada yang berbusa dan ada yang tidak berbusa? Dan kenapa pasta gigi yang tidak berbusa harganya lebih mahal?
Ini sama dengan produk cetaphil ini. Cetaphil tidak berbusa dan memang jika dibandingkan dengan produk pembersih pada umumnya, harganya sedikit lebih mahal.

Mengutip TabloidNova.com yang bertanya langsung pada Dr. Adhimukti T. Sampurna, SpKK selaku dermatologist dari BAMED Skin Care Clinic, menurutnya, jumlah busa dalam sabun pembersih wajah tidak menjamin hasil yang diberikan lebih optimal ketimbang sabun pembersih wajah yang tidak berbusa. Justru kenyataan yang sebenarnya berbanding terbalik dengan pemikiran orang selama ini.

Dr. Adhimukti juga mengatakan, "Sabun wajah yang banyak busa malah akan membuat kulit menjadi kering."

Masih dari TabloidNova.com, sabun pembersih wajah yang mengandung busa terlalu banyak akan memicu rangsangan dan dermatitis. Selain itu, alkali yang menjadu bahan dasar sabun juga memiliki efek negatif bagi kulit, misalnya bila pH (derajat keasaman) normal kulit ialah 4,2 sampai 6,2, tapi bila dicuci menggunakan sabun, maka pH akan naik menjadi 9 yang berakibat kondisi terlalu kering.


3. Lembut dan tidak perih di kulit
Mau curhat sedikit. Kulit saya ini termasuk dalam golongan kulit kering. Nah, bulan puasa ini, kulit saya terasa semakin kering, padahal saya sudah mencoba minum air sebanyak 2 liter sejak buka puasa hingga sahur tiba.
Kondisi ini ternyata tidak sepele, karena kondisi kering ini mengakibatkan kulit saya menjadi lebih mudah mengalami iritasi. Ini serius. Saya sampai enggan cuci muka dengan sabun muka yang biasa saya pakai, karena rasanya periiiih..
Makanya waktu si Cetaphil datang, saya sempat khawatir akan mengalami hal yang sama. Tapi untunglah, Cetaphil begitu lembut, dan tidak perih sama sekali di wajah.
Ternyata, ada hubungannya dengan penjelasan di atas ya, bahwa busa sabun pun memicu kulit kering, dan kondisi kulit yang kering menyebabkannya menjadi lebih mudah teriritasi.

Selain mencobanya sendiri, saya pun mencoba mengaplikasikannya ketika kaki anak saya terkena coretan pulpen. Anak saya memang hobi menggambar, dan terkadang iseng memainkan pulpennya. Saya menggunakan cara ke dua untuk membersihkan noda pulpen di kulit anak saya itu. Daaan, taraaa.. bersih loh.. *abaikan suara "geli-geli"nya itu yah, hahaha...

Memang, ada dua cara menggunakan cetaphil ini;
1. Dengan air. Usapkan pada kulit, gosok dengan lembut, lalu bilas dengan air.
2. Tanpa air. Usapkan pada kulit, gosok dengan lembut, lalu bersihkan dengan handuk.

Saya pun tak perlu khawatir formula lembut Cetaphil akan mengakibatkan iritasi di kulit anak saya, karena sesuai dengan taglinenya, cetaphil ini cocok untuk Every Age, Every Stage, Every Day.

Penasaran dengan komposisinya, saya mengecek ingredients yang tertulis di belakang kemasannya, yaitu antara lain:
1. Purified Water
2. Cetyl Alcohol
3. Propylene Glycol
4. Sodium Lauryl Sulfate
5. Stearyl Alcohol
6. Methyl Hydroxybenzoate
7. Propyl Hydroxybenzoate
8. Butyl Hydroxybenzoate
Jadi kandungan utamanya adalah air, dan alkohol yang digunakannya pun merupakan alkohol yang umum digunakan sebagai bahan pembuat kosmetik, dan telah disepakati kehalalannya.

