Mungkin pembaca blog kayusirih
ini sudah tau kalau saya suka dengan film-film Ghibli seperti My NeighbourTotoro, Spirited Away, dan Grave of The Fireflies.
Ada film yang baru saya tonton kemarin
bareng Amay, berjudul From Up on Poppy Hill. Film ini sebenarnya diproduksi
tahun 2011 lalu, disutradarai oleh Goro Miyazaki, putra dari Hayao Miyazaki,
pendiri Studio Ghibli. Konon katanya, awalnya Goro tak ingin mengikuti jejak
ayahnya. Ia pun bekerja sebagai seorang landscaper selama bertahun-tahun
sebelum akhirnya memasuki bisnis film.
Baru kemarin saya tonton, saya
langsung ingin menuliskannya. *Lalu lirik draft When Marnie was There, Spirited
Away, Ponyo, dan yang lain-lainnya*
Kira-kira kenapa coba? Simply
karena saya suka banget dengan soundtracknya... Putar deh link youtube di atas.
Mendayu-dayu, membawa saya seolah-olah berada di atas bukit di tepi laut itu.
Seolah-olah saya adalah Meru, yang tiap pagi mengibarkan bendera tanda rindu
pada sang ayah.
picture from |
Baiklah, saya akan cerita sedikit
tentang jalan cerita film ini.
Setting film ini adalah di
Yokohama, Jepang, pada tahun 1963. Film ini bercerita tentang Umi Matsuzaki
(yang juga memiliki nama panggilan Meru), seorang gadis SMA yang tinggal di
sebuah rumah kos.
Saat awal melihatnya bangun lebih pagi dari yang lainnya, menyiapkan makanan untuk seluruh penghuni kos, beberes,
hingga mengibarkan bendera, saya sudah berpikir bahwa anak ini memiliki kesedihan
yang ingin ia hapuskan.
Ternyata benar, jalan cerita
berikutnya menjelaskan bahwa, ayahnya yang seorang Angkatan Laut, tewas karena
kapalnya terkena ranjau saat Perang Korea. Kalau diingat-ingat lagi, film
Ghibli ini nggak hanya sekali mengangkat kisah anak seorang Angkatan Laut
yaa... Contohnya di film Grave of The Fireflies, tentang dua anak korban perang
yang kehilangan ayahnya yang seorang Angkatan Laut juga.
Umi ini, punya rasa dengan seorang
siswa bernama Kazama Shun. Shun pun memiliki perasaan yang sama. Awalnya, saya
pikir hubungan mereka akan diwarnai drama rebutan pacar dengan sang adik,
hehe... Soalnya Sora, adik Umi, terlihat senyam-senyum gitu sama Shun. Tapi
ternyata saya salah menafsirkan gesturnya, hihi...
Shun dan Umi semakin dekat ketika
mereka bekerja sama untuk membersihkan clubhouse sekolah, Quartier Latin. Umi
juga mengundang Shun dalam acara reuni almamater yang diselenggarakan teman kosnya,
seorang dokter bernama Miki Hokuto. Saat berada di kamar kos itulah, Umi
memperlihatkan foto almarhum ayahnya.
Ternyata, Shun memiliki foto yang
sama.
Sepulangnya Shun dari rumah kos
Umi, ia bertanya pada ayahnya, sebenarnya ia anak siapa? Kemudian ayahnya
mengaku bahwa Shun bukanlah anak kandungnya. Nah, konflik batin pun dimulai.
Shun kemudian menjaga jarak dengan Umi. Ia tak mau kedekatannya membuat
perasaannya tumbuh semakin dalam. Kenapa?
Iya, karena Shun berpikir, ia
adalah saudara dari Umi. Jadi mulai sekarang, Shun dan Umi harus melupakan
perasaan mereka.
Umi juga merasa sedih dong yaa...
Tapi mau bagaimana lagi?
Hingga tiba suatu hari, saat Umi
baru saja pulang dari Tokyo bersama Shun dan Shiro untuk menemui Ketua Yayasan
agar mengurungkan niatnya untuk membongkar Quartier Latin, Umi melihat sepasang
sepatu di depan rumah. Ia berlari ke dalam rumah dan menemukan ibu yang dirindukannya.
Ibunya, Ryoko, adalah seorang profesor yang sedang belajar di Amerika Serikat.
Saat malam menjelang dan keadaan
telah sepi, ia menemui ibunya. Ia mengatakan bahwa seorang temannya, Kazama
Shun, mengaku sebagai anak dari Yuichiro Sawamura, yang juga ayahnya. Ia
menanyakan kebenaran hal itu pada sang ibu.
Ryoko pun menjelaskan pada Umi bahwa
sebenarnya Shun adalah anak dari sahabat ayahnya, Hiroshi Tachibana, salah satu
yang berada dalam foto yang mereka miliki. Saat itu bayi Shun telah yatim piatu.
Karena kelembutan hati Sawamura, akhirnya Shun pun dimasukkan ke dalam Kartu
Keluarga, sebagai anak mereka.
Di saat bersamaan, Ryoko yang
memang sedang melanjutkan studi, sedang hamil anak mereka. Ia khawatir kelak tak
bisa mengurus Shun dan calon bayi mereka dengan baik. Akhirnya, Shun pun
diserahkan pada sahabatnya yang lain, yang baru saja kehilangan putra.
Kisah Shun dan Umi berakhir
bahagia. Hubungan mereka kini tak terhalang oleh darah. Apalagi setelah mereka
berdua diyakinkan oleh Yoshio Onodera, orang ketiga dalam foto itu, yang
merupakan sahabat dari ayah mereka berdua.
From Up on Poppy Hill |
Meski beberapa orang menilai
ending dari film ini terkesan buru-buru, namun bagi saya jalan cerita dalam
film ini tetap lain dari yang lain. Saya mah sukaaa.. Dan yang penting, untuk
sebuah film remaja, saya tidak menemukan adegan yang “enggak-enggak”. Jadi,
aman untuk Amay lah.. Amay juga taunya Shun dan Umi bersahabat, ayah mereka
bersahabat, dan mereka saling membantu, itu saja. ☺
Nah, satu film Ghibli sudah selesai, tunggu review saya tentang film ghibli yang lainnya yaaa... Itu tante Mbul, Gustyanita Pratiwi juga udah nulis tentang The Cat Returns di SokSinopsis. ☺