Nah, buat teman-teman yang penasaran dengan produk ini, silakan kepoin akun sosial medianya yaa..
Twitter: @cetaphil_id
Instagram: @cetaphil_id

Oya, ada kesempatan memenangkan hadiah dari Cetaphil Indonesia, sekaligus mendapatkan informasi terbaru mengenai produk dan perawatan kulit terkini, dengan cara bergabung dalam mailing list Cetaphil di http://cetaphil.co.id/id/langganan/

Begitulah pengalaman saya menggunakan Cetaphil. Semoga bermanfaat dan dapat dijadikan acuan yaa.. Selamat mencoba! :)


Read More

Rani R Tyas; Blogger Absurd yang Mencoba nGgenggem Donyo Langkung Seratan

Wednesday, June 22, 2016

Rani R Tyas and her cute baby
Rani R Tyas, salah satu teman blogger yang baru saya kenal setelah kami sama-sama bergabung di grup V Arisan Link yang diadakan komunitas Blogger Perempuan. Awal kami berinteraksi secara intens adalah saat nama saya muncul sebagai pemenang arisan, April lalu. Dan kini, tiba gilirannya untuk kami kulik pribadinya. Eh, blognya maksud saya. Tapi saya ngga akan mengomentari blognya yang udah bagus banget itu. Saya mau bahas yang lain saja. :D

Kalau saya menengok ke Kaleidoskop 2015-nya, benar-benar Mbak Rani ingin mewujudkan mimpinya untuk bisa "Genggem Donyo Langkung Seratan" alias menggenggam dunia melalui tulisan. Dia membuktikan bahwa tulisannya tak lagi abal-abal, seperti kritikan suaminya (eh, suamiku juga bilang gitu lho ke aku -_-), dengan menjadi juara di Lomba Blog Visit Jawa Tengah. Keren banget 'kan? *standing applause  

Mbak Rani ini memang cenayang jadi-jadian, haha... Soalnya, ibunda dari Han ini, sukanya menerawang. Beneran deh. Saya ingeeettt banget waktu dibilang sebagai blogger sekuat naga. Duh, kalimat yang ditulisnya di grup wasap itu terngiang-ngiang sampai sekarang.


Oya, Mbak Rani ini sempat khawatir kalau saya akan menobrak-abrik masa lalunya. Hahahaha, tauuuu aja kalau saya lagi jalan-jalan kesana. :D Memang bener kata Mbak Dwi Sari alias Mbak Nining, Mbak Rani ini absurd bangeeet, wkwkwk... Tapi sekarang, setelah jadi Nyonya dan Momma dari Han, kayaknya ke-absurd-annya perlahan menghilang. Hihi..kelihatan dari tulisannya yang semakin berbobot. Uhuk..

Dan ini adalah foto Mbak Rani yang lagi "mBobot" kalo kata orang Jawa. Sukaaa sama fotonya. :D

Rani R Tyas 

Oya, kisah random bin absurd yang Mbak Rani tulis waktu masih single, bikin saya ngakak sendiri. Saya tertarik baca "Obat Patah Hati" ala Mbak Rani. Nih ya, yang jomblo-jomblo mesti baca. :p
"Jika Anda saat ini tidak lagi diijinkan bersamanya, maka ada dua kemungkinan yaitu, yang pertama (lalu nyanyi ala Opick), mungkin Anda akan bertemu dengan seseorang yang jauh lebih baik dari dia. Sekalipun belum bertemu dengan yang lebih baik, maka mungkin Anda hanya dipisah dengannya untuk sementara waktu untuk dipertemukan suatu saat lagi."
Super sekali bukan Mbak Rani ini? Pak Mario saja kalah. :v Tapi setuju ngga sih, kalau orang jomblo itu biasanya lebih bijak? Iya, bijak ngasih nasehat diri sendiri, haha... Padahal tujuan sebenarnya adalah ngayem-ayem ati. LOL

Oiya, saya dan Mbak Rani ini, jadi dekat setelah ada arisan link ini loh. Padahal sebelumnya ngga pernah kenal, bahkan di facebook pun sebelumnya belum berteman. Ada satu hal yang sama dari kita. Han dan Aga (anak-anak kami), sama-sama lahir di bulan November 2014 (penting ngga sih dibahas, haha).

Etapi ada satu kesamaan lagi antara saya dengan Mbak Rani, yaitu sama-sama mengagumi ibu. Ini salah satu curhat saya tentang ibu, di enam tahun kepergiannya. Mbak Rani pun, menuliskan ini untuk ibunya, berjudul "Sebagian Nafasku, dari Ibu". Semoga kita bisa meneladani ibu-ibu kita ya Mbak Ran.. Sosok sempurna yang membesarkan kita hingga bisa menjadi seperti sekarang. :)

Untuk teman-teman yang juga pengen kenalan sama Mbak Rani, berikut ini link yang bisa kamu kunjungi;
Facebook: https://www.facebook.com/ranirtyas
Twitter:  https://twitter.com/RaniRTyas
Blog:  http://www.ranirtyas.com/
Read More

Ketika Handphone Suami Tiba-Tiba Mati

Saturday, June 18, 2016



Hari Selasa, 14 Juni 2016 kemarin, tiba-tiba Handphone suami saya error. Kejadiannya bermula setelah suami men-charge ponselnya itu hingga terisi penuh. Memang, suami saya terbiasa mematikan ponsel saat posisi charging. Tiba-tiba, hal yang mengejutkan terjadi setelah ponsel dinyalakan. Setiap akan membuka aplikasi obrolan, selalu muncul warning di layarnya. 

Kami menduga, hal ini disebabkan oleh virus. Suami sudah mencoba melakukan hard reset berkali-kali, tapi hasilnya nihil. 

Apa yang terjadi pada handphone suami saya ini hampir sama dengan yang saya alami 9 bulan yang lalu. Saat itu bulan September, kami pergi ke Surabaya untuk menghadiri undangan pernikahan. Kami menginap di sebuah hotel. Hotel tersebut menyediakan fasilitas free wifi. Nggak mau rugi, suami menyuruh saya menggunakan fasilitas itu, lumayan 'kan bisa menghemat kuota.

Hingga hari ke dua kami di hotel itu, so far so good. Sampai pada waktunya kami check out dari hotel tersebut, dan saya pun mematikan tombol wifi lalu menyalakan data koneksi di ponsel saya.

Dan...jeng jeng... Banyak sekali aplikasi (yang saya anggap iklan), bermunculan di layar, meminta persetujuan. Semakin lama semakin banyak dan semakin sering saja. Bahkan nama aplikasinya pun aneh-aneh, seperti game p*rnc*ub yang saya nggak ngerti maksudnya.

Saya mengadu ke suami dong. Suami saya pun langsung melakukan hard reset. Entah apa yang dilakukannya, saya pasrah saja, karena saya memang nggak ngerti urusan per-handphone-an. Maklum, rada-rada gaptek, hehe... Yang saya lihat, suami saya googling sana sini untuk mencari tau bagaimana memulihkan telepon genggam saya ini.

Dan yaa, setelah berhari-hari dan berkali-kali mencoba, hasilnya tetap saja. Ngga ada bedanya. Kenapa sampai berhari-hari masih juga berusaha? Karena suami saya penasaran, katanya. 

Oke, handphone saya sudah tidak bisa digunakan lagi. Huhuhu...pengen nangis rasanya. Tapi untungnya, suami saya ini sangat baik hatinya (semoga Allah melancarkan rezekimu ya, Pa.. :*). Beliau membelikan saya handphone pengganti, Alhamdulillah. Sebenarnya selain karena virus tadi, handphone saya itu kameranya juga sudah nggak berfungsi dengan baik, karena pernah bermandi air laut saat kami ke Pantai Watu Kodok. Jadi selama ini, saya meminjam handphone suami jika ingin memotret sesuatu. :D


Dan kini, empat hari tanpa telepon pintar, membuat pekerjaan suami saya tersendat. Pekerjaan suami saya memang menuntutnya untuk bisa berkomunikasi dengan cepat, dengan para klien. Melalui sebuah aplikasi chatting yang dipasangnya, beliau biasanya mengirimkan gambar-gambar yang sudah dibuatnya untuk para klien. Disitulah mereka berdiskusi, apakah usulan desain seperti ini oke atau tidak, sesuai budget atau tidak, disukai oleh klien atau tidak. Suami saya juga dituntut untuk bisa membuka email dimanapun, kapanpun, meski sebenarnya beliau sering juga melakukan kunjungan ke proyek-proyeknya yang rata-rata berada di luar kota. Kalau nggak pakai telepon pintar, tentu repot, bukan?

Saya pun, sebagai pebisnis online, memerlukan handphone berkamera untuk memotret sekaligus meng-upload dagangan. Juga saat hendak restok barang dagangan atau yang biasa disebut "kulakan", saya harus mentransfer uang, lalu menyertakan bukti transfer tersebut sebagai syarat dikirimnya pesanan. Bisa dibayangkan 'kan repotnya jika tak ada Handphone berkamera? 

cilok dagangan. dimaklumi yaa hasil fotonya, karena saya memang belum jago mengambil gambar. :D

Memang sih, mem-foto produk bisa dilakukan dengan kamera digital yang saya punya. Akan tetapi, saya terlebih dulu harus memindahkannya ke laptop atau komputer. Ini tentu kurang praktis. Apalagi jika ada calon pembeli cilok atau marketer/reseller yang ingin melihat penampakan ciloknya terlebih dahulu. Tentu saya tak ingin membuat calon pembeli saya terlalu lama menunggu.

ketika reseller saya meminta contoh gambar cilok

Nah, sekarang suami saya sedang mencari-cari handphone apa yang akan dibelinya. Pertimbangannya tentu, selain spec-nya, juga harganya harus sesuai dengan budget yang kami punya, mengingat lebaran sudah di depan mata dan kami perlu menyisihkan dana untuk mudik ke kampung halaman. 

Kebetulan kemarin bersliweran di timeline facebook saya tentang Asus Zenfone 2 Laser ZE550KL. Spec-nya cukup bagus, sesuai dengan kebutuhan suami saya. Iya, memori internalnya yang sebesar 16GB dan mampu disisipi hingga 128GB, tentu memenuhi kebutuhan suami yang "hobi" upload gambar-gambar desainnya pada saat chatting dengan klien. Memori RAM nya juga cukup besar, 2GB.

Kamera Asus Zenfone 2 Laser ZE550KL, juga lebih dari cukup untuk memfasilitasi bisnis saya. Gimana engga? Kamera belakangnya berukuran 13MP, 4128 x 3096 pixels, memiliki kinerja seperti laser autofocus, dual-LED flash, Digital Zoom, continuous shooting, digital image stabilization, Geo-tagging, touch focus, face detection, dan lain sebagainya. Sedangkan kamera sekundernya memiliki ukuran 5MP, 2560 x 1920. Pokoknya kalau pakai kamera Asus ini, hasilnya bisa seperti kamera DSLR katanya. Koq tau? Ya saya googling lah, hihihi... Jadi Pa, kalau beli ponsel yang ini, siap-siap dipinjam sama Mama yaa..buat fotoin cilok. #eh :p

Harganya? Masih bisa dijangkau lah insya Allah, sehingga (mudah-mudahan) tidak menimbulkan goncangan kesejahteraan apalagi sampai menimbulkan darurat di bidang pengepulan asap dapur. Apaaahhh?? LOL

Ya begitulah.. Jadi kapan kita pergi beli HP nih? Apa? Nunggu THR? >_<



'Giveaway Aku dan Kamera Ponsel by uniekkaswarganti.com'



Read More

Siapakah Dibalik La Belle et son Hijab?

Thursday, June 16, 2016

Adalah Alifia Seftin Oktriwina, atau akrab dipanggil Awin, gadis berjilbab yang berada di balik layar La Belle et son Hijab. Mahasiswi semester 6 jurusan Psikologi FK Unand (Universitas Andalas) ini, lahir 20 tahun lalu. Masih muda ya? Masih kinyis-kinyis kalau orang Jawa bilang. :D

Ngga percaya? Nih fotonya...

AS Oktriwina
 
Mbak Awin, atau lebih tepatnya saya panggil Dek Awin saja ya, aktif berorganisasi di Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia. Posisinya sebagai Koordinator Badan Informasi dan Komunikasi. Memang sedari awal dia sudah kepincut untuk menjadi pengurus ILMPI. Jadi, kalau sekarang dia menjadi "mimin" di lembaga ini, berarti dream comes true dong yaa.. :)

Ia menyukai buku, makanan, dan kini sedang mengeksplorasi dunia make up. Duh, kayaknya mau jadi beauty blogger nih.. :)

Ngga heran sih, karena ternyata Dek Awin ini adalah bagian dari Indonesian Hijab Blogger juga, dimana biasanya para hijaber masa kini tuh pada pinter dandan. :)

maaf mukanya ke-crop :D

Mengunjungi blognya, yang bertajuk La Belle et son Hijab atau yang diartikan sebagai "Si Gadis Berhijab" dalam Bahasa Perancis, saya langsung tertarik untuk meng-klik menu "Review". Dan yaa, disana ada 11 judul buku yang sudah direview olehnya. Cocok ya, kalau di awal saya sebutkan bahwa Dek Awin ini menyukai buku. :)

Sedihnya, saya cuma tau 1 buku doang dong, hiks.. Iya, apalagi kalau bukan Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karyanya Tere Liye. 10 judul lainnya asing di mata saya. Maklum, saya penyuka buku yang mainstream banget. :(

buku kumpulan puisinya Dek Awin

Yang bikin saya makin salut, ternyata Dek Awin ini jago bikin puisi lho.. Ngga main-main, dia sering dapat juara. Suatu hari, seorang temannya memberikan buku dan bunga sebagai hadiah. Dan buku berjudul "Padang Rindu" ini adalah buku kumpulan puisi yang telah dibuatnya sejak zaman SMA. Huhuhu, jadi terharu... Ssssttt, kata si empunya, buku ini spesial banget karena mewakili kisah hidupnya. Nah lo, jadi penasaran deh...

Ada yang pengen buku itu ngga? Minta atau beli saja sama penulisnya yaa, karena buku ini ngga ada di toko buku. Uhhh, sayang banget yaa.. Padahal covernya aja cihuy banget gitu. 

Oya, sekarang ini, Dek Awin sedang menjalani KKN (Kuliah Kerja Nyata). Jadi, bisa dimaklumi kalau doi jarang muncul di jagat maya. Pesan saya, nikmatilah masa-masa jadi mahasiswa yaa, hehe, karena kelak kau akan merindukan masa-masa seperti ini. Satu lagi, ingat-ingat pesan Mbak Rani R Tyas yaa.. :D

Buat yang pengen kenalan sama gadis imut ini, berikut alamat yang bisa dihubungi;

Email: aliviaawin@gmail.com
Facebook: facebook.com/as.oktriwina
Twitter: twitter.com/aliviaawin
Instagram: instagram.com/aliviaawin








Read More

Mini Project with Amay (Pictbook)

Thursday, June 2, 2016

Hari ini Amay pulang awal dari sekolah. Dan kebetulan saya sedang agak selow karena urusan memasak sudah beres di tangan tante Opik. Jadi, mau ngapain kita hari ini?

Berhubung anak-anak (Amay dan Aga) masing-masing sudah memegang  crayon dan kertas, ya sudah, kita menggambar saja yaa... Tapi, menggambar apa?

Lalu tiba-tiba "tring", muncul bohlam di atas kepala. Kita bikin pict-book yuk. Pictorial book alias buku bergambar gitu. Yaa, pict-book ala-ala lah...

Idenya? Aha, saya kan punya satu cernak andalan. Iya, andalan, karena baru 1 itu saja cerita anak karya saya. Pasti bisa nebak deh, hihi, yoiii...yang dulu pernah keluar jadi juara HARAPAN 2 (mesti pake capslock karena emang bener-bener cuma harapan, tapi bangganya ampun-ampunan) di Nusantara Bertutur 2 tahun lalu. *2 tahun lalu boook, dan gak nambah-nambah >_<

Dan memang karena ini bener-bener satu-satunya karya yang saya punya, saya hapal dong jalan ceritanya, meski saya ngga pegang karya aslinya. Yaa, beda-beda dikit kalimatnya ngga apa-apa lah ya, yang penting jalan ceritanya masih sama. Namanya juga spontanitas alias dadakan, ya 'kan? *wehehe, dadakan, kayak tahu bulet aja, gorengnya dadakan, lima ratusan. :D

Jadi kali ini, saya yang menulis naskahnya, Amay sebagai ilustratornya. :) 

(Sebelumnya, khawatir tulisan tangan saya ngga kebaca, jadi saya salinkan saja. Maklum, sambil momong Aga. ^_^)

Judulnya:

IPUNG BELAJAR BERSYUKUR



1. Ada seekor kupu-kupu bernama Pupu. Ia dan Ipung sahabatnya, terbang ke sebuah taman. (Pada Amay saya menginstruksikan untuk menggambar kupu-kupu dan capung yang sedang terbang di area taman. Jika mewarnainya masih kurang rapi, mohon dimaklumi yaa, hihi... Amay lebih piawai menggambar dengan pulpen. Dan maaf, mata kupu-kupu dan capungnya tak terlihat. :p)

2. Di taman, mereka melihat anak-anak yang sedang berlari. Ipung si capung berkata, "Bahagianya menjadi manusia, mereka memiliki kaki untuk berlari." 
Pupu menyahut, "Kita harus bersyukur, Pung. Kita bisa terbang, sedangkan mereka tidak." 
(Di cerpen aslinya kalau tidak salah, ada adegan salah satu anak berkata pada temannya, "Aku ingin bisa terbang seperti kupu-kupu dan capung itu." dan itu membuat Ipung si capung merenung.)

Oya, saat menggambar ilustrasi halaman ke 2 ini, Amay sempat ragu menggambar anak-anak yang sedang berlari. Tapi ternyata hasilnya, bagi saya, lumayan lah yaa.. :D



3. Tak jauh dari mereka, terlihat seorang anak sedang menggambar. Ipung mendekatinya, namun raut wajahnya berubah menjadi muram.
"Lihat Pu, anak ini menggambarmu. Dia tidak suka padaku. Sayapmu memang indah dan berwarna-warni, tak seperti punyaku." kata Ipung sedih.
(Pada cerita di halaman ini, saya meminta Amay menggambar seorang anak yang sedang melukis. Ternyata, Amay mengerti apa yang saya mau. :D)

4. Pupu berusaha menghibur sahabatnya itu. Ia berkata, "Pung, Tuhan menciptakan kita dengan kelebihannya sendiri-sendiri. Kamu pun punya kelebihan, hanya saja kamu belum menemukannya."
Ipung terdiam, mencerna kata-kata Pupu.
Tiba-tiba sebuah benda dengan suara keras melintas di atas mereka.


5. "Benda apa itu?" seru Ipung. "Ayo kita kejar!" Ia pun langsung melesat pergi tanpa menunggu Pupu. Pupu pun berusaha mengejar Ipung meski terengah-engah.
Ternyata benda itu berhenti di sebuah lapangan. Ipung berhenti memandanginya dari jauh. Pupu menyusul kemudian, "Duh...Ipung, terbangmu cepat sekali. Aku kelelahan." ujar Pupu mengeluh.
(rasanya pengen lihat naskah aslinya, lalu saya edit lagi kalimat-kalimat ini. :v)

6. "Itu apa ya, Pu?" tanya Ipung penasaran.
"Itu namanya Helikopter." jawab Pupu. "Ohya, aku baru ingat. Coba lihat bentuknya!"
Ipung menuruti perintah Pupu, namun masih belum mengerti.
"Bentuk Helikopter mirip dengan bentuk tubuhmu, 'kan?" tanya Pupu.
"Wah, iyakah? Sepertinya memang begitu. Tapi mengapa dia meniru bentuk tubuhku?" Ipung semakin penasaran.
Pupu pun menjelaskan, "Karena terbangmu cepat, Pung. Manusia ingin bisa cepat sampai ke tempat tujuan."
Ipung mengangguk tanda mengerti.
"Sekarang percaya 'kan, kalau tiap makhluq mempunyai kelebihan sendiri-sendiri?" tanya Pupu. (seharusnya ada tambahan. "Tubuhku memang berwarna-warni, tapi aku tidak bisa terbang secepat dirimu.")
"Iya Pu... Sekarang aku akan lebih bersyukur. Terima kasih, Pu..."
Ipung dan Pupu pun menyatukan sayap mereka kemudian terbang bersama.

*halaman 6 belum dibuat ilustrasinya karena Amay sudah lelah. :v

Yah, jadi begitulah kegiatan kami seharian tadi. Acara menggambar ini diselingi dengan kegiatan menggoreng mendoan dan meninabobokan Dek Aga. :D

Semoga, kita jadi lebih pandai bersyukur, dan semogaaa, kami berdua benar-benar bisa membuat pictorial book bersama-sama. Aamiin... :)
Read More

Disclosure

Wednesday, June 1, 2016

Mengapa blog ini dinamakan Kayu Sirih?
Konon, kata si pembuatnya (suami saya), Kayu Sirih melambangkan hal-hal yang lekat dengan dunia wanita. Beliau sih tidak merinci lebih lanjut, namun saya menyimpulkan sendiri maknanya. Mungkin, yang dimaksud dengan lekat adalah karena wanita (terutama wanita jaman dulu), setiap hari bersinggungan dengan kedua benda ini. Iya, wanita jadul yang bangun pagi-pagi lalu memasak dengan tungku dan kayu bakar, juga wanita jadul yang sering kongkow sembari "nginang" dengan kapur dan sirih. *Eh tapi, wanita masa kini pun masih menggunakan sirih, 'kan ya? Jadi, meski namanya jadul, isinya tetap kekinian koq. :D

Blog Kayu Sirih diisi oleh saya sendiri, Arinta Adiningtyas, seorang blogger yang suka curhat dan berbagi tulisan yang (semoga) bermanfaat. Orangnya sederhana dan nggak banyak gaya. Kelihatan 'kan, dari blognya? Saya senang berteman dan berbagi pengalaman. Saya pun tak pantang menerima masukan, kritik, dan saran.

Karena lekat dengan wanita, tentu isi blog ini tidak jauh dari dunia wanita, baik itu sebagai dirinya sendiri, sebagai ibu, sebagai istri, sebagai anak, bahkan sebagai wonder woman. :) Maka jangan heran jika saya sering bercerita tentang keseharian saya, keseharian anak-anak saya, kehebohan saya saat bertemu dengan teman-teman seperjuangan, hingga kebahagiaan yang membuncah ketika tulisan saya bisa dimuat di media ternama. :D

Dan ada kalanya, saya menerima tawaran kerja sama yang sesuai dengan nyawa blog ini. Maka jika ada yang tertarik dengan gaya tulisan saya dan ingin menggunakan blog ini sebagai medianya, silakan menghubungi saya disini;
Email; arinta.adiningtyas@gmail.com 
Facebook: Arinta Adiningtyas 
Twitter: @arinta_arinta

Terima kasih telah berkunjung dan selamat menikmati tulisan-tulisan di blog ini. :)


Read More